13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Manajemen Konflik
1. Definisi Manajemen Konflik
Menurut Novri Susan 2009:127 manajemen konflik diartikan sebagai upaya  pencegahan  kekerasan  dalam  konflik.  Penggunaan  kekuasaan  dan
wewenang adalah bagian dari strategi konflik dari kelompok dominan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wirawan 2010:129
yang  memberikan  definisi  manajemen  konflik  sebagai  proses  pihak  yang terlibat  konflik  atau  pihak  ketiga  menyusun  strategi  konflik  dan
menerapkannya  untuk  mengendalikan  konflik  agar  menghasilkan  resolusi yang  diinginkan.  Senada  dengan  kedua  pendapat  diatas,  Ross  dalam  Edi
Santosa  dan  Lilin  Budiati,  2014  memberi  definisi  bahwa  manajemen konflik  merupakan  langkah-langkah  yang  diambil  para  pelaku  atau  pihak
ketiga  dalam  mengarahkan  perselisihan  pada  hasil  tertentu  yang  dapat berupa  penyelesaian  konflik  dan  menghasilkan  ketenangan,  hal  positif,
kreatif bermufakat atau agresif. Dari  beberapa  pendapat  ahli  diatas  peneliti  menyimpulkan  bahwa
manajemen  konflik  merupakan  suatu  langkah  yang  dipilih  dan  dilakukan oleh  pihak  yang  terlibat  konflik  maupun  pihak  luar  untuk  mengelola
konflik yang bertujuan untuk menekan dampak negatif konflik bagi pihak- pihak yang terlibat konflik.
14 Dari  pendapat  ahli  terkait  manajemen  konflik,  penelitian  ini
menggunakan  pengertian  manajemen  konflik  berdasarkan  pendapat  dari Wirawan  dimana manajemen konflik diartikan sebagai  proses pihak  yang
terlibat  konflik  atau  pihak  ketiga  menyusun  strategi  konflik  dan menerapkannya  untuk  mengendalikan  konflik  agar  menghasilkan  resolusi
yang  diinginkan.  Alasan  pengambilan  pengertian  manajemen  konflik menurut  Wirawan,  karena  pendapat  yang  dikemukakan  Wirawan  relevan
dengan  yang  akan  diteliti  oleh  peneliti  dimana  manajemen  konflik bertujuan untuk menekan dampak negatif konflik.
2. Dimensi Manajemen Konflik
Khenneth  W.  Thomas  dan  Ralp  H.  Kilmann  1974  dalam  Wirawan, 2013:140  mengungkapkan  dalam  manajemen  konflik,  terdapat  dua
dimensi  penting  yang  perlu  diperhatikan  oleh  individu.  Dua  dimensi tersebut  adalah  1  Kerja  sama  cooperativeness  dan  2  keasertifan
assertiveness. Adapun dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.  Kerja sama
Kerja  sama  adalah  upaya  yang  dilakukan  oleh  individu  untuk memuaskan lawan konflik. Kerja sama dapat ditempatkan  pada posisi
yang  sangat  dipertimbangkan  hingga  taraf  tidak  dipedulikan.  Dalam dimensi ini terdapat empat indikator, yaitu:
1.  Menjaga hubungan baik 2.  Mengorbankan kesenangan diri demi orang lain
3.  Mendengarkan pendapat orang lain
15 4.  Tidak melakukan tindakan agresi
b.  Keasertifan Keasertifan  adalah  upaya  individu  untuk  memenuhi  keinginan
pribadi  ketika  menghadapi  konflik.  Keinginan  untuk  memuaskan  diri dapat  ditempatkan  pada  level  yang  sangat  penting  hingga  tidak
penting. Dalam dimensi ini, terdapat tiga indikator diantaranya : 1.  Perhatian rendah pada orang lain
2.  Fokus pada tujuan pribadi 3.  Mencari jalan yang menguntungkan diri sendiri
Berdasakan  paparan  diatas  dapat  peneliti  simpulkan  bahwa  dimensi manajemen konflik meliputi pemenuhan kepuasan bagi lawan konflik dan
pemenuhan  kepuasan  bagi  diri  sendiri.  Dimensi-dimensi  ini  selanjutnya dijadikan pedoman dalam penyusunan skala manajemen konflik.
3. Arti Penting Manajemen Konflik bagi Perkembangan Manusia.