commit to user
4
Kata
sudarsanèng
‘teladan bagi’ pada data 7 di atas merupakan diksi yang berupa
têmbung garba
, yaitu gabungan dua kata yang mengalami persandian di dalamnya. Kata
sudarsanêng
‘teladan bagi’ berasal dari kata
sudarsana
‘teladan’ dan kata
ing
‘di’. Pertemuan vokal
O
pada akhir kata
sudarsana
dengan vokal i pada awal kata
i ng
‘di’ menjadikan kedua kata tersebut mengalami persandian, sehingga menjadi vokal è. Adanya pemanfaatan
têmbung garba
tersebut berfungsi untuk menjadikan tuturan lebih indah, dan juga untuk memenuhi konvensi tembang
yang berupa jumlah guru wilangan pada setiap barisnya. Selain pemanfaatan bunyi bahasa dan pemanfaatan aspek penanda
morfologis serta diksi, dalam penelitian ini juga ditemukan adanya pemanfaatan gaya bahasa. Aspek gaya bahasa dalam
Sêrat Tripama
meliputi gaya bahasa simile,
epilet, anastrof, eponim, hiperbola, metonimia, dan inuendo. Pemanfaatan gaya bahasa dalam
Sêrat Tripama
betujuan untuk memberikan kesan yang tidak lazim atau arkhais sehingga bahasa yang digunakan di dalamnya tidak monoton dan
memiliki fungsi keestetisan suatu tembang. Adapun contoh penggunaan gaya bahasa dalam
Sêrat Tripama
adalah sebagai berikut. 8
duk bantu prang Manggada nagri
STB2L5 ‘ketika berperag membantu negeri Manggada’
Frasa
Manggada nagri
‘negeri Manggada’ pada data di atas merupakan salah satu contoh pemanfaatan gaya bahasa yang berupa gaya bahasa anastrof. Gaya
bahasa anastrof merupakan pemanfaatan gaya bahasa dengan cara pembalikan susunan kata. Pembalikan kata
Manggada nagri
‘negeri Manggada’ seperti yang ditunjukkan oleh data 8 bertujuan untuk memenuhi konvensi sastra yang berupa
jatuhnya
guru lagu
i pada
têmbang dhandhanggula,
yakni di akhir kalimat pada baris ke lima.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengkaji
Sêrat Tripama
dengan kajian stilistika. Alasan pemilihan topik penelitian ini yaitu peneliti ingin
mengetahui dan mengkaji: 1 aspek-aspek penanda bunyi yang terkait dengan fungsi pemanfaatan
purwakanthi guru swara
O
,
a, i, dan u, 2 aspek penanda morfologis ragam literer dan diksi yang arkhais, dan 3 aspek pemanfaatan gaya
bahasa yang berkaitan dengan keprajuritan dalam
Sêrat Tripama
Karya KGPAA Mangkunegara IV.
2. LANDASAN TEORI
Panuti Sudjiman dalam bukunya yang berjudul
Bunga Rampai Stilistika
1993, menjelaskan bahwa makna dari stilistika yaitu mengkaji ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra. Secara singkat stilistika mengkaji fungsi
puitika suatu bahasa. Menurut Sudjiman, stilistika menjembatani analisis bahasa dan sastra dalam Nyoman Kutha Ratna, 2009: 42. Stilistika berkaitan dengan
medium utama, yaitu bahasa, keindahan berkaitan dengan hasil akhir dari kemampuan medium itu sendiri dalam menampilkan kekhasannya Nyoman Kutha
Ratna, 2009: 253. Stilistika sebagai ilmu pengetahuan mengenai gaya bahasa, maka sumber penelitiannya adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan
bahasa, baik lisan maupun tulisan Nyoman Kutha Ratna, 2009: 13.
Stilistika adalah ilmu tentang gaya
style
. Gaya
style
adalah cara penggunaan sistem tanda yang mengandung ide, gagasan, dan nilai keindahan
tertentu Aminuddin, 1995: 31 dalam Untari, 2014: 11. Gaya tersebut menjadi ciri khas pengarang dalam menciptakan karangannya. Sutejo 2010: 4-5 dalam
commit to user
5
Puspitasari: 11
style
merupakan gaya bahasa termasuk di dalamnya pilihan gaya pengekspresian seorang pengarang untuk menuangkan sesuatu yang dimaksudkan
yang bersifat individu atau kolektif. Kasnadi dan Sutejo 2010: 82 dalam Puspitasari: 12 mengelompokkan fokus perhatian teori stilistika pada bunyi, kata,
kalimat yang digunakan oleh pengarang dalam menciptakan karya sastra. Bunyi- bunyi dalam karya sastra meliputi pola rima dan irama, kata meliputi pemilihan
kata atau diksi, sedangkan kalimat meliputi kalimat pendek, kalimat yang kompleks, kalimat pasif, kalimat aktif, kalimat interogatif, kalimat yang ritmis dan
puitis.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian “Kajian Stilistika dalam
Sêrat Tripama
Karya KGPAA Mangkunegara IV” adalah penelitan deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga
yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti nyatanya Sudaryanto, 1993: 62. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami tentang fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong, 2010: 6 dalam
Puspitasari, 2014: 37. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan data-data kebahasaan yang berupa kata-kata,
bukan angka atau statistik. Dalam penelitian ini, data-data kebahasaan meliputi aspek-aspek penanda bunyi, aspek penanda morfologis dan diksi, dan aspek gaya
bahasa dalam
Sêrat Tripama
. Data dalam penelitian ini berupa data tulis yang meliputi semua satuan
bahasa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat yang terdapat pada teks têmbang
Dhandhanggula
bait 1-7 dalam
Sêrat Tripama
, yang di dalamnya terdapat aspek bunyi, aspek penanda morfologis dan diksi, serta gaya bahasa. Sumber data
dalam penelitian ini berasal dari
Sêrat Tripama
karya Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV yang berisi teks têmbang
Dhandhanggula
yang dikutip dari laman buku
elektronik
oleh Dimas Hendri. Alasan pemilihan sumber data dari laman buku
elektronik
oleh Dimas Hendri dikarenakan sumber data
Sêrat Tripama
yang berbentuk
têmbang dhandhanggula
dalam laman buku
elektronik
tersebut lebih bisa dipahami dan lebih familiar dibandingkan dari sumber lain. Alat penelitian pada penelitan ini meliputi alat utama dan alat bantu. Alat
utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, artinya ketentuan sikap peneliti mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi Sutopo, 2002: 35-
36. Dengan ketajaman intuisi kebahasaan lingual peneliti mampu membagi data secara baik menjadi beberapa unsur Sudaryanto, 1993: 31-32. Dengan intuisi
lingual peneliti bisa bekerja secara serta merta mengahayati terhadap bahasa yang diteliti secara utuh Edi Subroto, 1990: 23. Alat bantu yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi bolpoin, kertas catatan, dan alat elektronik yang berupa komputer jinjing, telepon genggam, dan mesin cetak
printer
. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak,
dengan cara menyimak data-data yang diperlukan untuk penelitian. Data-data yang disimak tersebut berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat yang
commit to user
6
berupa teks têmbang
Dhandhanggula
bait 1-7 dalam
Sêrat Tripama
Karya KGPAA Mangkunegara IV. Di dalam metode simak, teknik yang digunakan adalah teknik
dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik pustaka. Teknik pustaka yaitu pengumpulan data berdasarkan sumber-sumber
tertulis yang mencerminkan pemakaian bahasa sinkronis Edi Subroto, 1992: 45. Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh
data. Teknik lanjutannya yaitu teknik catat, dengan cara mencatat beberapa bentuk yang relevan dilakukan dalam penelitian antara lain mengenai aspek bunyi, diksi
atau pilihan kata, dan aspek gaya bahasanya. Teknik catat yaitu pencatatan data kebahasaan yang relevan dilakukan dengan transkripsi tertentu menurut
kepentingan Edi Subroto, 1992: 42. Setelah data berhasil disimak secara cermat, tepat, dan teliti kemudian dilakukan pencatatan dan diklasifikasikan.
Pengklasifikasian atau pengelompokan tersebut didasarkan atas karakteristik yang sama mengenai aspek bunyi, aspek penanda morfologis ragam literer dan diksi,
serta gaya bahasa yang terdapat dalam têmbang
Dhandhanggula Sêrat Tripama
. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
distribusional dan metode padan. Metode distribusional adalah metode analisis data yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri
Sudaryanto, 1993: 15. Metode ini digunakan untuk menganalisis aspek bunyi, aspek penanda morfologis ragam literer, dan aspek diksi atau pilihan kata yang
terdapat dalam têmbang
Dhandhanggula
pada
Sêrat Tripama
. Teknik yang digunakan adalah teknik interpretasi, yaitu dengan cara menginterpretasi atau
menafsirkan data yang disesuaikan dengan pemahaman dalam berpikir berdasarkan satuan lingual yang ada. Contoh penerapan metode distribusional sebagai berikut.
9
tur iku warna diyu
STB3L4
‘dan itu berwujud raksasa’ Dalam data di atas terdapat kosakata bahasa Jawa Kuna, yaitu kata
diyu
‘raksasa’. Kosakata tersebut digunakan untuk memenuhi konvensi sastra têmbang
Dhandhanggula
pada baris keempat, yaitu vokal terakhir berbunyi u. Di samping itu, penggunaan kata
diyu
yang merupakan serapan dari bahasa Jawa Kuna tersebut
memberi kesan estetik dalam karya sastra daripada kata
buta, raseksa,
ataupun
raseksi
yang memiliki arti yang sama. Adapun metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya di
luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa
langue
yang bersangkutan Sudaryanto, 1993: 13. Metode padan diterapkan untuk menganalisis pemanfaatan
aspek pilihan kata dan aspek gaya bahasa. Penerapan metode padan di dalam data sebagai berikut.
Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini digai ke dalam dua metode, yaitu metode penyajian informal dan metode penyajian formal. Metode
penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah perumusan
dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda yang dimaksud di antaranya tanda dua garis miring sejajar , tanda tambah +, tanda sama dengan =, tanda kurung
runcing ke kanan , tanda kurung biasa , dan tanda kurung kurawal { }. Adapun lambang yang dimaksud di antaranya lambang huruf sebagai singkatan
nama Sudaryanto, 1993: 145.
commit to user
7
4. HASIL PEMBAHASAN