Perilaku Komunikasi Wadon Timbangan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung)

(1)

Jasanya Kepada Pengunjung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Program Strata Satu Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Imam Maulana

NIM: 41809048

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

211 1. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Imam Maulana

Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 25 Agustus 1990

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat Tinggal : Jl. Gagak Barat. Rt/Rw: 01/14. No: 06.

Kel: Sadang Serang. Kec: Coblong. 40133. Bandung.

Telepon : 087822234797


(5)

2. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun Pendidikan Keterangan

2009 – Sekarang Universitas Komputer Indonesia

2005 – 2008 SMK BMP PGRI Kandanghaur Lulus/Berijazah 2003 – 2005 MTs GUPPI Manggungan Lulus/Berijazah

2002 – 2003 MTs Ash Shiddiqiyyah Pindah

1996 – 2002 SDN Permai Lulus/Berijazah

3. ORGANISASI

Tahun Organisasi Keterangan

2002 Tim Bola Basket Mts Ash Shiddiqiyyah Anggota

2011 GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional

Indonesia) Anggota

2011

Hima Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Periode 2011 – 2012

Pengurus/Divisi Kerohanian

2011 BEM Universitas Komputer Indonesia Periode 2011 – 2012

Pengurus/MENDAGRI (Menteri Dalam

Negeri)

4. SEMINAR

Tahun Seminar Keterangan

2009

KULIAH UMUM “KEBUDAYAAN FILM & SENSOR FILM” (Ilustrasi Tentang

Perfilman)


(6)

2009

CERAMAH UMUM DEKAN FISIP UNIKOM “Penimgkatan Kualitas Keilmuan,

Keterampilan ICT dan Kewirausahaan Sebagai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Unggulan”

Peserta/Bersertifikat

2010 TABLE MANNER COURSE BANANA –

INN HOTEL & SPA Peserta/Bersertifikat

2010 MENTORING AGAMA ISLAM Peserta/Bersertifikat

2010

Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa

Entrepreneurship”

Peserta/Bersertifikat

2011 Study Tour Media Massa 2011 Peserta/Bersertifikat

2012 Pelatihan Kepemimpinan “LEADERSHIP IS

FOUNDATION OF ORGANIZATION” Peserta/Bersertifikat 2012 Communication Cup 4 “THE BEST WILL BE

THE WINNER” Panitia/Bersertifikat

2013 Kuliah Umum Bersama Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat

Bapak Ir. Irfan Surya Negara

Peserta/Bersertifikat

2013 PELATIHAN MEMBUAT TOKO ONLINE

dalam rangka

Pemecahan Rekor Muri dengan Peserta Terbanyak


(7)

5. PENGALAMAN BEKERJA

Tahun Pekerjaan

2007 PKL di Koperasi BRIGIF LINUD 17, Cijantung

2013 PKL di Diskominfo Kota Bandung

6. PRESTASI Tahun

2002 Juara Umum di SDN Permai

2003 Juara II Kompetisi Bola Basket Antar Sekolah se-Tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Cirebon

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk dapat

dipergunakan seperlunya. Terima kasih.

Bandung, Agustus 2014 Penulis,

Imam Maulana NIM. 41809048


(8)

x

LEMBAR PENGESAHAN………....… i

LEMBAR PERNYATAAN …...…...….. ii

LEMBAR PERSEMBAHAN……….………...…… iii

ABSTRAK………...…… iv

ABSTRACK ………...……..…. v

KATA PENGANTAR………...….. vi

DAFTAR ISI………...…… x

DAFTAR TABEL………...…… xv

DAFTAR GAMBAR ………..…. xvi

DAFTAR LAMPIRAN………...…... xviii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……..………...……. 1

1.2 Rumusan Masalah ……..………...………. 9

1.2.1 Rumusan Masalah Makro …………...…. 9

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ……..………....…………. 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………...…….. 10

1.3.1 Maksud Penelitian ………..….…..……… 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ………...….. 10


(9)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .... 12

2.1 Tinjauan Pustaka …...….… 12

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi …………...…………. 16

2.1.2.1 Definisi Komunikasi …... 16

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi …………....………...…. 17

2.1.2.3 Komponen-komponen Komunikasi …...…. 18

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ……...…. 20

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 20

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antar Pribad ... 20

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 22

2.1.3.3 Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional ... 24

2.1.3.4 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 25

2.1.3.5 Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi …... 27

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi ... 28

2.1.5 Tinjauan Tentang Wadon Timbangan …... 31

2.1.5.1 Pekerja Seks Komersial ... 32


(10)

xii

2.1.5.5 Dampak Yang Ditimbulkan Bila Seseorang

Bekerja Sebagai Pekerja Seks Komersial

…... 36

2.1.6 Tinjauan Tentang Pengunjung ... 37

2.1.7 Tinjauan Tentang Penawaran Jasa ... 38

2.1.7.1 Kategori Penawaran ... 39

2.1.7.2 Kaerakteristik Jasa ... 40

2.1.7.3 Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa ... 42

2.2 Kerangka Pemikiran ………..…...…. 43

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 43

2.2.1.1 Komunikasi Verbal ... 43

2.2.1.2 Komunikasi Non Verbal ... 49

2.2.1.3 Motif …... 57

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 58

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN …….…... 61

3.1 Objek Penelitian ………...…...…. 61

3.1.1 Sekilas Tentang Wadon Timbangan di jalur pantura, Jl. Losarang, Kabupaten Indramayu …... 57


(11)

xiii

3.2.3.1 Informan Kunci dan Informan Pendukung...…. 71

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 73

3.2.4.1 Uji Keabsahan Data …... 74

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 76

3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 76

3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …….…... 78

4.1 Deskripsi Identitas Informan, Key Informan dan Informan Pendukung ……...…. 82

4.1.1 Informan Penelitian …... 82

4.1.2 Informan Kunci dan Informan Pendukung ...…. 84

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian …………...……...…. 86

4.2.1 Komunikasi Verbal Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung ... 87

4.2.2 Komunikasi Non Verbal Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung ...…. 102

4.2.3 Motif Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung ...…. 127


(12)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ………...………..…. 153 LAMPIRAN………...………...…... 158

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………..…. 211

4.3.2 Komunikasi Non Verbal Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung ... 140

4.3.3 Motif Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung ...

4.3.4 Perilaku Komunikasi Wadon Timbangan Pada Saat Menawarkan Jasanya Kepada Pengunjung ...

143

144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 147 5.1 Kesimpulan …... 147 5.2 Saran ... 150


(13)

153 A. Buku

Book, Cassandra L. 1980. Human Communication: Principles, Contexts, and Skills. New York : St. Martin’s Press.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Devito, A. Joseph. 1984. The Interpersonal Communication Book.

Cangara. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Pers.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing.

Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Effendy, Onong.U. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Remaja.

Effendy, Onong.U. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : CV Mandar Maju.

Fajar, Marhaeni. 2008. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(14)

Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius.

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang : IAIN Raden Fatah Press.

Koentjoro, Ph.D., (2004) Tutur Dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Tinta.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Salemba Empat.

Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung : Widya Padjadjaran.

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Solatun, 2007, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(15)

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Universitas Terbuka

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Samovar, Porter, McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya (Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika.

Singarimbun, Masri , Effendi Sofian. , 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

Suranto, Aw. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

B. Karya Ilmiah

Saputri, Annisa. 2013. Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis Di Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis Dalam Interaksi


(16)

Nonformal Sehari-Hari). Bandung: Program Strata Satu (1) Universitas Komputer Indonesia.

Triadi, Ardi. 2013. Makna Harga Diri Melalui Perilaku Komunikasi PSK Kota Bandung. Bandung: Program Strata Satu (1) Universitas Padjajaran.

Saputra, Jaka Yulana Sani. 2007. Makna Hidup Pada Pekerja Seks Komersial (PSK). Bandung: Program Strata Satu (1) Universitas Airlangga.

C. Sumber Online

http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TUNURF0CGONJ4V0ER

Selasa, 2 Mar 2014 Pukul 09.00

http://tjokricky.wordpress.com/2009/07/10/cogito-ergo-sum/

Selasa, 2 Mar 2014 Pukul 11.00

http://widodogroho.mywapblog.com/potret-nyata-pelacuran-rumahan-d-subang.xhtml

Rabu, 3 Mar 2014 Pukul 10.00

http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/12/pekerja-seks-komersial-psk/

Rabu, 3 Mar 2014 Pukul 13.00

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/perilaku_komunimasi_sadar_pangan_dan_gizi.pd

f


(17)

http://www.academia.edu/6348119/PERILAKU_REMAJA_PEMAIN_GAME_O

NLINE_POINT_BLANK_YANG_TERLIBAT_DALAM_KOMUNIKAS

I_KELOMPOK_ONLINE_KLAN_MARINE_CORP_DI_KELURAHAN

_DINOYO_KOTA_MALANG

Rabu 10 Mar 2014 Pukul 08.30

http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2009/12/20/penelitian-kualitatif/

Rabu, 10 Mar 2014 Pukul 11.00

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html

Rabu, 10 Mar 2014 Pukul 12.00

http://www.share-pdf.com/2b1fd8f01a0345c0b92f0fd4fde23446/95326420-PSK.pdf

Jumat, 25 Apr 2014 Pukul 08.30

http://id.scribd.com/doc/95326420/PSK

Jumat, 25 Apr 2014 Pukul 09.30

http://exzal-exzal10.blogspot.com/2011/10/makalah-kespro-pekerja-seks-komersial.html

Sabtu, 26 Apr 2014 Pukul 11.00

http://irwansahaja.blogspot.com/2013/05/pengertian-jasa-karakteristik-jasa-dan.html


(18)

vi Bismillahirrahmaanirrahiim..

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Segala puji peneliti ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta dan

pemelihara alam semesta yang menguasai segala kekuasaan, pemilik segala ilmu

yang sifatnya lahiriah maupun yang bersifat bathiniah atas segala rahmat dan

karunianya sehingga peneliti dapat selesai dengan lancar menulis dan menyusun

skripsi ini.

Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih pada orang tua tercinta,

Ibu (Hj. Masrifah) dan Bapak (H. Amidin) karena cinta mereka telah menghantarkan peneliti sampai ke derajat mahasiswa. Keikhlasan dan kesetiaan

mereka dalam mendampingi peneliti hingga saat ini tidak mungkin peneliti

lupakan.

Dalam kesempatan ini, peneliti berterima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu proses penyusunan Skripsi ini. Secara khusus peneliti sampaikan

terima kasih kepada :

1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku rektor Universitas Komputer Indonesia yang telah memfasilitasi segala keperluan peneliti selama peneliti


(19)

vii

3. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia juga Dosen Pembimbing

dalam Penelitian ini yang telah banyak membantu saat penulis melakukan

kegiatan perkuliahan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan

skripsi, serta banyak memberikan bimbingan, arahan dan nasehatnya agar

penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.

4. Yth. Melly Maulin P., S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia juga selaku Pimpinan

Sidang pada penelitian ini yang telah banyak memberikan pengetahuan dan

berbagi ilmu serta wawasan selama Peneliti melakukan perkuliahan di

Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Wali yang telah banyak membantu penulis pada saat mengalami berbagai kesulitan dalam banyak hal.

Serta memberikan pengetahuan, wawasan dan motivasi kepada penulis pada

saat penulis mengikuti perkuliahan.

6. Yth. Sangra Juliano, S.Ikom., M.I.Kom., selaku penguji terima kasih memberikan saran-saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP, Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Adiyana Slamet, S.IP., M.Si., Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom., Yadi Supriadi, S.Sos., M.Phil., M.Si., Inggar Prayoga,


(20)

viii

Universtas Komputer Indonesia Bandung dan Astri Ikawati, A.Md. Kom., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universtas

Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu pada proses akademik

maupun keperluan pada surat penelitian ke lapangan.

9. Kedua Kakakku, Hj. Cipalena Wati dan Dewi Irna Wati yang selalu memberikan semangat kepada Peneliti untuk menyelesaikan Penelitian ini.

10. Keluarga Tercinta, keluarga besar Raskiman Alm. yang tak pernah berhenti memberikan dukungan materil, moril dan semangat spiritual yang

begitu berarti.

11. Sahabat – Sahabat peneliti Mohamad Irfan, Moch Sidik, Arif Firmansyah, Aldi Rizky Andikapura, Elvan Murrya Saperba, Vivinia, Muhammad Uli Aulia, Tjahya Awaludin, Osvaldo Immanuel, Doni Aji Sugianto, Ryan Gryandi, Dita Ayu, Dadang Rukmana, Uvit Afirnayanti, Ryandy Purnawan, Cindy, Fery Setiawan, Iip Saepurrahman, Aris Rahmansyah, Atas dukungan serta motivasi yang telah sama – sama berjuang untuk mennyelesaikan perkuliahan ini.

12. Rekan satu perjuangan di UNIKOM terutama rekan IK-2 2009, IK-J1 2009, IK-J1 2010, BEM Periode 2011-2012, dan HIMA Periode 2011-2012 yang

sangat berpengaruh dalam kehidupan Peneliti dan berpengaruh juga dalam


(21)

ix

Sebagai penutup penulis ucapkan Jazzakumullahi Khaiiraan Katsira, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada pihak-phak yang

memberikan bantuan dalam melakukan penelitian ini mudah-mudahan selalu

berada dalam Ridho dan lindungan-NYA, Aamiin.

Akhir kata penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi rekan-rekan penulis berikutnya yang akan melakukan penelitian

khususnya, baik penelitian untuk tugas perkuliahan maupun penelitian yang akan

digunakan untuk skripsi. Semoga skripsi ini juga bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya.

Aamiin..

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Badung, Agustus 2014


(22)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Perilaku Komunikasi Wadon Timbangan dapat dilihat ketika mereka berkomunikasi dengan pengunjung pada saat menawarkan jasanya. Perilaku

komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku wadon timbangan pada umumnya dilatari oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.

Wadon timbangan merupakan para pekerja seks komersial yang berada di jalur pantura, Jl. Losarang KM 67, Kabupaten Indramayu. Menurut Nasuha,

Lurah desa, istilah wadon timbangan berasal dari bahasa Indramayu yang artinya wanita yang mangkal di jembatan timbang. Nasuha menambahkan awal mula

adanya wadon timbangan yaitu pada tahun 1990, pada saat itu jembatan timbang yang biasa beroprasi untuk mengukur berat mobil pengangkut barang tidak

menjalankan operasinya, pada saat itu juga keadaan ekonomi masyarakat sekitar

dalam keadaan yang sulit. Sedikit demi sedikit wanita yang tinggal di sekitar

tempat itu menawarkan jasanya sebagai pemuas kebutuhan seksual. Seiring

berjalannya waktu, sekarang wadon timbangan tidak hanya berasal dari masyarakat setempat saja, bahkan lebih didominasi oleh wanita dari luar desa

tersebut dan sekarang jumlahnya lebih banyak. Setelah jembatan timbang itu


(23)

lagi berada di jembatan timbang, melainkan pindah ke belakang jembatan timbang

tersebut.

Dari prapenelitian, peneliti melihat sebuah warung dengan penerangan

sangat redup. Warung tersebut digunakan wadon timbangan sebagai tempat mangkalnya. Menurut “N” salah seorang wadon timbangan, warung tersebut sebenarnya adalah warung sayuran yang buka di siang hari. Di malam hari

warung tersebut dimanfaatkan wadon timbangan sebagai tempat mangkalnya. Sehingga menurut salah seorang wadon timbangan tersebut banyak juga yang menyebut tempat mangkalnya itu warung remang-remang.

Pada umumnya wanita-wanita yang berada di warung remang-remmang

berjejer di teras-teras depan warung untuk menarik pengguna jalan agar mau

mampir. Dalam hal ini, tampil cantik, seksi, dan selalu ceria adalah modal utama

bagi seorang wadon timbangan. Pekerjaan seperti ini jelas hasilnya ditentukan dari berapa banyak pengunjung yang menggunakan jasanya.

Ketertarikan peneliti pada objek ini dilandasi pada asumsi bahwa setiap

individu termasuk wadon timbangan mempunyai keunikan tersendiri dalam berperilaku komunikasi. Keunikan tersebut dalam penelitian ini adalah suatu cara

untuk menampilkan sebuah identitas diri secara apa adanya dan suatu deskripsi

megenai ciri-ciri perilaku komunikasi dari sekelompok wadon timbangan.

Menurut pria berinisial “O-W” yang sudah lama menjadi kepercayaan wadon timbangan, wadon timbangan memiliki cara tersendiri dalam berperilaku. Bagaimana tata cara mereka menyambut pengunjungnya dalam memberikan


(24)

pelayanan sehingga pengunjungnya tidak bosan menggunakan jasanya lagi. Oleh

sebab itu, penelitian ini akan menjadi menarik ketika kita mulai menyimak

bagaimana perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sejak dulu memang identik dengan

dunia prostitusi. Dari berbagai catatan perdagangan perempuan di berbagai kota di

Indonesia dan luar negeri yang berhasil dihimpun aparat kepolisian dan sejumlah

LSM diketahui, bahwa Indramayu termasuk dalam urutan pertama sebagai daerah

pemasok wanita yang siap dijadikan pemuas nafsu laki-laki hidung belang.

Data tersebut semakin diperkuat dengan merebaknya tempat-tempat

prostitusi yang ilegal atau legal yang banyak bertebaran di hampir setiap sudut

wilayah Indramayu. Sebut saja di Sukra, Karangampel, Haurgelis, Cangkingan,

Anjatan, Legok, Sukahaji, Cilegeng Indah, Gantar, Kalimenir, Kandanghaur,

Sliyeg, dan beberapa di wilayah Indramayu kota.

Menurut pengamat masyarakat Indramayu, Hasan Alkarim, perempuan

Indramayu terperosok ke dalam jurang pelacuran sudah sejak era 1960 silam.

Pada waktu itu, keadaan Indramayu sedang dilanda paceklik. Ratusan hektar

sawah gagal panen.1

1

http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TUNURF0CGONJ4V0ER hari Selasa 2 Mar 2014 Pukul 09.00


(25)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti beranggapan bahwa Jalur Pantura, Jl.

Losarang KM 67, Kabupaten Indramayu yang merupakan tempat mangkal wadon timbangan cocok untuk dijadikan tempat penelitian mengenai perilaku komunikasi wadon timbangan.

Wadon timbangan merupakan wanita yang menawarkan jasa pelayanan pemuas kebutuhan seksual. Karena salah satu kegiatan dari seorang wadon timbangan adalah memberikan pelayanan seksual terhadap pengunjung yang ingin menggunakan jasanya.

Menurut “O-W” , seorang wadon timbangan juga harus pandai menjalin keakraban dengan pengunjungnya. Dalam hal ini wadon timbangan berupaya membuat pengunjungnya agar kembali datang ke tempat tersebut.

Peneliti memilih wadon timbangan sebagai objek pada penelitian ini, karena wadon timbangan merupakan salah satu para pekerja seks komersial yang ramai dibicarakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Indramayu.

Menurut “W” salah seorang pelanggan tempat tersebut, salah satu yang membedakan dengan tempat prostitusi sejenis lainnya adalah di tempat ini

mayoritas wanitanya rata-rata berumur 40 tahun dengan setatus janda bahkan ada

pula yang masih bersuami, ironisnya para suami itu memperbolehkan istrinya

menjadi pekerja seks komersial bahkan ada yang disuruh oleh suaminya sendiri.

Selain itu, tempat ini tidak seperti tempat lain yang dikelola oleh seseorang, harga

untuk mendapatkan kepuasan seksual di tempat ini jauh lebih terjangkau


(26)

seksualnya di ruang terbuka, seperti di semak-semak yang berada di sekitar

tempat itu. Namun biasanya bagi pengunjung yang tidak ingin memuaskan

kebutuhan seksualya di ruang terbuka bisa membawa wanita tersebut ke

rumahnya jika kondisinya memungkinkan atau membawanya ke rumah warga

sekitar yang sengaja disediakan untuk kegiatan tersebut, tentu dengan biaya yang

lebih besar.

Peneliti ingin meneliti bagaimana komunikasi verbal dan komunikasi non

verbal yang digunakan oleh wadon timbangan ketika berinteraksi dengan pengunjung, ketika dalam menjalankan segala aktivitas yang mereka jalani setiap

harinya pada saat mereka menawarkan jasanya kepada pengunjung di jalur

pantura, Jl. Losarang KM 67, Kabupaten Indramayu. Maka peneliti tertarik untuk

mengetahui bagaimana Perilaku Komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung, dan yang paling utama adalah untuk

mengetahui komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dalam perilaku

komunikasinya. Peneliti juga menyadari bahwa penelitian pun tidak hanya

sekedar bertujuan untuk menggambarkan bagaimana perilaku komunikasi dari

sekelompok wadon timbangan dalam menawarkan jasanya kepada pengunjungnya, namun juga mencoba mencari tahu motif yang melatari perilaku

komunikasi tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menjadi menarik ketika

kita mulai meyimak bagaimana perilaku komunikasi wadon timbangan serta bagaimana proses komunikasi yang terjadi di antara mereka pada saat


(27)

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Berdasarkan Buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik terdapat beberapa definisi komunikasi. Dengan

demikian komunikasi menurut Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid (1981:18)

menyatakan :

“Bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam”

Menurut Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah proses

penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui

pengggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan

lainnya.

Seorang wadon timbangan dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Komunikasi merupakan bagian yang penting bagi

kehidupan manusia. Kita dapat melihat hal tersebut dari keseharian bagaimana

orang berkomunikasi pada setiap harinya untuk bertukar informasi atau bahkan

mencari informasi dan belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik. Dalam hal

ini seorang wadon timbangan mampu membangun komunikasi yang efektif kepada pengunjung. Melalui percakapan, wadon timbangan dapat mengungkapkan perasaan emosi, pendapat atau maksud mereka saat menawarkan

jasanya kepada pengunjung, sehingga terjalin komunikasi yang efektif. Dalam


(28)

menggunakan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan agar komunikasi yang

disampaikan sampai pada pengunjung.

Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya

dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata

komunikasi non verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi

verbal dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis

komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu komunikasi non verbal bersifat

tetap dan selalu ada. (Hardjana, 2003 : 26)

Menurut Larry A Samovar, Richard E Porter dan Edwin R McDaniel

dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Lintas Budaya, mengungkapkan

komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut ini :

“Komunikasi non verbal meliputi semua stimulus non verbal dalam sebuah situasi komunikasi yang dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan yang memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima” (Samovar, Porter, McDaniel, 2010:294).

Definisi ini juga mencakup perilaku yang disengaja dan yang tidak

disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita

mengirim komunikasi non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut

bisa bermakna bagi orang lain.

Perilaku komunikasi seorang wadon timbangan juga dilatari oleh motif. Motif merupakan konfigurasi makna yang menjadi landasan untuk bertindak, oleh

karena itu motif menjadi penting dalam setiap tindakan informan. Pentingnya


(29)

Kuswarno 2009). Menurut Schutz terdapat dua macam motif yaitu: in order to motive dan because motive.

Merujuk pada Kuswarno (2009:192), motif adalah dorongan untuk

menetapkan suatu pilihan perilaku yang secara konsisten dijalani oleh seseorang

sedangkan alasan adalah keputusan yang pertama kali keluar pada diri seseorang

ketika dirinya mengambil suatu tindakan tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motif

merupakan suatu dorongan dan kekuatan, yang berasal dari dalam diri seseorang.

Motif merupakan salah satu aspek psikis yang paling berpengaruh dalam tingkah

laku individu.

Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara wadon timbangan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal serta motif yang melatarbelakanginya yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi yaitu

pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung di jalur pantura, Jl. Losarang

KM 67, Kabupaten Indramayu. Sehingga tercapainya suatu pemahaman diantara

kedua belah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.

Seorang wadon timbangan memiliki kemampuan, dalam hal ini seorang wadon timbangan menawarkan jasanya kepada pengunjung agar pengunjung tertarik dengan jasa yang ia tawarkan, mempunyai suatu cara/taktik tersendiri

dalam berperilaku komunikasi melalui pesan verbal dan non verbal kepada


(30)

wadon timbangan dan pelanggan serta kemampuan berkomunikasi dan membina hubungan baik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Rumusan Masalah Makro

Bagaimana perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung?

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro

Berikut rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh

peneliti secara lebih spesifik :

1. Bagaimana komunikasi verbal yang dilakukan oleh wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung?

2. Bagaimana komunikasi non verbal yang dilakukan oleh wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung?

3. Bagaimana motif yang melatarbelakangi perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung?


(31)

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti

mengenai perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung:

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan

dan menguraikan tentang perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui

jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komunikasi verbal yang dilakukan oleh wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.

2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal yang dilakukan oleh wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.

3. Untuk mengetahui motif yang melatarbelakangi perilaku komunikasi


(32)

1.4. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kegunaan, baik kegunaan teoritis maupun praktis.

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian adalah untuk pengembangan Ilmu

Komunikasi secara umum dan kegunaan teoritis secara khusus yaitu

tentang perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki kegunaan untuk

segala pihak. Kegunaan praktis yang telah peneliti rumuskan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Untuk peneliti sebagai aplikasi ilmu komunikasi dalam

penggunaannya dan suatu pembelajaran mengenai perilaku

komunikasi yang dilakukan oleh wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.

B. Untuk akademisi sebagai literatur untuk para mahasiswa/i di bidang

ilmu komunikasi yang akan melakukan penelitian mengenai perilaku

komunikasi.

C. Untuk masyarakat sebagai informasi dan evaluasi terkait dengan

perilaku komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung.


(33)

12 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

1. Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis di Kota Bandung

Penelitian ini dilakukan oleh Annisa Saputri dengan NIM

41809136 Universitas Komputer Indonesia 2013. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perilaku komunikasi mahasiswa tipe kepribadian

Sanguinis dalam interaksinya dengan menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan studi fenomenologi.

Hasil dari penelitian ini ialah Komunikasi verbal yang ada pada

mahasiswa sanguinis dalam berinteraksi dengan teman-temannya, mereka

menggunakan berbagai bahasa untuk komunikasi dengan mereka.

Komunikasi nonverbal pada mahasiswa sanguinis dalam berinteraksi

dengan teman-temannya, memang sedikit lebih banyak bergerak dan

menunjukkan ekspresi kesenangannya. Perilaku komunikasi mahasiswa

sanguinis dihiasi dengan keceriaan setiap harinya. Hampir tidak pernah


(34)

2. Makna Harga Diri Melalui Perilaku Komunikasi PSK Kota Bandung

Penelitian ini dilakukan oleh Ardi Triadi dengan NPM

210110060288. Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Hubungan

Masyarakat Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 2012. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui Makna Harga Diri Melalui Perilaku

Komunikasi PSK Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Hasil dari penelitian ini antara lain bahwa motif memilih pekerjaan

sebagai pekerja seks komersil adalah faktor ekonomi, adapun hal – hal yang melatarbelakangi faktor ekonomi tersebut antara lain keadaan

perekonomian keluarga yang kurang mampu, tanggung jawab memenuhi

segala kebutuhan hidup, dan keinginan untuk mendapatkan kehidupan

yang lebih layak. Makna harga diri bagi pekerja seks komersil dibedakan

menjadi dua yaitu harga diri tinggi dimana ketika mereka dapat mencapai

apa yang menjadi tujuan hidup dan mempertahankan apa yang telah

menjadi pilihan hidupnya serta makna harga diri rendah dimana para

pekerja seks komersil hanya bisa pasrah dengan kondisi yang mereka

alami pada saat ini serta mengakui segala pandangan negatif yang melekat

dalam diri pekerja seks komersil. Serta hasil terakhir dari penelitian ini

adalah bahwa komunikasi verbal dan non verbal di lingkungan pekerjaan

dan lingkungan masyarakat sangat berbeda, karena pada saat berada di


(35)

berpenampilan semaksimal mungkin menarik minat dari para calon klien

tetapi ketika berada di lingkungan masyarakat para pekerja seks komersil

berpenampilan dengan sopan dan santun agar memberi kesan bahwa

mereka adalah gadis baik.

3. Makna Hidup Pada Pekerja Seks Komersial (PSK)

Penelitian ini dilakukan oleh Jaka Yulana Sani Saputra

(110210051-E) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa makna hidup bagi seorang

Pekerja Seks Komersial pada rentang usia dewasa awal. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan

studi kasus.

Hasil dari penelitian ini ialah Keinginan yang dirasakan paling

besar dari Pekerja Seks Komersial adalah perubahan kehidupan yang lebih

baik dari kehidupan yang sekarang ini di jalani dan berusaha untuk

mendapatkan pasangan hidup yang benar-benar setia kepada mereka.

Kendala-kendala yang diihadapi Pekerja Seks Komersial yaitu belum

adanya penerimaan positif dari masyarakat terhadap keberadaan mereka

sebagai seorang PSK, modal belum cukup untuk membuka usaha yang

lain, dan belum menemukan pasangan hidup yang diharapkan dapat


(36)

Tabel 2.1

Rekapitulasi Hasil Penelitian Terdahulu yang Sejenis Nama Tahun Annisa Saputri 2013 Ardi Triadi 2012

Jaka Yulana Sani Saputra

2007

Strata S1 S1 S1

Universitas Universitas Komputer Indonesia Universitas Padjajaran Universitas Airlangga Judul Penelitian Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis di Kota Bandung

Makna Harga Diri Melalui Perilaku Komunikasi PSK Kota Bandung

Makna Hidup Pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perilaku komunikasi mahasiswa tipe kepribadian Sanguinis dalam interaksinya. Untuk mengetahui Makna Harga Diri Melalui Perilaku Komunikasi PSK Kota Bandung.

Untuk

mengetahui apa makna hidup bagi seorang Pekerja Seks Komersial pada rentang usia dewasa awal. Metode Penelitian Metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Hasil Penelitian Komunikasi verbal yang ada pada mahasiswa sanguinis dalam berinteraksi dengan teman-temannya, mereka menggunakan berbagai bahasa untuk komunikasi dengan mereka. Komunikasi

Motif memilih pekerjaan sebagai pekerja seks komersil adalah faktor ekonomi. Makna harga diri bagi pekerja seks komersil dibedakan menjadi dua yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah. Komunikasi

Keinginan yang dirasakan paling besar dari

Pekerja Seks Komersial adalah perubahan

kehidupan yang lebih baik dari kehidupan yang sekarang ini di jalani dan berusaha untuk


(37)

nonverbal pada mahasiswa sanguinis dalam berinteraksi dengan teman-temannya, memang sedikit lebih banyak bergerak dan menunjukkan ekspresi kesenangannya. Perilaku komunikasi mahasiswa sanguinis dihiasi dengan keceriaan setiap harinya. Hampir tidak pernah terlihat bahwa dirinya jika sedang dalam kesedihan.

verbal dan non verbal di lingkungan pekerjaan dan lingkungan

masyarakat sangat berbeda karena pada saat berada di lingkungan pekerjaan para pekerja seks komersil berusaha untuk berpenampilan semaksimal mungkin tetapi ketika berada di lingkungan masyarakat berpenampilan dengan sopan dan santun agar memberi kesan bahwa mereka adalah gadis baik.

mendapatkan pasangan hidup yang benar-benar setia kepada mereka. Kendala-kendala yang diihadapi Pekerja Seks Komersial yaitu belum adanya penerimaan positif dari masyarakat terhadap keberadaan mereka sebagai seorang PSK.

Sumber: Peneliti, 2014

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1. Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Berdasarkan Buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik


(38)

menurut Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid (1981:18)

menyatakan :

“Bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam”

Dan menurut Berelson dan Steiner (1964), komunikasi

adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan

lain-lain. Melalui pengggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,

gambar-gambar, angka-angka, dan lainnya.

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan di atas, tentu

belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli.

Namun paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa

yang dimaksud komunikasi, walaupun masing-masing definisi

memiliki pengertian yang luas dan beragam satu sama lainnya. Dari

definisi diatas juga ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang

dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau

membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran

komunikasi.

2.1.2.2. Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,

secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti


(39)

diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap,

maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku yang berjudul

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa

tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. perubahan sikap (attitude change) b. perubahan pendapat (opinion change) c. perubahan perilaku (behavior change)

d. perubahan sosial (social change) (Effendy, 2006:8)

2.1.2.3. Komponen-komponen Komunikasi a. Communicator (Komunikator)

Yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada

seseorang atau sejumlah orang. Komunikator akan menyandi

(encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, ini berarti ia memformulasikan pikiran dan perasaannya kedalam

lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh

komunikan. Komunikator yang baik adalah orang yang selalu

memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah

gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari


(40)

b. Message (Pesan)

Yaitu pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan

secara verbal yakni dengan menggunakan bahasa dan secara non

verbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna

untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan. c. Channel (Media)

Yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer

dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna

dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.

d. Communicant, Communicate, Receiver, Recipient (Komunikan) Yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator.

Komunikan akan memberikan umpan balik (feedback) terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Umpan balik memainkan

peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan

berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang

diutarakan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa

bersifat positif atau negatif.

e. Effect, Impact, Influence (Efek)

Yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah


(41)

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator terhadap isi

pesan, yang dapat menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak.

2.1.2.4. Fungsi Komunikasi

Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan

pesan/ide; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan

itu sendiri: ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan

terhadap pesan. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan

kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang

disampaikan.

Fungsi komunikasi :

 Membangun konsep diri (Estabilishing Self-Concept)  Eksistensi Diri (Self Existence)

 Kelangsungan Hidup (Live Concinuity)

 Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)

 Terhindar dari tekanan dan ketegangan (Free from pressure and stress).

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.3.1. Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua

orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.


(42)

to face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau

timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian komunikasi antar

pribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa :

“Komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4)

Menurut Vandeber, komunikasi antar pribadi merupakan

suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam

gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9). Effendy mengemukakan

juga bahwa :

“Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan komunikan”. (Liliweri, 1997:12)

Pada dasarnya komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh

komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat,

dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan

prosesnya yang dialogis. Seperti yang telah dikemukakan oleh

Onong Uchjana Effendy bahwa:

“Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact).


(43)

Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (1993:61)

2.1.3.2. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi dapat digunakan untuk berbagai

tujuan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan

komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi ini memberikan

kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri sendiri.

Dengan memperbincangkan diri kita sendiri pada orang lain,

kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan

memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

A. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Nasihat seorang filsuf terkenal Socrates yaitu : cogito ergosum yang memiliki arti kurang lebih ”kenalilah dirimu”. Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi

antar pribadi.2

2

http://tjokricky.wordpress.com/2009/07/10/cogito-ergo-sum/ hari Selasa 2 Maret 2014 Pukul 11.00


(44)

B. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk

memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan

kejadian-kejadian orang lain.

C. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus

makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin

menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

D. Mengubah sikap dan perilaku

Dengan komunikasi antar pribadi sering kita berupaya

mengubah sikap dan perilaku orang lain.

E. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh

kesenangan.

F. Membantu

Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh


(45)

2.1.3.3. Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang

sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu,

komunikasi antar pribadi juga menuntut adanya tindakan saling

memberi dan menerima diantara pelaku yang terlibat dalam

komunikasi.

A. Komunikasi Antar Pribadi sebagai Proses

Sebagai suatu proses, komunikasi antar pribadi merupakan

rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus

menerus atau bisa dibilang merupakan suatu yang dinamis.

B. Komponen-komponen dalam Komunikasi Antar Pribadi Saling

Tergantung

Komponen-komponen dalam komunikasi antar pribadi saling

berkaitan dan tergantung satu sama lain. Setiap komponen

komunikasi antar pribadi mempunyai kaitan baik dengan komponen

lain maupun dengan komponen secara keseluruhan.

C. Para pelaku dalam Komunikasi Antar Pribadi Bertindak dan

Bereaksi

Di dalam proses tradisional, setiap orang, melakukan

tindakan memberi reaksi tindakan sebagai manusia yang utuh. Orang


(46)

melibatkan pikiran, emosi, sikap, gerakan tubuh, pengalaman

sebelumnya, dan lain-lain.

2.1.3.4. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antar

pribadi ini oleh Joseph A Devito dilihat dari dua perspektif, yaitu :

A. Humanistis, meliputi sifat-sifat :

1) Keterbukaan

Aspek keterbukaan menunjuk paling tidak pada dua aspek

tentang komunikasi antar pribadi. Pertama kita harus terbuka

pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Kedua

keterbukaaan untuk memberikan tanggapan terhadap orang

lain dengan jujur.

2) Perilaku Suportif

Jack R. Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan

perilaku suportif, yakni :

a) Deskriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan

suportif dibanding dengan suasana yang evaluatif.

b) Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi

adalah orang yang terbuka dan terus terang tentang apa


(47)

c) Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah

orang yang memiliki sifat berpikir terbuka.

3) Perilaku Positif

Komunikasi antar pribadi akan berkembang bila ada

pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi

komunikasi.

4) Empatis

Empati adalah kemauan seseorang untuk

menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain.

5) Kesamaan

Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang

pengalaman diantara para pelaku komunikasi.

B. Pragmatis, meliputi sifat-sifat :

1) Bersikap yakin

Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila

seseorang mempunyai keyakinan diri.

2) Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi

antar pribadi dengan orang lain bila ia bisa membawa ras


(48)

3) Manajemen Interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang

efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat

memuaskan kedua belah pihak.

4) Perilaku Ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan

seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi

dengan orang lain.

5) Orientasi Pada Orang Lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang

harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain.

2.1.3.5. Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi pun

mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi

yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut

sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang


(49)

yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan.

Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang

terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan

perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya terdiri dari

tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.

Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi

diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiannya

hanya pada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua faktor yang sangat berpengaruh

terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (Onong, 1993:62).

2.1.4. Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain

perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh

tujuan tertentu. Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar

oleh yang bersangkutan. Dorongan yang memotivasi pola perilaku

individu yang nyata dalam kadar tertentu berada dalam alam bawah sadar,

Hersey & Blanch (2004:68).

Sedangkan Rogers (1993:40) menyatakan bahwa perilaku


(50)

dalam menerima atau menyampaikan pesan yang diindikasikan dengan

adanya partisipasi, hubungan dengan sisitem sosial, kekosmopolitan,

hubungan dengan agen pembaharu, keterdedahan dengan media massa,

keaktifan mencari informasi, pengetahuan mengenai hal-hal baru.

Rogers (1993) mengungkapkan ada tiga peubah perilaku

komunikasi yang sudah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian

informasi, kontak dengan penyuluh, dan keterdedahan pada media massa.

Peubah pertama yaitu pencarian informasi masih perlu didampingi dengan

penyampaian informasi, sesuai dengan model transaksional yang bersifat

saling menerima dan memberi informasi cara bergantian.3

Gould dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin (1998), perilaku

komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan

memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan

informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi

pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang

Berdasarkan definisi perilaku yang telah diungkapkan sebelumnya,

perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam

lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, atau dengan kata lain

perilaku komunikasi dalah cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan,

berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut sseorang,

3

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/perilaku_komunimasi_sadar_pangan_dan_gizi.pdf hari Rabu 10 Mar 2014 Pukul 08.00


(51)

Keluarga, atau masyarakat dalam mencari dan menyampaikan informasi

melalui berbagai saluran yang ada di dalam jaringan komunikasi

masyarakat setempat (Hapsari 2007:36).

Di dalam mencari dan menyampaikan informasi, seyogyanya juga

mengukur kualitas (level) dari komunikasi. Berlo (1960:40)

mendeskripsikan level komunikasi adalah mengukur derajat kedalaman

mencari dan menyampaikan informasi yang meliputi (1), sekadar bicara

ringan, (2), saling ketergantungan (independen), (3), tenggangrasa

(empaty), (4), saling interaksi (interaktif). Kebutuhan seseorang akan

informasi mampu menggerakannya secara aktif melakukan pencarian

informasi. Perilaku komunikasi sesama petani dalam rangka encari dan

menyebarkan informasi dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional.

Lebih lanjut Berlo (1960:45), mengungkapkan bahwa perilaku

komunikasi seseorang dapat dilihat dari kebiasaan berkomunikasi.

Berdasarkan definisi perilaku komunikasi, maka hal-hal yang sebaiknya

perlu dipertimbangkan adalah bahwa seseorang akan melakukan

komunikasi sesuai dengan kebutuhannya pada umumnya dimotivasi

dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.4

4

http://www.academia.edu/6348119/PERILAKU_REMAJA_PEMAIN_GAME_ONLIN E_POINT_BLANK_YANG_TERLIBAT_DALAM_KOMUNIKASI_KELOMPOK_ON LINE_KLAN_MARINE_CORP_DI_KELURAHAN_DINOYO_KOTA_MALANG hari Rabu 10 Mar 2014 Pukul 08.30


(52)

2.1.5. Tinjauan Tentang Wadon Timbangan

Wadon timbangan merupakan sebutan bagi wanita yang menjual jasa pemuas kebutuhan seksualnya kepada para pria hidung belang di Jalur

Pantura, Jl. Losarang KM 67, Kabupaten Indramayu.

Menurut Nasuha, Lurah desa, istilah wadon timbangan berasal dari bahasa Indramayu yang artinya wanita yang mangkal di jembatan timbang

untuk menawarkan jasa pemuas kebutuhan seksual para pria hidung

belang. Istilah tersebut berawal dari tempat dimana wadon timbangan menjajakan jasanya yaitu jambatan timbang yang terletak di Jalur Pantura,

Jl. Losarang KM 67, Kabupaten Indramayu.

Nasuha menambahkan, awal mula adanya wadon timbangan yaitu pada tahun 1990, pada saat itu jembatan timbang yang biasa beroperasi

untuk mengukur berat mobil pengangkut barang tidak menjalankan

operasinya. Pada saat itu juga keadaan ekonomi masyarakat sekitar dalam

keadaan yang sulit. Sehingga sedikit demi sedikit wanita yang tinggal di

sekitar tempat itu menawarkan jasanya sebagai pemuas kebutuhan seksual,

namun tidak sedikit juga wanita-wanita tersebut berasal dari daerah lain.

Mereka datang dari keluarga yang tidak mampu sehingga alasan mereka

melakukan pekerjaan itu yaitu untuk menafkahi keluarganya.

Menurut “W” salah seorang pelanggan tempat tersebut, mayoritas dari wadon timbangan rata-rata berumur 40 tahun dengan setatus janda bahkan ada pula yang masih bersuami, ironisnya para suami itu


(53)

memperbolehkan istrinya menjadi pekerja seks komersial bahkan ada yang

disuruh oleh suaminya sendiri. Bahkan wadon timbangan rela melakukan kegiatan seksualnya di ruang terbuka, seperti di semak-semak yang berada

di sekitar tempat itu.

Menurut “N” salah seorang wadon timbangan, wadon timbangan memulai kegiatannya dari pukul 18.30 - 24.00 WIB. Ketika hari mulai

gelap, wadon timbangan satu persatu mulai berdatangan ke lokasi dan siap menggoda pengunjungnya. Dengan demikian wadon timbangan merupakan pekerja seks komersial yang menawarkan jasanya pada malam

hari di Jalur Pantura, Jl. Losarang KM 67, Kabupaten Indramayu.

2.1.5.1. Pekerja Seks Komersial Koentjoro menyatakan:

Pekerja seks komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasa mereka tersebut (Koentjoro, 2004:26).

Di beberapa negara istilah prostitusi dianggap mengandung

pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan

Pekerja Seks Komersial. Ini artinya bahwa para perempuan itu

adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan

yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku dalam

masyarakat. Karena pandangan semacam ini, para pekerja seks

mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat.


(54)

Dalam dunia protitusi yang ada hal-hal yang menyebabkan terjadinya kegiatan tersebut, karena banyak orang-orang yang orientasi hidupnya pada materi. Karena tingginya aspirasi terhadap materi, maka pelacuran yang berhasil mengumpulkan banyka materi menjadi model atau contoh. Modeling adalah salah satu cara sosialisasi pelacuran yang mudah dilakukan dan efektif. Modeling biasanya bermula dari perasaan bangga kepada mereka yang bekerja sebagai Pekerja Sek Komersial. Terdapat banyak pelacuran yang telah berhasil mengumpulkan kekayaan di komunitas yang menghasilkan PSK, sehingga mereka yang berada di lokalisai dengan mudah dapat menemukan model yang diinginkan. (Koentjoro, 2004:135)

Kartini Kartono (2005:217) mengemukakan definisi

pelacuran sebagai berikut:

a. Pelacuran adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola

oraganisasi implus atau drongan seks yang tidak wajar dan tidak

terintergrasi dalambentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa

kendali dengan banyak orang (promiskuitas), disertai eksploitasi

dan komersialisasi seks, yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.

b. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan)

dengan jalan memperjual belikan badan, kehormatan dan

kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu

seks, dengan imbalan pembayaran.

c. Pelacuran adalah perbuatan perempuan atau laki-laki yang

menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual

dengan mendapatkan upah.5 5

http://www.share-pdf.com/2b1fd8f01a0345c0b92f0fd4fde23446/95326420-PSK.pdf hari Jumat 25 Apr 2014 Pukul 08.30


(55)

2.1.5.2. Klasifikasi Pekerja Seks Komersial

a. Pelacur kelas bawah/rendahan ( jalanan, bordil murahan);

b. Pelacur kelas menengah, biasanya dalam bordil-bordil yang

cukup bersih dan cukup baik pelayanannya;

c. Pelacur kelas atas/tinggi, biasanya terselubung, dan jika

menggunakan perantara/calo cukup rapi, sehingga sulit bagi pihak

keamana untuk mengetahui.6

2.1.5.3. Faktor-faktor Adanya Pekerja Seks Komersial a. Kemiskinan

Di antara alasan penting yang melatarbelakangi adalah

kemiskinan yang sering bersifat struktural. Struktur kebijakan

tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin

semakin miskin, sedangkan orang yang kaya semakin menumpuk

harta kekayaannya.

Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan

memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan

penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa

mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan

tersebut.

b. Kekerasan seksual

Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab

perempuan menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti

6


(56)

perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.

c. Penipuan

Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan

berkedok agen penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan

oleh orangtua sendiri pun juga kerap ditemui.

d. Pornografi

Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi,

pornografi adalah bentuk ekspresi visual berupa gambar, tulisan,

foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan

atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk

memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada

public alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan

erotis yang menonjolkan sensualitas dan seksualitas, serta segala

bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut

diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.

2.1.5.4. Persoalan-persoalan Psikologis a. Akibat gaya hidup modern

Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan

keindahan tubuh dan barang-barang yang dikenalakannya. Namun

ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan

untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil

jalan akhir dengan menjadi Pekerja Seks Komersial untuk


(57)

b. Broken home

Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa

seseorang remaja untuk melakukan hala-hal yang kurang baik di

luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak

bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.

c. Kenangan masa kecil yang buruk

Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang

perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa

menjadi faktor dia menjadi seorang Pekerja Seks Komersial.

2.1.5.5. Dampak Yang Ditimbulkan Bila Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja Seks Komersial:

a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya

sebagai seorang perempuan.

b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat

hanya akan selalu mencemooh dirinya.

c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.

d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti

gonore, klamdia,herpes kelamin,sifilis, hepatitis B, dan

HIV/AIDS.7

7

http://exzal-exzal10.blogspot.com/2011/10/makalah-kespro-pekerja-seks-komersial.html hari Sabtu 26 Apr 2014 Pukul 11.00


(58)

2.1.6. Tinjauan Tentang Pengunjung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengunjung

merupakan seseorang yang datang ke suatu tempat untuk menjuampai

sesuatu lainnya. Jika dilihat dari penelitian ini maka pengunjung

merupakan seseorang yang datang untuk menjumpai wadon timbangan.

Pada umumnya pengunjung yang datang ke suatu tempat

memiliki tujuan. Tujuan mereka biasanya terkait dengan tempat yang akan

mereka kunjungi. Dalam penelitian ini pengunjung mendatangi tempat

dimana wadon timbangan menawarkan jasanya. Tempat wadon timbangan yang merupakan tempat prostitusi tentu berpengaruh pada setiap tujuan

yang berkaitan dengan prostitusi. Seperti pengunjung yang bertujuan untuk

mendapatkan kepuasan seksual, meneliti mengenai prostitusi, atau bahkan

hanya sekedar ingin mengetahui sekilas mengenai tempat prostitusi.

Menurut “O-W”, hampir semua pengunjung yang datang ke tempat wadon timbangan menawarkan jasanya merupakan pria yang memiliki tujuan untuk mendapatkan kepuasan seksual, namun ada juga

warga sekitar yang hanya numpang lewat saja. Pria-pria yang datang untuk

memenuhi kebutuhan seksualnya rata-rata dari kalangan ekonomi rendah,

pekerjaan mereka sebagai buruh serabutan, sopir dan kondektur mobil

pengangkut barang. Biasanya mereka yang pekerjaannya sebagai buruh

serabutan akan sering datang pada saat panen padi tiba. Sedangkan bagi


(59)

berkunjung ke tempat ini. Dari segi umur pengunjung yang datang ke

tempat ini rata-rata berumur 30-40 tahun, namun ada juga yang masih

berumur belasan tahun datang ke tempat ini untuk mendapatkan kepuasan

seksual.

“O-W” menambahkan, ada beberapa pengunjung yang datang ke tempat ini diantaranya pengunjung yang memiliki istri. Kebanyakan dari

mereka ditinggal istrinya untuk berkerja ke Luar Negeri dan mereka akan

sering datang pada saat mendapatkan kiriman uang dari istrinya juga saat

panen padi tiba.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hampir semua

pengunjung yang datang ke tempat mangkal wadon timbangan merupakan pria hidung belang yang ingin mendapatkan kepuasan seksualnya namun

ada juga waarga yang datang ke tempat tersebut hanya numpang lewat

saja. Para pengunjung yang berniat menggunakan jasa wadon timbangan kebanyakan dari kalangan ekonomi rendah. Tarif yang tidak tinggi untuk

mendapatkan kepuasan seksual di tempat ini tampaknya mendorong para

pria hidung belang berkantong tipis untuk sering datang.

2.1.7. Tinjauan Tentang Penawaran Jasa

Menurut Djaslim Saladin (2004:134) pengertian jasa adalah

sebagai berikut:

“Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses


(60)

produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.”

Menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutif oleh Ratih Hurriyati

(2005:28) pengertian jasa adalah sebagai berikut:

“Jasa adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.”

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka jasa pada dasarnya

adalah sesuatu yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan

konsumen.

2. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan

bantuan suatu produk fisik.

3. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.

4. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

2.1.7.1. Kategori Penawaran

a. Barang berwujud murni (pure tangible good).

Penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk fisik.

Pada produk ini sama sekali tidak melekat jasa pelayanan.

Contohnya sabun, pasta gigi, sampo dan lain-lain.

b. Barang berwujud dengan jasa pendukung (tangible good with accompanying services).


(61)

Barang berwujud dengan jasa pendukung merupakan

tawaran terdiri atas tawaran barang berwujud diikuti oleh satu

atau beberapa jenis jasa untuk meningkatkan daya tarik

konsumen. Contohnya penjual mobil memberikan jaminan atau

garansi, misalnya satu tahun gratis service kerusakan.

c. Jasa campuran (Hybrid).

Jasa campuran merupakan penawaran barang dan jasa

dengan proporsi yang sama. Contohnya makanan ditawarkan di

restoran disertai pelayanan yang mengesankan.

d. Jasa pokok disertai barang-barang dan jasa tambahan (major service with accompanying minor goods and service).

Penawaran terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama

dengan jasa tambahan (pelengkap) dan atau barang-barang

pendukung. Contohnya penumpang pesawat yang membeli jasa

angkutan (trasportasi) selama menempuh perjalanan ada beberapa

produk fisik yang terlibat seperti makanan, koran dan lain- lain.

e. Jasa murni (pure service).

Jasa murni merupakan tawaran hanya berupa jasa.

Contoh : panti pijat, konsultasi psikologis dan lain-lain.

2.1.7.2. Karakteristik Jasa

Jasa mempunyai empat karakteristik utama yang sangat


(62)

berwujud (intangibility), Tidak dapat dipisahkan (inspirability), Berubah – ubah (variability), Mudah lenyap (perishability).

a. Tidak Berwujud (Intangibility)

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bias

dilihat, dirasa, di dengar, didengar, diraba, atau dicium sebelum

ada transaksi pembelian .

b. Tidak Dapat Dipisahkan (Inspirability)

Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya,

apakah sumber itu merupakan orang atau mesin, apakah sumber

itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.

c. Berubah – ubah (variability)

Jasa sesungguhnya sangat mudah berubah – ubah karena jasa ini sangat tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan dan

dimana disajikan .

d. Mudah Lenyap (Perishability)

Daya tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika

permintaan selalu ada dan mantap karena penghasilan jasa di

muka dengan mudah. Bila permintaan atau turun, maka masalah


(63)

2.1.7.3. Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa

Terdapat tiga tipe pemasaran dalam dunia usaha, antara

lain:

a. Pemasaran Eksternal (External Marketing)

Strategi pemasaran eksternal ini dikenal dengan 4P

(product, price, promotion, place.

b. Pemasaran Internal (Internal Marketing)

Pemasaran jasa tidak cukup hanya dengan pemasaran

ekternal (4P) tetapi harus diikuti pula dengan peningkatan kualitas

atau keterampilan para personil yang ada dalam perusahaan.

Selain itu, juga harus ada kekompakan atau suatu tim yang

tangguh dari personil yang ada dalam perusahaan tersebut,

khususnya dalam menghadapi para pelanggan sehingga membawa

kesan tersendiri yang meyakinkan pelanggan.

c. Pemasaran Interaktif (Interaktif Marketing)

Kepuasan konsumen tidak hanya terletak pada mutu jasa,

misalnya restorannya yang megah dan makanannya yang bergizi,

tetapi juga harus dipadukan dengan melakukan service quality improvement supaya peningkatan pelayanan benar-benar meyakinkan.8

8

http://irwansahaja.blogspot.com/2013/05/pengertian-jasa-karakteristik-jasa-dan.html hari Senin 28 Apr 2014 Pukul 11.00


(64)

2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1. Kerangka Teoritis

Menurut Nawawi (1995: 41), sebelum melakukan sebuah

penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka

teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi mana

peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Kerlinger menyebutkan

teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan

relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Rakhmat, 2004: 6).

Dalam perilaku komunikasi wadon timbangan tampak komunikasi verbal, non verbal, dan motif yang melatari untuk

mengefektifkan komunikasi kepada pengunjungnya seperti yang sudah

dijelaskan pada sebelumnya.

2.2.1.1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol

yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga

dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005).

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan

aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang


(65)

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa

secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan

sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan

gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya

dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota

kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa

diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat

dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai

peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan

supaya memberi arti.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51).

Komunikasi verbal memiliki macam bahasa yaitu Bahasa

Indonesia dan Bahasa Daerah. Bahasa Indonesia adalah bahasa

nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia

yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan

merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku Bahasa

Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan). Sedangkan

Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada suatu daerah

tertentu dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata,


(1)

dalam setiap komunikasinya karena pengunjung yang datang hampir semuanya berbahasa jawa indramayu. Bahasa khusus dan kode yang digunakan oleh wadon timbangan pun berjenis bahasa jawa indramayu, seperti: jaluk udude, manjing beli, ngamer beli (minta rokoknya, masuk tidak, berkamar tidak). Mas, arep mendi? Dan jaluk udude! merupakan kalimat pembuka sekaligus kode untuk membuat pengunjung memperhatikannya. Sedangkan pertanyaan yang sering wadon timbangan lontarkan kepada pengunjung Mas, arep mendi? (Mas, mau kemana?) Mas, manjing beli? (Mas, masuk tidak?) dan Mas, rabi beli? (Mas, bersetubuh tidak?), semuanya untuk mengetahui apakah pengunjung tertarik dengan jasanya atau tidak kecuali pertanyaan “Mas, arep mendi?” yang dimaksudkan agar pengunjung tidak pergi ke tempat lain..

2. Komunikasi Non Verbal wadon timbangan pada saat menawarkan

jasanya kepada pengunjung yaitu ekspresi wajah wadon timbangan terlihat seolah mengajak agar pengunjung bersedia menggunakan jasanya. selain ekspresi berharap, wadon timbangan juga terlihat memberikan sedikit senyumannya yang memiliki arti ajakan pada kesenangan. Jika sedang berbicara dengan pengunjung, mata wadon timbangan selalu menatap wajah pengunjungnya untuk menjaga fokus pembicaraan dengan lawan bicaranya tersebut. Sedangkan untuk postural wadon timbangan lebih condong ke arah pengunjung yang menjadi lawan bicaranya. Postural tersebut bisa diartikan sebagai bentuk rasa senang dan harapan positif yang ia dapat dari lawan bicaranya. Selain condong ke arah lawan bicaranya, posisi wadon timbangan pun bejarak dekat dengan pengunjung agar lebih mudah menawarkan jasanya.

Dalam berpenampilan, pakaian wadon timbangan terlihat biasa saja. mereka menggunakan pakaian hanya untuk menutupi kekurangan tubuhnya. kosmetik wadon timbangan menggunakan kosmetik biasa saja agar pengunjung tidak menilai aneh pada penampilannya. Pengucapan kata-kata yang dilakukan wadon timbangan lembut, jika wadon timbangan mengucapkan kata-katanya tidak lembut maka bisa dipastikan pengunjung


(2)

tidak akan merespon baik tawarannya. Sentuhan lembut yang dilakukan wadon timbangan bertujuan agar mereka dapat menjalin keakraban dengan pengunjung. Wangi-wangian yang dipakai oleh wadon timbangan sangat bervariasi. Untuk ruangan yang digunakan wadon timbangan yaitu berada di ruanga terbuka sehingga membuat mereka lebih mudah menawarkan jasanya ke setiap laki-laki yang melewati tempat tersebut.

3. Motif masa lalu yang membuat mereka berperilaku seperti itu pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung yaitu, ketika merasa banyak disenangi orang pada saat berperilaku komunikasi seperti itu, mendapatkan pujian-pujian, atau adapula yang mengambil dari pengalaman temannya. Sedangkan Motif masa depan yang melatarbelakangi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung yaitu agar pengunjung tertarik padanya dan bertujuan agar pengunjung berminat menggunakan jasanya. Hal demikian terjadi karena dipengaruhi juga oleh pendidikan dari setiap wadon timbangan yang rata-rata hanya merasakan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi alasan kuat yang mendorong para wadon timbangan berperilaku komunikasi seperti yang sudah dijelaskan.

4. Perilaku Komunikasi wadon timbangan pada saat menawarkan jasanya kepada pengunjung yaitu wadon timbangan berperilaku komunikasi berdasarkan upaya mereka yang menginginkan pengunjung menggunakan jasa yang mereka tawarkan. Perilaku komunikasi wadon timbangan sangat khas, kekhasan tersebut terjadi bukan karena adanya unsur kesengajaan yang diciptakan oleh pihak manapun, melainkan karena adanya kebiasaan yang wadon timbangan percayai dapat mempengaruhi pengunjung untuk menggunakan jasanya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Book, Cassandra L. 1980. Human Communication: Principles, Contexts, and Skills. New York : St. Martin’s Press.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Devito, A. Joseph. 1984. The Interpersonal Communication Book. Cangara. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Pers.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing.

Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Effendy, Onong.U. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Remaja.

Effendy, Onong.U. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : CV Mandar Maju.

Fajar, Marhaeni. 2008. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius.

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang : IAIN Raden Fatah Press. Koentjoro, Ph.D., (2004) Tutur Dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Tinta.


(4)

Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung : Widya Padjadjaran.

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Solatun, 2007, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Universitas Terbuka

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Samovar, Porter, McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya (Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika.

Singarimbun, Masri , Effendi Sofian. , 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D


(5)

Suranto, Aw. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

B. Karya Ilmiah

Saputri, Annisa. 2013. Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis Di Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis Dalam Interaksi Nonformal Sehari-Hari). Bandung: Program Strata Satu (1) Universitas Komputer Indonesia.

Triadi, Ardi. 2013. Makna Harga Diri Melalui Perilaku Komunikasi PSK Kota Bandung. Bandung: Program Strata Satu (1) Universitas Padjajaran.

Saputra, Jaka Yulana Sani. 2007. Makna Hidup Pada Pekerja Seks Komersial (PSK). Bandung: Program Strata Satu (1) Universitas Airlangga.

C. Sumber Online

http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TUNURF0CGONJ4V0ER Selasa, 2 Mar 2014 Pukul 09.00

http://tjokricky.wordpress.com/2009/07/10/cogito-ergo-sum/ Selasa, 2 Mar 2014 Pukul 11.00

http://widodogroho.mywapblog.com/potret-nyata-pelacuran-rumahan-d-subang.xhtml

Rabu, 3 Mar 2014 Pukul 10.00

http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/12/pekerja-seks-komersial-psk/ Rabu, 3 Mar 2014 Pukul 13.00


(6)

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/perilaku_komunimasi_sadar_pangan_dan_gizi.pd f

Rabu, 10 Mar 2014 Pukul 08.00

http://www.academia.edu/6348119/PERILAKU_REMAJA_PEMAIN_GAME_O NLINE_POINT_BLANK_YANG_TERLIBAT_DALAM_KOMUNIKAS I_KELOMPOK_ONLINE_KLAN_MARINE_CORP_DI_KELURAHAN _DINOYO_KOTA_MALANG

Rabu 10 Mar 2014 Pukul 08.30

http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2009/12/20/penelitian-kualitatif/ Rabu, 10 Mar 2014 Pukul 11.00

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html Rabu, 10 Mar 2014 Pukul 12.00

http://www.share-pdf.com/2b1fd8f01a0345c0b92f0fd4fde23446/95326420-PSK.pdf

Jumat, 25 Apr 2014 Pukul 08.30 http://id.scribd.com/doc/95326420/PSK Jumat, 25 Apr 2014 Pukul 09.30

http://exzal-exzal10.blogspot.com/2011/10/makalah-kespro-pekerja-seks-komersial.html

Sabtu, 26 Apr 2014 Pukul 11.00

http://irwansahaja.blogspot.com/2013/05/pengertian-jasa-karakteristik-jasa-dan.html


Dokumen yang terkait

Teknologi Komunikasi Dan Perubahan Perilaku (Studi Deskriptif Mengenai Penggunaan Handphone Terhadap Perubahan Perilaku Dikalangan Siswa SMP Swasta Namira Pasar I Tanjung Sari Medan)

4 56 79

Perilaku Komunikasi “Cabe-cabean” dalam Lingkungan Pergaulannya (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi “Cabe-cabean” di Lingkungan Balapan Liar di Kota Bandung)

0 22 113

Perilaku Komunikasi Anggota Clan Bandung All Star Reborn Pada Saat Kopi Darat (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Anggota Clan Bandung All Star Reborn Pada Saat Kopi Darat Di Kota Bandung)

0 2 1

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Perilaku komunikasi dalang sandiwara : (studi fenomologi mengenai perilaku komunikasi dalang sandiwara di Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu)

0 12 1

Perilaku Komunikasi Komunitas Hansamo Dengan Sesama Anggotanya (Studi Deskriptif Perilaku Komunikasi Komunitas Hansamo Dengan Sesama Anggotanya di Kota Bandung)

0 3 1

Perilaku Komunikasi Seniman Tato (Studi Deskriftif Mengenai Perilaku Komunikasi Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Seniman Tato Di Kota Bandung)

8 44 104

Gaya Komunikasi Orangtua dengan Perilaku Asertif (Studi Deskriptif Kualitatif Gaya Komunikasi Orangtua Dengan Perilaku Asertif Pada Siswa SMPN 2 Medan)

0 0 17

Perilaku Komunikasi orangtua anak kecerdasan

1 4 68

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PERILAKU BERJUDI PADA MAHASISWA

0 0 165