Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Kajian Distribusi dan Kondisi Karakteristik Dasar Perairan Pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Spermonde (Sangkarang) Selat Makassar

Nurjannah. Studi tentang Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Kajian
Distribusi dan Kondisi Karakteristik Dasar Perairan pada Ekosistem Terumbu
Karang di Kepulauan Spermonde (Sangkarang) Selat Makassar. Di bawah
Bimbingan Vincentius P. Siregar, Muhammad Eidman dan Neviaty P. Zamani.
Peneliiian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan distribusi karakteristik
dasar perairan pada ekosistem terumbu karang, memetakan dan mempelajari
perubahan serta penyebabnya selama kurun waktu 3 tahun melalui citra sateli
Landsat TM 29 Agustus 1994 dan 2 Juni 1997 yang didukung oleh pengamatan
lapangan di Pulau Kondongbali dan Pulau Bontosua.
Pengolahan citra dilakukan di Laboratorium lnderaja Program Studi llmu
Kelautan lnstiiut Pertanian Bogor dengan menggunakan perangkat lunak IDRlSl
versi 4.1 pada bulan Juli - Desember 1997. Pengamatan lapangan dilaksanakan di
Pulau Kondongbali dan Bontosua Kepulauan Spermonde (Sangkarang), Selat
Makassar tanggal 21 - 27 Juli 1997 dengan menggunakan metode transek garis.
Pada analisis digital dilakukan penggabungan secara algoritma antara dua
kanal sinar tampak dari satelit Landsat TM yaitu kanal 1 dan kanal 2 untuk
menghasilkan kanal baru dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan
oleh Siregar (1995) :

+ (kilkj) x in (Mul2)


Y = In (Tt4 1)

dan selanjutnya citra hasil transformasi dari persamaan tersebut diklasifikasi dengan
metode klasifikasi terselia (supervised)

dengan menggunakan data hasil

pengamatan di lapangan.
Hasil klasifikasi dengan metode algoritma dan metode terselia menunjukkan
karakteristik dasar perairan terdiri dari 10 kelas untuk citra tahun 1994 dan 9 kelas
untuk citra 1997 yaitu ; laut dalam, laut dengan kedalaman 5 - 10 meter, karang 1,
karang 2, pecahan karang, pasir 1, pasir 2, lamun 1, lamun 2, dan kelas darat.

iii

Terurnbu karang dibagi rnenjadi dua kelas berdasarkan persentase
penutupan karangnya yalu kelas karang 1 rnewakili karang hidup yang didorninasi
oleh karang keras (Hard Coral) dengan persentase penutupan karangnya yang
tinggi dan kelas karang 2 rnewakili daerah yang kerapatan karangnya rendah.
Kelas pecahan karang (Rubble) mewakili suatu kondisi dasar perairan yang

didominasi oleh pecahan karang. Penggolongan pasir rnelalui pengarnatan visual di
lapangan didasarkan pada ukuran butirannya. Kelas pasir 1 rnewakili daerah rataan
pasir kasar sedangkan untuk kelas pasir 2 rnerupakan daerah rataan pasir yang
ukuran butirannya lebih halus. Turnbuhan laut dibagi rnenjadi dua kelas yakni kelas
lamun 1 dengan kerapatan turnbuhan yang tinggi dan kelas larnun 2 didorninasi oleh
pasir.
Perubahan luasan terjadi pada sernua kelas karakteristik dasar perairan
rnelalui penghlungan luasan citra terklasifikasi tahun 1994 yang dibandingkan
dengan tahun 1997.

Kelas karang dan kelas hancuran karang rnengalarni

peningkatan luasan sedangkan kelas pasir, kelas larnun dan daratan rnengalarni
penurunan luasan.
Peningkatan luasan terurnbu karang yang cukup besar dari tahun 1994
sarnpai tahun 1997 yang terindera oleh satelit tidak hanya disebabkan oleh proses
perturnbuhan dan perkernbangan terurnbu karang rnengingat rendahnya laju
perturnbuhan dan perkembangan terurnbu karang, tetapi sangat dipengaruhi oleh
kondisi pasang surut yang berbeda saat peliputantahun 1994 dan 1997.


N F M A N PENGIND
N JAUW
UNWK W l A N DlSTRlBUSl DAN KONDlSl
KARAKTLRlSTlK DASAR PERAlRAN
PADA EKOSISTLM TLRUMBU KARANG
D l KEWLAUAN SWRMONDE (SANGKARANG)
SELAT MAMASSAR

TESlS
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Bidang Teknologi Kelautan
Pada Program Pascasajana lnst'itut Pertanian Bogor

PROGRAM P A S M A
INSTrCUT PERTANICMl
1998