Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) di Lapangan

(1)

Bagan Posisi Perangkap Yellow Trap

10 m


(2)

Foto Perangkap

Yellow trap sweep net Foto serangga

Gambar foto langsung

(Odonata ; Ghompidae)

(Orthoptera ; Acrididae) (Coleoptera ; Carabidae)


(3)

Satyridae Muschidae

Stratyomidae spechidae

Pentatomidae Phompilidae


(4)

Coccinellidae Acrididae

Sogatella(Hemiptera),

Walang sangit(Hemiptera,Alydidae) Wereng punggung putih

Muscidae (Diptera) Tachinidae (Diptera) Lalat

Agromyzidae (Diptera) Tipulidae(Diptera) Lalat


(5)

Polistes (Hymenoptera , Vespidae) Lycosa(Araneae, Lycosidae)

Tettigoniela (Orthoptera,Tettigoniidae) Halictus (Hymenoptera,Halictidae) lebah

Camponutus (Hymenoptera,Formicidae)


(6)

Lampiran 4. Data Kiriman Hasil Identifikasi

Hasil identifikasi dari Laboratorium Entomologi Dasar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dikirim melalui email dalam bentuk data beserta foto serangga.

SPESIES

1. Spodoptera litura 2. Coccinella transversalis 3. Leptocorisa acuta 4. Halictus 5. Phyllophaga 6. Sogatella 7. Tettigoniela 8. Agromyzidae 9. Tenebrionidae 10.Pompilidae 11.Empoasca 12.Muscidae 13.Chilocorus 14.Oxya chinensis

15.Odontoponera denticulate 16.Pelopidas mathias

FAMILI 1. Noctuidae 2. Agromyzidae 3. Pompilidae 4. Muschidae 5. Tachinidae 6. Tipulidae 7. Braconidae 8. Alydidae 9. Tenebrionidae 10.Sciaridae


(7)

GENUS

1. Camponutus 2. Halictus 3. Sagra 4. Erthesina 5. Paratrechina


(8)

C I H E R A N G Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Golongan : Cere

Umur tanaman : 116 – 125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107 – 115 cm Anakan produktif : 14 – 17 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks glikemik : 54,9 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,5 t/ha

Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahanbiotipe3 Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl. Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat

Alasan utama dilepas : Lebih tahan HDB dibanding IR64, produktivitas tinggi, mutu dan rasa nasi setara IR64, indeks glikemik rendah


(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Beahaki S. E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi dalam Prespektif Praktek pertanian yang baik. (Good Agricultural practice). www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip021095.pdf.

Borror DJ, CA Triplehorn dan NF Johson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Soetiono Porto Soejono.Gajah Mada University Press.

Gillot, C.1982.Entomology.University of Saskatchewan, Saskatoon, Canada. Plennum Press.New York and London.

Harahap.I., 1988.Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya, Jakarta. Heddy, S dan M, Kurniawaty., 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. P.T Raja

Grafindo, Jakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta.Jakarta. Hal 42-51.

Kalshoven, L. G. H., 1981. Pest of Crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta. 700 hlm.

Kartohardjono, A., T. Teryana, W.R. Atmadja dan Nursasongko. 1989. Peranan Predator Chyrtorhinus sp. Dalam Memangsa Wereng Coklat Pada Tanaman Padi. Edisi Khusus no. 2. Penelitian Wereng Coklat 1987/1988. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.

Krebs. 1978. Ecology.The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.Third Edition.Harper and Row Distribution.New York

Kirk-Spriggs AH. 1990. Preliminary studies of rice pests and some of their natural enemies in the Dumoga valley, Sulawesi Utara, Indonesia. J Rain Forest Insects of Wallacea 30: 319-328.

Luh, B. S. 1991. Rice.An AVL Book Published by Van Nostrand Reindhold, New York.

Michael P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Tanaman Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta

Nenet S, Sumeno dan Sudarjat. 2005. Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjajaran. Bandung.

Nizar, M., 2011.Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Metode Sri (The System Of Rice Intensification). Skripsi. Universitas Andalas, Padang.


(17)

Noor, M. 1996. Padi Lahan Maginal. Penebar Swadaya, Jakarta.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Oka, I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indo UGM Press, Yogyakarta.

Pedigo, L.P. 1991. Entomology and Pest Management. New York : Macmillan Publishing Company.

Putra, N.S. 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta

Rizali, A., D. Bukhoridan H. Triwidodo.2002. Keanekaragaman Serangga pada Lahan Persawahan-tepaian Hutan Indikator untuk Kesehatan Lingkungan.Jurnal Penelitian Juni 2002 Vol 9 (2).

Rosalyn, I. 2007. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Samways MJ. 1994. Insect Conservation Biology. New York: Chapman & Hall. Strong DR, Lawton JH, Southwood R. 1984. Insect on Plants.Boston: Harvard Univ

Pr.

Sugeng, 2003.Bercocok Tanaman Padi. Aneka Ilmu. Semarang. Suin, M.I., 2002. Metoda Ekologi Universitas Andalas, Suin.


(18)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian ± 20 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi varietas ciherang,

serangga yang terdapat pada tanaman padi, tissue, kertas warna kuning, dan alkohol 70 %.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, handspreyer, ember, alat tulis, perangkap warna kuning, Sweep net, mikroskop, pinset, kamera, aqua, bambu, knapsack spayer, kuas, buku kunci identifikasi serangga yaitu karangan Kalshoven (1981) dan Borror (1992).

Metode Penelitian 1. Yellow Trap

Perangkap Yellow trap dipasang di lahan penelitian padi, setelah itu perangkap diambil dari lahan kemudian serangga yang melekat pada trap diambil dengan cara menyemprotkan alkohol 70 % kemudian serangga yang terkumpul dikelompokkan menurut bentuk morfologi serangga.

2. Perangkap Jaring

Perangkap jaring (sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Serangga yang


(19)

tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasi. Lokasi pemantauan dilakukan di areal tanaman padi pada fase vegetative dan fase generatif. Kemudian dilakukan metode pengabutan 10 kali pengayunan. Lokasi pengabutan sesuai dengan sistem diagonal. Interval sampling dilakukan 3 hari sekali, dengan waktu pengamatan 5 kali pemantauan. . PelaksanaanPenelitian

1. Survei Lokasi

Survei dilakukan pada lahan yang terdapat tanaman padi tepatnya di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa.

2. Pembuatan Trap

a. PembuatanYellow Trap

Yellow trap dibuat dengan cara memotong triplek dengan ukuran 30 cm x 30 cm, kemudian ditempelkan yellow trap tersebut pada triplek sesuai

dengan ukuran triplek. Kemudian dibuat penegak untuk triplek menggunakan kayu b.Pembuatan perangkap jaring (sweep net)

Sweep net terbuat dari bahan ringan seperti kain kassa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat, pada perangkap jaring dilakukan 10 kali ayunan pada fase vegetatif dan fase generatif, serangga yang tertangkap dimasukkan kedalam botol kocok untuk identifikasi.

3. Pemasangan dan Pengambilan Perangkap a. Pemasangan dan Pengambilan Yellow Trap

Pemasangan yellow trap digunakan dengan menggunakan bambu yang

tingginya sesuai dengan ketinggian tanaman. Perangkap dibiarkan selama 3 hari pada setiap minggu dan diulang sebanyak 5 kali. Pemasangan


(20)

dilakukan pada arah utara, selatan, timur dan barat dan serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasi.

Gambar 1. Alat perangkap yellow trap

b. Pengambilan dan pemasangan perangkap jaring ( sweep net)

Pengambilan langsung serangga dengan menggunakan swep net Umumnya dilakukan untuk mengambil serangga yang aktif di siang hari (diurnal). Serangga ditangkap dengan jaring sebanyak 10 kali ayunan pada setiap pagi dan sore setiap pengamatan. Serangga yang tertangkap dikumpulkan kemudian dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasi.


(21)

C. Pengidentifikasian dan pengamatan serangga

Serangga yang tertangkap dikumpulkan dan dikirim untuk dilakukan identifikasi ke Laboratorium Entomologi Dasar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dan dilakukan pengamatan dengan menggunakan buku kunci identifikasi serangga karangan Kalshoven (1981) & Borror (1992).

Parameter Pengamatan

a. Kerapatan Mutlak (KM) Suatu jenis Serangga

Kerapatan Mutlak ialah jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak dan dihitung dengan rumus menurut (Suin, 2002) sebagai berikut:

KM= Jumlah individu jenis yang tertangkap Jumlah penangkapan

b. Kerapatan relatif (KR) suatu jenis serangga KR = KM x 100%

∑ KM

KR = jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan x 100 % Nilai KM total dari setiap individu dari setiap penangkapan

c. Frekuensi Mutlak (FM)

Frekuensi mutlak menunjukkan bahwa jumlah individu serangga tertentu di temukan secara mutlak dan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

FM = Jumlah penangkapan ditemukan suatu jenis serangga Jumlah seluruh penangkapan

d. Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga

Frekuensi relatif menunjukkan bahwa keseringan kehadiran serangga pada habitat dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga dan dapat dihitung menurut (Suin, 2002)


(22)

FR= FM x 100% ∑ FM

FR = nilai FM suatu jenis individu pada setiap penangkapanx 100% nilai FM total semua jenis serangga setiap penangkapan e. Indeks keanekaragaman suatu jenis serangga

Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga digunakan indeks shanon-weiner (H’) dengan rumus sebagai berikut:

H’ = -∑ pi In pi (Michael,1995). Dimana :

Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis keseluruhan Ni = ni/N

Ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu semua jenis

Kriteria indeks keragaman (H’ ) adalah sebagai berikut:

Keragaman jenis rendah bila H = < 1(kondisi lingkungan tidak stabil) Keragaman jenis sedang bila H = 1-3 (kondisi lingkungan sedang) Keragaman jenis tinggi bila H = > 3 (kondisi lingkungan stabil)


(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Status Fungsi Serangga

Dari seluruh total serangga yang tertangkap pada seluruh perlakuan yang di uji dapat di klasifikasikan status fungsi serangga dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Keragaman serangga dan fungsi serangga pada fase vegetative dan generatif

Serangga Merugikan Predator Serangga lain Serangga berguna

1. Diptera a. Delphacidae 1.Coleoptera a. Carabidae b. Coccinelidae 1. Diptera a. Stratiomydae 1. Coleoptera a. Scarabidae b. Tenebrionidae 2. Lepidoptera a.Pyralidae b.Noctuidae 2. Hymenoptera a. Formicidae

3. Homoptera a. Delphacidae b. Cicadadelidae 4. Hemiptera a. Alydidae b. Pentatomidae 5. Coleoptera a. Chysomelidae 6. Orthoptera a. Gryllotalpidae b. Tettigonidae

Serangga herbivora atau serangga yang masuk kedalam golongan ini adalah Ordo Homoptera, family Delphacidae dan cicadadelidae, ordo Hemiptera family Alydidae dan Pentatomidae ,ordo Lepidoptera family Pyralidae dan Noctuidae , ordo Orthoptera family Grillotalpidae dan Tetigonidae, ordo Diptera dengan family Delpacidae , dan Coleoptera dengan family Chysomelidae, Wereng coklat (Nilaparvata lugens) family Delphacidae (Ordo Homoptera) banyak dijumpai di


(24)

lahan persawahan Serangga ini dapat menyebabkan kerusakan yang cukup berat

karena mengisap cairan tanaman di samping juga dapat berperan sebagai vector virus (Kalshoven 1981, Kirk-Spriggs 1990).

Serangga karnivora/musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid umumnya dari Ordo Hymenoptera, dan Coleoptera, yaitu dari ordo hymenoptera familinya adalah Formicidae dan ordo coleoptera dengan family Carabidae dan Coccinelidae merupakan predator yang umum dijumpai pada pertanaman padi.

Serangga detritivor sangat berguna dalam proses jaring makanan yang ada. Serangga ini membantu menguraikan bahan organik yang ada, hasiluraiannya dimanfaatkan oleh tanaman (Odum 1971). Golongan serangga detritivor ditemukan pada Ordo Coleoptera, Scarabaeidae dan Tenebrionidae (Coleoptera), merupakan sebagian dari serangga detritivor yang ditemukan di lahan persawahan.


(25)

Tabel 1. Nilai Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif

No Nama Serangga Pengamatan KM

I II III IV

1 Orthoptera

a. Acridiidae 5 4 6 13 18

b. Gryllotalpidae 7 3 2 1 13

c. Tettigonidae 4 3 2 9

2 Coleoptera

a. Carabidae 1 3 4 8

b. Chysomelidae 15 4 3 22

c. Coccinelidae 17 4 6 27

d. Scarabidae 1 2 3 6

e. Tenebrionidae 2 2 4 8

3 Odonata

a. Ghompidae 1 2 4 2 9

b. Libellulidae 1 2 1 1 5

4 Hemiptera

a. Alydidae 2 6 4 3 15

b. Pentatomydae 3 3 6 1 13

c. Fulgoridae 1 2 4 3 10

5 Hymenoptera

a. Formicidae 2 3 2 4 11

b. Halictidae 1 3 2 1 7

c. Vespidae 7 4 2 13

d.Pompilidae 1 3 1 5

e. Spechidae 10 7 5 3 25

6 Diptera

a. Agromyzidae 4 2 4 3 13

b. Delphacidae 3 1 1 2 7

c. Muschidae 2 2 1 4 9

d. Stratiomydae 3 4 3 4 14

e. Tachinidae 2 4 1 3 10

7 Lepidoptera

a. Hesperidae 4 2 3 1 10

b. Noctuidae 5 4 2 2 13

c. Pyralidae 7 2 3 2 14

d. Satyridae 3 1 2 5 11

e. Sciaridae 3 4 7 4 18

8 Homoptera

a. cicadellidae 6 2 1 9

b. Delphacidae 3 5 4 4 16

c. Diaspididae 2 3 6 2 13


(26)

Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan bahwa selama pengamatan jumlah serangga yang tertangkap pada fase vegetatif pada perlakuan yellow trap dan sweep net terdapat 8 ordo dan 31 famili dengan jumlah populasi serangga sebanyak 381 serangga. Hal ini dikarenakan pada ordo Coleoptera lebih banyak tertangkap dibandingkan dengan ordo lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dilihat bahwa nilai KM yang tertinggi terdapat fase vegetatif pada ordo Coleoptera dengan family Coccinelidae dengan total populasi serangga yaitu 27 serangga, sedangkan nilai KM terendah terdapat pada ordo Odonata dengan famili Libellulidae, ordo Hymenoptera dengan famili Pompilidae dengan total populasi serangga yaitu 5. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga ialah makanan, menurut Jumar (2000) makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualiatas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun (Jumar, 2000).


(27)

Tabel 2. Nilai Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Nama Serangga Pengamatan KM KR (%)

I II III IV

Orthoptera

a. Acridiidae 5 4 6 3 18 4.72

b. Grillotalpidae 7 3 2 1 13 3.41

c. Tettigonidae 4 3 2 9 2.36

Coleoptera

a. Carabidae 1 3 4 8 2.10

b. Chysomelidae 15 4 3 22 5.77

c. Coccinelidae 17 4 6 27 7.09

d. Scarabidae 1 2 3 6 1.57

e. Tenebrionidae 2 2 4 8 2.10

Odonata

a. Ghompidae 1 2 4 2 9 2.36

b. Libellulidae 1 2 1 1 5 1.31

Hemiptera

a. Alydidae 2 6 4 3 15 3.94

b. Pentatomidae 3 3 6 1 13 3.41

c. Fulgoridae 1 2 4 3 10 2.62

Hymenoptera

a. Formicidae 2 3 2 4 11 2.89

b. Halictidae 1 3 2 1 7 1.84

c. Vespidae 7 4 2 13 3.41

d. Pompilidae 1 3 1 5 1.31

e. Sphecidae 10 7 5 3 25 6.56

Diptera

a.Agromyzidae 4 2 4 3 13 3.41

b. Delphacidae 3 1 1 2 7 1.84

c. Muschidae 2 2 1 4 9 2.36

d. Stratiomydae 3 4 3 4 14 3.67

e. Tachinidae 2 4 1 3 10 2.62

Lepidoptera

a. Hesperiidae 4 2 3 1 10 2.62

b. Noctuidae 5 4 2 2 13 3.41

c. Pyralidae 7 2 3 2 14 3.67

d. Satyridae 3 1 2 5 11 2.89

e. Sciaridae 3 4 7 4 18 4.72

Homoptera

a. Cicadadelidae 6 2 1 9 2.36

b. Delphacidae 3 5 4 4 16 4.20

c. Diaspididae 2 3 6 2 13 3.41


(28)

Nilai kerapatan relatif (KR) yang tertinggi yaitu 5,77% sedangkan nilai kerapatan relatif terendah yaitu 1,31%, nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah atau jenis serangga yang tertangkap dalam suatu komunias. Semakin banyak jumlah serangga yang tertangkap maka akan semakin besar pula nilai KR nya. Suin (2002) menyatakan bahwa besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah populasi yang terdapat pada suatu habitat.


(29)

Tabel 3. Nilai Frekuensi Mutlak (FM) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif

Nama Serangga Pengamatan KM KR (%) FM

I II III IV

Orthoptera

a. Acridiidae 5 4 6 3 18 4.72 4

b. Grillotalpidae 7 3 2 1 13 3.41 4

c. Tettigonidae 4 3 2 9 2.36 3

Coleoptera

a. Carabidae 1 3 4 8 2.10 3

b. Chysomelidae 15 4 3 22 5.77 3

c. Coccinelidae 17 4 6 27 7.09 3

d. Scarabidae 1 2 3 6 1.57 3

e. Tenebrionidae 2 2 4 8 2.10 3

Odonata

a. Ghompidae 1 2 4 2 9 2.36 4

b. Libellulidae 1 2 1 1 5 1.31 4

Hemiptera

a. Alydidae 2 6 4 3 15 3.94 4

b. Pentatomidae 3 3 6 1 13 3.41 4

c. Fulgoridae 1 2 4 3 10 2.62 4

Hymenoptera

a. Formicidae 2 3 2 4 11 2.89 4

b. Halictidae 1 3 2 1 7 1.84 4

c. Vespidae 7 4 2 13 3.41 3

d. Pompilidae 1 3 1 5 1.31 3

e. Sphecidae 10 7 5 3 25 6.56 4

Diptera

a.Agromyzidae 4 2 4 3 13 3.41 4

b. Delphacidae 3 1 1 2 7 1.84 4

c. Muschidae 2 2 1 4 9 2.36 4

d. Stratiomydae 3 4 3 4 14 3.67 4

e. Tachinidae 2 4 1 3 10 2.62 4

Lepidoptera

a. Hesperiidae 4 2 3 1 10 2.62 4

b. Noctuidae 5 4 2 2 13 3.41 4

c. Pyralidae 7 2 3 2 14 3.67 4

d. Satyridae 3 1 2 5 11 2.89 4

e. Sciaridae 3 4 7 4 18 4.72 4

Homoptera

a. Cicadadelidae 6 2 1 9 2.36 3

b. Delphacidae 3 5 4 4 16 4.20 4

c. Diaspididae 2 3 6 2 13 3.41 4


(30)

Nilai frekuensi mutlak (FM) yang tertinggi pada ordo Orthoptera dengan family Acrididae, Grillotalpidae ordo Odonata dengan family Ghompidae, Libellulidae, ordo Hemiptera dengan family Alydidae, Pentatomidae, Fulgoridae, ordo Hymenoptera dengan family Formicidae, Halictidae, Spechidae, ordo Diptera dengan family Agromizydae, Delphacidae, Muschidae, Stratiomydae, Tachinidae, ordo Lepidoptera dengan family Hesperidae, Noctuidae, Pyralidae, Satyridae, Sciaridae, dan ordo Homoptera dengan family Delphacidae dan Diaspididae yaitu 4 sedangkan FM yang terendah terdapat pada ordo Orthoptera dengan famili Tettigonidae, ordo Coleoptera dengan famili Carabidae, Chysomelidae, Coccinelidae, Scarabidae, Tenebrionidae dan dengan ordo Homoptera dengan famili Cicadellidae 3 Heddy dan Kurniawaty (1996) menyatakan bahwa Peledakan populasi serangga dapat terjadi jika suatu spesies dimasukkan ke dalam suatu daerah yang baru, dimana terdapat sumber-sumber yang belum dieksploitir oleh manusia dan tidak ada interaksi negatif (misalnya predator dan parasit), dimana sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan dalam menahan peledakan populasi dan memang menekan laju pertumbuhan populasi.


(31)

Tabel 4. Nilai Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif

Nama Serangga Pengamatan KM KR (%)FM

FR (%)

I II III IV

Orthoptera

a. Acridiidae 5 4 6 3 18 4.72 4 3.48

b. Grillotalpidae 7 3 2 1 13 3.41 4 3.48

c. Tettigonidae 4 3 2 9 2.36 3 2.61

Coleoptera

a. Carabidae 1 3 4 8 2.10 3 2.61

b. Chysomelidae 15 4 3 22 5.77 3 2.61

c. Coccinelidae 17 4 6 27 7.09 3 2.61

d. Scarabidae 1 2 3 6 1.57 3 2.61

e. Tenebrionidae 2 2 4 8 2.10 3 2.61

Odonata

a. Ghompidae 1 2 4 2 9 2.36 4 3.48

b. Libellulidae 1 2 1 1 5 1.31 4 3.48

Hemiptera

a. Alydidae 2 6 4 3 15 3.94 4 3.48

b. Pentatomidae 3 3 6 1 13 3.41 4 3.48

c. Fulgoridae 1 2 4 3 10 2.62 4 3.48

Hymenoptera

a. Formicidae 2 3 2 4 11 2.89 4 3.48

b. Halictidae 1 3 2 1 7 1.84 4 3.48

c. Vespidae 7 4 2 13 3.41 3 2.61

d. Pompilidae 1 3 1 5 1.67 3 2.61

e. Sphecidae 7 5 3 25 2.62 4 3.48

Diptera

a. Agromyzidae 4 2 4 3 13 3.41 4 3.48

b. Delphacidae 3 1 1 2 7 1.84 4 3.48

c. Muschidae 2 2 1 4 9 2.36 4 3.48

d. Stratiomydae 3 4 3 4 14 3.67 4 3.48

e. Tachinidae 2 4 1 3 10 2.62 4 3.48

Lepidoptera

a. Hesperiidae 4 2 3 1 10 2.62 4 3.48

b. Noctuidae 5 4 2 2 13 3.41 4 3.48

c. Pyralidae 7 2 3 2 14 3.67 4 3.48

d. Satyridae 3 1 2 5 11 2.89 4 3.48

e. Sciaridae 3 4 7 4 18 4.72 4 3.48

Homoptera

a. Cicadaelidae 6 2 1 9 2.36 3 2.61

b. Delphacidae 3 5 4 4 16 4.20 4 3.48

c. Diaspididae 2 3 6 2 13 3.41 4 3.48


(32)

Nilai frekuensi relatif tertinggi (FR) yaitu 3,48% dan yang terendah terdapat pada ordo Orthoptera dengan family, Tettigonidae, ordo Coleoptera dengan family Carabidae, Chysomalidae, Coccinelidae, Scarabidae, Tenebrionidae, ordo Hymenoptera dengan family Vespidae dan Pompilidae yaitu 3 dengan nilai frekuensi relatif (FR) yaitu 2,61%. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi kepadatan populasi contohnya faktor eksternal dan faktor internal dimana faktor eksternal ialah persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain akibat adanya sekresi dan metabolism, kekurangan makanan, serangan predator/parasit/penyakit, emigrasi faktor iklim misalnya cuaca, suhu, kelembaban, sedangkan internal ialah perubahan genetik dari populasi.


(33)

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif

No Nama Serangga Total Pi ln Pi H'

Ordo Famili

1 Orthoptera Acridiidae 18 0.050704 -2.98175 0.151187 Gryllotalpidae 13 0.03662 -3.30717 0.121108 Tettigonidae 9 0.025352 -3.67489 0.093166 2 Coleoptera Carabidae 4 0.011268 -4.48582 0.050544 Chysomelidae 5 0.014085 -4.26268 0.060038 Coccinelidae 22 0.061972 -2.78108 0.172348 Scarabidae 6 0.016901 -4.08036 0.068964 Tenebrionidae 8 0.022535 -3.79268 0.085469 3 Odonata Ghompidae 9 0.025352 -3.67489 0.093166 Libellulidae 5 0.014085 -4.26268 0.060038 4 Hemiptera Alydidae 15 0.042253 -3.16408 0.133692 Pentatomidae 13 0.03662 -3.30717 0.121108 Fulgoridae 10 0.028169 -3.56953 0.10055 5 Hymenoptera Fomicidae 11 0.030986 -3.47422 0.107652

Halictidae 7 0.019718 -3.92621 0.077418 Vespidae 13 0.03662 -3.30717 0.121108 Pompildae 5 0.014085 -4.26268 0.060038 Sphecidae 25 0.070423 -2.65324 0.186848 6 Diptera Adromyzidae 13 0.03662 -3.30717 0.121108 Delphacidae 7 0.019718 -3.92621 0.077418 Muschidae 9 0.025352 -3.67489 0.093166 Stratiomydae 14 0.039437 -3.23306 0.127501 Tachinidae 10 0.028169 -3.56953 0.10055 7 Lepidoptera Hesperiidae 10 0.028169 -3.56953 0.10055 Noctuidae 13 0.03662 -3.30717 0.121108 Pyralidae 14 0.039437 -3.23306 0.127501 Satyridae 11 0.030986 -3.47422 0.107652 Sciaridae 18 0.050704 -2.98175 0.151187 8 Homoptera Cicadellidae 9 0.025352 -3.67489 0.093166 Delphacidae 16 0.04507 -3.09953 0.139697 Diaspididae 13 0.03662 -3.30717 0.121108

Total 355 1 2.733343

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman serangga dalam kondisi lingkungan sedang dimana nilai H’ = 2,733343 sedang disini berarti mengarah kedalam kondisi baik.


(34)

Tabel 6. Nilai Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Generatif

No Nama Serangga Pengamatan KM

I II III IV

1 Orthoptera

a. Acridiidae 15 11 5 9 40

b. Gryllotalpidae 10 8 9 12 39

c. Tettigonidae 15 19 5 22 61

2 Coleoptera

a. Carabidae 33 45 42 25 145

b. Chysomelidae 30 21 18 10 79

c. Coccinelidae 27 29 13 7 76

d. Scarabidae 22 12 10 5 49

e. Tenebrionidae 3 5 3 2 13

3 Odonata

a. Ghompidae 9 3 2 3 17

b. Libellulidae 10 8 7 6 31

4 Hemiptera

a. Alydidae 8 8 4 6 26

b. Pentatomydae 12 7 9 2 30

c. Fulgoridae 10 9 12 9 40

5 Hymenoptera

a. Formicidae 3 3 9 2 17

b. Halictidae 3 4 9 2 18

c. Vespidae 5 4 2 5 16

d.Pompilidae 3 2 2 3 10

e. Spechidae 5 2 1 6 14

6 Diptera

a. Agromyzidae 7 2 4 5 18

b. Delphacidae 6 12 7 3 28

c. Muschidae 8 0 4 5 17

d. Stratiomydae 10 12 8 12 42

e. Tachinidae 9 8 5 4 26

7 Lepidoptera

a. Hesperidae 4 3 8 5 20

b. Noctuidae 7 6 2 2 17

c. Pyralidae 6 3 5 4 18

d. Satyridae 6 6 3 6 21

e. Sciaridae 8 1 8 17

8 Homoptera

a. cicadellidae 6 5 4 2 17

b. Delphacidae 20 16 13 49

c. Diaspididae 11 7 3 8 29


(35)

Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 6 menunjukkan bahwa selama pengamatan fase generatif serangga yang tertangkap yaitu 8 ordo dan 31 famili dengan total populasi serangga yaitu 1,040 serangga. Karena pada jumlah ordo Coleoptera lebih banyak yang tertangkap dari pada ordo yang lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan mutlak (KM) tertinggi pada ordo Coleoptera dengan family Carabidae dengan total populasi 145 serangga, dengan nilai kerapatan relatif (KR) yaitu 13,94% dan yang terendah dengan nilai kerapatan mutlak (KM) terdapat pada ordo Hymenoptera dengan family Pompilidae dengan total populasi serangga yaitu 10 serangga, nilai kerapatan relatif (KR) yaitu 0,96% . Besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jenis serangga yang terdapat dalam habitat. Semakin banyak jumlah populasi yang tertangkap maka nilai KR akan semakin besar menurut Suin (2002) yang menyatakan bahwa besarnya nilai KM menyatakan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam suatu habitat tersebut.


(36)

Tabel 7. Nilai Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Generatif

No Nama Serangga Pengamatan KM KR

(%)

I II III IV

1 Orthoptera

a. Acridiidae 15 11 5 9 40 3.85

b. Gryllotalpidae 10 8 9 12 39

c. Tettigonidae 15 19 5 22 61 5.87

2 Coleoptera

a. Carabidae 33 45 42 25 145 13.94

b. Chysomelidae 30 21 18 10 79 7.60

c. Coccinelidae 27 29 13 7 76 7.31

d. Scarabidae 22 12 10 5 49 4.71

e. Tenebrionidae 3 5 3 2 13 1.25

3 Odonata

a. Ghompidae 9 3 2 3 17 1.63

b. Libellulidae 10 8 7 6 31 2.98

4 Hemiptera

a. Alydidae 8 8 4 6 26 2.50

b. Pentatomydae 12 7 9 2 30 2.88

c. Fulgoridae 10 9 12 9 40 3.85

5 Hymenoptera

a. Formicidae 3 3 9 2 17 1.63

b. Halictidae 3 4 9 2 18 1.73

c. Vespidae 5 4 2 5 16 1.54

d.Pompilidae 3 2 2 3 10 0.96

e. Spechidae 5 2 1 6 14 1.35

6 Diptera

a. Agromyzidae 7 2 4 5 18 1.73

b. Delphacidae 6 12 7 3 28 2.69

c. Muschidae 8 0 4 5 17 1.63

d. Stratiomydae 10 12 8 12 42 4.04

e. Tachinidae 9 8 5 4 26 2.50

7 Lepidoptera

a. Hesperidae 4 3 8 5 20 1.92

b. Noctuidae 7 6 2 2 17 1.63

c. Pyralidae 6 3 5 4 18 1.73

d. Satyridae 6 6 3 6 21 2.02

e. Sciaridae 8 1 8 17 1.63

8 Homoptera

a. cicadellidae 6 5 4 2 17 1.63

b. Delphacidae 20 16 13 49 4.71

c. Diaspididae 11 7 3 8 29 2.79


(37)

Nilai kerapatan relatif (KR) yaitu 0,96%. Besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jenis serangga yang terdapat dalam habitat. Semakin banyak jumlah populasi yang tertangkap maka nilai KR akan semakin besar menurut Suin (2002) yang menyatakan besarnya nilai KM merupakan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam suatu habitat tersebut.

Pada penelitian ini, kumbang predator Carabidae penyebarannya tinggi setelah padi pada fase generatif. Hal ini disebabkan vegetasi padi menjadi terbuka dan cahaya memasuki semua penjuru habitatnya. Kondisi seperti ini menyebabkan kumbang menyebar mencari habitat yang lebih teduh dan lembab. Serangga predator tersebut menyebar ke vegetasi yang tumbuh di lahan pinggir. Predator dapat pindah dari satu habitat ke habitat yang lainnya, karena predator mempunyai kemampuan berpindah yang tinggi, Herlinda (2004) melaporkan bahwa perpindahan predator antar habitat tersebut karena mengikuti ketersediaan mangsa di suatu habitat.

Serangga yang banyak dijumpai pada fase generatif. yaitu Wereng coklat (Nilaparvata lugens) family Delphacidae (Ordo Homoptera) dan (ordo hemiptera) famili Alydidae. Serangga ini dapat menyebabkan kerusakan yang cukup berat karena mengisap cairan tanaman di samping juga dapat berperan sebagai vector virus.


(38)

Tabel 8. Nilai Frekuensi Mutlak (FM) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Generatif

No Nama Serangga Pengamatan KM KR

(%) FM

I II III IV

1 Orthoptera

a. Acridiidae 15 11 5 9 40 3.85 4

b. Gryllotalpidae 10 8 9 12 39

c. Tettigonidae 15 19 5 22 61 5.87 4

2 Coleoptera

a. Carabidae 33 45 42 25 145 13.94 4

b. Chysomelidae 30 21 18 10 79 7.60 4

c. Coccinelidae 27 29 13 7 76 7.31 4

d. Scarabidae 22 12 10 5 49 4.71 4

e. Tenebrionidae 3 5 3 2 13 1.25 4

3 Odonata

a. Ghompidae 9 3 2 3 17 1.63 4

b. Libellulidae 10 8 7 6 31 2.98 4

4 Hemiptera

a. Alydidae 8 8 4 6 26 2.50 4

b. Pentatomydae 12 7 9 2 30 2.88 4

c. Fulgoridae 10 9 12 9 40 3.85 4

5 Hymenoptera

a. Formicidae 3 3 9 2 17 1.63 4

b. Halictidae 3 4 9 2 18 1.73 4

c. Vespidae 5 4 2 5 16 1.54 4

d.Pompilidae 3 2 2 3 10 0.96 4

e. Spechidae 5 2 1 6 14 1.35 4

6 Diptera

a. Agromyzidae 7 2 4 5 18 1.73 4

b. Delphacidae 6 12 7 3 28 2.69 4

c. Muschidae 8 0 4 5 17 1.63 3

d. Stratiomydae 10 12 8 12 42 4.04 4

e. Tachinidae 9 8 5 4 26 2.50 4

7 Lepidoptera

a. Hesperidae 4 3 8 5 20 1.92 4

b. Noctuidae 7 6 2 2 17 1.63 4

c. Pyralidae 6 3 5 4 18 1.73 4

d. Satyridae 6 6 3 6 21 2.02 4

e. Sciaridae 8 1 8 17 1.63 3

8 Homoptera

a. cicadellidae 6 5 4 2 17 1.63 4

b. Delphacidae 20 16 13 49 4.71 3

c. Diaspididae 11 7 3 8 29 2.79 4


(39)

Nilai frekuensi mutlak (FM) yang tertinggi pada ordo Ortoptera dengan famili Acrididae, Gryllotalpidae, Tettigonidae, Ordo Coleoptera dengan famili Carabidae, Chysomelidae, Coccinelidae, Scarabidae, Tenebrionidae, ordo Odonata dengan famili Ghompidae, Libelluidae Ordo Hemiptera dengan famili Alydidae, Pentatomydae, Fulgoridae, Ordo Hymenoptera dengan famili Formicidae, halictidae, Vespidae, Pompilidae, Spechidae Ordo Diptera dengan famili Agromyzidae, Delphacidae, Stratiomydae, Tachinidae, Ordo Lepidoptera dengan famili Hesperidae, Noctuidae, Pyralidae, Satyridae ordo Homoptera dengan famili Ciccadelidae, dan Diaspididae sebanyak 4 serangga, sedangkan nilai frekuensi mutlak (FM) terendah terdapat pada Ordo Diptera dengan famili Muschidae, ordo Lepidoptera Sciaridae dan Ordo Homoptera dengan famili Delphacidae sebanyak 3 serangga.


(40)

Tabel 9. Nilai Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga Pada Fase Generatif

No Nama Serangga Pengamatan KM KR

(%) FM FR (%)

I II III IV

1 Orthoptera

a. Acridiidae 15 11 5 9 40 3.85 4 3.42

b. Gryllotalpidae 10 8 9 12 39

c. Tettigonidae 15 19 5 22 61 5.87 4 3.42

2 Coleoptera

a. Carabidae 33 45 42 25 145 13.94 4 3.42

b. Chysomelidae 30 21 18 10 79 7.60 4 3.42

c. Coccinelidae 27 29 13 7 76 7.31 4 3.42

d. Scarabidae 22 12 10 5 49 4.71 4 3.42

e. Tenebrionidae 3 5 3 2 13 1.25 4 3.42

3 Odonata

a. Ghompidae 9 3 2 3 17 1.63 4 3.42

b. Libellulidae 10 8 7 6 31 2.98 4 3.42

4 Hemiptera

a. Alydidae 8 8 4 6 26 2.50 4 3.42

b. Pentatomydae 12 7 9 2 30 2.88 4 3.42

c. Fulgoridae 10 9 12 9 40 3.85 4 3.42

5 Hymenoptera

a. Formicidae 3 3 9 2 17 1.63 4 3.42

b. Halictidae 3 4 9 2 18 1.73 4 3.42

c. Vespidae 5 4 2 5 16 1.54 4 3.42

d.Pompilidae 3 2 2 3 10 0.96 4 3.42

e. Spechidae 5 2 1 6 14 1.35 4 3.42

6 Diptera

a. Agromyzidae 7 2 4 5 18 1.73 4 3.42

b. Delphacidae 6 12 7 3 28 2.69 4 3.42

c. Muschidae 8 0 4 5 17 1.63 3 2.56

d. Stratiomydae 10 12 8 12 42 4.04 4 3.42

e. Tachinidae 9 8 5 4 26 2.50 4 3.42

7 Lepidoptera

a. Hesperidae 4 3 8 5 20 1.92 4 3.42

b. Noctuidae 7 6 2 2 17 1.63 4 3.42

c. Pyralidae 6 3 5 4 18 1.73 4 3.42

d. Satyridae 6 6 3 6 21 2.02 4 3.42

e. Sciaridae 8 1 8 17 1.63 3 2.56

8 Homoptera

a. cicadellidae 6 5 4 2 17 1.63 4 3.42

b. Delphacidae 20 16 13 49 4.71 3 2.56

c. Diaspididae 11 7 3 8 29 2.79 4 3.42


(41)

Frekuensi relatif (FR) menunjukkan bahwa keseringan kehadiran serangga yang tertinggi yaitu Ordo Orthoptera, Coleoptera, Odonata, Hemiptera, Hymenoptera, dengan nilai yaitu 3,42% sedangkan nilai terendah terdapat pada famili Muscidae dari ordo Diptera, famili Sciaridae dengan Ordo Lepidoptera,famili Delpacidae dengan ordo Homoptera dengan nilai 2,56%. Rosalyn (2007) Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan predasi), dan tingkat inter spesies (persaingan teritorial).

Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu kewaktu lainnya, tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertumbuh sepanjang waktu (Rizali dkk., 2002).


(42)

Tabel 10. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif

No Nama Serangga Total Pi

ln Pi H'

Ordo Famili

1 Orthoptera Acridiidae 40 0.03854 -3.2562 0.12548 Gryllotalpidae 39 0.03757 -3.2815 0.12329

Tettigonidae 61 0.05877 -2.8342 0.16656

2 Coleoptera Carabidae 145 0.13969 -1.9683 0.27496 Chysomelidae 79 0.07611 -2.5756 0.19602 Coccinelidae 76 0.07322 -2.6143 0.19141 Scarabidae 49 0.04721 -3.0532 0.14413

Tenebrionidae 13 0.01252 -4.3801 0.05486

3 Odonata Ghompidae 17 0.01638 -4.1118 0.06734

Libellulidae 31 0.02987 -3.5111 0.10486

4 Hemiptera Alydidae 26 0.02505 -3.687 0.09235 Pentatomidae 30 0.0289 -3.5439 0.10242

Fulgoridae 23 0.02216 -3.8096 0.08441

5 Hymenoptera Fomicidae 17 0.01638 -4.1118 0.06734 Halictidae 18 0.01734 -4.0547 0.07031 Vespidae 16 0.01541 -4.1725 0.06432 Pompildae 10 0.00963 -4.6425 0.04473

Sphecidae 14 0.01349 -4.306 0.05808

6 Diptera Adromyzidae 18 0.01734 -4.0547 0.07031 Delphacidae 28 0.02697 -3.6128 0.09746 Muschidae 17 0.01638 -4.1118 0.06734 Stratiomydae 42 0.04046 -3.2074 0.12978

Tachinidae 26 0.02505 -3.687 0.09235

7 Lepidoptera Hesperiidae 20 0.01927 -3.9493 0.07609 Noctuidae 17 0.01638 -4.1118 0.06734 Pyralidae 18 0.01734 -4.0547 0.07031 Satyridae 21 0.02023 -3.9005 0.07891

Sciaridae 17 0.01638 -4.1118 0.06734

8 Homoptera Cicadadelidae 17 0.01638 -4.1118 0.06734 Delphacidae 49 0.04721 -3.0532 0.14413

Diaspididae 29 0.02794 -3.5778 0.09996

Total 1038 1 3.16155

Dari table 10 dapat dilihat indeks keanekaragaman serangga pada fase generatif adalah H’ 3.16155 dan termasuk kedalam kondisi stabil . Hal ini dapat terlihat dari kehadiran seranga yang tidak hanya sebagai hama (serangga merugikan)


(43)

melainkan juga hadirnya serangga parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya. Dalam dunia pertanian, tidak selamanya terdapat serangga yang dapat merusak. Hal ini sesuai dengan literatur Putra (1994) yang menyatakan bahwa serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid.

Hama dapat hidup dan berkembang pada suatu agroekosistem karena semua yang di perlukan untuk kehidupan hama tersedia di ekosistem tersebut. Keperluan hama antara lain dalam bentuk makanan, habitat yang sesuai, tempat untuk meletakkan telur dan tempat untuk persembunyian. Semakin sesuai keadaan ekosistem peningkatan populasi akan semakin cepat dan mungkin berakibat pada kerusakan tanaman. Dengan membuat ekosistem kurang sesuai bagi perkembangan hidup hama dapat menghambat peningkatan populasi hama.


(44)

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif dan Fase Generatif

No. Fase Indeks

Keanekaragaman Jenis Serangga

Keterangan

1. Vegetatif 2.733343 Sedang

2. Generatif 3,16155 Stabil

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa keanekaragaman jenis serangga pada fase fegetatif memiliki keanekaragaman sedang dimana nilai H’= 2,733343, sedang disini berarti mengarah kedalam kondisi baik .

Sedangkan pada fase generatif menunjukkan bahwa jenis serangga pada fase generatif memiliki keanekaragaman stabil dimana H’=3,16155 Menurut Krebs (1978) dalam Untung (1996) menyatakan bahwa dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi jenis organism selalu dalam komunitasnya keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif

yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan, predasi dan tingkat antar spesis (persaingan tetorial).

Kondisi waktu ataupun iklim juga tidak terlepas pengaruhnya untuk melihat keanekaragaman jenis serangga yang terdapat. Curah hujan yang terjadi pada saat penanaman bahkan sampai panen tidak begitu tinggi, hanya sesekali terjadi hujan. Hal ini dapat mempengaruhi kenekaragaman jenis serangga yang terdapat tinggi dan stabil. Jikalau curah hujannya tinggi, bisa jadi menyebakan kehadiran hama semakin menurun dan tidak tertutup kemungkinan penyebaran penyakit yang semakin tinggi disebabkan kondisi lingkungan yang tergolong lembab.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

Jumlah serangga serangga yang tertangkap pada fase vegetatif terdapat 8 ordo dan 31 famili dengan jumlah serangga sebanyak 381 serangga, sedangkan jumlah serangga yang tertangkap pada fase generative terdapat 8 ordo dan 31 famili dengan jumlah serangga 1.040 serangga.

2.

Nilai kerapatan mutlak (KM) tertinggi pada fase vegetatif sebanyak 27 serangga dengan famili Coccinelidae dan nilai KM terendah sebanyak 5 serangga. Sedangkan nilai kerapatan mutlak (KM) tertinggi pada fase generatif sebanyak 145 serangga dengan famili Carabidae dan KM terendah sebanyak 13 serangga.

3.

Nilai kerapatan relatif (KR) tertinggi pada fase vegetatif 6,56% dan nilai (KR) terendah yaitu 1,31%. Sedangkan nilai kerapatan relatif (KR) tertinggi pada fase generatif 13,94% dan nilai (KR) terendah 0,96%.

4.

Nilai frekuensi relatif (FR) tertinggi pada fase vegetative yaitu 3,48% dan nilai (FR) terendah yaitu 2,61%. Sedangkan nilai frekuensi relatif (FR) tertinggi pada fase generatif 3,42% dan nilai (FR) terendah 2,56%.

5.

Indeks keanekaragaman serangga pada fase vegetative berada dalam kondisi lingkungan sedang dengan nilai H’= 2,733343 sedangkan indeks keanekaragaman serangga pada fase generative berada dalam kondisi lingkungan stabil dengan nilai H’= 3,16155.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah perangkap lainnya agar bisa membandingkan dari beberapa macam perangkap lainnya.


(46)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Menurut Sugeng (2003) tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdovio : Angiospermae Kelas : Monokotiledoneae Ordo : Gramineales

Famili : Gramineaceae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

Tumbuhan padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang pokok atau batang batang utama akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk perakaran sendiri (Luh, 1991).

Akar tanaman padi merupakan akar tumbuhan graminae.Tumbuhan golongan ini memiliki akar serabut yang merupakan akar halus yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah. Akar – akar tanaman akan membentuk batang – batang tanaman padi dan akan membentuk rumpun tanaman padi. Meskipun akar tanaman ini akar serabut tetapi pada bagian pangkal batang terdapat akar tunggang yang mengeras (Sugeng, 2003).


(47)

Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter (AAK, 1990).

Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptil. Coleoptil keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai permukaan air. Coleoptil baru membuka,kemudian diikuti keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya,hingga yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga . Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun dibawahnya, namun lebih lebar daripada daun sebelumnya. Daun bendera ini terletak di bawah malai padi (AAK, 1990).

Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : Embrio, endosperm, bekatul. Jadi, sebenarnya gabah/biji padi ini adalah buah padi yang diselubungi oleh sekam/kulit gabah (AAK,1990).

Syarat Tumbuh Iklim

Batasan suhu yang lebih rendah untuk perkecambahan sulit diestimasikan dan

sangat bervariasi, tetapi proses perkecambahan hanya lambat pada suhu 10 0C (50 0F). Perkecambahan optinum antara 180C – 33 0C dengan gizi dari

kebanyakan perkecambahan varietas lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi dari yang lain. Pada suhu 42 0C perkecambahan tertahan, pada suhu 50 0c dan benih mati. Suhu kritis antara 15 – 15,50C dan benih mati. Untuk penyesuaian dataran


(48)

tinggi 25 0C sampai 28 0C suhu optimum dengan menghambat akar pada suhu dibawah 16 0C dan diatas 35 0C (Noor, 1996).

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (AAK, 1990)

Tanah

Tanah sawah yangmempunyai persentasi fraksi pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah meloloskan air. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang membutuhkan tanah subur, dengan kandungan ketiga fraksi dalam perbandingan tertentu.Lumpur adalah butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi oleh air, sehingga pada tanah sawah diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan butir tanah dapat mengikatnya (AAK, 1990).

Tidak semua jenis tanah cocok dengan areal persawahan karena tidak semua tanah dapat tergenang air.Padahal dalam sistem tanah sawah lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan kandungan pasir tinggi) kurang cocok untuk lahan persawahan. Sebaliknya tanah yang sulit dilewati air tanah dengan kandungan lempung tinggi cocok dibuat lahan persawahan


(49)

Keanekaragaman Serangga ( Insect Diversity)

Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi, dalam jumlah yang melebihi jumlah semua hewan yang melata dan praktis terdapat dimana-mana (Borror et al., 1992).

Semua serangga harus makan atau tidak mereka akan kelaparan. Banyak aktivitas hewan yang berkaitan dengan makan, menemukan makanan dan memakannya. Makanan adalah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan banyaknya hewan dan tempat ia hidup (penyebarannya) (AAK, 1990).

Ada 6 faktor yang saling berkait menentukan derajat naik turunnya keanekaragaman jenis, yaitu :

1. Waktu.

Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang. Dalam ekologi, waktu dapat berjalan lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi. Skala ekologis mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan dalam lingkungan tetapi belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut. Keragaman jenis suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan jenis melalui evolusi tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis melalui kepenuhan dan emigrasi.

2. Heterogenitas ruang.

Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya. Faktor heterogenitas berlaku pada skala makro maupun mikro.


(50)

3. Kompetisi.

Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang berbeda) menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaan sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.

4. Pemangsaan.

Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemengsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis.

5. Kestabilan iklim.

Makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi.. 6. Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Krebs, 1978).

Kepadatan populasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ialah persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/parasit/penyakit, emigrasi faktor iklim misalnya cuaca, suhu, kelembaban, sedangkan internal perubahan genetik dari populasi tersebut (Oka, 1995).

Sebaliknya banyak serangga yang dianggap sebagai hama karena merusak tanaman budidaya, salah satunya terjadi pada tanaman padi. Hama hama penting


(51)

tanaman padi diantaranya: tikus, penggerek batang, wereng coklat, dan walangsangit, kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut sangat bervariasi dari pengurangan hasil panen sampai kerusakan sempurna (Jumar,2000).

Hama yang umum merusak tanaman padi yaitu wereng coklat, wereng hijau dan tungronya, penggerek batang padi, dan ganjur. Sedangkan untuk hama minornya yaitu walang sangit, kepinding tanah, lalat daun padi, ulat pelipat daun padi, ulat kantung, trips, anjing tanah, ulat grayak, wereng loreng,serangga yang sedang menanjak menjadi hama yaitu wereng punggung putih (Beahaki, 2009).

Salah satu hama tanaman padi sawah yang cukup penting dan menyebar pada pertanaman padi sawah di Sulawesi, Sumatera, Kalimatan, dan Jawa. Serangan hama Scotinophara sp. menghisap cairan batang padi sawah sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daunnya menguning dan akhirnya mati. Serangga hama ini sangat merugikan dan dapat menyerang tanaman padi sawah dipersamaian dan tanaman muda serta tanaman yang sudah berumur tua. Kepinding tanah menjadi hama utama tanaman padi di daerah-daerah sawah pasang surut yang kondisinya selalu tergenang air, dengan kelembaban tinggi dan terlebih pada musim hujan (Kartohardjono dkk., 1989).

Hama utama padi menyerang berbagai fase kehidupan tanaman yaitu pada fase vegetatif, fase generatif dan fase pemasakan. Hama pada fase vegetatif yaitu penggerek batang , wereng hijau, hama ganjur dan keong mas. Pada fase generatif biasanya wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, walang sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih palsu, tikus sawah dan keong mas. Dan pada fase pemasakan, hama yang sering dijumpai adalah walang sangit, tikus sawah dan burung.


(52)

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga

Perkembangan dan reproduksi serangga dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik. Faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada serangga baik secara langsung maupun tidak langsung (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak menyebabkan perubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982).

1. Faktor Fisik

Faktor fisik terhadap suhu, kelembapan, cahaya, angin, curah hujan yang mudah di evaluasi. Kelembapan udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung dan tidak langsung, serangga yang hidup di lingkungan kering mempunyai cara tersendiri untuk mengifesienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada fesces yang akan dibuang dan menggunakan air metabolik tersebut. Hujan secara langsung dapat mempengaruhi populasi serangga hama apabila hujan besar serangga hama banyak yang mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan dan keaktifan serangga unsur yang penting dalam analisis hujan adalah curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan. Angin mempengaruhi metabolisme serangga, serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin selanjutnya sumber cahaya panas yang utama di alam adalah radiasi surya (Nenet et al., 2005).

2. Faktor Makanan

Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan curah hujan dan tindakan manusia. Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut


(53)

hubungan bertautan padat. Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hama baik dalam bentuk tidak memahami lahan pertanian dengan tanaman yang merupakan makanan serangga hama

(Nenet et al., 2005). 3. Faktor Biologi

Komponen yang disebabkan oleh faktor biologi adalah parasitoid, predator dan entomopatogen komponen itu berpengaruh terhadap populasi karna makin tinggi faktor biologi tersebut maka demikian akan menurun sebaliknya (Nenet et al., 2005). Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah) (Rizali dkk , 2002).

Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan , seperti temperatur , kelembaban , cahaya dan getaran (Kalshoven, 1981).

Perkembangan dan reproduksi serangga dapat dipengaruhi berbagai faktor abiotik. Faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan


(54)

pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak menyebabkan perubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982).

Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan , seperti temperatur , kelembaban , cahaya dan getaran (Kalshoven, 1981).


(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan pokok padi dapat digantikan oleh subtitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi juga memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa akan nasi dan tidak dapat mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya (Beahaki, 2009).

Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. setiap serangga mempunyai sebaran khas

yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi (Putra, 1994).

Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia. Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivora, karnivora, dan detrivora (Strong et al. 1984). Serangga herbivora merupakanfaktor penyebab utama dalam kehilangan hasil, baik secara langsung memakan jaringan tanaman atau sebagai vektor dari patogen tanaman (Kirk-Spriggs, 1990).

Fungsi lain dari serangga yaitu sebagai bioindikator. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu


(56)

ekosistem. Serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah. Tidak adanya serangga Ephemeroptera menandakan lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar (Samways, 1994).

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada suatu tempat yakni menentukan indeks keanekaragamannya, sangatlah diperlukan pengetahuan atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan (serangga). Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya famili, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman (Michael, 1995).

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan

kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yaitu : 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan

spesies 2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu (yaitu jumlah individu,biomassa, penutup tanah) tersebar antara banyak spesies itu.Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari spesies jika 90% adalah 1spesies dari 10% adalah 9 dari yang tersebar, kesamaan disebut rendah. Sebaliknya masing – masing spesies jumlahnya 10%, kesamaannya maksimum. Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks kekayaan dan indeks kesamaan (Rizali dkk, 2002).


(57)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada tanaman padi fase vegetatif dan fase generatif

2. Untuk mengetahui hama penting dan musuh alami pada tanaman padi pada fase vegetatif dan fase generatif.

Hipotesis Penelitian

Adanya Perbedaan Indeks Keanekaragaman dan Peranan Serangga pada Pertanaman padi (Oryza sativa L.) pada Fase Vegetatif dan Fase Generatif.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(58)

ABSTRAK

Dian Mustika Putri., 2015. ”Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Zea Mays L.) di Lapangan “ di bawah bimbingan Ibu Marheni dan Ibu Fatimah. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada tanaman padi fase vegetatif dan fase generatif. dan untuk mengetahui hama penting dan musuh alami pada tanaman padi pada fase vegetatif dan fase generatif Dan untuk mengetahui hama dan musuh alami pada tanaman padi. Penelitian dilaksanakan di Balai Benih Induk Tanjung Morawa dan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei 2015 sampai dengan juli 2015. Perangkap serangga yang digunakan yellow trap dan Swep Net. Hasil penelitian menunjukan serangga yang tertangkap pada perangkap yellow trap pada fase vegetatif adalah 8 ordo yang terdiri dari 31 family dengan jumlah populasi serangga sebanyak 381, nilai KM yang tertinggi terdapat pada ordo Coleoptera (Coccinelidae) yaitu sebanyak 27 dengan nilai KR sebesar 7,09%. Sedangkan KM terendah terdapat pada ordo Odonata (Libellulidae) yaitu sebanyak 5 dengan nilai KR 1,31%.Sedangkan fase generatif adalah sebanyak 8 ordo yang terdiri dari 31 famili, dengan jumlah populasi sebanyak 1040. Dapat dilihat bahwa nilai KM yang tertinggi terdapat pada ordo Coleoptera (Carabidae) yaitu sebanyak 145 dengan nilai KR 13,94 %. Sedangkan KM terendah terdapat pada ordo Coleoptera (Tenebrionidae) yaitu sebanyak 13 dengan nilai KR 1,25%. Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada fase vegetatif sebesar 2,733343 dan memiliki biodiversitas sedang. Nilai indeks keanekaragaman Generatif (H’) sebesar 3,16155 dan memiliki biodiversitas stabil.


(59)

ABSTRACT

Dian Mustika Putri, 2015. “The Diversity of Insects species on rice cultivation ((Zea Mays L.,) in field” under supervision Ibu Marheni and Ibu Fatimah. This study is aimed at determining any abundantly insects and its diversity on rice cultivation with vegetative and generative phases, and to know any important pests and natural enemies on rice cultivation in vegetative and generative phases, as well as to define any pest and natural enemies on the rice. The study is completed on Balai Benih Induk Padi Tanjung Morawa and on Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. The research was done for May 2015 up to July 2015. In this research used insect traps of yellow trap and swept net. The result indicated that any insects trapped on yellow trap comprising of vegetative phase in 8 ordo consisting 31 family with total population of insect totally 381, the highest rate of KM was caught on ordo Coleoptera (Coccinelidae), namely amount 27 with KR rate of 7.09%, whereas, the lowest rate of KR is 1.31%. Still, generative phase is on 8 ordo consisting of 31 family, with total population noted 1040. It can be seen that KM rate in highest is found on ordo Coleoptera (Carabidae) namely in 145 with KR rate of 13.94%, for the lowest rate of KM found ordo Coleoptera (Tenebrionidae) namely in 13 with KR rate of 1.25%. The rate of diversity index (H’) on vegetative phase is 2.733343 and with bio-diversity is noted moderate. The rate of generative

diversity index (H’) is about 3.16155 and still have it in bio-diversity is stable.


(60)

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH :

DIAN MUSTIKA PUTRI 100301012

AGROEKOTEKNOLOGI / HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(61)

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN

S K R I P S I

OLEH :

DIAN MUSTIKA PUTRI 100301012

AGROEKOTEKNOLOGI / HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(62)

JudulSkripsi : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) di Lapangan.

Nama : Dian Mustika Putri Nim : 100301012

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr.Ir. Marheni,MP) ( Ir. Fatimah Zahara)

Ketua anggota

Mengetahui

(Ir. T. Sabrina, M.Agr,Sc,Ph.D) Ketua Program StudiAgroekoteknologi


(63)

ABSTRAK

Dian Mustika Putri., 2015. ”Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Zea Mays L.) di Lapangan “ di bawah bimbingan Ibu Marheni dan Ibu Fatimah. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada tanaman padi fase vegetatif dan fase generatif. dan untuk mengetahui hama penting dan musuh alami pada tanaman padi pada fase vegetatif dan fase generatif Dan untuk mengetahui hama dan musuh alami pada tanaman padi. Penelitian dilaksanakan di Balai Benih Induk Tanjung Morawa dan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei 2015 sampai dengan juli 2015. Perangkap serangga yang digunakan yellow trap dan Swep Net. Hasil penelitian menunjukan serangga yang tertangkap pada perangkap yellow trap pada fase vegetatif adalah 8 ordo yang terdiri dari 31 family dengan jumlah populasi serangga sebanyak 381, nilai KM yang tertinggi terdapat pada ordo Coleoptera (Coccinelidae) yaitu sebanyak 27 dengan nilai KR sebesar 7,09%. Sedangkan KM terendah terdapat pada ordo Odonata (Libellulidae) yaitu sebanyak 5 dengan nilai KR 1,31%.Sedangkan fase generatif adalah sebanyak 8 ordo yang terdiri dari 31 famili, dengan jumlah populasi sebanyak 1040. Dapat dilihat bahwa nilai KM yang tertinggi terdapat pada ordo Coleoptera (Carabidae) yaitu sebanyak 145 dengan nilai KR 13,94 %. Sedangkan KM terendah terdapat pada ordo Coleoptera (Tenebrionidae) yaitu sebanyak 13 dengan nilai KR 1,25%. Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada fase vegetatif sebesar 2,733343 dan memiliki biodiversitas sedang. Nilai indeks keanekaragaman Generatif (H’) sebesar 3,16155 dan memiliki biodiversitas stabil.


(64)

ABSTRACT

Dian Mustika Putri, 2015. “The Diversity of Insects species on rice cultivation ((Zea Mays L.,) in field” under supervision Ibu Marheni and Ibu Fatimah. This study is aimed at determining any abundantly insects and its diversity on rice cultivation with vegetative and generative phases, and to know any important pests and natural enemies on rice cultivation in vegetative and generative phases, as well as to define any pest and natural enemies on the rice. The study is completed on Balai Benih Induk Padi Tanjung Morawa and on Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. The research was done for May 2015 up to July 2015. In this research used insect traps of yellow trap and swept net. The result indicated that any insects trapped on yellow trap comprising of vegetative phase in 8 ordo consisting 31 family with total population of insect totally 381, the highest rate of KM was caught on ordo Coleoptera (Coccinelidae), namely amount 27 with KR rate of 7.09%, whereas, the lowest rate of KR is 1.31%. Still, generative phase is on 8 ordo consisting of 31 family, with total population noted 1040. It can be seen that KM rate in highest is found on ordo Coleoptera (Carabidae) namely in 145 with KR rate of 13.94%, for the lowest rate of KM found ordo Coleoptera (Tenebrionidae) namely in 13 with KR rate of 1.25%. The rate of diversity index (H’) on vegetative phase is 2.733343 and with bio-diversity is noted moderate. The rate of generative

diversity index (H’) is about 3.16155 and still have it in bio-diversity is stable.


(65)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu pada tanggal 17 Januari 1992 merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Ayahanda Rohanto dan Ibunda Sri Tuti Indrayani.

Pendidikan yang ditempuh :

 Pada tahun 2004 lulus dari SD Negeri 112206 Ajamu  Pada tahun 2007 lulus dari SMP YAPENDAK Ajamu  Pada tahun 2010 lulus dari SMA YPKK Ajamu

 Pada tahun 2010 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

Aktifitas dari kegiatan selama perkuliahan yang diikuti penulis:

 Anggota dari Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK)  Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun PTPN II


(66)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan Rahmat-Nyalah penulis dapat membuat proposal ini tepat waktunya.

Skripsi berjudul “Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lapangan” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Marheni, MP. selaku ketua dan Ir. Fatimah Zahara, selaku anggota yang telah

memberikan saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Laboratorium Penyakit Tumbuhan yang telah memberikan tempat dan fasilitas untuk penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2016


(67)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi (Zea Mays L.) ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Keanekaragaman Serangga (Incect Diversity) ... 7

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga ... 10

a. Faktor Fisik ... 10

b. Faktor Makanan ... 11

a. Faktor Biologi ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metodologi Penelitian ... 13

1. (Yellow Trap) ... 13

2. (Swep Net) ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 14

1. Survei Lokasi ... 14

2. Pembuatan Yellow Trap ... 14

a. Pembuatan Yellow Trap ... 14


(68)

3. Pemasangan dan Pengambilan Perangkap ... 14

a. Pemasangan dan Pengambilan Yellow Trap ... 14

b. Pemasangan dan Pengambilan Swep Net ... 15

c. Pengidentifikasi dan Pengamatan Serangga ... 16

4. Parameter Pengamatan ... 16

a. Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga ... 16

b. Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga ... 16

c. Frekuensi Mutlak (FM) Suatu Jenis Serangga ... 16

d. Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Klasifikasi Status Fungsi Serangga ... 18

b. Jumlah serangga yang tertangkap pada fase vegetatif ... 21

c. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif ... 24

d. Jumlah Serangga yang Terdapat pada Fase Generatif ... 25

e. Indeks Keanekaragaman Serangga Fase Generatif...27

f. Indeks keanekaragaman serangga fase vegetatif dan fase generatif... 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31

Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA


(69)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Klasifikasi Status Fungsi Serangga ... 18

2. Jumlah SeranggaYang Tertangkap pada fase vegetatif ... 21

3. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga pada fase Vegetatif ... 24

4. Jumlah Serangga yang Terdapat Pada Fase Generatif ... 25

5. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif ... 27

6. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Dan Fase Generatif ... 29


(70)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 1. Alat Perangkap Yellow Trap ... ……… 15 2. Alat Perangkap Swep Net ... ……….. 15


(71)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Bagan Posisi Yellow Trap……….... 34 2. Lampiran Lahan Percobaan dan Perlakuan ... …...35

3. Lampiran Fhoto Serangga ………... 35


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan Rahmat-Nyalah penulis dapat membuat proposal ini tepat waktunya.

Skripsi berjudul “Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lapangan” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Marheni, MP. selaku ketua dan Ir. Fatimah Zahara, selaku anggota yang telah

memberikan saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Laboratorium Penyakit Tumbuhan yang telah memberikan tempat dan fasilitas untuk penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2016


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi (Zea Mays L.) ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Keanekaragaman Serangga (Incect Diversity) ... 7

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga ... 10

a. Faktor Fisik ... 10

b. Faktor Makanan ... 11

a. Faktor Biologi ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metodologi Penelitian ... 13

1. (Yellow Trap) ... 13

2. (Swep Net) ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 14

1. Survei Lokasi ... 14

2. Pembuatan Yellow Trap ... 14

a. Pembuatan Yellow Trap ... 14


(3)

3. Pemasangan dan Pengambilan Perangkap ... 14

a. Pemasangan dan Pengambilan Yellow Trap ... 14

b. Pemasangan dan Pengambilan Swep Net ... 15

c. Pengidentifikasi dan Pengamatan Serangga ... 16

4. Parameter Pengamatan ... 16

a. Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga ... 16

b. Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga ... 16

c. Frekuensi Mutlak (FM) Suatu Jenis Serangga ... 16

d. Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Klasifikasi Status Fungsi Serangga ... 18

b. Jumlah serangga yang tertangkap pada fase vegetatif ... 21

c. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif ... 24

d. Jumlah Serangga yang Terdapat pada Fase Generatif ... 25

e. Indeks Keanekaragaman Serangga Fase Generatif...27

f. Indeks keanekaragaman serangga fase vegetatif dan fase generatif... 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31

Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Klasifikasi Status Fungsi Serangga ... 18

2. Jumlah SeranggaYang Tertangkap pada fase vegetatif ... 21

3. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga pada fase Vegetatif ... 24

4. Jumlah Serangga yang Terdapat Pada Fase Generatif ... 25

5. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif ... 27

6. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Dan Fase Generatif ... 29


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 1. Alat Perangkap Yellow Trap ... ……… 15 2. Alat Perangkap Swep Net ... ……….. 15


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Bagan Posisi Yellow Trap……….... 34 2. Lampiran Lahan Percobaan dan Perlakuan ... …...35

3. Lampiran Fhoto Serangga ………... 35