Penjadwalan Produksi Flowshop Dengan Menggunakan Metode Tabu Search di PT. Jaya Beton Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

David D, Bedworth. 1987. Integreted Production Control System, Management

Analysis, Design 2/E, Jhon Wiley, New York.

Ginting, Rosnani. 2009. Penjadwalan Mesin. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Glover, Fred and Manuel Laguna.1997. Tabu Search. University of Colorado at Boulder. USA.

Kusumadewi, Sri, Hari Purnomo. 2005. Penyelesaian Masalah Optimasi dengan Teknik-teknik Heuristik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Michael C. Fu, dkk. 2000. Integrating Optimization and Simulation : Research

and Practice. Proceeding of the 2000 Winter Simulation Conference.

Michael C. Fu, dkk. 2002. Optimization for Simulation : Theory vs. Practice. INFORMS Journal on Computing 2002 vol 14, No.3, Summer 2002 pp. 192-215.

Sumarjono, Wendi. 2013. Penjadwalan Produksi Pada Unit Produksi Pt X

Dengan Menggunakan Algoritma Simulated Annealing Untuk Meminimasi Waktu Makespan. e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 1, No.3, April

2013 pp. 8-10.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Jurusan Teknik Institut Teknologi Bandung.

Sritomo, Wignjosoebroto. 1998. Pengantar Teknik Industri. Surabaya: Guna Widya.


(2)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Penjadwalan

3.1.1. Definisi Penjadwalan1

Penjadwalan didefinisikan sebagai rencana pengaturan kerja serta pengalokasian sumber baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan (Vollman; 1988). Penjadwalan dapat diartikan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber untuk memilih tugas dalam jangka waktu tertentu (Baker; 1974). Definisi lain mengatakan bahwa penjadwalan ialah proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu (Conway; 1967).

Dari sekian banyak definisi penjadwalan yang telah ada pada saat ini, intinya adalah:

a. Penjadwalan berfungsi sebagai alat pengambilan keputusan.

b. Penjadwalan merupakan teori yang berisi prinsip-prinsip dasar, model, teknik, dan kesimpulan logis dalam pengambilan keputusan.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penjadwalan produksi (Bedworth; 1987) adalah:

1. Meningkatkan utilitas sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.


(3)

2. Mengurangi makespan, yang juga berarti menurunkan flow time rata-rata dan

work in process rata-rata.

3. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi waktu persediaan.

4. Meminimasi biaya produksi.

5. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menungggu antrian suatu mesin yang dalam keadaan sibuk. Hal ini bertujuan untuk menghindari biaya flow time, yaitu biaya penyimpanan produksi setengah jadi.

6. Memenuhi keinginan konsumen, baik itu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan maupun dalam ketepatan waktu.

7. Membantu dalam pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

Adapun tipe keputusan yang akan diperoleh dari pelaksanaan penjadwalan tersebut berupa:

1. Pengurutan pekerjaan (sequencing) 2. Penugasan (dispatching)

3. Pengurutan operasi suatu job (routing)


(4)

Proses penjadwalan timbul jika terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki sehingga diperlukan adanya pengaturan sumber-sumber daya tersebut secara efisien. Berbagai model penjadwalan telah dikembangkan untuk mengatasi persoalan penjadwalan tersebut. Menurut Baker (1974), model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu:

1. Pola aliran proses

a. Penjadwalan flowshop, dimana job-job yang akan diproses seluruhnya mengalir pada arah/jalur produk yang sama.

b. Penjadwalan jobshop, dimana tiap job memiliki aliran/routing yang berbeda.

2. Mesin yang digunakan dalam proses

a. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model pengurutan job dimana job yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk diproses pada sebuah mesin tunggal.

b. Penjadwalan mesin jamak, dimana serangkaian job hendak diproses pada beberapa mesin baik seri, paralel maupun kombinasinya.

3. Pola kedatangan job

a. Penjadwalan statis, dimana job yang hendak diurutkan datang dan tiba pada satu mesin pada saat yang bersamaan serta siap dikerjakan pada mesin yang menganggur.


(5)

4. Karakteristik informasi

a. Deterministik, dimana sifat informasi yang diterima relatif pasti. b. Stokastik, dimana sifat informasi yang diterima relatif tidak pasti.

3.1.2. Penjadwalan Flow Shop

Menurut Baker (1974) model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu :

1. Mesin yang digunakan, dapat berupa proses dengan mesin tunggal atau proses dengan mesin majemuk.

2. Pola aliran proses, dapat berupa aliran identik atau sembarang. 3. Pola kedatangan pekerjaan, Statis atau Dinamis.

4. Sifat informasi yang diterima, dapat berupa Deterministik atau Stokastik. Pada jenis keadaan pertama, jumlah mesin dapat dibedakan atas mesin tunggal dan mesin majemuk. Model mesin tunggal merupakan model dasar dan biasanya dapat diterapkan dalam kasus mesin majemuk.

Pada model kedua, pola aliran dapat dibedakan atas Flow Shop dan Job

Shop. Pada Flow Shop dijumpai pola aliran pemrosesan dari suatu mesin ke mesin

yang lain dalam urutan (routing) tertentu. Semua pekerjaan yang mengalir pada alat produksi yang sama tanpa boleh melewatinya disebut dengan pure Flow

Shop. Tetapi jika pekerjaan yang datang kedalam Flow Shop tidak harus

dikerjakan pada semua mesin, jenis Flow Shop ini disebut dengan General Flow

Shop. Contoh pola aliran Pure Flow Shop dan contoh pola aliran General Flow Shop ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.


(6)

Gambar 3.1. Pola Aliran Pure Flow Shop

Sumber : Baker (1974)

Gambar 3.2 Pola Aliran General Flow shop

Sumber : Baker (1974)

Pada Job Shop setiap pekerjaan mempunyai routing yang berbeda. Aliran proses yang tidak searah ini mengakibatkan setiap pekerjaan yang akan diproses pada suatu mesin dapat merupakan pekerjaan baru atau pekerjaan yang sedang dikerjakan (work in proses). Pola aliran Job Shop dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Input (pekerjaan baru)

Output (pekerjaan lengkap)

Mesin1 Mesin2 Mesin3 Mesin m-1 Mesin m

Input Input Input Input Input

Output Output Output Output Output


(7)

Gambar 3.3 Pola Aliran Job Shop

Sumber : Baker (1974)

Pada model ketiga, pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas pola kedatangan Statis dan Dinamis. Pada pola Statis, pekerjaan datang secara bersamaan pada waktu nol, siap dikerjakan pada mesin-mesin yang juga sudah siap untuk bekerja atau kedatangan pekerjaan yang tidak bersamaan tetapi saat kedatangan telah diketahui sejak waktu nol. Sedangkan pola Dinamis mempunyai kedatangan pekerjaan tidak menentu, dijumpai adanya variabel waktu sebagai faktor pengaruh.

Pada model keempat, perilaku elemen-elemen penjadwalan dapat dibedakan atas Deterministik dan Stokastik. Model Deterministik dapat dilihat dari adanya kepastian atas informasi tentang beberapa aspek. Sedangkan pada model Stokastik, mengandung unsur ketidakpastian. Adapun aspek tersebut adalah :

1. Karakteristik pekerjaan dari segi kedatangan, jumlah (kuantitas) pekerjaan, batas waktu penyelesaian (duedate) dan perbedaan kepentingan antar pekerjaan.

2. Karakteristik pekerjaan dari segi banyaknya operasi, susunan mesin dan Pekerjaan-pekerjaan baru

Pekerjaan dalam proses pekerjaan dalam proses

Pekerjaan-pekerjaan lengkap Mesin k


(8)

3. Karakteristik mesin dari segi jumlah dan kapasitas mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin dengan pekerjaan yang diberikan.

3.1.3. Beberapa Istilah dalam Penjadwalan Flow Shop

Penjadwalan Flow shop dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika terdapat n

job {j1, j2, …, jn}, harus diproses pada m mesin {m1, m2, …, mm}. Waktu yang

diperlukan untuk memproses job i pada mesin j adalah tij. Jadi permasalahan penjadwalan adalah menentukan urutan job yang memberikan solusi terbaik berdasarkan kriteria tertentu.

Beberapa istilah yang digunakan dalam masalah penjadwalan yaitu :

1. Waktu proses (processing time = tj) : yaitu rentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu operasi pada job j.

2 Ready Time (rj), yaitu saat mulai suatu job j dapat dikerjakan.

3 DueDate (dj), yaitu batas waktu akhir suatu job harus sudah terselesaikan. Bila melewati batas ini, suatu job dikatakan terlambat (tardy)

4 Saat selesai (completion time = Cj) : saat job j telah selesai dikerjakan. 5 Waktu tinggal (flow time = Fj) : lamanya job j berada dilantai pabrik (shop).

Flow time dihitung sejak job siap dijadwalkan sampai job selesai dikerjakan. 6 Lateness (Lj), yaitu merupakan penyimpangan saat selesai job terhadap duedate job yang bersangkutan. Lateness dihitung dengan persamaan Lj = Cj

- dj.

Lj < 0, saat selesai memenuhi batas akhir (earliness), job selesai lebih cepat.


(9)

7 Slack (SLj), yaitu waktu longgar yang tersedia bagi suatu pekerjaan. SLj = dj - tj.

8 Tardiness (Tj), yaitu merupakan keterlambatan penyelesaian suatu job terhadap duedate job tersebut.

Tj = max {0,Lj}.

9 Makespan (Ms), yaitu waktu dimana pekerjaan terakhir telah selesai, flow time maksimum.

3.1.4. Algoritma Tabu Search

Menurut Glover dan Laguna kata tabu atau “taboo” berasal dari bahasa Tongan, suatu bahasa Polinesia yang digunakan oleh suku Aborigin pulau tonga

untuk mengindikasikan suatu hal yang tidak boleh “disentuh” karena

kesakralannya. Tabu menunjukkan tidak boleh/terlarang untuk dilakukan (penting) yang berkaitan erat dengan memori sosial dari suatu kelompok masyarakat. Menurut kasus Webster, tabu berarti larangan yang dipaksakan oleh kebudayaan sosial sebagai suatu tindakan pencegahan atau sesuatu yang dilarang karena berbahaya. Bahaya yang harus dihindari dalam tabu search adalah penjadwalan yang tidak layak, dan terjebak tanpa ada jalan keluar.

Tabu search (TS) pertama kali diperkenalkan oleh Glover sekitar tahun

1986. Glover menyatakan bahwa TS adalah salah satu prosedur metaheuristik tingkat tinggi untuk penyelesaian permasalahan optimisasi kombinatorial. TS ini dirancang untuk mengarahkan metode-metode lain (atau komponen proses TS itu sendiri) untuk keluar atau menghindar dari atau masuk ke dalam solusi optimal


(10)

yang bersifat lokal. Kemampuan TS dalam menghasilkan solusi yang mendekati optimal telah dimanfaatkan dalam beragam permasalahan klasik dan praktis dari berbagai bidang mulai bidang penjadwalan hingga bidang telekomunikasi .

Glover mengatakan bahwa prosedur TS ini dapat ditemukan dalam tiga pola (scheme) utama. Pola pertama adalah adanya penggunaan struktur memori berbasiskan atribut-atribut fleksibel yang dirancang untuk membolehkan sebuah kriteria evaluasi dan hasil pencarian di masa lalu dieksploitasi lebih mendalam. Pola ini menjadikan TS berbeda dengan aplikasi lain yang menggunakan struktur memori yang rigid (kaku) atau tanpa menggunakan struktur memori (seperti

simulated annealing). Pola kedua adalah penggunaan mekanisme atau kondisi

yang dapat membatasi atau membebaskan suatu proses pencarian yang sedang berlangsung. Pola kedua ini dikenal sebagai mekanisme tabu restriction dan

aspiration criteria. Pola ketiga adalah pelibatan suatu fungsi memori dengan

rentang waktu yang berbeda yakni berupa memori jangka pendek (short term

memory) dan memori jangka panjang (long term memory) untuk menjalankan

strategi intensifikasi dan diversifikasi dalam proses pencarian solusi. Strategi intensifikasi adalah strategi pencarian yang mengarahkan/ mengfokuskan pencarian pada suatu area tertentu, sedangkan strategi diversifikasi adalah strategi pencarian yang mengarahkan pencarian pada area baru.

Pemilihan kandidat terbaik didasarkan nilai fungsi tujuan. Pemeriksaan nilai fungsi tujuan lebih didahulukan sebelum pemeriksaan status tabu. Apabila nilai fungsi tujuan sebuah kandidat lebih baik dari yang lain, maka kandidat tersebut berpotensi untuk diterima sehingga perlu diperiksa status tabunya. Urutan


(11)

pemeriksaan nilai fungsi tujuan kemudian status tabu memberikan kemungkinan proses penyelesaian program yang lebih cepat. Pemilihan kandidat solusi terbaik yang dilakukan oleh TS menggunakan prinsip global-best strategy (GB) bukan

first-best strategy (FB). GB adalah strategi dimana algoritma akan mengganti

solusi terbaik saat ini dengan solusi terbaik yang ada pada neighborhood. Adapun FB adalah strategi dimana algoritma akan mengganti solusi terbaik saat ini secara langsung jika solusi yang lebih baik ditemukan.

Gendreau et.al (1998) menyatakan bahwa TS adalah pendekatan yang paling efektif untuk pemecahan masalah penentuan rute kendaraan. Kelebihan TS terletak pada struktur memori yang fleksibel. Struktur memori itu akan membolehkan pencarian terus dilakukan meskipun solusi yang diperoleh saat ini tidak ada yang lebih baik dari solusi terbaik yang telah diperoleh. Struktur memori tersebut juga mampu menjaga agar proses pencarian tidak jatuh pada lokal optimal yang pernah muncul pada pencarian sebelumnya. Adanya strukur memori fleksibel ini yang membedakan TS dengan branch and bound yang menggunakan struktur memori kaku atau simulated annealing yang tidak menggunakan struktur memori (Glover, 1990).

TS umumnya tidak menggunakan pembentukan kandidat solusi secara acak sebagaimana simulated annealing dan genetic algorithm. Pemilihan kandidat solusi dalam TS juga tidak dilakukan secara probabilistik sebagaimana ant colony

system, simulated annealing dan genetic algorithm. Karakteristik ini menjadikan


(12)

terhadap suatu permasalahan. Karakterstik ini juga menjadi salah satu keunggulan TS dibanding ant colony system, simulated annealing dan genetic algorithm.

Tabu search adalah sebuah metode optimasi yang berbasis pada local search. Proses pencarian bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya, dengan

cara memilih solusi terbaik dari neighborhood solusi sekarang (current) yang tidak tergolong solusi terlarang (tabu). Ide dasar dari algoritma tabu search adalah mencegah proses pencarian dari local search agar tidak melakukan pencarian ulang pada ruang solusi yang sudah pernah ditelusuri, dengan memanfaatkan suatu struktur memori yang mencatat sebagian jejak proses pencarian yang telah dilakukan.

Struktur memori fundamental dalam tabu search dinamakan tabu list.

Tabu list menyimpan atribut dari sebagian move (transisi solusi) yang telah

diterapkan pada iterasi-iterasi sebelumnya. Tabu search menggunakan tabu-list untuk menolak solusi-solusi yang memenuhi atribut tertentu guna mencegah proses pencarian mengalami cycling pada daerah solusi yang sama, dan menuntun proses pencarian menelusuri daerah solusi yang belum dikunjungi. Tanpa menggunakan strategi ini, local search yang sudah menemukan solusi optimum lokal dapat terjebak pada daerah solusi optimum lokal tersebut pada iterasi-iterasi berikutnya.

Perekaman solusi secara lengkap dalam sebuah forbidden list dan pengecekan apakah sebuah kandidat solusi tercatat dalam list tersebut merupakan cara yang mahal, baik dari sisi kebutuhan memori maupun kebutuhan waktu komputasi. Jadi tabu list hanya menyimpan langkah transisi (move) yang


(13)

merupakan lawan atau kebalikan dari langkah yang telah digunakan dalam iterasi sebelumnya untuk bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya. Dengan kata lain

tabu list berisi langkah-langkah yang membalikkan solusi yang baru ke solusi

yang lama.

Pada tiap iterasi, dipilih solusi baru yang merupakan solusi terbaik dalam

neighborhood dan tidak tergolong sebagai tabu. Kualitas solusi baru ini tidak

harus lebih baik dari kualitas solusi sekarang. Apabila solusi baru ini memiliki nilai fungsi objektif lebih baik dibandingkan solusi terbaik yang telah dicapai sebelumnya, maka solusi baru ini dicatat sebagai solusi terbaik yang baru.

Sebagai tambahan dari tabu-list, dikenal adanya kriteria aspirasi, yaitu suatu penanganan khusus terhadap move yang dinilai dapat menghasilkan solusi yang baik namun move tersebut berstatus tabu. Dalam hal ini, jika move tersebut memenuhi kriteria aspirasi yang telah ditetapkan sebelumnya, maka move tersebut dapat digunakan untuk membentuk solusi berikutnya (status tabunya dibatalkan).

3.1.4.1.Klasifikasi Memori

Struktur memori dalam tabu search memiliki empat elemen penting yaitu:

recency, frequency, quality, dan influence. Elemen ini yang menjadikan struktur

dalam tabu search bersifat fleksibel. Elemen recency dan frequency merupakan elemen yang saling melengkapi untuk menjaga jejak setiap solusi terakhir dalam proses pencarian. Elemen quality berfungsi untuk membedakan kualitas solusi yang dikunjungi selama pencarian. Dalam hal ini, memori dapat digunakan untuk


(14)

mengidentifikasi beberapa solusi. Elemen keempat yaitu influence

mempertimbangkan pengaruh dari solusi yang dipilih selama proses pencarian berlangsung baik dari kualitas maupun struktur.

3.1.4.2.Intensifikasi dan Diversifikasi

Dua strategi yang penting dalam tabu search adalah intensifikasi dan diversifikasi. Kedua komponen ini bekerja pada memori jangka pendek dan jangka panjang. Strategi intensifikasi dilakukan dengan melakukan penguatan pada langkah yang telah dijalani sehingga diperoleh solusi yang baik. Jika diperlukan proses pencarian akan terus berulang di daerah yang menarik untuk melakukan pencarian yang lebih teliti. Identifikasi set solusi dilakukan untuk memperoleh solusi baru. Lain halnya dengan intensifikasi, strategi diversifikasi merupakan langkah pencarian yang berorientasi pada daerah baru. Setelah langkah pengulangan masih belum menemukan solusi terbaik, maka proses akan dilanjutkan dengan pencarian di daerah baru. Penentuan titik pengambilan posisi baru didasarkan pada identifikasi data pada memori.

3.1.4.3.Penentuan Kandidat Solusi Terbaik

Salah satu proses penting dalam tabu search adalah penentuan kandidat solusi terbaik yang dapat diterima. Langkah pertama adalah mengevaluasi setiap langkah pencarian. Evaluasi ini dapat didasarkan pada perubahan nilai fungsi objektif. Sebagai proses pencarian, bentuk evaluasi tabu search menjadi adaptif dengan terdapatnya komponen intensifikasi dan diversifikasi. Tahap pertama


(15)

dalam penentuan kandidat solusi adalah dengan menguji status tabu pada setiap langkah. Suatu langkah memiliki status tabu yang aktif jika langkah tersebut telah dilalui. Hal ini yang membuat tabu search dapat diterima dan dicatatkan pada daftar kandidat. Langkah yang tabu kemudian dapat diterima jika pada kriteria aspirasi dirasa merupakan salah satu solusi yang baik.

3.2. Pengukuran Waktu (Time Study)

Pengukuran kerja merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengamati pekerjaan dan mencatat waktu kerja dengan menggunakan alat yang sesuai. Waktu yang diukur adalah waktu siklus dari pekerjaan itu yaitu waktu penyelesaian dalam satuan waktu mulai dari bahan baku, diperoses hingga menjadi produk jadi. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menekan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku tersebut merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja yang terbaik2.

Hasil pengukuran waktu kerja digunakan untuk berbagai perencanaan dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, antara lain:

1. Penentuan perencanaan dan penjadwalan kerja.

2. Penentuan biaya standar dan sebagai bantuan dalam penentuan anggaran. 3. Perkiraan biaya produk sebelum memproduksi.


(16)

seorang operator dan sebagai bantuan dalam menyeimbangkan jalur perakitan. 5. Penentuan waktu standar digunakan sebagai dasar dalam pembayaran insentif

gaji pekerja langsung dan pekerja tidak langsung.

6. Waktu standar digunakan sebagai dasar pengendalian biaya tenaga kerja. Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus kegiatan yang dilakukan menurut metode tertentu, pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kepentingan pribadi. Pada umumnya teknik-teknik pengukuran waktu terdiri dari dua bagian, pertama teknik pengukuran secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Untuk pelaksanaannya penelitian waktu dapat dibagi atas tahap-tahap berikut ini:

1. Melaksanakan pengamatan terhadap departemen-departemen dengan memahami semua gerakan bahan, pekerja dan mesin.

2. Tahap komunikasi dengan mengadakan pendekatan pada karyawan dengan baik, sehingga karyawan dapat bekerja tanpa merasa terganggu.

3. Mengamati dan mencatat informasi mengenai operasi dan operator dari objek yang diamati.

4. Menentukan satu siklus kerja dan menguraikannya atas elemen-elemen kerja 5. Tahap pengukuran, pengamatan waktu pengerjaan (selected time) yang

dibutuhkan pekerja dan penentuan jumlah pengamatan yang dibutuhkan, penentuan penyesuaian (rating factor) serta kelonggaran (allowance).


(17)

7. Menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan berdasarkan waktu standar.

8. Waktu standar digunakan sebagai dasar pengendalian biaya tenaga kerja. Waktu baku ini merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian waktu baku ini dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang dibutuhkan dalam penyelesaian kerja.

Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua bagian yaitu3:

1. Pengukuran waktu secara langsung

Pengukuran ini dilaksanakan secara langsung yaitu ditempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan jam henti (stopwatch time study) dan sampling kerja (work sampling).

2. Pengukuran secara tidak langsung

Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si pengamat harus berada ditempat kerja yang diukur. Pengukuran waktu dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan. Misalnya aktivitas data waktu baku (standard data), dan data waktu gerakan (predetermined time system).

3


(18)

Pada pengukuran waktu sampling pekerjaan, pengamat tidak harus menetap di tempat kerja, melainkan melakukan pengamatan secara sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara random/acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Panjang satu satuan waktu biasanya tidak terlalu singkat dan tidak terlalu panjang.

3.2.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu

Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut4:

1. Penetapan tujuan pengukuran

Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

2. Melakukan penelitian pendahuluan

Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar apabila metoda untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material yang dipergunakan sudah tidak lagi sesuai dengan spesifikasi semula, kecepatan kerja mesin atau


(19)

proses produksi lainnya berubah pula, atau kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan jadi waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut.

3. Memilih operator

Operator yang melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat (tidak terpengaruh dengan kehadiran si pengamat).

4. Melatih operator

Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan latihan bagi operator tersebut, terutama jika kondisi dan cara kerja yang digunakan tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi jika pada saat penelitian kondisi kerja atau cara kerja sudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan.


(20)

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan

Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang akan diukur waktu siklusnyanya. Waktu siklus adalah waaktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.

6. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Setelah lima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Alat-alat tersebut adalah :

a. Jam henti

b. Lembaran-lembaran pengamatan c. Pena atau pensil

d. Papan pengamatan

3.2.2. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan untuk melakukan sampling dalam pengambilan data. Jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% berarti bahwa penyimpangan hasil pengukuran dari hasil sebenarnya maksimum 5% dan kemungkinan berhasil mendapatkan hasil yang demikian adalah 95%. Dengan kata lain, jika pengukur sampai memperoleh hasil


(21)

yang menyimpang, hal demikian diizinkan paling banyak 5% dari jumlah keseluruhan hasil pengukuran.

Penelitian pengukuran waktu ini menggunakan tingkat ketelitian 5 % dan tingkat kepercayaan 95 % karena dilihat dari segi biaya, resiko, dan safety. Sebab dalam pengukuran waktu tingkat ketelitian seperti ini memang lazim digunakan dan keakuratannya dianggap sudah mewakili data yang ada karena jika kesalahan terjadi tidak menyebabkan kesalahan fatal maupun resiko seperti dalam meneliti obat-obatan yang digunakan untuk kesehatan.

3.2.3. Pengujian Keseragaman Data

Selain kecukupan data harus dipenuhi dalam pelaksanaan time study maka yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa data yang dikumpulkan harus seragam. Test keseragaman data perlu dilakukan mengingat bahwa ketidakseragaman dengan cara visual atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart) yang disebut dengan Peta Kontrol Shewhart.

Dalam penentuan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% digunakan batas

2σ. Peta kontrol mempunyai batas-batas:

σ

2 + =X=

BKA

σ

2

-=

=X BKA


(22)

Peta kontrol5 shewhart dapat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Peta Kontrol Shewhart

3.2.4. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari lapangan penelitian telah mencukupi untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Misalkan serangkaian pengukuran pendahuluan telah dilakukan dan hasil pengukuran ini dapat dikelompokkan ke dalam N sampel, dimana6:

N =jumlah pengamatan pendahuluan N' = Jumlah pengamatan yang diperlukan

σ = Standar deviasi data pengamatan

5 Besterfield, Dale. Quality Control. Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. Hal. 106 6 Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Hal. 182.

S

u

b

g

ro

u

p

Av

era

g

e

X SENTRAL

BKB Y

BKA


(23)

Dengan menetapkan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% maka formulasi yang digunakan adalah:

Besarnya pengamatan yang dibutuhkan (N') adalah:

[

√ (∑ ) ∑

]

Untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan kepercayaan yang digunakan.

Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N’ > N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.

3.3. Perhitungan Waktu Standar

Waktu standard merupakan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan rating performance dan kelonggaran.


(24)

Waktu standar dipengaruhi oleh: a. Waktu Siklus

Merupakan waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai bahan baku diproses di satu stasiun kerja. ini menunjukkan jumlah waktu yang tersedia yang didapat dari pengukuran waktu dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) pada setiap mesin dan peralatan, dimana ukurannya dilihat dari satuan waktu.

b. Rating Factor

Merupakan faktor membandingkan kemampun bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut ukuran peneliti/pengamat.

c. Allowance

kelonggaran yang diberikan pada tenaga kerja berupa kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah dan hambatan yang tidak terhindarkan, dimana ukurannya dilihat dari satuan persen.

Waktu standard terutama sekali diperlukan dalam : a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja).

b. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan. c. Penjadwalan produksi dan penganggaran.

d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan yang berprestasi.


(25)

Untuk menghitung waktu standar perlu dihitung waktu siklus rata-rata yang disebut dengan waktu terpilih, faktor penampilan (rating factor), waktu normal dan kelonggaran (allowance).

Wn = Wt × Rf dimana : Wn = Waktu normal

Wt = waktu terpilih

Rf = Rating factor

dimana : Ws = Waktu standar All = Allowance


(26)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Jaya Beton Indonesia beralamat di Jalan Paya Pasir, Medan Marelan, Medan-Sumatera Utara yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan beton. Penelitian dilakukan selama 5 bulan.

4.2. Jenis Penelitian7.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.

4.3. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mencari urutan penjadwalan produksi dengan kriteria minimisasi makespan. Dalam penelitian ini diukur waktu elemen pekerjaan memproduksi tiang pancang, yang digunakan untuk mencari waktu baku pekerjaan. Selain waktu elemen pekerjaan, diukur juga waktu set up tiap mesin, kapasitas produksi dan jumlah permintaan produk. Dari hasil pengukuran dibuat jadwal dengan menggunakan algoritma tabu search dan dilihat kebaikannya dibanding yang diterapkan perusahaan selama ini.

7


(27)

4.4. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Urutan Penjadwalan

Variabel ini menunjukkan urutan pengerjaan order (job). b. Makespan

Variabel ini menunjukkan total waktu penyelesaian seluruh job, yang dihitung berdasarkan selisih antara waktu stop job terakhir dengan waktu

start job pertama, di mana urutannya dilihat dari satuan waktu.

c. Total Waktu Proses

Variabel ini menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sampai selesai yang hasilnya dipengaruhi oleh waktu standar, jumlah order, dan jumlah mesin, dimana ukurannya dilihat dari satuan waktu.

d. Waktu Standar

Variabel ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus kegiatan yang dilakukan menurut metode tertentu, pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kepentingan pribadi. dimana ukurannya dilihat dari satuan waktu.

e. Tipe Produk

Variabel ini menunjukkan banyaknya jenis produk yang dihasilkan oleh pihak perusahaan


(28)

f. Jumlah Permintaan (Order)

Variabel ini menunjukkan banyaknya unit produk yang diminta oleh konsumen per periode dimana ukurannya dilihat dari satuan unit

g. Waktu Set Up

Waktu Set Up merupakan waktu yang digunakan untuk mempersiapkan mesin sebelum melakukan proses, agar mesin siap berproses.

4.5. Sumber Data

Berdasarkan cara memperolehnya maka sumber data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari :

1. Data Primer

Data ini diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap objek penelitian di lapangan, yaitu :

a. waktu siklus untuk tiap komponen b. rating factor

c. allowance

d. Waktu Set Up mesin 2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui wawancara yang dilakukan kepada pihak perusahaan yang mebeberikan informasi dan data yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan adalah:

a. Data jumlah permintaan 1 tahun terakhir b. Jumlah operator dan jam kerja


(29)

4.6. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar checklist yang digunakan untuk mengarahkan observasi

(pengamatan) agar terfokus pada objek penelitian. 2. Stopwatch untuk mengukur waktu elemen kerja

3. Pedoman wawancara yang digunakan untuk mengarahkan wawancara agar dapat diperoleh data yang relevan dengan objek penelitian.

4.7. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data waktu kerja yang dilakukan adalah:

1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung proses produksi tiang pancang dan mengetahui urutan proses serta mengukur waktu elemen kerja. Instrumen yang digunakan saat obsevasi adalah stopwatch. Pengukuran data dilakukan sebanyak 10 kali, dikarenakan waktu proses dibawah 2 menit. Adapun prosedur pengumpulan data dengan metode stop-watch time study adalah sebagai berikut:

a. Mendefenisikan setiap elemen pekerjaan di lantai produksi

b. Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan

c. Membagi kegiatan operasi kedalam beberapa elemen kerja, dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(30)

d. Mengamati, mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan elemen-elemen kerja tersebut.

e. Menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat.

f. Menetapkan performansi operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Ditujukan untuk melihat kemampuan operator.

Tabel 4.1. Elemen Kerja pada Pembuatan Tiang Pancang

No Elemen kerja

1 pembuatan sangkar (cage forming) 2 persiapan tulangan

3 pemasangan pile joint plat

4 perakitan sangkar dengan cetakan

5 pembuatan adukan beton (concrete mixing) 6 pengecoran adukan beton

7 penutupan cetakan dan penarikan PC Bar (tensioning) 8 pemutaran cetakan (spinning)

9 steam curing

10 remoulding,

g. Menetapkan allowance time guna memberikan fleksibilitas pekerja. h. Mengamati waktu Set Up

2. Dokumentasi

Data Permintaan produk didapat dengan menyalin data dokumentasi perusahaan pada bulan Juli 2013. Data kapasitas mesin didapat melalui wawancara, dan data dokumentasi perusahaan.


(31)

4.8. Metode Pengolahan Data

Adapun tahapan pengolahan data pada penelitaian ini yaitu: 1. Uji keseragaman

Selama melakukan pengukuran waktu kerja operator di tiap elemen kegiatan dimungkinkan mendapat data yang tidak seragam. Adapun alat yang digunakan mendeteksi ketidakseragaman data adalah peta kendali. Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %. Uji keseragaman data dilakukan dengan menggunakan batas kontrol + 2 .

BKA (Batas Kendali Atas) = ̅ BKB (Batas Kendali Bawah) ̅

Data yang digunakan mewakili waktu kerja adalah data yang seragam. 2. Uji Kecukupan

Uji kecukupan data bertujuan agar data yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan dapat mewakili populasi. Semakin banyak jumlah pengamatan maka hasil penelitian akan semakin mendekati kondisi yang sebenarnya. Dengan menetapkan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% maka formulasi yang digunakan adalah:

Besarnya pengamatan yang dibutuhkan (N') adalah:

(

√ (∑ ) ∑


(32)

3. Menghitung waktu normal

Waktu normal didapat dengan rumus 4. Menghitung Waktu Baku (Waktu Standar)

5. Menghitung waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian (Cj)didapat dengan menggunakan rumus

[ ]

6. Menghitung Makespan dengan metode First Come First Serve(FCFS), perhitungan dibantu dengan menggunakan Ms Excel

7. Menghitung Makespan dengan metode tabu search, perhitungan dibantu dengan menggunakan Ms Excel

8. Menghitung Number of tardy

Prosedur pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan diuraikan sebagai berikut:


(33)

Algoritma Tabu Search

Performansi Penjadwalan Tetapkan Waktu baku dengan menggunakan alowance dan rating

factor

Penjadwalan Produksi

FCFS

Uji Keseragaman data

Uji Kecukupan data

Gambar 4.1. Block Diagram Pengolahan Data

Adapun flowchart penjadwalan dengan algoritma tabu search dapat dilihat pada Gambar 4.2.


(34)

Inisialisasi urutan Job aktual perusahaan dengan menghitung

makespan Awal (S)

Buat Solusi Awal

Buat Daftar Kandidat Solusi

Evaluasi Setiap Kandidat Solusi dan Pilih yang terbaik

Mulai

Apakah Status Tabu?

Perpindahan Diterima

Pilih Perpindahan Terbaik

Apakah Masih Terdapat Pada Iterasi

Selanjutnya?

Stop Tabu Search

Ambil Jadwal Terbaik

Selesai

Periksa Daftar Kandidat

Apakah Masih Terdapat Kemungkinan Yang

Lebih Baik? Ya

Tidak Ya

Tidak

Tidak Input: -Waktu Standar tiap job

dan Work Center

-Urutan operasi tiap job

Ya


(35)

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Semua data, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data maupun yang didapat dari hasil pengolahan data dianalisis dan dibandingkan dengan sumber referensi yang ada dan teori-teori yang mendukung.

Dalam Penelitian ini ada beberapa parameter performance yang digunakan untuk menganalisis model penjadwalan, yaitu :

1. Efficiency Index (EI) yaitu membandingkan nilai makespan metode

perusahaan dengan metode pembanding, yaitu membandingkan hasil FCFS dengan metode tabu search. Apabila EI = 1, maka kedua metode memiliki

performance yang sama, bila EI < 1, maka metode usulan yang diberikan

memiliki performance yang kurang baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan. Jika EI > 1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang lebih baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaa.

2. Beda Relatif, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan


(36)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Permintaan Produk

Data permintaan produk yang dikumpulkan pada penelitian ini diambil dari data permintaan produk tiang pancang pada bulan Juli 2013. Data permintaan produk dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Permintaan Tiang Pancang

No Kode

Order

Kedatangan Order

Jenis produk yang diorder

Jumlah Order

Penyerahan Order

1 Job1 4 Jul-2013 PC A - 400 135 27 Jul-2013 2 Job 2 5 Jul -2013 PC A - 300 314 31 Jul-2013 3 Job 3 9 Jul 2013 PC A - 400 246 14 Agust-2013 4 Job 4 12 Jul -2013 PC A - 300 231 15 Agust -2013 5 Job 5 13 Jul -2013 PC A - 400 472 22 Agust-2013 6 Job 6 15 Jul -2013 PC A - 350 293 31 Agust-2013 7 Job 7 17 Jul -2013 PC A - 350 167 26 Agust -2013 8 Job 8 18 Jul -2013 PC A - 350 362 30 Agust-2013

Sumber : PT. Jaya Beton Indonesia

5.1.2. Data Kapasitas Work center

Data yang diambil merupakan data jumlah mesin yang terdapat pada masing-masing stasiun kerja, jumlah operator, waktu setup setiap mesin, jam kerja dan jumlah shift. Data kapasitas work center setiap periode dapat dilihat pada Tabel 5.2.


(37)

Tabel 5.2. Data Kapasitas Work center

Stasiun Kerja Nama Mesin

Jumlah Mesin (unit) Waktu Setup (menit) Jumlah Operator (orang) Jam Kerja/ Shift RT (jam) Jumlah Shift RT/hari Persiapan

tulangan (PC Bar) - Cutting machine - Heading machine 1 3 2 10 1

3 10 2

Pembuatan sangkar

Cage forming

machine 4 20 6 10 2

Pemasangan pile

joint plate - -

-

3 10 2

Pemasangan

cetakan - -

-

4 10 2

Pembuatan

concrete mixing Batching plan 1 20 1 10 2

Pengecoran

concrete mixing

Concrete

placing machine 2 5 4 10 2

Tensioning - - - 2 10 2

Spinning Spinning

machine 4 15 8 10 2

Steam curing - Steamming

machine 2 60 2 10 2

Remoulding dan

Finishing - -

-

8 10 2

Sumber : PT. Jaya Beton Indonesia

5.1.3. Data Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu dilakukan terhadap waktu proses. Waktu proses setiap job untuk setiap stasiun kerja didapat dari pengukuran waktu dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch). Data hasil pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk tiang pancang tipe PC A 300 dapat dilihat pada Tabel 5.3, untuk tipe PC A 350 dapat dilihat pada Tabel 5.4, untuk tipe PC A 400 dapat dilihat pada Tabel 5.5


(38)

Tabel 5.3. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 300

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Persiapan tulangan (PC

Bar) I

PC Bar dipindahkan ke cutting machine

menggunakan hoist crane 77 69 79 71 74 69 71 77 76 75

PC Bar dipotong menggunakan cutting machine

dengan ukuran sesuai pesanan (7 m - 15 m) 196 195 193 195 208 188 195 203 196 196 Potongan PC Bar dipindahkan ke area

pengheadingan dengan menggunakan hoist crane. 22 23 18 19 23 20 18 19 18 18 PC Bar dimasukkan ke heading machine secara

manual 131 140 140 140 137 136 134 139 133 132

Ujung PC Bar dibentuk menjadi bulat (berkepala)

dengan diameter 15 mm. 175 192 178 186 175 183 187 179 182 179

PC Bar dipindahkan ke stasiun pembuatan


(39)

Tabel 5.3. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 300 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pembuatan sangkar II

Gulungan iron wire ditempatkan ke cage forming

machine secara manual 62 67 66 68 64 68 68 58 64 67

Cover ring dipasang sesuai diameter sangkar yang

akan dibuat 139 150 146 132 149 141 150 138 131 133

PC Bar yang sudah melewati tahap pengheadingan dipasang pada plat tembaga langsung ke plat penarik

291 301 303 306 293 282 277 279 285 279 Ujung iron wire dipasangkan pada PC Bar 141 139 129 146 132 144 131 135 129 130 Pengelasan iron wire secara otomatis 389 381 388 369 395 371 394 375 385 396 Ujung PC wire dipotong menggunakan tang 50 44 51 44 46 48 46 49 51 50 Sangkar yang telah selesai dibuat dipindahkan ke

area pemasangan joint secara manual. 198 209 214 219 194 210 216 201 196 200

Pemasangan pile

joint plate III

Sangkar yang telah selesai selanjutnya dipasangi

pile joint plate 134 130 130 121 124 122 131 135 135 125

Ujung PC bar yang berkepala ditempatkan pada lubang-lubang yang ada di pile joint plate

66 63 69 68 68 71 76 71 69 71

Baut berukuran ¾ inchi ditempatkan pada locking

pin hole yang berfungsi untuk menahan agar PC


(40)

Tabel 5.3. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 300 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pemasangan cetakan IV

Cetakan diolesi dengan minyak CPO sebelum

dilakukan pengecoran 43 41 44 41 41 38 44 39 35 39

Cetakan dipindahkan ke area placing dengan

menggunakan over head crane 56 60 65 50 53 52 58 54 62 52

Sangkar yang telah dipasangi pile joint plate dipindahkan ke area placing menggunakan over

head crane dan ditempatkan di dalam cetakan

bagian bawah.

65 67 60 67 72 73 75 75 63 70

Cetakan berisi sangkar dipindahkan ke area

concrete placing

134 131 129 147 141 130 140 144 149 142 Pembuatan

concrete mixing

V

Semen, kerikil, dan pasir dimasukkan ke dalam

batching plant dengan menggunakan conveyor

dan air serta plascitizer dialirkan ke batching

plant melalui selang

462 431 448 444 446 470 461 452 471 459 Pengadukan terhadap bahan-bahan dilakukan

dengan putaran 45 rpm 293 300 297 295 295 296 290 292 306 300

Pengecoran

concrete mixing

VI

Pengecoran adukan beton dengan menggunakan

concrete placing machine


(41)

Tabel 5.3. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 300 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tensioning VII

Cetakan atas dibawa dengan over head crane.

60 69 71 75 75 68 74 69 64 70

Baut cetakan dikencangkan dengan menggunakan

impact tool. 93 95 103 94 100 90 106 99 92 102

Dilakukan prestressing terhadap PC Bar menggunakan tensioning jack (kekuatan tarik 750 kg/cm2).

37 37 37 38 30 30 37 40 35 37

Cetakan dipindahkan ke spinning machine. 58 49 61 61 52 58 60 53 56 49

Spinning VIII

Pemutaran cetakan untuk memadatkan adonan

beton 510 510 510 510 510 510 510 510 510 510

Cetakan yang telah selesai melalui proses

spinning dipindahkan ke bak uap menggunakan over head crane.

84 82 79 87 84 83 86 79 78 81

Steam curing IX

Proses penguapan dilakukan selama lebih kurang 4 jam pada suhu 70oC.

14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400

Dipindahkan ke area pembukaan cetakan


(42)

Tabel 5.3. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 300 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Remoulding dan FinishingX

Cetakan bagian atas dibuka dengan terlebih dahulu melepaskan baut menggunakan impact

tool

92 91 109 105 101 105 107 104 100 93 Cetakan bagian atas dipindahkan menggunakan

over head crane 62 57 60 55 62 55 58 67 69 68

Produk dipindahkan ke bagian pengecatan 74 79 78 73 77 76 76 76 72 70 Produk diinspeksi apakah sudah sesuai dengan

standar. 31 28 26 33 32 33 30 28 28 30

Kedua ujung produk dicat dan produk diberi label

akta produksi. 77 94 78 81 75 83 79 84 81 93

Produk yang telah selesai diinspeksi dan dicat selanjutnya dipindahkan ke stock area

menggunakan over head crane. 106 106 101 104 96 106 102 96 103 103 Sumber : Pengukuran pada PT. Jaya Beton Indonesia


(43)

Tabel 5.4. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 350

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Persiapan tulangan (PC

Bar) I

PC Bar dipindahkan ke cutting machine

menggunakan hoist crane 72 76 83 86 71 87 83 83 86 87

PC Bar dipotong menggunakan cutting machine

dengan ukuran sesuai pesanan (7 m - 15 m) 222 241 222 226 238 235 227 239 236 227 Potongan PC Bar dipindahkan ke area

pengheadingan dengan menggunakan hoist crane. 21 23 24 22 21 23 24 19 24 21 PC Bar dimasukkan ke heading machine secara

manual 161 156 170 171 162 158 171 155 155 166

Ujung PC Bar dibentuk menjadi bulat (berkepala)

dengan diameter 15 mm. 220 212 214 201 221 197 213 219 203 219

PC Bar dipindahkan ke stasiun pembuatan


(44)

Tabel 5.4. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 350 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pembuatan sangkar II

Gulungan iron wire ditempatkan ke cage forming

machine secara manual 72 69 74 65 71 65 74 63 64 66

Cover ring dipasang sesuai diameter sangkar yang

akan dibuat 139 146 140 141 151 140 146 152 146 143

PC Bar yang sudah melewati tahap pengheadingan dipasang pada plat tembaga langsung ke plat penarik

371 366 364 364 362 353 361 371 362 367 Ujung iron wire dipasangkan pada PC Bar 141 139 129 146 132 144 131 135 129 130 Pengelasan iron wire secara otomatis 444 422 442 439 448 445 452 432 430 424 Ujung PC wire dipotong menggunakan tang 49 55 53 49 53 57 55 57 56 55 Sangkar yang telah selesai dibuat dipindahkan ke

area pemasangan joint secara manual. 207 198 195 210 201 210 208 211 193 199

Pemasangan pile

joint plate III

Sangkar yang telah selesai selanjutnya dipasangi

pile joint plate 132 140 134 149 147 132 141 147 141 148

Ujung PC bar yang berkepala ditempatkan pada lubang-lubang yang ada di pile joint plate

84 74 79 74 73 81 82 77 85 76

Baut berukuran ¾ inchi ditempatkan pada locking

pin hole yang berfungsi untuk menahan agar PC


(45)

Tabel 5.4. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 350 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pemasangan cetakan IV

Cetakan diolesi dengan minyak CPO sebelum

dilakukan pengecoran 49 51 42 41 45 49 41 45 49 49

Cetakan dipindahkan ke area placing dengan

menggunakan over head crane 61 56 63 62 65 60 61 59 55 66

Sangkar yang telah dipasangi pile joint plate dipindahkan ke area placing menggunakan over

head crane dan ditempatkan di dalam cetakan

bagian bawah. 65 67 60 67 72 73 75 75 63 70

Cetakan berisi sangkar dipindahkan ke area

concrete placing

152 136 134 130 140 135 146 143 146 133 Pembuatan

concrete mixing

V

Semen, kerikil, dan pasir dimasukkan ke dalam

batching plant dengan menggunakan conveyor

dan air serta plascitizer dialirkan ke batching

plant melalui selang

479 464 478 485 478 495 506 455 462 465 Pengadukan terhadap bahan-bahan dilakukan

dengan putaran 45 rpm 287 292 288 281 294 288 285 278 294 286

Pengecoran

concrete mixing

VI

Pengecoran adukan beton dengan menggunakan

concrete placing machine


(46)

Tabel 5.4. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 350 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tensioning VII

Cetakan atas dibawa dengan over head crane.

60 69 71 75 75 68 74 69 64 70

Baut cetakan dikencangkan dengan menggunakan

impact tool. 126 117 115 114 127 118 125 116 126 116

Dilakukan prestressing terhadap PC Bar menggunakan tensioning jack (kekuatan tarik 750 kg/cm2).

57 58 58 63 54 53 53 56 61 52

Cetakan dipindahkan ke spinning machine. 57 63 63 55 57 62 56 61 64 58

Spinning VIII

Pemutaran cetakan untuk memadatkan adonan

beton 510 510 510 510 510 510 510 510 510 510

Cetakan yang telah selesai melalui proses

spinning dipindahkan ke bak uap menggunakan over head crane.

93 88 89 81 86 99 80 100 93 88

Steam curing IX

Proses penguapan dilakukan selama lebih kurang 4 jam pada suhu 70oC.

14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 Dipindahkan ke area pembukaan cetakan


(47)

Tabel 5.4. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 350 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Remoulding dan FinishingX

Cetakan bagian atas dibuka dengan terlebih dahulu melepaskan baut menggunakan impact

tool

115 112 109 98 110 116 107 114 118 111 Cetakan bagian atas dipindahkan menggunakan

over head crane 62 57 60 55 62 55 58 67 69 68

Produk dipindahkan ke bagian pengecatan 74 79 78 73 77 76 76 76 72 70 Produk diinspeksi apakah sudah sesuai dengan

standar. 31 28 26 33 32 33 30 28 28 30

Kedua ujung produk dicat dan produk diberi label

akta produksi. 91 94 90 90 98 84 85 91 95 94

Produk yang telah selesai diinspeksi dan dicat selanjutnya dipindahkan ke stock area

menggunakan over head crane. 97 110 99 106 101 105 112 102 99 110


(48)

Tabel 5.5. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 400

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Persiapan tulangan (PC

Bar) I

PC Bar dipindahkan ke cutting machine

menggunakan hoist crane 80 83 85 79 87 85 87 90 84 91

PC Bar dipotong menggunakan cutting machine

dengan ukuran sesuai pesanan (7 m - 15 m) 260 248 251 254 248 251 245 243 250 243 Potongan PC Bar dipindahkan ke area

pengheadingan dengan menggunakan hoist crane. 19 19 20 23 22 22 22 20 23 20 PC Bar dimasukkan ke heading machine secara

manual 181 191 191 182 189 183 188 186 183 180

Ujung PC Bar dibentuk menjadi bulat (berkepala)

dengan diameter 15 mm. 236 224 239 233 224 248 235 242 224 237

PC Bar dipindahkan ke stasiun pembuatan


(49)

Tabel 5.5. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 400 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pembuatan sangkar II

Gulungan iron wire ditempatkan ke cage forming

machine secara manual 74 75 76 70 69 71 69 77 72 74

Cover ring dipasang sesuai diameter sangkar yang

akan dibuat 143 139 145 144 137 142 138 140 147 147

PC Bar yang sudah melewati tahap pengheadingan dipasang pada plat tembaga langsung ke plat penarik

382 394 370 371 388 369 398 391 393 394 Ujung iron wire dipasangkan pada PC Bar 141 139 129 146 132 144 131 135 129 130 Pengelasan iron wire secara otomatis 427 426 438 445 425 454 447 430 450 441 Ujung PC wire dipotong menggunakan tang 51 50 52 54 50 56 58 52 49 51 Sangkar yang telah selesai dibuat dipindahkan ke

area pemasangan joint secara manual. 218 210 226 217 221 223 211 213 217 225

Pemasangan pile

joint plate III

Sangkar yang telah selesai selanjutnya dipasangi

pile joint plate 145 142 150 145 141 146 141 146 149 144

Ujung PC bar yang berkepala ditempatkan pada lubang-lubang yang ada di pile joint plate

89 89 85 82 81 80 80 77 77 81

Baut berukuran ¾ inchi ditempatkan pada locking

pin hole yang berfungsi untuk menahan agar PC


(50)

Tabel 5.5. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 400 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pemasangan cetakan IV

Cetakan diolesi dengan minyak CPO sebelum

dilakukan pengecoran 46 45 53 53 47 49 48 47 45 50

Cetakan dipindahkan ke area placing dengan

menggunakan over head crane 65 59 64 65 55 60 57 57 63 59

Sangkar yang telah dipasangi pile joint plate dipindahkan ke area placing menggunakan over

head crane dan ditempatkan di dalam cetakan

bagian bawah.

65 67 60 67 72 73 75 75 63 70

Pembuatan

concrete mixing

V

Semen, kerikil, dan pasir dimasukkan ke dalam

batching plant dengan menggunakan conveyor

dan air serta plascitizer dialirkan ke batching

plant melalui selang

134 145 149 134 142 155 146 153 156 141 Pengadukan terhadap bahan-bahan dilakukan

dengan putaran 45 rpm 503 479 481 494 498 499 520 481 509 510

Pengecoran

concrete mixing

VI

Pengecoran adukan beton dengan menggunakan

concrete placing machine


(51)

Tabel 5.5. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 400 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tensioning VII

Cetakan atas dibawa dengan over head crane.

60 69 71 75 75 68 74 69 64 70

Baut cetakan dikencangkan dengan menggunakan

impact tool. 132 131 118 127 130 124 129 131 126 119

Dilakukan prestressing terhadap PC Bar menggunakan tensioning jack (kekuatan tarik 750 kg/cm2).

66 68 57 71 69 62 59 66 70 65

Cetakan dipindahkan ke spinning machine. 59 55 59 55 56 64 62 58 55 58

Spinning VIII

Pemutaran cetakan untuk memadatkan adonan

beton 510 510 510 510 510 510 510 510 510 510

Cetakan yang telah selesai melalui proses

spinning dipindahkan ke bak uap menggunakan over head crane.

94 94 100 95 99 98 102 97 97 92

Steam curing IX

Proses penguapan dilakukan selama lebih kurang 4 jam pada suhu 70oC.

14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 14400 Dipindahkan ke area pembukaan cetakan


(52)

Tabel 5.5. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 400 (Lanjutan)

Stasiun Kerja Kegiatan Pengamatan Waktu Produksi (Detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Remoulding dan FinishingX

Cetakan bagian atas dibuka dengan terlebih dahulu melepaskan baut menggunakan impact

tool

109 107 118 103 107 110 106 118 118 100 Cetakan bagian atas dipindahkan menggunakan

over head crane 62 57 60 55 62 55 58 67 69 68

Produk dipindahkan ke bagian pengecatan 74 79 78 73 77 76 76 76 72 70 Produk diinspeksi apakah sudah sesuai dengan

standar. 31 28 26 33 32 33 30 28 28 30

Kedua ujung produk dicat dan produk diberi label

akta produksi. 90 86 92 91 84 99 98 93 85 97

Produk yang telah selesai diinspeksi dan dicat selanjutnya dipindahkan ke stock area

menggunakan over head crane. 120 112 106 120 106 107 115 109 112 113 Sumber : Pengukuran pada PT. Jaya Beton Indonesia


(53)

5.1.4. Rating Factor

Rating Factor pada penelitian ini ditentukan berdasarkan metode Westinghouse yang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu keterampilan, kondisi

kerja, usaha dan konsistensi.

Sebagai contoh, westinghouse factor untuk stasiun kerja I (pembuatan tulangan) adalah 0,06 yang didapat dari:

Keterampilan: Average (D) 0

Usaha: Good (C1) 0,05 Kondisi kerja: Average (D) 0

Konsistensi: Good (C) 0,01 +

Total 0,06

Sehingga rating factornya = 1+ 0,06 = 1,06

Rating Factor operator untuk seluruh stasiun kerja dapat dilihat pada

Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja Stasiun

kerja Faktor Kelas Lambang Nilai Total

Rating Factor

I Pembuatan

tulangan

Keterampilan Average D 0.00

0.06 1,06

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Average D 0.00

Konsistensi Good C 0.01

II Pembuatan

sangkar

Keterampilan Good C1 0.06

0,11 1,11

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Average D 0.00 Konsistensi Average D 0.00 III

Pemasangan

pile joint

Keterampilan Good C1 0.06

0,11 1,11

Usaha Good C1 0.05


(54)

Tabel 5.6. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja(Lanjutan)

Stasiun kerja Faktor Kelas Lambang Nilai Total Rating

Factor

IV Pemasangan

cetakan

Keterampilan Good C1 0.06

0,07 1,07

Usaha Average D 0.00

Kondisi kerja Average D 0.00

Konsistensi Good C 0.01

V Pembuatan

concrete mixing

Keterampilan Good C1 0.06

0,14 1,14

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Good C 0.02

Konsistensi Good C1 0.01

VI Pengecoran

concrete mixing

Keterampilan Average D 0.00

0,06 1,06

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Average D 0.00

Konsistensi Good C 0.01

VII

Tensioning

Keterampilan Good C1 0.06

0,07 1,07

Usaha Average D 0.00

Kondisi kerja Average D 0.00

Konsistensi Good C1 0.01

VIII

Spinning

Keterampilan Average D 0.0

0,06 1,06

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Fair E -0.03

Konsistensi Good C 0.04

IX

Steam curing

Keterampilan Average D 0.00

0,06 1,06

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Average D 0.00

Konsistensi Good C 0.01

X

Remoulding dan Finishing

Keterampilan Good C1 0.06

0,12 1,12

Usaha Good C1 0.05

Kondisi kerja Average D 0.00

Konsistensi Good C 0.01

Sumber : Pengamata pada PT. Jaya Beton Indonesia

5.1.5. Allowance

Kelonggaran (Allowance) diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan.


(55)

Sebagai contoh, Allowance untuk stasiun kerja I (pembuatan tulangan PC Bar) adalah 16% yang didapat dari:

Faktor Keterangan Allowance

Kebutuhan Pribadi: Pria 2%

Tenaga yang dikeluarkan: Sangat Ringan 6%

Sikap kerja: Berdiri diatas dua kaki 1%

Gerakan kerja: Normal 0%

Kelelahan mata: Pandangan yang terputus-putus 0%

Keadaan temperatur: Normal 2%

Keadaan atmosfer: Baik 0%

Keadaan lingkungan: Sangat bising 3%

Hambatan yang tak terhindarkan 2%

Jumlah: 16%

Besarnya allowance yang diberikan kepada tiap operator di setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja

Stasiun

Kerja Faktor Keterangan

Allowance (%) Total (%) I Pembuatan Tulangan

Kebutuhan pribadi Pria 2

16%

Tenaga yang dikeluarkan Sangat Ringan 6

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 0

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 3

Hambatan yang tak terhindarkan 2

II Pembuatan

sangkar

Kebutuhan pribadi Pria 2

10,5

Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1.5

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 0

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0


(56)

Tabel 5.7. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja (Lanjutan)

Stasiun Kerja Faktor Keterangan Allowance

(%) Total

III Pemasangan pile

joint plate

Kebutuhan pribadi Pria 2

18 Tenaga yang dikeluarkan Sangat ringan 6

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 1

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 3

Hambatan yang tak

terhindarkan 2

IV Pemasangan

cetakan

Kebutuhan pribadi Pria 2

11 Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2

Gerakan kerja Agak terbatas 2

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 0

Keadaaan temperature Normal 0

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangan bising 3

Hambatan yang tak

terhindarkan 2

V

Pembuatan concrete

mixing

Kebutuhan pribadi Pria 2

14 Tenaga yang dikeluarkan Sangat ringan 6

Sikap kerja Duduk 0

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 2

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 0

Hambatan yang tak

terhindarkan 2

VI Pengecoran

concrete mixing

Kebutuhan pribadi Pria 2

18 Tenaga yang dikeluarkan Sangat Ringan 6

Sikap kerja Berdiri diatas dua kaki 2

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 1

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 3

Hambatan yang tak


(57)

Tabel 5.7. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja (Lanjutan)

Stasiun Kerja Faktor Keterangan Allowance

(%) Total

VII Tensioning

Kebutuhan pribadi Pria 2

12

Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 2

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 3

Hambatan yang tak

terhindarkan 2

VIII Spinning

Kebutuhan pribadi Pria 2

13

Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 0

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Terasa ada getaran dilantai 6 Hambatan yang tak

terhindarkan 2

IX Steam curing

Kebutuhan pribadi Pria 2

10

Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 0

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 0

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 3

Hambatan yang tak

terhindarkan 2

X Remoulding dan Finishing

Kebutuhan pribadi Pria 2

18

Tenaga yang dikeluarkan Sangat ringan 6

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2

Gerakan kerja Normal 0

Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 2

Keadaaan temperature Normal 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan lingkungan Sangat bising 2

Hambatan yang tak

terhindarkan 2


(58)

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Penetapan Waktu Baku 5.2.1.1.Uji Keseragaman Data

Pengukuran waktu yang dilakukan, menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Uji keseragaman data dilakukan untuk melihat apakah data hasil pengukuran sudah mencapai tingkat keyakinan 95%. Data dikatakan seragam apabila berada antara Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB).

Data waktu proses diukur dalam satuan detik seperti tertera pada Tabel 5.3 sampai dengan Tabel 5.5. Sebelum melakukan uji keseragaman data, terlebih dahulu data diubah ke dalam satuan menit. Tabel 5.8 menunjukkan akumulasi waktu proses untuk stasiun kerja I produk PC A 300. Dalam Tabel 5.9 ditunjukkan waktu proses tiap stasiun kerja untuk masing-masing tipe produk.


(1)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Berpikir ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Data Permintaan Produk ... V-1 5.1.2. Data Kapasitas Work center ... V-1 5.1.3. Data Pengukuran Waktu ... V-2 5.1.4. Rating Factor... V-18 5.1.5. Allowance ... V-19 5.2. Pengolahan Data ... V-23 5.2.1. Penetapan Waktu Baku... V-23 5.2.1.1. Uji Keseragaman Data ... V-23 5.2.1.2. Uji Kecukupan Data ... V-29


(2)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.1.3. Penetapan Waktu Terpilih ... V-31 5.2.1.4. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku .. V-32 5.2.1.5. Perhitungan Waktu Penyelesaian ... V-34 5.2.3.Penjadwalan ... V-36 5.2.1.1. Penjadwalan dengan Metode FCFS... V-36 5.2.1.2. Penjadwalan dengan Algoritma Tabu Search .. V-37

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Penjadwalan dengan Metode First Come First Serve .. VI-1 6.2. Analisis Penjadwalan dengan Algoritma Tabu Search ... VI-1 6.3. Analisis Paramater Performansi Penjadwalan ... VI-2 6.3.1. Analisis Performansi dengan Efficiency Index (EI) ... VI-2 6.3.2. Analisis Performansi dengan Beda Relatif ... VI-2 6.4. Analisis Hasil Iterasi dan Uji Steady State ... VI-3

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2


(3)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel HALAMAN

1.1. Data Jumlah Permintaan dan Order yang Terlambat ... I-4 4.1. Elemen Kerja pada Pembuatan Tiang Pancang ... IV-4 5.1. Data Permintaan Tiang Pancang ... V-1 5.2. Data Kapasitas Work Center ... V-2 5.3. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 300 ... V-3 5.4. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 350 ... V-8 5.5. Waktu Siklus Untuk Tiang Pancang Tipe PC A 400 ... V-13 5.6. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja ... . V-18 5.7. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja ... V-20 5.8. Pengukuran Waktu Stasiun Kerja (WC) I ... V-23 5.9. Rekapitulasi Pengukuran tiap Stasiun Kerja dalam Menit ... V-25 5.10. Uji Keseragaman Data ... V-28 5.11. Pengukuran Waktu Stasiun Kerja I Tipe PC A 300 ... V-29 5.12. Uji Kecukupan Data Pembuatan Tiang Pancang ... V-30 5.13. Waktu Terpilih ... V-32 5.14. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku ... V-33 5.15. Data Kapasitas dan waktu Setup Tiap Work Center ... V-34 5.16. Rekapitulasi Waktu Penyelesaian Tiap Work Center ... V-35 5.17. Hasil Perhitungan Makespan Menggunakan Metode FCFS ... V-36 5.18. Hasil Perhitungan Makespan Iterasi 1... V-38


(5)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

Tabel HALAMAN

5.19. Hasil Perhitungan Makespan dengan Menggunakan Metode Tabu

Search Iterasi 1 Move ke 14 ...V-39 5.20. Hasil Perhitungan Makespan Iterasi 2... V-40 5.21. Hasil Perhitungan Makespan dengan Menggunakan Metode Tabu

Search Iterasi 2 Move ke 16 ... V-41 5.22. Hasil Perhitungan Makespan Iterasi 3... V-42 5.23. Hasil Perhitungan Makespan dengan Menggunakan Metode Tabu

Search Iterasi 3 Move ke 3 ... V-43 5.24. Hasil Perhitungan Makespan Iterasi 4... V-44 5.25. Hasil Perhitungan Makespan dengan Menggunakan Metode Tabu

Search Iterasi 4 Move ke 6 ... V-45 5.26. Hasil Perhitungan Makespan Iterasi 5... V-46 5.27. Hasil Perhitungan Makespan dengan Menggunakan Metode Tabu

Search Iterasi 5 Move ke 1 ... V-47 5.28. Hasil Perhitungan Makespan Iterasi 6... V-48 5.29. Perhitungan Statistik Pengujian Distribusi ... V-49 5.30 Signifikansi Tingkat D ... V-50


(6)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1. Pola Aliran Pure Flow Shop ... III-5 3.2. Pola Aliran General Flow shop ... III-5 3.3. Pola Aliran Job Shop ... III-6 3.4. Flowchart Tabu search ... III-15 3.5. Peta Kontrol Shewhart ... III-22 4.1. Blok Diagram Pengolahan Data ...IV-7 4.2. Flowchart Algoritma Tabu Search ...IV-8 5.1. Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pembuatan Tulangan PC Bar

(WC I) untuk Tipe PC A 300 ... V-27 5.2. Grafik Sebaran Iterasi 6 ... V-51 5.3. GantChart Perhitungan Makespan dengan Metode FCFS ... V-52 5.4. GantChart Perhitungan Makespan dengan Metode Tabu Search ... V-53