Kedeputian Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi PKT merupakan bagian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT yang merupakan lembaga pemerintah yang
berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.
Rencana strategis Renstra PKT tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Renstra BPPT 2015- 2019. Selain itu juga mempertimbangkan perkembangan lingkungan
strategis terakhir dan kondisi umum serta potensi dan permasalahan yang sedang dan akan dihadapi pada tahun-tahun mendatang, khususnya dalam kebijakan teknologi dan
sistem inovasi.
1.1. Visi dan Misi BPPT Visi
Dalam rangka pencapaian pembangunan jangka menengah khususnya untuk periode 2015-2019, visi BPPT adalah sebagai
“Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi dan Layanan Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian
Bangsa ”.
Misi
Upaya-upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui enam misi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang kebijakan teknologi;
2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam;
3. Melaksan akan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi;
4. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi, industri kimia, dan material;
5. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa;
6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi..
Tujuan Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam program-
program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan
daya saing dan kemandirian bangsa; 2.
Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi.
.
1.2. Kondisi Umum 1.2.1. Umum
Di era pengetahuan dewasa ini, peningkatan daya saing dan kohesi sosial merupakan tumpuan bagi perwujudan kesejahteraan rakyat yang semakin tinggi dan semakin adil.
Kecenderungan perkembangan juga meningkatkan pemahaman bahwa daya saing tak sekedar dipengaruhi oleh sumber daya alam setempat, melainkan faktor-faktor
upayabuatan, terutama pengetahuan yang dikembangkan, dimanfaatkan, dan disebarluaskan yang mendorong berkembangnya inovasi dan difusinya secara terus-
menerus. Karena itu, daya saing semakin ditentukan oleh sistem inovasi dalam upaya mengembangkan potensi spesifiknya.
Proses globalisasi yang terjadi saat ini semakin meyakinkan bahwa faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi IPTEKIN memegang peran cukup penting, sehingga
penguasaan teknologi akan sangat mempengaruhi daya saing competitiveness suatu bangsa. Fakta juga menunjukkan bahwa negara dengan tingkat kesejahteraan dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung memiliki penguasaan IPTEKIN yang bisa bersaing.
Pesatnya perkembangan IPTEKIN dan globalisasi yang ditandai dengan pengembangan blok-blok ekonomi seperti AFTA, di satu sisi telah membuka kesempatan bagi perluasan
pasar. Namun di sisi lain, globalisasai juga menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan IPTEKIN agar dapat menjadi modal bagi bangsa Indonesia menghadapi
berbagai resiko dan implikasi era global. Era perdagangan kawasan ASEAN AFTA yang berlangsung mulai 2015, menjadi
tantangan serius bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi sumber daya, kinerja, sistem manajemen, dan teknologi informasi. Di samping itu salah satu sektor yang harus
diperhatikan adalah ketahanan dan kedaulatan pangan. Datangnya pemberlakuan pasar bebas ASEAN, Indonesia bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara dalam
berbagai hal. Strategi untuk menciptakan ketahanan dan kedaulatan pangan adalah
dengan berinovasi supaya sebuah produk bisa memiliki nilai tambah. Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum WEF menyatakan peringkat daya
saing Indonesia terus menurun. Dalam rilis Global Competitiveness Report 2015-2016, WEF menyatakan posisi daya saing Indonesia turun tiga peringkat menjadi ranking 37
dengan skor 4,5. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia didasari oleh pola konsumsi, tidak berorientasi kepada ekspor, rendahnya kandungan teknologi di dalam
barang yang diekspor atau terjadi kegagalan pasar teknologi, masih rendahnya perlindungan hak kekayaan intelektual, dan lain sebagainya.
Kondisi ini memerlukan peningkatan value innovation dan creation melalui pendidikan dan pelatihan, perbaikan struktur kapital, restrukturisasi ekonomi dan peningkatan kandungan
teknologi dalam produk-produk ekspor, dan manajemen agar Indonesia dapat bersaing dalam dunia internasiona. Penguatan sistem inovasi merupakan pilar penting dalam
membawa Indonesia ke era ekonomi pengetahuan knowledge-based economy dan masyarakat berpengetahuan knowledge-based society. Karena itu, pembangunan
Indonesia yang progresif perlu menjadikan penguatan sistem inovasi sebagai kesepakatan bersama dan prioritas dalam peningkatan daya saing dan penguatan kohesi sosial.
Ilmu pengetahuan dan teknologi iptek beserta beragam kebijakan iptek sangat penting bagi perkembangan inovasi, namun bukan satu-satunya yang menentukan. Dinamika
difusi pengetahuan dan pembelajaran yang berkembang sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam berinovasi. Namun itupun tidak terjadi serta merta.
Beragam fenomena inovasi juga menunjukkan bahwa inovasi sebenarnya merupakan suatu proses kreatif, iteratif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan
non-pasar. Penelitian, pengembangan, dan perekayasaan sangat penting bagi perkembangan inovasi. Tetapi, inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbangyasa. Iklim
persaingan yang sehat dan kondusif sangat diperlukan bagi berkembangnya inovasi. Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi;
penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan
teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya
manusia iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan
sarana dan prasarana iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek. Dukungan
tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong
pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Di bidang sistem inovasi, dalam rangka mendukung pembangunan nasional, fokus arah
kebijakan dan prioritas program dalam penguatan sistem inovasi adalah untuk mendukung
pembangunan yang progresif, inklusif, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penguatan sistem inovasi merupakan langkah terpadu membenahi sistem yaitu suatu kesatuan yang
mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi, difusi, dan proses pembelajaran, secara bersistem.
Berdasarkan pemetaan terhadap kondisi penguatan sistem inovasi di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek hingga menengah dibutuhkan suatu upaya
terstruktur untuk membangun tata kelola sistem inovasi nasional. Upaya membangun tatakelola sistem inovasi nasional dapat diawali dengan mengembangkan kepeloporan dan
prakarsa-prakarsa strategis penguatan sistem inovasi nasional yang didasarkan pada kompetensi dan peran lembaga-lembaga yang ada saat ini.
BPPT sebagai salah satu lembaga pemerintah non kementerian merupakan lembaga yang dapat mengambil peran strategis dalam mengisi kekosongan peran dan fungsi organisasi
pada level tertentu. Hal ini sejalan dengan tujuan awal pembentukan BPPT adalah untuk memiliki peran khususspesifik untuk membangun jaringan dengan dunia industri Zuhal,
2010. Selain pertimbangan tersebut, dalam kerangka penguatan sistem inovasi nasional, BPPT telah melakukan repositioning sebagai LembagaPemerintah Non Kementerian
LPNK yang melaksanakan peran dan fungsi pelayanan publik melalui inovasi dan pelayanan teknologi, dalam satu kesatuan sistem Pemerintahan Republik Indonesia yang
saling berketerkaitan. BPPT menempatkan diri sebagai intermediator dalam suatu jejaring kemitraan yang merupakan ciri dari organisasi modern.
Inovasi tidak akan terjadi dalam sebuah keterasingan, maka pengembangan dan penguatan sistem inovasi juga tidak akan terlepas dari adanya interaksi antar lembaga dan
pemangku kepentingan nasional. Hal ini selaras dengan perubahan paradigma yang telah terjadi secara global yaitu dari pendekatan sektoral yang terkotak-kotak menjadi pola
jejaring keterkaitan rantai nilai. Semua pihak harus berupaya mengatasi fragmentasi dan sekat sektoral yang menghambat menjadi pola kolaborasi sinergis.
Sejalan dengan itu, BPPT telah merumuskan kembali visi, misi, dan perannya. Visi BPPT yang telah di rumus ulang yakni BPPT seb
agai “pusat unggulan teknologi yang mengutamakan inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing dan
kemandirian bangsa. ” Pencapaian visi di atas dijalankan melalui 6 misi dan 5 peran BPPT,
yaitu BPPT sebagai lembaga intermediasi, lembaga pelaksana technology clearing house, lembaga pengkaji teknologi, lembaga pelaksana audit teknologi, dan sebagai lembaga
pemberi solusi teknologi. Sebagai lembaga intermediasi, BPPT a memfasilitasi hubungan, keterkaitan, jejaring,
kemitraan antara dua pihak atau lebih dalam rangka litbangyasa teknologi dan reformasi
kebijakan terkait dan b menjembatani berbagai pihak terkait dengan kepentingan tertentu dalam konteks teknologi.
Sebagai lembaga pelaksana technology clearing house, BPPT berperan a melakukan clearance test bagi teknologi sebagai otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa
suatu teknologi laik atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia, misalnya berdasarkan tujuan perlindungan kepentingan masyarakat dan
lingkungan hidup dari segi keselamatan, kesehatan, keamanan bagi masyarakat atau kelestarian lingkungan hidup; dan b memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian atau
produk teknologi tertentu. Sebagai lembaga pengkaji teknologi, BPPT melakukan studi multidimensi yang sistematis
tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan teknologi technology readiness levelTRL, perkiraan nilai value dari teknologi sebagai
aset intelektual intellectual asset. Juga dikaji tentang peluang dan tantangan atau keterkaitan antar Instansi dalam Pelaksanaan Tugas Pokok BPPT, resikonya, perkiraan
dampak teknologi yang telah diterapkan atau yang akan diterapkan, atau implikasi strategikebijakan atau advisrekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun
publik. Sebagai lembaga pelaksana audit teknologi, BPPT melakukan suatu studi yang sistematis
dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan, atau memverifikasi suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap standar atau
ketentuan persyaratankriteria tertentu. Sebagai lembaga pemberi solusi teknologi, BPPT melakukan perekayasaan dan
penerapan teknologi dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Dengan apa yang telah dicapai BPPT saat ini, pada masa-masa mendatang, melalui 5 peran yang telah disebutkan di atas, BPPT akan semakin meningkatkan kemitraan dengan
berbagai pihak untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam rangka penguatan sistem inovasi.
Dengan demikian diharapkan daya saing Indonesia secara global semakin menguat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Program kemitraan BPPT
dengan industri, pemerintah daerah, maupun instansi pemerintah pusat diarahkan sesuai dengan positioning, visi, misi, dan peran BPPT di atas.
1.2.2. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, sesuai rencana strategis dan renca kerja per tahun, telah
melaksanakan pembangunan iptek dengan kegiatan pengkajian dan penerapan kebijakan teknologi dengan berorientasi pada pendekatan penguatan sistem inovasi nasional dan
daerah, inkubator teknologi dan penjaringan wirausahawan, dan audit kemampuan industri.
Capaian kegiatan Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi selama periode RPJMN 2010-2014, antara lain:
1
Prioritas Nasional
Bidang Iptek dalam RPJMN 2010-2014 terdiri atas Prioritas Nasional 11 prioritas dan Prioritas Nasional lainnya. BPPT pada tahun 2014 mempunyai 8 program prioritas nasional
yang tercantum dalam 5 Program Nasional. Capaian kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi di bidang kebijakan teknologi antara lain:
Prioritas 11: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Inkubator Teknologi dan Penjaringan Calon Wirausahawan
Inkubasi bisnis oleh BPPT bertujuan untuk menciptakan wirausaha baru berbasis teknologi PPBT yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing. Sampai dengan tahun
2012, BPPT telah menginkubasi empat PPBT, yaitu PT Mikata Sukses Mandiri produsen pupuk hayati technofert, CV Nusaroma produsen minyak atsiri kualitas
tinggi, CV Nanotech produsen partikel nano ZnO dan PT Surya Utama Teknik produsen pelorot malam batik, bekerja sama dengan Inkubator Teknologi
Pekalongan.
Audit Kemampuan Industri untuk Mendukung Penyediaan Listrik Nasional
Pelaksanaan audit teknologi kelistrikan pada tahun 2012 ditujukan untuk mengetahui kapabilitas teknologi industri manufaktur dalam negeri guna
mendukung infrastruktur ketenagalistrikan. Hal-hal teknis yang tercakup dalam kegiatan ini meliputi kemampuan desain, kemampuan produksi, dan kualitas
produk yang dihasilkan. Beberapa industri komponen utama kelistrikan yang diaudit BPPT adalah PT. Pindad yang memproduksi generator, PT. Nusantara Turbin
Propulsi NTP yang memproduksi turbin, PT. PAL yang memproduksi balance of plant komponen atau peralatan pendukung, PT. Alstom Power ESI yang
memproduksi heat recovery system generator HRSG. Tahun 2012 telah diselesaikan: Rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas litbang untuk mendukung kemandirian industri nasional.
Tahun 2013 telah dilaksanakan: Layanan Teknologi Pelaksanaan Audit Teknologi, dan Layanan Teknologi Sistem Manajemen Proses.
2 Prioritas Bidang Pengembangan sistem inovasi daerah di Kota Pekalongan dan Kabupaten
Pelalawan.
Disamping melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan kerekayasaan litbangyasa, Deputi Bidang PKT juga melaksanakan kegiatan kemitraan, baik
dengan swasta nasional, industri dan usaha kecil dan menengah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dalam kerangka Sistem Inovasi Nasional.
1.3. Potensi dan Permasalahan
Potensi dan permasalahan di lingkungan Deputi Bidang PKT dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman analisis SWOT serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat nasional dan internasional. Analisis SWOT dan lingkungan
berpengaruh tersebut dirinci seperti di bawah ini.
1.3.1. Potensi a Potensi Internal
1 Memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian, lulusan perguruan tinggi ternama Indonesia dan luar negeri.
2 Menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan team work, well structured, and well documented.
3 Memiliki jejaring dan kerjasama yang luas dengan mitra, stakeholder, dan pengguna. 4 Kedeputian Bidang PKT memiliki tupoksi dan mendukung mandat khusus di bidang
perumusan dan pelaksanaan di bidang kebijakan teknologi. 5 Kedeputian Bidang PKT merupakan organisasi pembelajaran learning organization
sehingga bersifat dinamis dan adaptable. 6 Kapasitas SDM yang sudah terbangun dalam kerangka kerja pendekatan penguatan
sistem inovasi.
b Potensi Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang bisa dianggap menguntungkan dan dapat menjadikan peluang adalah:
Meningkatnya tuntutan koordinasi antar KL dan sektor yang dikoordinasi Kementerian Koordinator.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan wewenang yang lebih luas kepada daerah, untuk menggali potensi
daerah bagi keperluan pembentukan keunggulan daerah dan pemberdayaan masyarakat, serta mendorong sistem inovasi daerah.
Adanya kebijakan pada industri untuk meningkatkan kandungan teknologi dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian, yang menuntut
dilakukannya kajian kebijakan mengenai perencanaan, sumberdaya, dan kemampuan teknologi di industri.
Meningkatnya kesadaran dan kebutuhan audit teknologi dari stakeholder. Meningkatnya permintaan terhadap jasa layanan kebijakan teknologi oleh pihak
pengguna dunia usaha, masyarakat dan pemerintah pemda.
1.3.2. Permasalahan a. Permasalahan Internal
Pendekatan pelaksanan kerja masih belum sesuai dengan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan.
Struktur komposisi usia pegawai berupa piramida terbalik, sebagian besar pegawai berusia matang, menjelang pensiun. Selain dibutuhkan perekrutan baru, juga
dibutuhkan peningkatan kapasitas SDM yang ada agar mampu mengikuti perkembangan global.
Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai. Keterbatasan dana dan sumber daya lainnya.
b. Permasalahan Eksternal
Kesepakatan ASEAN mempererat integrasi ekonomi MEA yang semula direncanakan pada tahun 2020 menjadi 2015.
Masih kuatnya ego sektoral. Paradigma pembangunan masih bersifat parsial.
BAB 2 ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN STRATEGIS
Visi pembangunan bidang IPTEK yang terdapat dalam dokumen rencana pembangunan jangka panjang IPTEK 2005
–2025 adalah “terwujudnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kekuatan utama kesejahteraan berkelanjutan dan kesejahteraan peradaban.
” Penyusunan visi BPPT didasarkan pada pencermatan terhadap amanat yang terkandung
dalam dokumen visi IPTEK di atas dan memperhatikan Tupoksi BPPT serta mengakomodasi kondisi kekinian dan tuntutan terhadap BPPT.
Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yaitu Nomor: 170KpKAIV2006, tanggal 21 April 2006 yang diperbaharui dengan Perka BPPT
Nomor 009 tahun 2015, maka tugas pokok Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi yaitu melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian
kebijakan teknologi. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kedeputian Bidang PKT menyelenggarakan
fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan, dan pembinaan
di bidang pengkajian kebijakan teknologi; b. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian kebijakan teknologi;
c. Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala BPPT. Kedeputian Bidang PKT didukung oleh 285 pegawai dengan komposisi S3 = 9.9, S2 =
38.2, S1 = 33,7, dan di bawah S1 = 18,2. Komposisi pegawai berdasarkan jabatan fungsional: Jabatan Fungsional Umum = 27,4, Peneliti = 10,5, Perekayasa = 40,7,
Perencana = 9,5, Lain-lain = 11,9, dan berdasarkan usia: 20-40 tahun = 31,2, 40-60 tahun = 66, 60 tahun = 2,8.