RENSTRA REVISI 2 TIRBR 2015 2019

(1)

Renstra TIRBR BPPT

2015-2019

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


(2)

RENSTRA TIRBR BPPT

Tahun 2015-2019

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA (TIRBR)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Tahun 2016

Pengarah Kepala BPPT Penanggung Jawab Deputi Bidang TIRBR

Tim Penyusun Wimpie Agoeng Noegroho

Joko Purwono Rusmadi Suyuti Adhi Dharma Permana

Hens Saputra Hari Setiapraja

Fadilah Hasim Mulyadi Sinung Harjono Cuk Supriadi Ali Nandar

Abdul Kadir Syahroni


(3)

(4)

3.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.

74;Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

aa}il;

5.

Peraturan

Presiden

Nomor

2

Tahun

2015

tentang

Rencana

Pembangunan |angka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20L5-20L9;

6.

Keputusan Presiden Nomor

L03

Tahun

2001

tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,

dan

Tata

Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa

kali

diubah

dan terakhir

dengan Peraturan

Presiden Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2013;

7.

Keputusan Presiden Nomor LL0 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon

I Lembaga

Pemerintah Non Departemen sebagai-mana

telah beberapa

kali

diubah dan

terakhir

dengan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013;

B.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

t74/M

Tahun ZULL;

tentang Pengangkatan Deputi Kepala BPPT bidang TIRBR;

9.

Instruksi

Presiden

Nomor 5

Tahun

2004

tentang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

10. Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja 11. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor

009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;

1"2. Peraturan Kepala BPPT 017 Tahun

20t6

tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2015-2019;


(5)

(6)

KELIMA :

Lampiran Keputusan ini merupakan satu kesatuan yang tidakterpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan ini.

KEENAM

:

Keputusan

ini

berlaku sejak ditandatangani sampai dengan Desember

20'1,9, dengan ketentuan apabila dikemudian

hari

terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan seperlunya.


(7)

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Renstra revisi kedua Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT 20t5-20L9 dapat tersusun sesuai rencana, dengan semangat "Reorganisasi, Kita Lakukan Revisi Renstra dan Refocusing Program untuk Peningkatan Inovasi dan Layanan Teknologi TIRBR."

Dengan mempertimbangkan reorganisasi dan kebijakan refocusing program BPPT

pada September Tahun 2015 maka dipandang

perlu untuk

melakukan revisi Renstra Kedeputian Bidang TIRBR 201,5-20t9. Renstra revisi kedua ini disusun dengan mengacu kepada RPJMN 2OL5-ZA!9 yang ditetapkan oleh Keputusan Presiden Nomor

2

Tahun

20LS

baik Buku

1

(Agenda Pembangunan

Nasional),

maupun

Buku

2

(Agenda

Pembangunan Bidang), Renstra revisi kedua BPPT 20L5-2019 dan organisasi baru di

kedeputian TIRBR

BPPT.

'

't

Renstra revisi Kedeputian Bidang TIRBR terdiri dari 5 bab yaitu pada Bab Pertama tentang kondisi umum, potensi dan permasalahan TIRBR. Bab Kedua

berisi tentang

tujuan, sasaran program TIRBR dan indikator kinerja program yang digunakan untuk

evaluasi

capaian.

Bab

Ketiga

menjelaskan

arah

dan

kebijakan

strategi

tingkat

kelembagaan BPP! arah dan kebijakan strategi Eselon I Kedeputian TIRBR dan Kerangka Regulasi dan Kelembagaan. Adapun Bab Empat menguraikanTarget Kinerja dan Kerangka Pendanaan. Pada akhirnya Renstra Kedeputian TIRBR 2015-2079

ini

ditutup

dengan arahan Renstra yang dimasukkan pada Bab Lima.

Lampiran merupakanbagian

yang

tidak

terpisahkan dengan

revisi

Renstra Kedeputian TIRBR 20LS-2019 ini. Lampiran berisi Matrik Kinerja dan Pendanaan TIRBR dan Lampiran Kerangka Regulasi, Renstra revisi TIRBR 2015-2019 yang akan digunakan

sebagai acuan kerja dalam penyusunan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja TIRBR termasuk rencana kerja unit-unit di lingkungan Kedeputian TIRBR serta Rencana Kerja dan Anggaran TIRBR.


(8)

Akhir kata, pemantauan dan tinjauan capaian target kinerja akan selalu dilakukan, serta terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan

Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan reivisi Renstra Kedeputian TIRBR Tahun 20L5-20L9.

|akarta,

Agustus 20L6

Deputi Bidang TIRBR BPPT


(9)

(10)

Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam Rancangan Teknokratis Renstra BPPT 2015-2019 ini, yang dimaksud dengan: 1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi

sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi terhadappersoalan yang dihadapi saat ini.

2. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu diantaranya prototipe, pilot plant, pilot project.

3. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan pemula berbasis teknologi).

4. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme kerjasa-ma yang saling menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk dan kemandi-rian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla O'Dell&Grayson C. Jackson].

5. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian daerah/nasional.

6. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri, daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah dan unggul, serta dapat menghasilkan nilai tambah suatu potensi/produk/proses.


(11)

7. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

8. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi mutakhir di nasional/dunia.

9. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan. Peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house, audit teknologi. 10. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi

yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level), per-kiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual (knowIedge/intelIectualasset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan dampak tek-nologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik.

11. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah) untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini yaitu memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.

12. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi, serta melaksanakan pembinaan teknologi.

13. Technology Clearing House (TCH) adalah peran yang memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu, juga berperan melakukan "clearance test bagi teknologi otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa


(12)

Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini

suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia.

14. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib). 15. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu

objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

16. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun ha-nya digunakan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan data kinerja dan operasional. 17. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang

dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.

18. Rekomendasi adalah layanan teknologiberupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).


(13)

19. Advokasi adalah layanan teknologidalam bentuk saran-saran dan memberi pertim-bangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomen-dasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.

20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

21. Konsultansi adalah layanan teknologidalam hal memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentuyang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

23. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan per-mintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku. 24. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan

permin-taan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku. 25. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau

observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.

26. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) adalah layanan teknologi yang merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.


(14)

BAB I Pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun ter-hitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025. RPJPN ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Diharapkan seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

RPJPN 2005–2025 secara ekplisit memuat bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datangmenuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan Iptek dalam rangka menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Tantangan yang dihadapi dalam me-ningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional adalah meningkatkan kontribusi Iptek dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuh-an kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebi-jakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.

Kondisi penguasaan dan pemanfaatan teknologi saat ini telah mengalami peningkatan. Meskipun demikian, kontribusi teknologi secara nasional untuk meningkat-kan daya saing bangsa dinilai masih belum memadai. Hal ini antara lain ditunjukmeningkat-kan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, serta terbatasnya sumber daya Iptek.

Dalam kerangka pikir diatas, maka rencana strategis TIRBR 2015-2019 ini dikembangkan.Dimana Kedeputian TIRBR merupakan salah satu kedeputian teknis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Adapun BPPT adalah lembaga


(15)

pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.

1.1. Kondisi Umum

1.1.1 Global

Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan menjadi tantangan sekali-gus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

 Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

 Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.

 Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rantai ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.


(16)

BAB I Pendahuluan

1.1.2 Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi dayasaing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia

Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2014-2015

Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi(Gambar 1.2).

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Daya Serap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk;


(17)

2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan

3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapanteknologi dinilai belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

Pada periode 2010-2014 telah dilakukan kegiatan kerekayasaan teknologi yang hasilnya telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian BPPT selama periode 2010-2014 yang Kedeputian TIRBR terlibat secara aktif dan berkontribusi antaralain:

A. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek

BPPT sebagai salah satu Lembaga Riset dibawah koordinasi Kemenristek, sejak tahun 2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan membangun pusat-pusat riset baru maupun pengembangan pusat-pusat riset yang ada melalui progam pembangunan & revitalisasi laboratoria, melalui Program Pengembangan Laboratoria BPPT Terpadu.

Pusat Rekayasa yang baru dibangun terdiri dari beberapa klaster antara lain : Klaster 1: Pusat Rekayasa Teknologi Produksi dan Manufaktur Dasar; Klaster 2 : Pusat Rekayasa Teknologi Material dan Proses; Klaster 3 : Pusat Rekayasa Teknologi Informasi


(18)

BAB I Pendahuluan

dan Komunikasi serta Pusat Rekayasa Teknologi Hankam; Klaster 4 : Pusat Rekayasa Geostech (Geo Engineering Science and Technology); Klaster 5 : Pusat Rekayasa Teknologi Energi; Klaster 6 : Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi. Pusat Rekayasa ini melengkapi Laboratoria yang telah ada yaitu: Balai Inkubator Teknologi (BIT), Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC), Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla), Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (BTPAL), Balai Bioteknologi (BBIO), Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK), Balai Teknologi Polimer (BTP), Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTB2RD), Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE), Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP), Balai Teknologi Mesin Perkakas, Produksi dan Otomasi (BT MEPPO), Balai Besar Kekuatan Struktur (B2TKS), Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3).

B. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1) Bidang Prioritas

a) Prioritas Nasional

Prioritas 5: Program Aksi di Bidang Pangan

PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PUPUK BERIMBANG

Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Pilot Project Pupuk Mineral, Pupuk Lepas lambat (SRF), Optimalisasi Pilot Project Pupuk Lepas lambat (SRF), Pilot Plant Teknologi Pupuk BCOF, dan Pilot Plant Produksi Pupuk Hayati Majemuk.

Dalam Tahun 2013 dihasilkanrekomendasi inventarisasi bahan baku industri pupuk, teknologi proses, dan peralatan industri pupuk, serta kebijakan industri pupuk nasionaluntuk mendukung program revitalisasi industri pupuk nasional. Pada Tahun 2014 dicapai peningkatan kinerja peralatan pilot project pupuk SRF-NPK di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.Dimana secara kualitas telah dihasilkan pupuk SRF-NPK granul yang lebih baik, dan secara kuantitas kapasitas produksi telah mencapai10.000 ton/tahun.

Prioritas 8: Energi

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SKALA KECIL UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA

Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil hingga kapasitas 5 MW dengan menerapkan teknologi condensing turbine and binary cycle melalui kerjasama dengan industri manufaktur dalam negeri


(19)

seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur turbin), PT. Pindad (genera-tor), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet ejector), dan lain-lain. dengan target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara maksimal.

Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun di Kamojang Jawa Baratbekerjasama dengan PT. Pertamina Geo-thermal Energy dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, serta PT. PLN. Pilot plant PLTP binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan panas bumi Wayang Windu Jawa Barat bekerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd.Tahun 2012 diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 3MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013 dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW, Pengujian Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.

b) Prioritas Nasional Lainnya

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

PESAWAT UDARA NIR AWAK UNTUK SKUADRON TNIAU

Bekerjasama dengan Balitbang Kemenhan telah dilaksanakan demo flight Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung disaksikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Riset dan Teknologi, Kepala BPPT, Kepala Staf TNI, dan para undangan pada tanggal 11 Oktober 2012 bertempat di Landasan udara militer Halim Perdanakusu-mah. Demo flight berhasil dilakukan sehingga Menteri Pertahanan dan Keamanan membuat keputusan bahwa PUNA Wulung-BPPT segera digunakan untuk memperkuat skuadron Pesawat Terbang Tanpa Awak TNI AU di Kalimantan. PUNA Wulung memiliki kemampuan jangkauan sistem komunikasi sejauh 150 km secara autonomous dengan ketinggian 10.000 kaki untuk memperkuat Skuadron UAV TNI AU di daerah perbatasan Kalimantan.

Pengembangan prototipe PUNA tipe jangkauan jarak menengah dengan Telemetry, Command and Control (TCC) telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013. Kemudian pada tahun 2014 telah diproduksi PUNA Wulung oleh industri pertahananan nasional PT. DI sebanyak 3 (tiga) buah dan selanjutnya akan segera diproduksi lagi sebanyak 5 (lima) buah,


(20)

BAB I Pendahuluan

1. Capaian Lainnya 1. Bidang Hankam :

 KAPAL RAWA (SWAMP BOAT)

Pada tahun 2013-2014 Kedeputian TIRBR-BPPT diminta oleh Dislitbang TNI-AL dan PT. Mega Perkasa Engineering (PT. MPE) untuk melakukan rancang bangun dan rekayasa Kapal Rawa (swamp boat) yang mampu beroperasi sesuai dengan kebutuhan TNI-AL. Konstruksi kapal rawa yang dikembangkan adalah 100% marine grade alumunium dengan bagian bawah lambung dilapisi dengan lembaran ultra-high molecular weight polyethylene.

 KALKULATOR TEMBAK MORTIR

Dalam rangka penguasaan teknologi alutsista munisi, Kedeputian TIRBR bekerja-sama dengan Pussenif dan PT. Pindad melakukan kerekayasaan teknologi Mesin Hitung mortir yang dinamakan KOMBAT. KOMBAT adalah perangkat komputer portable yang diperlukan oleh satuan penembak mortir untuk menentukan arah, azimut dan kekuatan lontar pucuk mortir agar tepat mengenai sasaran. KOMBAT dirancang tahan cuaca dan dilengkapi perangkat lunak perhitungan balistik serta strategi tempur TNI untuk menggantikan ploating board yang merupakan alat bantu manual maupun morcos yang merupakan alat bantu elektronik penembak mortir buatan Marconi-Inggris. KOMBAT dapat melayani hingga 6 pucuk mortir sekaligus untuk beberapa target tembak sejauh hingga 7 km.

2. Bidang Transportasi

 PENDAMPINGAN TRANS JAKARTA

Strategi BPPT dalam menumbuhkembangkan Industri otomotif lokal agar menjadi wahana penciptaan lapangan kerja bagi anak negeri optimaladalah dengan IPR-based platform local special purpose vehicle. Dalam konteks ini, Kedeputian TIRBR BPPT melakukan berbagai kegiatan rancang bangun dan rekayasa kendaraan umum massal yang akan dimanfaatkan oleh penyedia jasa transportasi dan diproduksi oleh industri nasional. Program ini telah dimulai sejak tahun 2008 dengan mengembangkan articulated high floor CNG bus untuk Trans Jakarta.


(21)

 KONEKTIVITAS DAN LOGISTIK

Kedeputian TIRBR BPPT bersama dengan KemenPU, KemenHub, Pemprov dan Kabupaten/Kota terkait, perguruan tinggi serta industri dalam negeri melakukan rekayasa sistem tranportasi konektivitas Koridor Sumatera – Jawa yang mengacu pada konsep memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global. Khususnya dalam mendukung rencana pengembangan Kawasan Strategis dan Infastruktur Selat Sunda.

 KONEKTIVITAS KORIDOR SUMATERA

Kedeputian TIRBR BPPT melakukan kajian mikro keberadaan pelabuhan Teluk Nibung yang merupakan pelabuhan pengumpan sentra strategis perdagangan antar daerah/pulau, pusat distribusi dan pemasaran berbagai macam barang.Output kajian ini telah dimanfaatkan untuk merevitalisasi keberadaan Pelabuhan Teluk Nibung sebagai masukan pengembangan Renstra Kota Tanjungbalai. Ruang lingkup kegiatan ini juga mencakup kajian dinamika pantai berupa uji model fisik dermaga untuk mengetahui pola sedimentasi dan scouring di sekitar dermaga yang disebabkan gelombang dan arus yang uji simulasinya dilakukan di BPDP.

AUTOMATIC CONTAINER TRANSPORTER (ACT)

Pada tahun 2013 Kedeputian TIRBR-BPPT memberikan advisory terhadap program pembangunan ACTbersama dengan konsorsium monorail BUMN dimana PT. Pelindo 3 (Persero) sebagai mitra. ACT adalah moda transpotasi angkutan kontainer berbasis teknologi monorail, yang teknologi boogie-nya telah dikem-bangkan BBPT sejak tahun 2006. Implementasi ACT di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang menghubungkan Prapat Kurung dan Pelabuhan Teluk Lamong.

 POLASPASIAL KONEKTIVITAS DAN INFRASTRUKTUR PANTAI TELUK SEMARANG

Upaya peningkatan konektivitas di Pulau Jawa dalam mendukung mobilitas penduduk dan kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan menyediakan jaringan layanan logistik dan prasarana transportasi yang memadai.Dalam pengembangan wilayah, pada tahun 2014, Kedeputian TIRBR-BPPT bekerjasama dengan Pemprov Jawa Tengah menyusun Konsep Pola Spasial Pengembangan Konektivitas dan Infrastruktur Pantai di Kawasan Teluk Semarang.


(22)

BAB I Pendahuluan

 SISTEM LOGISTIK NASIONAL

Dalam rangka menyiapkan sistem logistik Batubara, pada tahun 2013, Kedeputian TIRBR-BPPT melakukan kajian kelayakan lokasi dermaga dan alur navigasi untuk distribusi logistik batubara PT. PLN Batubara.Sejalan dengan penyusunan konsep konektivitas sistem transportasi, Kedeputian TIRBR membuat rancangan rinci infrastruktur transportasi pelabuhan yang terdiri dari wharf atau pier untuk tambat 2 (dua) buah kapal tongkang LNG dengan panjang masing-masing 300 feet dan mooring jetty.

3. Bidang Basis manufaktur

 PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PABRIK GULA TERPADU GLENMORE

Kedeputian TIRBR melalui PTIM sebagai koordinator bersama PTIP & MEPPO memberikan jasa pendampingan off farm kepada PTPN XII dalam pembangunan pabrik gula Glenmore kapasitas awal 6.000 Ton Tebu perhari (TTH) expandable to 8.000 TTH yang berbasis defecation re-melt carbona-tion technology. Kegiatan yang dilakukan BPPT meliputi pembuatan Process Flow Diagram (PFD), P&ID, Front End Engineering Design (FEED) sebagai rekomendasi teknis pada proses tender EPC, FASOS & FASUM. Capaian utama keterlibatan BPPT adalah telah dimanfaatkannya rekomendasi teknologi rancang bangun dan rekayasa Pabrik Gula sehingga seluruh konsultan dan kontraktor pembangunan PG Glenmore dilaksanakan oleh industri permesinan dalam negeri.

 PERINTISAN INDUSTRI TURBIN NASIONAL

BPPT telah menjalin kerjasama dengan KemenPerin dan PT NTP sejak 2005 dalam pengembangan turbin uap skala kecil.Dukungan diberikan BPPT agar NTP mampu menjadi turbine manufacturer. Pengembangan turbin dilakukan dengan metode reverse engineering dan proses produksi menggunakan sistem cluster yang meli-batkan industri scanning (Henindo),casting (Barata, Pindad, Metinca, Itokoh), forging (Texmaco), fabrikasi (Baja Pratama), pemesinan CNC (Cipta Engineering, Prabu Dimuntur, Cipta Sinergi), pemipaan (TOP-F), heat exchanger (PT Silas).

Jenis turbin yang dikembangkan adalah: turbin single stage back pressure 450 HP untuk industri agro, turbin multistage back pressure 2 MW dan 4 MW untuk industri agro, turbin multistage condensing 3 MW untuk PLTP, turbin multistage 3 MW untuk PLTU skala kecil.


(23)

 PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PUPUK KALTIM5

Pada Pembangunan Pabrik Pupuk Kaltim 5 kapasitas 2500 mtpd ammonia and 3500 mtpd urea, BPPT melaksanakan pendampingan teknis dengan ruang lingkup Kaltim-5 Project, coal boiler, Kaltim Pasifik Ammonia, Proyek Perluasan Kaltim dan review vendor list.

 DISAIN PROSES PABRIK PUPUK KISERIT

Untuk mengimplementasikan hasil penelitian awal dalam teknologi produksi kiserit makatekMIRA Kementerian ESDM bekerjasama dengan BPPT telah dilakukan desain proses pembuatan Kiserit dari Mineral Dolomit sebagai perhitungan awal atau Basic Design yang akan menjadi acuan untuk pembuatan Detail Engineering Design (DED) yang siap untuk pembangunan Pabrik Kiserit kapasitas produksi 10.000 ton/tahun.

SILENT GENSET

Kedeputian TIRBR bekerjasama dengan industri lokal menghasilkan inovasi enclosure genset pada tahun 2013 yang mampu meredam tingkat kebisingan gensetdiesel 20 KVA hingga di bawah 65 dB pada kondisi tanpa beban hingga beban penuh (kategori super silent). Inovasi ini sepenuhnya hasil karya dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita pada impor.

1.1.4.Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok BPPT harus ditinjau dari beberapa perspektif seperti ditampilkan pada tabel di bawah :

Tabel 1.1 Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif

1. Lembaga Pemerintah

Pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan terhadap perkembangan kinerja dan program BPPT

Presiden dan Kabinet

Kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa


(24)

BAB I Pendahuluan

Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif

a. Pelanggan/Customer

Pihak yang menggunakan produk dan pelayan BPPT

Industri Ketersediaan sumber daya teknologi untuk melakukan inovasi, pendalaman proses pertambahan nilai, dan pem-baruan proses produksi utk meningkatkan keuntungan. Pemerintah ketersediaan sumber daya

teknologi/ rekomendasi kebijakan untuk meningkat-kan pelayanan publik

b. Aliansi

Lembaga yang bekerjasama dengan BPPT sebagai partner yang mempunyai tujuan, sasar-an dsasar-an interes bersama

Lembaga, Litbangyasa , Perguruan Tinggi

Efektivitas melakukan pembaruan ilmu

pengetahuan dan teknologi

3. Masyarakat DPR,

Masyarakat Umum

Keluaran dan produk BPPT dapat dimanfaatkan secara luas, meningkatkan kualitas hidup, lingkungan dan

ekonomi secara keseluruhan.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Identifikasi potensi dan permasalahan Kedeputian TIRBR dilakukan untuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan RPJMN 2015-2019.

1.2.1. Potensi

Potensi Kedeputian TIRBRyang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana setelah reorganisasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 1 April 2016 secara keseluruhan berjumlah 671 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dan unit kerjanya dapat dilihat di Tabel 1.2. Untuk tingkat Doktoral sebanyak 51


(25)

orang, Master berjumlah 161 orang, Sarjana berjumlah 351 orang dan S0 berjumlah 111 orang.

Tabel 1.2: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016

No. UNIT KERJA JUMLAH PERSONIL (orang)

S3 S2 S1 S0 JUMLAH

1. PTRIM 10 23 11 1 45

2. PTIP 4 12 25 5 46

3. PTIPK 9 9 39 5 62

4. PTSPT 4 20 24 3 51

5. B2TKS 10 39 72 29 150

6. B2TA3 3 11 47 13 74

7. BT2MP 6 20 31 11 68

8. BTH 4 14 49 22 89

9. BTIPDP 3 5 19 16 43

10. BTMEPPO - 5 32 6 43

JUMLAH 51 161 351 111 674

Selanjutnya distribusi SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1.3. Prosentase pegawai TIRBR dengan jabatan fungsional Perekayasa adalah 60%, kemudian Peneliti sekitar 6%, Teknisi Litkayasa sebesar 8% dan Fungsional lainnya seperti Arsiparis, Pranata Humas, Perencana dan Analisis Kepegawaian memiliki proporsi 2%.

Tabel 1.3: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016

No. UNIT

KERJA

JUMLAH PERSONIL (orang)

Peneliti Perekayasa Litkayasa Fungsional

Lainnya JFU

1. PTRIM 5 36 1 1 2

2. PTIP - 37 - 1 8

3. PTIPK 1 42 1 - 18

4. PTSPT 2 37 1 2 9

5. B2TKS 18 70 11 6 44

6. B2TA3 3 38 9 1 23

7. BT2MP 9 32 11 1 15

8. BTH - 58 14 - 17

9. BTIPDP 1 14 2 2 24

10. BTMEPPO - 34 5 1 3

JUMLAH 39 399 55 15 165


(26)

BAB I Pendahuluan

Infrastruktur kedeputian TIRBR dalam menunjang kegiatannya yang berada di bawah Unit Pusat adalah Laboratoria Delphi, Hankam, Proses serta fasilitas Desain dan Komputasi (Desain Institut Indonesia). Selanjutnya didukung pula oleh fasilitas labo-ratoria yang dikelola 6 (enam) Unit Pelaksana Teknis yang berada di Kawasan Puspiptek – Serpong, di Surabaya, dan di Yogyakarta sebagai berikut: Balai Besar Tek-nologi Kekuatan Struktur, Balai Besar TekTek-nologi Aerodinamika, Aeroelastika, Aeroakustika, Balai Teknologi Hidrodinamika, Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi, Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, serta Balai Teknologi Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi.

3) Kegiatan kedeputian TIRBR menggunakan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK) secara menyeluruh yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well structured)dan terdokumentasi (well documented) yang dilandasi dengan implementasi Sistem Inovasi.

4) Kedeputian TIRBR memiliki jaringan (networking) yang luas

Kemitraan Kedeputian TIRBR dalam kegiatan industri dan swasta serta masyarakat tercermin dari kegiatan kerjasama/MoU pengkajian dan penerapan teknologi industri antara Kedeputian Bidang TIRBR dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta, BUMN, Industri, Universitas dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian/LPNK.

1.2.2. Permasalahan

Identifikasi permasalahan di kedeputian TIRBR berdasarkan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ditemukan beberapa aspek strategis dan permasalahan utama antara lain :

o Bidang Teknologi Industri Hankam: kelemahan yang terlihat adalah masih

kurangnya produk alpalhankam yang dapat diserap oleh TNI sebagai pengguna, yang kebanyakan belum memenuhi opsreq TNI sehingga tidak dapat dilakukan proses pengadaan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena lemahnya penguasaan teknologi pada proses pengembangan produk alpalhankam dan kompetensi SDM, di samping belum lengkapnya sarana prasarana laboratoria yang mendukung kegiatan pengembangan tersebut, secara umum hasil teknologi produk alpalhankam industri nasional masih dalam tingkat technology readyness level (TRL) yang masih rendah .

Kelemahan tersebut dapat merupakan potensi bagi TIRBR untuk dapat berkontribusi dalam memecahkan permasalahan nasional terutama didukung oleh


(27)

terbitnya UU no 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan yang memberikan peluang besar pada kemandirian industri pertahanan. Pada Perpres no 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah menepati komitmentnya terhadap isi UU no 16 tahun2012 tersebut dengan memberikan dukungan anggaran pengembangan terhadap program prioritas industri pertahanan yang jumlahnya 7 produk strategis seperti Pengembangan Jet Tempur KFx-IFx, Pembangunan Kapal selam, Industri propelan, pengembangan roket nasional, pengembangan rudal nasional, pengembangan radar nasional, pengembangan tank sedang dan berat seperti tertuang dalam lampiran perpres tsb diatas. Di sisi lain dari anggaran belanja pengadaan alpalhankam, pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN). Alokasi PDN inilah yang mendorong percepatan pengembangan produk alpalhankam prioritas agar pada kurun 5 tahun ini dapat diproduksi dan memenuhi opsreq user TNI.

Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional). Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk angkutan barang merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi biaya transport (utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cierebon – Jakarta) dan mengurangi beban jaringan jalan seperti Pantura.

Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus bertambah menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu dan efisien. Namun demikian, permasalahan utama dalam transportasi darat khususnya kereta api adalah keselamatan. Hasil laporan Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa hampir 66% kecelakaan kereta api disebabkan oleh peralatan sarana maupun prasarana yang merupakan produk teknologi. Untuk itu sesuai dengan tupoksi BPPT pada umumnya dan Kedeputian TIRBR pada khususnya, pengkajian dan penerapan produk teknologi keselamatan kereta apidilakukan guna mendapatkan layanan transportasi yang aman dan nyaman.


(28)

BAB I Pendahuluan

o Bidang Teknologi Industri Permesinan, Neraca ekspor-impor barang modal

pada tahun 2013 menunjukkan defisit yang cukup besar seperti terlihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Neraca Ekspor-Impor Barang Modal Tahun 2014

2014

No Sektor Ekspor Impor

1 Alat Berat 749,405,048 2,342,426,253 2 Peralatan Konstruksi 18,231,359 766,035,269 3 Alat Mesin Pertanian 12,544,541 109,494,382 4 Peralatan Energi 95,903,462 1,659,358,385 5 Peralatan Pabrik 467,872,330 3,556,019,315 6 Peralatan Listrik 684,434,642 902,084,344

Sumber: Kemenperin, 2016.

Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri, penyiapan industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam membiayai seluruh aktifitas industri terkait.

Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa, smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan angkutan masih memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering produk tersebut.Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi permesinan ditujukan/difokuskan pada inovasi design & engineering, peningkatan kemampuan/penguasaan teknologi produksi dan dukungan/layanan dalam meningkatkan kemampuan industri permesinan dalam negeri.

Bidang Teknologi Rekayasa Industri MARITIM. Untuk mewujudkan Indoneisa sebagai poros maritim dunia, peningkatan kesiapan industri perkapalan dan pelabuhan perlu dilakukan. Saat ini, Industri perkapalan nasional pada tingkatan


(29)

global belum mampu bersaing karena tidak adanya standard dalam pembuatan kapal baru, kandungan komponen impor yang mencapai 70% dan fasilitas peralatan galangan untuk perawatan kapal yang obsolete. Biaya pembuatan kapal yang mahal di Indonesia membuat perusahaan pelayaran nasional lebih memilih untuk memesan kapal baru atau membeli kapal bekas dari luar negeri. Kebijakan pemerintah telah diupayakan melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya adalah PP 69 th 2015, yang diikuti dengan Kepmen KEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya mengatur perihal tax allowance untuk impor komponen bangunan kapal. Namun semua kebijakan tersebut belum dapat berjalan secara optimal. Selanjutnya, Bappenas merencanakan pembangunan sektor kepelabuhanan sebagai dukungan untuk mempersiapkan pembangunan pelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub. Perencanaan lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub minimal – 12 m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal – 7 m, Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan feeder Tol Laut), Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal TEU’s serta desain


(30)

BAB II Tujuan dan Sasaran Program

BAB 2

TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

Kedeputian bidang TIRBR berdasarkan Perka BPPT no.009 Tahun 2015 mempunyai tugas pokok Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa. Adapun fungsinya adalah melaksanakan perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa, pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa dan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.

Selanjutnya Renstra revisi TIRBR mengacu kepada Visi BPPT yaitu Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi dan Layanan Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa, serta melaksanakan Misi ke lima BPPT yaitu Melaksanakan pengkajian & penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi & layanan teknologi dibidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.

2.1 Tujuan

Berdasarkan TUPOKSINANG dan dengan mempertimbangkan perubahan konstelasi lingkungan strategis sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, serta mengacu pada Visi dan Misi BPPT, maka ditetapkan tujuan program Kedeputian TIRBR BPPT periode RPJMN 2015-2019 sebagai berikut:

Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

Tujuan ini dijabarkan melalui sasaran strategis dengan indikator yang terukur. Sasaran strategis TIRBR 2015-2019 di jabarkan dalam dua hal pokok yaitu:

1. Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

2. Terwujudnya peningkatkan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.


(31)

2.2 Sasaran Program

Sasaran Program Kedeputian TIRBR BPPT Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan TIRBR BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Sasaran Program dan indikator kinerja programnya adalah sebagai berikut :

 Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan di bidang TIRBR.

2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan di bidang TIRBR

 Terwujudnya Terwujudnya layanan teknologi di bidang Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Layanan teknologi 2. Indeks Kepuasan Masyarakat


(32)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

BAB 3

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan, disebut NAWA CITA. Dari 9 Agenda Prioritas tersebut yang terkait dengan program di Kedeputian TIRBR adalah:

 Nawacita 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

 Nawacita 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.

 Nawacita 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

 Nawacita 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong , serta arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 maka yang menjadi sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yang di jabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek yang mendukung: daya saing sektor produksi barang dan jasa; keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; serta penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.

2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana prasarana, kelembagaan, dan jaringan.

3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi.


(33)

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis BPPT untuk mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri melalui :

1) Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material, transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan dan pertanian, sistim inovasi untuk pembangunan taman tekno dan sains, dan inkubasi teknologi.

2) Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian dan penerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium

3) Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman Tekno dan Taman Sains.

b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:

Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi:obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.

c. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:

a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga) program utama yaitu:

1) Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT),

2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT,


(34)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui pembidangan teknologi yang ada di BPPT

c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional

d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka BPPT merumuskan Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2015-2019 kedepan, seperti di tunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)

TUJUAN SASARAN STRATEGIS IKSS

T1 Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

SS1 Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

IKSS1 Jumlah Inovasi yang dihasilkan

IKSS2 Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan SS2 Terwujudnya layanan

teknologi untuk

mendukung peningkatan daya saing dan

kemandirian bangsa

IKSS 3 Jumlah Layanan Teknologi IKSS 4 Indeks Kepuasan

Masyarakat

T2 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

SS3 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi

IKSS5 Indeks Reformasi Birokrasi

IKSS 6 Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK

IKSS 7 Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian TIRBR

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis Kedeputian TIRBR BPPT, serta mengacu revisi Renstra BPPT dan kebijakan BPPT bahwa Kedeputian TIRBR mengkoordinasikan program 4 (empat) bidang teknologi yaitu: Industri Maritim, Sarana dan Prasarana Transportasi, permesinan dan Hankam, maka arah kebijakan Kedeputian TIRBR BPPT pada tahun 2015-2019


(35)

adalah Mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa melalui penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi Maritim, Transportasi, Permesinan dan Hankam.

Strategi Pelaksanaan Program Kedeputian TIRBR 2015-2019adalah :

 Program merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang dilaksana-kan secara sinergi komplementari bersama mitra dalam sistem inovasi nasional

 Dilaksanakan dengan sistem tatakerja kerekayasaan secara konsisten

 Melibatkan seluruh potensi sumberdaya di BPPT secara lintas unit dan lintas kedeputian secara matriks

Berdasarkan kepada strategi diatas, program didefinisikan sebagai KUMPULAN KEGIATAN YANG TERINTEGRASI UNTUK MENCAPAI DAYA SAING INDUSTRI DAN KEMANDIRIAN BANGSA SECARA HOLISTIK SERTA DILAKSANAKAN SECARA SINERGI KOMPLEMENTARI OLEH SELURUH POTENSI BANGSA DALAM SUATU SISTEM INOVASI.Selanjutnya sesuai hasil analisa kebutuhan, maka terdapat empat bidang kegiatan di TIRBR yaitu:

Bidang Teknologi Industri Hankam: 1. Inovasi dan layanan teknologi Drone 2. Inovasi dan layanan teknologi Rudal.

3. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Cepat Rudal 4. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Selam.

Bidang Teknologi SistemSarana dan PrasaranaTransportasi: 1. Inovasi dan layanan teknologi Sistem Transportasi.

2. Inovasi dan layanan teknologi Inovasi Teknologi Moda dan Prasarana Transportasi Darat

Bidang Teknologi Industri Permesinan:

1. Inovasi dan layanan teknologiPeralatan Pabrik.

2. Inovasi dan layanan teknologi Mesin Perkakas dan Tooling System.

Bidang Teknologi Industri Rekayasa Maritim:

1. Inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan. 2. Inovasi dan layanan teknologi Industri Perkapalan.


(36)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

Gambar 3.1. Alur Penentuan Program PPT di Kedeputian TIRBR

Kegiatan utama tersebut ditentukan mengikuti alur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Program Lembaga BPPT berupa Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) menghasilkan luaran dalam bentuk impact atau benefit, khususnya tetapi tidak terbatas pada fokus kegiatan yang tencantum dalam buku 1 RPPJMN 2015-2019. Impact/benefit tersebut merupakan hasil dari outcomes kedeputian (program Eselon 1), seperti yang termaktub dalam Buku 1 RPJMN, Buku 2 dan lampirannya.

1.3. Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan BPPT (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis BPPT 2015-2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan visi/misi BPPT;

2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas organisasi dan dukungan sumber daya BPPT;


(37)

3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT dalam melaksanakan program-program pembangunan nasional;

4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.

Struktur organisasi BPPT merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1) Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam organisasi BPPT;

2) Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin terlaksananya kegiatan yang telah direncanakan;

3) Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;

4) Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan;

5) Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.

Struktur organisasi BPPT berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor : 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ditunjukkan pada Gambar 3.2


(38)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

Gambar 3.2. Bagan Organisasi BPPT Sesuai Perka BPPT Nomor 009 Tahun 2015

Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri atas 4 (empat) pusat yaitu:

1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan.

2. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERMESINAN (PTIP) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri permesinan dan fungsinya adalah :


(39)

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan konstruksi dan pertambangan;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin dan alat peralatan kelistrikan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri permesinan; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.

3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan sarana transportasi dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi sistem transportasi; b.pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi prasarana

transportasi darat;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi moda sarana transportasi darat.

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan prasarana transportasi darat; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi.

3. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi rekayasa industri maritim dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi rekayasa industri kapal niaga;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi bangunan lepas pantai;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi infrastruktur galangan dan pelabuhan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri maritim; dan e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di

lingkungan Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim.

Di samping ke empat Pusat tersebut, Deputi Bidang TIRBR juga mengkoordina-sikan6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari :


(40)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;

2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (B2TA3) di Serpong;

3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong; 4. Balai Teknologi Hidrodinamika (UPT-BPPH), di Surabaya;

5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP), di Jogyakarta; dan

6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi (BTMEPPO).

Selanjutnya terkait program reorganisasi BPPT, maka bagan organisasi TIRBR BPPT digambarkan pada Gambar 3.3.


(41)

BAB 4

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Dalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan di Kedeputian TIRBR 2015-2019,dokumen utama yang menjadi adalah Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Renstra BPPT 2015-2019 yang antara lain sebagai berikut :

 Program prioritas yang dimuat dalam Buku 1:

o Bidang Teknologi Rekayasa Industri Maritim: Inovasi dan layanan teknologi

industri perkapalan

o Bidang Teknologi Industri Hankam: Mendukung pelaksanaan kebijakan

pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan.

 Program lain dimuat dalam buku 2:

o Bidang Teknologi Industri Transportasi :

a. Inovasi & Layanan Teknologi Transportasi untuk Konektivitas & Logistik nasional baik antar koridor ekonomi dan perkotaan

b. Inovasi & Layanan Teknologi Keselamatan Transportasi & Industri KA

o Bidang Teknologi Industri Permesinan :

a. Inovasi & Layanan Teknologi Industri pengolah sumber daya alam, yaitu industri pengolah industri gula.

b. Inovasi & Layanan TeknologiIndustri Mineral hasil pertambangan c. Industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang padat

tenaga kerja: industri mesin – permesinan, tekstil, alat transportasi, alat kelistrikan, elektronika dll

4.1 Target Kinerja

Target kinerja BPPT yang menjadi capaian untuk visi dan misi disesuaikan dengan tingkatan masing-masing entitas. Pada tingkat Lembaga sasaran menggambarkan dampak (impact) dan hasil (outcome) yang direpresentasikan


(42)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

dengan Indikator Kinerja Utama BPPT dan atau indikator kinerja lain yang relevan. Pada tingkat Eselon I atau Kedeputian, maka sasaran menggambarkan hasil (outcome) pada bidangnya yang direpresentasikan dengan Indikator Kinerja Utama Eselon I (Indikator Kinerja Program) dan indikator kinerja lain yang relevan. Formulasi Sasaran Program, Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Utama kedeputian TIRBR di tunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. Formulasi Sasaran Program, Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Utama TIRBR

Penjabaran Target Kinerja kedeputian TIRBR 2015-2019 yang meliputi inovasi yang dihasilkan, rekomendasi yang di manfaatkan, layanan teknologi dan indek kepuasan masyarakat ditunjukkan pada Gambar 4.2.


(43)

Keterangan target kegiatan yang merupakan IKU pertahun TIRBR periode 2015-2019 yang di tunjukkan pada Gambar 4.2 adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan.

 1 inovasi produk drone wulung dari unit PTIPK pada tahun 2015

 2 inovasi, yaitu:1 inovasi prototipe low cost turning machine CNC dari PTIP dan 1 inovasi produk drone alap-alap dari PTIPK yang dihasilkan pada tahun 2017

 1 inovasi produk prototip TUBP 4 MW dari unit PTIP pada tahun 2018

 2 inovasi berupa 1 produk drone I MALE-x dari PTIPK dan 1 prototip sistem perlintasan sebidang (sistek keselamatan transportasi kereta api) dari PTSPT yang dihasilkan pada tahun 2019

2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan.

 1 rekomendasi DED FEED pabrik gula dari unit PTIP

 1 rekomendasi berupa DED KCR dari PTIPK yang dihasilkan pada tahun 2017

 2 rekomendasi yaitu: 1 DED Marina Tanjung Layang dari PTRIM dan 1 prototipe teknologi transportasi berbasis Intelligent Transportation System (ITS) dari unit PTSPT yang dihasikan pada tahun 2018

 3 rekomendasi yaitu: 1 DED kepelabuhan dan dinamika pantai dan desain standar kapal kontainer TEU’s dari PTRIM serta 1 standarisasi desain dan sistem uji jembatan dari unit PTSPT pada 2019

3. Jumlah Layanan Teknologi.

Layanan teknologi yang dihasilkan berjumlah 20 layanan teknologi merupakan kontribusi dari 3 Bidang Teknologi yaitu Maritim, Permesinan dan Transportasi


(44)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

4. Indeks Kepuasan Masyarakat.

Indeks Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survai kepuasan pengguna teknologi yang dilayani oleh Balai di Kedeputian TIRBR.

Capaian Kinerja BPPT merupakan kontribusi secara konvergen dan berjenjang dari capaian kinerja Eselon I dan capaian kinerja Eselon II Unit/Satuan Kerja sebagai hasil dari pelaksanaan program dan kegiatan. Penjabaran kegiatan dan sistem kerja matrik untuk pelaksanaan kegiatan PPT pada Kedeputian TIRBR di tunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Unit Pelaksana kegiatan PPT di Kedeputian TIRBR

4.2 Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang di laksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada output/keluaran serta komponen-komponen di bawahnya. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka dilakukan review baseline yang


(45)

meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut maupun yang baru; volumen target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.

Perhitungan pada KPJM yang melalui perhitungan khususnya di tahun 2015 yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen di kalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.

Lampiran Perpres No. 2 RPJMN 2015-2019 tentang RPJMN Tahun 2015-2019 menjadi acuan asumsi dasar pendanaan kegiatan-kegiatan inovasi dan layanan teknologi diatas. Alokasi baseline anggaran program kedeputian TIRBR berdasarkan lampiran PerpresNo. 2/2015 terbagi ke dalam 11 (sebelas) kode/nomor program seperti di perlihatkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Matriks Baseline Pendanaan TIRBR 2015-2019

No Kode Unit Kerja Perpres No. 2 / 2015 Keterangan

1 3459 B2TKS*) 491.7 Ind. Hankam 2 3464 BTMEPPO ") 30.3

3 3467 BTIPDP 47.0

4 3471 BT2MP*) 159.0 Ind. Hankam

5 3487 PTIP 27.5

6 5866 PTRIM

7 3490 PTIPK 220.2 Ind. Hankam

8 3494 TRANSPORTASI MASSAL 30.0 Perkapalan

9 3495 PTSPT 27.3

10 3510 BTH 186.3 Ind. Hankam

11 3513 B2TA3*) 378.9 Ind. Hankam


(46)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

Anggaran diatas merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik dapat di ringkaskan pada tabel di bawah.

Tabel 4.2 Baseline Pendanaan BPPT 2015-2019

KODE PROGRAM / KEGIATAN RPJM I (2015-2019) perpres

2015 2016 2017 2018 2019

081.01 Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41

Pelayanan Internal untuk mendukungan

inovasi dan layanan teknologi unit teknis 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41 081.02 Program Peningkatan Sarana Dan

Prasarana Aparatur Negara 65,5 100,0 182,78 196,49 211,23

Pengadaan dan Peningkatan fasilitas

Laboratoria BPPT 65,5 100,0 182,78 196,49 211,23 Pembangunan dan Pengembangan Fasilitas

BPPT 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41

081.06 Program Pengkajian dan Penerapan

Teknologi 517,3 506,56 695,41 661,58 710,31

Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Agroindustri dan Bioteknologi 68,1 74,9 97,75 112,08 113,77 Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Informasi, Energi dan Material 100,1 93,9 163,49 190,88 185,88 Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Industri Rancang Bangun dan Rekayasa 105,3 130,5 163,88 133,69 103,74 Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Pengembangan Sumberdaya Alam 114,0 105,8 140,87 160,16 164,18 Inovasi dan Layanan Teknologi bidang Sistem

Inovasi 73,8 41,2 61,28 64,77 64,00

Pelayanan Eksternal untuk mendukungan

inovasi dan layanan teknologi unit teknis 56,0 60,1 68,14 73.25 78,74


(47)

Selanjutnya berdasarkan uraian Arsitektur Data dan Informasi Kegiatan (ADIK), maka alokasi baseline anggaran diatas dioptimasi untuk mendapatkan kerangka Pendanaan Program dan Kegiatan TIRBR Tahun 2015-2019 untuk pencapaian VISI TIRBR. Kerangka pendanaan ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4 tentangMatriks Kinerja Dan Pendanaan TIRBR 2015-2019.


(48)

BAB V Penutup

BAB 5

PENUTUP

Revisi Renstra Kedeputian TIRBR 2015-2019 merupakan acuan bagi Unit-Unit di lingkungan Kedeputian TIRBR dalam menyusun dokumen tahunan Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA KL), dan Perjanjian Kinerja (PK) TIRBR. Pelaksanaan dan pemantauan terhadap program, kegiatan dan anggaran diukur melalui indikator kinerja dan targetnya. Renstra ini selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi dalam mereview antara rencana dengan pelaksanaannya yang dituangkan dalam laporan akuntabilitas lembaga kepada stakeholders dan customers sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat sebagai lembaga dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan wewenangnya. Outcome TIRBR yang tercantum dalam Renstra ini wajib dipenuhi melalui capaian output Unit-Unit Kedeputian TIRBR.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional dan prioritas bidang akan selalu diutamakan. Namun untuk hal-hal yang bersifat mendesak yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, akan tetap dipertimbangkan untuk di programkan sesuai dengan skala urgensinya dan ketersediaan sumber daya.

Pelaksanaan pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah.


(49)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Penjelasan Umum

LAMPIRAN 2. Abreviasi

LAMPIRAN3. ADIK Kedeputian TIRBR 2015-2019


(50)

Lampiran 1. Penjelasan Umum

Lampiran1. Penjelasan Umum

Dalam Dokumen Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Tahun 2015-2019 yang dimaksud dengan:

1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia

2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJPN 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20(duapuluh) tahun, yakni tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, yang selan-jutnya disebut RPJMN 2015-2019 adalah dokumen perencanaanpembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahunan ketiga (RPJMNIII), yakni tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

5. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2015-2019, selanjutnya di-sebut Renstra K/L, adalah dokumen perencanaanKementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun, yakni tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, yang meru-pakan penjabaran dari RPJMNasional Tahun 2015-2019.

6. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode I (satu) tahun.

7. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RenjaK/L) adalah dokumen perencana-an Kementerian/Lembaga untuk periode I (satu) tahun.

8. Kementerian adalah Perangkat Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

9. Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya (termasuk di dalamnya Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Lembaga Non Struktural, dan LembagaTinggi).

10. Unit Organisasi Eselon I adalah instansi di bawah Kementerian/Lembaga yang dipimpin oleh pejabat yang bertanggungjawab melaksanakan program unit


(1)

Spasial Kepelabuhanan & Dinamika Pantai

Sasaran Kegiatan 3 Desain Platform Kapal Kontainer 100 TEUs 0 0 0,30 0,00 0

Jumlah Inventarisasi Pelabuhan untuk Kapal Kontainer 100 TEUs

1 0,30

Sasaran Kegiatan 4 Desain Sistem Transportasi Koridor

Jawa-Sumatera

0 0 0,30 0,00 0

Jumlah Inventarisasi Prasarana Transportasi Laut di Jawa-Sumatera

1 0,30

Sasaran Kegiatan 5 Disain Standar Jembatan 0 0 0,30 0,30 0

Jumlah Uji Model Hidrolik untuk Desain Standard Pondasi Jembatan

1 1 0,30 0,30

Sasaran Kegiatan 6 Layanan Jasa Teknologi Infrastuktur Pelabuhan &

Dinamika Pantai (PNBP)

1 1 1 1 0,75 1,15 1,65 1,90 2,05

Jumlah Layanan Teknologi Survai Infrastruktur Pelabuhan & Dinamika Pantai untuk Infrastruktur Maritim

1 1 1 1 2 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

Jumlah Layanan Teknologi Pengujian

Infrastruktur Pelabuhan & Dinamika Pantai untuk Infrastruktur Maritim


(2)

Jumlah Layanan Teknologi Survai Infrastruktur Pelabuhan & Dinamika Pantai untuk

Infrastruktur Transportasi

1 1 2 2 2 0,20 0,30 0,40 0,40 0,45

Jumlah Layanan Teknologi Pengujian

Infrastruktur Pelabuhan & Dinamika Pantai untuk Infra struktur Transportasi

1 1 2 2 2 0,20 0,35 0,50 0,60 0,65

Sasaran Kegiatan 7 Layanan Perkantoran 4,67 6,26 7,21 8,29

Jumlah Layanan Belanja Pegawai 14 14 14 14 3,52 4,63 5,33 6,13

Jumlah Layanan Belanja Operasional 12 12 12 12 1,15 1,63 1,88 2,16

Kegiatan 33 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Industri Maritim (5866) 0,30 1,62 8,70 8,65 4,90 PTRIM

Sasaran Kegiatan 1 Desain Pelabuhan Marina 0,30 0,40 1,00 2,40 0,40

Jumlah Pra-Feasibility Study Pelabuhan Marina Belitung

1 0,30

Jumlah Master Plan Pelabuhan Marina Belitung 1 0,40

Jumlah Basic Design Pelabuhan Marina Belitung 1 0,60

Jumlah Detail Design Pelabuhan Marina Belitung 1 2,00

Jumlah Dokumen Teknis Standar Perencanaan Pelabuhan Marina

1 1 1 0,40 0,40 0,40

Sasaran Kegiatan 2 Desain Tataruang Spasial Kepelabuhanan &

Dinamika Pantai


(3)

Jumlah FS Tataruang Spasial Kepelabuhanan & Dinamika Pantai

2 3,30

Jumlah Basic Design Kepelabuhanan & Dinamika Pantai

1 1 1,00 0,50

Jumlah Detail Design Kepelabuhanan & Dinamika Pantai

1 1 3,00 4,00

Sasaran Kegiatan 3 Desain Platform Kapal Kontainer 100 TEUs 0,00 0,30 1,60 0,75 0,00

Jumlah Basic Design Kapal Kontainer 100 TEUs 1 1 0,16 0,60

Jumlah Spesifikasi Teknis Kapal Kontainer 100 TEUs

1 1 0,14 1,00

Jumlah Difusi dan Implementasi Desain Kapal Kontainer 100 TEUs

1 0,75

Sasaran Kegiatan 4 Desain Crane Kapal Kontainer 100 TEUs 0,00 0,67 0,00 0,50 0,00

Jumlah Design Requirement Objective (DR&O) Crane Kapal Kontainer 100 TEUs

1 0,67

Jumlah Difusi dan Implementasi Desain Crane Kapal Kontainer 100 TEUs

1 0,50

Sasaran Kegiatan 5 Model Klaster Manufaktur Kapal Kontainer 100

TEUs

0 0,25 1,60 1,50 0,50


(4)

Jumlah Model Sinergi Industri Pendukung 1 1 0,13 0,60

Jumlah Model Klaster 1 1 0,50 1,50

Jumlah Difusi dan Implementasi Model Klaster Manufaktur Kapal Kontainer 100 TEUs

1 0,50

Sasaran Kegiatan 6 Desain Jig-fixtures Industri Kapal 0,00 0,00 0,20 0,00 0,00

Jumlah FS dan Need Analysis Industri Perkapalan 1 0,20

Kegiatan 34 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sistem & Prasarana Transportasi (3495) 3,57 4,22 6,50 6,20 1,95 PTSPT

Sasaran Kegiatan 1 Desain pelabuhan KSPN Marina Belitung 0,25 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah Kajian Sosekbud 1 0,25

Sasaran Kegiatan 2 Pilot Project Transportasi Perkotaan berbasis ITS 0,55 0,95 2,25 1,75 0,00

Jumlah Desain Sistem Transportasi Perkotaan Terintegrasi

1 2 1 0,25 1,25 0,75

Jumlah Pilot Project Teknologi Pengelolaan Transportasi Perkotaan Terpadu

2 2 2 2 0,55 0,70 1,00 1,00

Sasaran Kegiatan 3 Desain Sistem Transportasi Koridor

Jawa-Sumatera

1,50 1,50 1,90 2,00 0,50

Jumlah Desain Sistem Transportasi Koridor Jawa-Sumatera

1 1 1 1 0,75 1,25 1,40 1,50

Jumlah Desain Sistem Logistik Koridor Jawa-Sumatera


(5)

Sasaran Kegiatan 4 Prototip Sistem Keselamatan KA 1,27 1,77 0,90 0,70 0,65

Jumlah Prototipe Sistem Pemantau Rel 1 1 1 0,63 0,92 0,45

Jumlah Prototipe Teknologi Keselamatan di Perlintasan Sebidang

1 1 1 1 1 0,35 0,45 0,45 0,70 0,65

Jumlah Desain Teknologi Keselamatan KAP 1 1 0,29 0,40

Sasaran Kegiatan 5 Prototip Bus Trolley 0,00 0,00 0,40 0,70 0,30

Jumlah Feasibility Study Pengoperasian Trolley Bus

1 0,40

Jumlah Desain Rute dan operasi Trolley Bus 1 0,70

Jumlah Pemanfaatan Desain rute dan operasi Trolley bus

1 0,30

Sasaran Kegiatan 6 Standar Desain Jembatan 0,00 0,00 1,05 1,05 0,50

Jumlah Standar Desain Jembatan Bentang Pendek, Menengah dan Khusus

1 1,05

Jumlah Standar Desain Jembatan Bentang Panjang

1 1,05

Jumlah Standarisasi Desain dan Sistem Uji Jembatan

1 0,50

Kegiatan 35 : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan 4,09 16,21 31,62 26,95 11,90 PTIPK


(6)

Jumlah Prototipe short range drone yang dimanfaatkan

2 1 1 1 3,72 8,96 1,40 0,75 1,00

Sasaran Kegiatan 2 Prototipe Medium Altitude Long Endurance

(MALE) Drone

0,37 4,15 27,67 23,55 9,85

Jumlah Prototipe MALE 1 1 1 2 0,37 4,15 27,67 23,55 9,85

Sasaran Kegiatan 3 Desain Teknik Produksi Selongsong Rudal 0,00 0,00 1,55 1,55 0,75

Jumlah Desain Sistem Rudal 4 4 2 1,55 1,55 0,75

Sasaran Kegiatan 4 Desain Standar Platform KCR 0,00 3,03 0,30 0,00 0,00

Jumlah Review Desain Hull & Propulsion System 1 3,03 0,15

Jumlah Jumlah Review Teknologi Reduksi Noise & Vibration System Platform

1 0,15

Sasaran Kegiatan 5 Desain Platform Kapal Selam 0,00 0,07 0,70 1,10 0,30

Jumlah Desain Configuration System 1 1 1 0,07 0,20 0,40

Jumlah Kajian Desain Power Plant 1 1 1 0,30 0,30 0,30