B. Pembahasan
Dari uraian tabel hasil penelitian di atas, selanjutnya dilakukan pembehasan untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas dari hasil penelitian
yang telah ditemukan tersebut. Pembahasan dilakukan secara berurutan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Seperti
yang telah dikemukakan di atas, dua pokok permasalahan yaitu konflik yang di alami tokoh utama dan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik dalam novel
Merpati Biru karya Ahmad Munif.
1. Konflik yang Dialami Ken Ratri dalam Novel Merpati Biru Karya Ahmad
Munif a.
Konflik Fisik
Peristiwa fisik melibatkan aktivitas fisik, ada interaksi antara seorang tokoh cerita dengan sesuatu yang di luar dirinya tokoh lain atau lingkungan.
Novel ini menceritakan Ken Ratri, seorang mahasiswi di sebuah universitas di Yogyakarta, yang memiliki wajah cantik dan otak yang pintar, namun memilih
menjalani profesi sebagai pelacur. Hal ini dia lakukan karena kehidupannya yang kelam. Ia berasal dari Mojokerto. Dulu ayahhnya seorang pengusaha yang cukup
sukses, namun karena persaingan bisnis yang tidak sehat, ayahnya dijebloskan ke dalam penjara, semenrtara ibunya menjadi depresi lantas masuk rhebilitasi di
rumah sakit jiwa. Oleh karena itu, untuk menanggung kehidupan keluarganya, termasuk Maya, adik perempuan satu-satunya yang sangat ia cintai, ia
memutuskan untuk menjadi pelacur kelas mahasiswa.
a Konflik dengan Lingkungan
Dalam novel ini, konflik fisik yang terjadi melibatkan interaksi Ken Ratri dengan sesuatu di luar dirinya, baik itu dengan tokoh lain atau dengan
lingkungannya, dalam berbagai peristiwa yang dialaminya. Konflik dengan lingkungan dialami oleh Ken Ratri dalam peristiwa berikut.
Semula Ken tidak mengerti apa yang dimaksud merpati biru pada laporan utama tabloid tersebut. Tetapi setelah membaca “lead”-nya, wajah
perempuan muda itu memerah. Bukankah Mama Ani selalu memanggil “anak-anak”-nya dengan panggilan Merpati Biru? Dan istilah itu pun
kemudian populer bagi kalangan tertentu. Munif, 2012: 7
Peristiwa itu menceritakan Ken Ratri yang membaca buletin mahasiswa kampusnya yang diterbitkan oleh SEMA sekarang BEM. Buletin tersebut
memuat laporan tentang paraktik pelacuran yang terjadi di lingkungan universitasnya. Bukan hanya sekadar memuat dalam berita biasa, topik pelacuran
tersebut menjadi “headline” dan memuat beberapa oknum yang terlibat. Meskipun dengan namum inisial, namun Ken Ratri menjadi tersinggung, dan merasa bahwa
praktik pelacuran yang ia lakukan selama ini telah terbongkar. Hal lain yang mermbuat Ken Ratri tercengang adalah munculnya istilah “merpati biru”. Istilah
ini merupakan istilah khusus yang hanya dipergunakan oleh “mami”nya kepada anak-anak asuhannya.
Berita dalam buletin itu memicu konflik dalam diri Ken Ratri. Singgunggan kepentingan antara lingkungan SEMA dengan kepentingan Ken
Ratri menjadi hal yang tidak selaras, sehingga Ken Ratri diliputi rasa cemas dan bimbang yang berlebihan. Konflik pun muncul, karena ia menjadi diliputi
kecemasan yang berlebihan ketika akan ke kampus sejak saat itu.