Data yang telah dikumpulkan dalam beberapa cara yaitu angket, wawancara dan observasi diproses sebelum melalui tiga tahapan yang terjadi secara bersamaan. Miles dan
Hubermen 1992:16 menganalisis ketiga tahapan tersebut secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulanverifikasi data.
Reduksi data dilakukan dengan proses memilih, menyeleksi atau menyederhanakan data dan menstrasformasikan
data, maksudnya adalah data hasil angket dari anak putus sekolah kemudian dihitung dengan menggunakan rumus P =
100. Penyajian data yang dimaksud adalah penyusunan sekumpulan informasi yang
didapatkan penulis melalui hasil angket, wawancara, dan observasi. Data tersebut diolah atau dianaliss dalam bentuk tabel untuk mengolah hasil angket dan observasi, sedangkan hasil
wawancara ditulis secara singkat dalam bentuk narasi yang memberikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah reduksi data, penyajian data dapat di proses.
Verifikasi sangat penting dilakukan untuk memperoleh validitas. Ketiga alur tersebut berlangsung secara berulang dan terus menerus selama penelitian berlangsung dan merupakan
proses siklus dan interaktif. Sehingga kesimpulan yang ada bukanlah kesimpulan akhir sampai penelitian berakhir. Kegiatan ini dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Dalam
penarikan kesimpulan, data yang dikumpulkan harus diuji kebenarannya yaitu data hasil angket, wawancara, dan observasi anak putus sekolah dan beberapa informan sehingga
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data pada akhir penelitian yang mana dalam penarikan kesimpulan tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi mengenai anak putus
sekolah dan data yang tersusun yaitu hasil angket, wawancara, dan observasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengetahui persepsi tentang faktor penyebab sehinga anak putus sekolah di Kecamatan Moutong. adapun hasil angket tentang penyebab anak putus sekolah di
Kecamatan Moutong
8. Milles, Matheaw B. Da Humberman A. Michael terjemahan Tjetjep Rohendi, 1982 Analisis kata
kualitatif UI press. Jakarta.
Tabel 4.1 Penyebab Anak Putus Sekolah
No Pernyataan
F 1.
2. 3.
Faktor ekonomi Faktor lingkungan
Faktor kurangnya kesadaran orang tua tentang pendidikan
17 5
2 70,83
20,83 8,33
Jumlah 24
100 Sumber Data: Diolah dari Angket No. 1
Hasil angket di atas tersebut didukung dengan wawancara dengan anak putus sekolah, dan orang tua anak putus sekolah untuk memperjelas apa faktor-faktor penyebab anak putus
sekolah di Kecamatan Moutong sebagai berikut: “Menyebabkan sampai saya berhenti sekolah ada beberapa alasan; 1 karena ekonomi, orang tua saya tidak dapat membiayai saya untuk
lanjutkan sekolah. 2 faktor guru, seperti membedakan siswa yang ada di dalam kelas. 3 tekanan sekolah, seperti terlalu banyak aturan di dalam sekolah”. Dan pendapatan orang tua
saya perbulan Rp. 1.000.000 dan biasanya tidak menentu Zainal 20 September 2013. “ Faktor utama sampai anak saya berhenti sekolah karena tidak mampu membiayayai
sekolahnya”. Kandar 20 September 2013 Berdasarkan data hasil angket menyatakan bahwa anak putus sekolah di Kecamatan
Moutong disebabkan oleh beberapa faktor seperti ekonomi, lingkungan. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh faktor ekonomi orang tua rendah dapat menyebabkan anak putus
sekolah, dapat dilihat ditabel berikut: Tabel 4.3
Apakah Tingkat Ekonomi Orang Tua yang Rendah Dapat Menyebabkan Anak Putus Sekolah
No Pernyataaan
F 1.
2. 3.
Dapat Kadang-kadang
Tidak dapat 18
6 -
75 25
- Jumlah
24 100
Sumber Data: Diolah dari Angket No. 3
Tabel 4.5 Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Menjadi Salah Satu Penyebab Anak Putus
Sekolah No
Pernyataan F
1 2
3 Ada
Kadang-kadang Tidak
11 10
3 45,8
41,7 12,5
Jumlah 24
100 Sumber Data: Diolah dari Angket No.5
Hasil angket di atas di dukung dengan hasil wawancara dengan orang tua anak putus sekolah dan anak putus sekolah dengan hubungan faktor ekonomi orang tua yang rendah
dapat meneybabkan anak putus sekolah. “saya mempunyai anak 4 orang 3 orang sudah berhenti sekolah dan 1 orang belum sekolah, anak saya sampai tidak bisa lanjutkan
sekolahnya tidak mampu membiayai mereka karena ekonomi, suami saya hanya bekerja sebagai nelayan untuk kebutuhan sehari-hari pun belum cukup. Anak saya setelah berhenti
sekolah langsung bekerja ada yang menjadi nelayan dan buruh di kebun dan mereka dapat membantu ekonomi keluarga. Saya sebagai orang tua yang mempunyai anak putus sekolah
merasa anak-anak saya tidak ada masa depannya tapi mau diapa saya tidak mampu membiayai mereka, kalau upaya dari pihak sekolah sudah beberapa kali datang kerumah
untuk menanyakan kenapa anak berhenti sekolah” Fitri 21 september 2013. “Setelah saya berhenti sekolah langsung bekerja di penambangan emas dengan mengikuti orang tua saya
untuk menambah ekonomi keluarga karena pendapatan orang tua saya biasanya 2 juta dan sering juga tidak menetu apa tergantug dari hasil menambang emas” Reza 22 September
2013 “saya sebagai orang tua yang punya anak sudah tidak sekolah lagi tentunya mengharapkan dia untuk bekerja, tetapi hampir setahun ini dia berhenti sekolah belum juga
bekerja sudah diberitahu berulang-ulang kali tetap saja tidak mau, penyebabnya malas dan hampir tiap malam keluar, Suprin, 10 September 2013.
Tabel 4.7 Kasus Kenakalan Anak yang Dilakukan Oleh Anak Putus Sekolah
No Pernyataan
F 1
2 3
Ada Tidak ada
Kadang-kadang 12
3 9
50 12,5
37,5 Jumlah
24 100
Sumber Data: Diolah dari Angket No.7 Hasil angket di atas di dukung dengan hasil wawancara dengan informan mengenai
dampak anak putus sekolah bagi kehidupan masyarakat di Kecamatan Moutong anatara lain. “Saya melihat anak putus sekolah di desa ini banyak yang meresahkan, pengangguran dan
timbul kenakalan dalam masyarakat, perilaku anak putus sekolah dalam masyarkat yang positif membantu orang tuanya dan perilaku negatif menimbulkan kenakalan seperti
perkelahian antara dusun, memakai obat terlarang. Tanwil 19 September 2013. “Anak putus sekolah yang terdapat di Kecamatan Moutong ini memang sering menimbulkan perilaku yang
negatif seperti perkelahian anatar kampung, perkelahian antara sesama mereka, pencurian dan juga termasuk pemerasan dan selalu meresahkan masyarakat sehingga banyak keluhan dari
masyarakat yang terdapat di Kecamatan Moutong ini” Iskanadar sekcam 09 September 2013.
Tabel 4.11 Upaya yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kecamatan Moutong Mengatasi Anak
Putus Sekolah No
Pernyataan F
1 2
3 Ada
Kadang-kadang Tidak ada
15 8
1 62,6
33,3 4,1
Jumlah 24
Sumber Data: Diolah dari Angket No. 11 Hasil angket diatas di dukung dengan hasil wawancara mengenai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Moutong mengatasi anak putus sekolah dengan informan sebagai berikut: “Upaya pemerintah dalam hal mengatasi anak putus sekolah sudah
ada seperti pengarahan, motivasi, kegiatan yang dilakukan anak putus sekolah yaitu
berpartisipasi dalam kegiatan seperti lomba sepak bola dan lain-lain” Tanwil 19 September 2013. .”Kami selaku pemerintah Kecamatan Moutong senantiasa memberikan peringatan,
pengarahan terhadap anak-anak yang melakukan perilaku yang tidak baik, kami selalu berkerja sama dengan pihak kepolisian, pemerintah desa yang berada di kecamatan moutong
untuk menaggulangi hal-hal yang merugikan orang lain. Selama ini setiap terjadi kasus-kasus yang merugikan orang lain terutama yang dilakukan oleh anak putus sekolah tersebut
langsung kita tangani dan masih dapat diatasi oleh pemerintah dengan bekerja sama masyarakat” Iskandar, sekertaris camat.09 September 2013
Upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait di Kecamatan Moutong sudah ada akan tetapi belum maksimal dalam penagulanganya yang sebagaimana di temukan dari hasil
angket, wawancara. Adapun pihak sekolah dalam penangulannya adalah yang pertama, mendatangi rumah anak yang putus sekolah. Kedua, memberikan beasiswa kepada anak yang
putus sekolah yang tidak mampu. Sedangkan dari pihak pemerintah melakukan penagulangan anak putus sekolah melalui Program dari pemerintah melalui dinas pendidikan yaitu berupa
program ijasah paket A, paket B, dan paket C untuk dapam meminimalisir anak putus sekolah yang berada di Kecamatan Moutong. Upaya-upaya tersebut sebenarnya begitu baik buat
masyarakat di kecamatan Moutong, hanya dikarenakan belum maksimalnya pelaksanaan dan kurangya sosialisasi dari pemerintah sehingga masih juga ada terdapat anak putus sekolah
yang belum teratasi dengan baik dan harus ada lembaga khusus yang menagulangi anak putus sekolah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN