STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN Studi Analisis Penanganan Anak Putus Sekolah Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.

(1)

STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN

KABUPATEN MAGELANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

BAD’UL MUAMALAH. A510130047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN

KABUPATEN MAGELANG

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

BAD’UL MUAMALAH. A510130047

Artikel publikasi telah disetujui oleh pembimbing skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

untuk dipertahankan di hadapan penguji skripsi

Surakarta, Maret 2017

(Dra Ratnasari Diah Utami, M.Si, M.Pd) NIK. 110.1646


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN

KABUPATEN MAGELANGBAD’UL MUAMALAH. A510130047

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 04 April 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Dra Ratnasari Diah Utami, M.Si, M.Pd (………)

2. Drs. Saring Marsudi, S.H.,M.Pd (………)

3. Drs. Rubino Rubiyanto, M.Pd (………)

Dekan,

(Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum) NIP. 19650428 199303 1 001


(4)

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : BAD’UL MUAMALAH NIM : A510130047

Program Studi : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Judul Skripsi :STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN KEBUPATEN

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa naskah publikasi yang saya serahkan ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas dari plagiat orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti naskah publikasi ini hasil plagiat, saya bertanggungjawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, 22 Maret 2017 Yang membuat pernyataan,

Bad’ul Muamalah


(5)

1

STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN

KABUPATEN MAGELANG ABSTRAK

Pendidikan merupakan serangkaian proses yang dilakukan suatu negara dalam rangka menyiapkan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan. Pendidikan memagang peranan penting terhadap kemajuan pembangunan bangsa. Kualitas sumber daya manusia yang mempunyai daya saing juga tidak lepas dari pendidikan, hal ini berarti mencerminkan bahwa kondisi pendidikan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas sumber daya manusia di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan faktor penyebab anak putus sekolah di desa Ngepanrejo. 2)Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah di desa Ngepanrejo. 3)Mendeskripsikan bagaimana solusi terhadap penanganan anak putus sekolah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Informan penelitian ini adalah Lurah, Kadus, orang tua putus sekolah, anak putus sekolah dan wali kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penyebab anak putus sekolah ada 2 hal yaitu Faktor internal meliputi: diri anak dan sakit yang di derita, faktor ekternal meliputi: lingkungan, faktor ekonomi dan sosial. 2) Dampak anak putus sekolah juga menimbulkan dampak seperti memperbanyak pengangguran, menjadi beban bagi perangkat desa, dan kurangnya wawasan. 3). Upaya penanganan anak putus sekolah antara lain: dengan ikut kejar paket, mengadakan pengajian, dan memberikan ketrampilan bagi anak putus sekolah agar memiliki bekal untuk hidup nanti

Kata Kunci: Putus Sekolah, wajib belajar, dan pendidikan ABSTRACT

Education is a series of processes carried a country in order to set up the quality of human resource development. Education holding certain important role in the progress of nation building. The quality of human resources that have competitiveness also can not be separated from education, this means that the state of education reflects a nation can be measured by the quality of human resources in the country. This study aims to: 1) Describe the causes of school dropouts in the village Ngepanrejo. 2) Describe the impact the children out of school in the village Ngepanrejo. 3) Describe how the solution for the handling of dropouts. The research is a qualitative research with case study design. The informants are Lurah, Kadus, parents drop out of school, school dropouts and homeroom. Data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. The validity of research data using a triangulation of sources and methods. The results showed that: 1). The cause of school dropouts there are two things: the internal factors are: the child and the pain in the suffering, external factors include: environmental, economic and social factors. 2). School dropouts as well as multiply the impact of unemployment, a burden to the village, and a lack of insight.3). Efforts to tackle


(6)

2

school dropouts among others: to join Packet, holding lectures, and provide skills for children out of school in order to have the provision for later life

Keywords: dropout, compulsary, and education

1. PENDAHULUAN

Pendidikan pada dasarnya ialah serangkaian kegiatan yang diusahakan secara sadar yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan baik dilaksanakan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Semua warga negara berhak mendapatkan perlakuan yang sama tanpa terkecuali.

Sabates (2011: 1) Menyatakan bahwa “policies to improve school progession and reduce the numbers of children dropping out of school are critical if univeral primary Education (UPE) is to be archieved”. Hal ini bertujuan agar masayarakat mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai melalui pendidikan yang berkualitas, hal ini sesuai dengan pendapat Sabates bahwa kebijakan wajib belajar 9 tahun di Indonesia harus terlaksana agar mengurangi anak yang berhenti putus sekolah. Pendapat lain di kemukakan oleh Kyridis, et al (2013:3) bahwa “for many years the belief that education can increase social equality and promote social justice, has been predominant”. Hal ini agar masyarakat bangsa sejahtera dan mempunyai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta bisa meningkatkan sumber daya manusia dengan dengan ketrampilanya. Dalam jurnalnya Dewi (2014) menyatakan bahwa Pendidikan merupakan serangkaian proses yang dilakukan suatu negara dalam rangka menyiapkan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan.

Selain itu pendidikan meupakan salah satu sarana meningkatkan ketrampilan dan kecerdasan manusia, pendidikan memagang peranan penting terhadap kemajuan pembangunan bangsa. Kualitas sumber daya manusia yang mempunyai daya saing juga tidak lepas dari pendidikan, hal ini berarti mencerminkan bahwa kondisi pendidikan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas sumber daya manusia di negara tersebut. Hal ini sejalan dengan


(7)

3

pendapat Jumali (2008:175) bahwa pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan aset-aset sumber daya manusia yang siap untuk mensukseskan progam-progam pembangunan di masa depan.

Kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan. Dalam hal ini ialah pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstuktur dan berjenjang, terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Jumali, 2008:92). Hal ini sesuai dengan teori empirisme, dimana lingkungan pendidikan akan berpengaruh terhadap perkembangan manusia (Sutirna, 2013: 8). Disamping itu warga masyararakat ada yang beranggapan bahwa sekolah hanyalah menghabiskan biaya dan beranggapan bahwa setelah lulus juga masih banyak yang mengganggur. Akibatnya pandangan masyarakat terhadap pendidikan kurang begitu peduli. Seperti inilah yang masih banyak di temui di desa Ngepanrejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Tantangan pendidikan di Indonesia masih di hadapkan pada tantangan besar untuk mencerdaskan anak bangsa terutama dalam hal pemerataan pendidikan.

Penduduk di desa Ngepanrejo kebanyakan berprofesi sebagai petani, buruh bangunan, dan buruh harian lepas. Mayoritas penduduk desa Ngepanrejo berprofesi mereka tidak terlalu peduli dengan pendidikan anak-anaknya di masa mendatang, sehingga dorongan dan perhatian untuk tetap mengenyam bangku sekolah tingkat lanjutpun tidak ada, sejalan dengan yang dikatakan oleh Kulyawan (2013: 3) akibat tingkat pendidikan orang tua yang relatif rendah maka kesadaran terhadap anak otomatis akan rendah.

Sebagian Masyarakat desa Ngepanrejo meskipun kehidupanya tergolong miskin tetapi mempunyai kesadaran pendidikan untuk menyekolahkan anaknya akan tetapi persoalanya adalah karena keterbatasan biaya untuk pendidikan bagi anak-anak mereka, terlebih lagi karena sekolah-sekolah kawasan desa ini terbatas, sehingga tidak memungkinkan anak-anak memilih sekolah yang sesuai dengan bakat dan minat anak tersebut, terlebih lagi transportasi ke kota yang sulit. Kenyataan yang lain di desa Ngepanrejo banyak anak-anak usia sekolah


(8)

4

mengalami drop out, hal ini terjadi karena berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Studi Analisis Penanganan Anak Putus Sekolah Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang”. Dipilihnya desa Ngepanrejo kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang sebagai tempat penelitan karena di lokasi tersebut masih banyak anak putus sekolah.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan mengunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah di desa Ngepanrejo, 2) Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah di desa Ngepanrejo, 3) Mengetahui bagaimana solusi terhadap penanganan anak putus sekolah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan trianggulasi metode. Analisis data penelitian ini adalah analisis dekriptif kualitatif yang dilakukan dalam empat tahapan yang saling terkait: pengumpulan data, reduksi data, menampilkan data, kemudian verifikasi dan penarikan kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Faktor penyebab anak putus sekolah

Penelitian yang dilakukan di desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang di dapatkan 2 faktor penyebab putus sekolah yaitu: Faktor internal yaitu berasal dari dalamdiri anak itu sendiri.

3.1.1 Faktor internal tersebut terdiri dari rendahnya motivasi untuk bersekolah dan karena menderita suatu penyakit.


(9)

5 a) Rendahnya Motivasi

Alasan Anak putus sekolah tidak melanjutkan pendidikan karena mereka mengganggap sekolah itu tidak penting, hal ini sejalan dengan Titaley (2012) Faktor –faktor anak putus sekolah meliputi 2 yaitu internal dan eksternal, internal meliputi intelegensi, motivasi, tingkat kesadaran dan tidak menyukai sekolah. Mereka lebih senang bermain bersama teman-temanya ada juga yang memilih bekerja, diantaranya di alami oleh Muhammad Zaka, Niswatun, dan Abdul Razaq. Karena menurut mereka dengan bekerja mereka bisa menghasilkan uang sendiri dan bisa membeli apa-apa sendiri dan merasa bebas. Hal ini diperkuat wawancara dengan guru kelas 6 yang memaparkan bahwa anak yang putus sekolah memang sudah malas dan malu untuk sekolah dan lebih senang bekarja.

b) Suatu Penyakit

Salah satu penyebab anak putus sekolah di Desa Ngepanrejo karena siswa memiliki penyakit serius yakni paru-paru basah, penyakit ini di alami oleh Musrifah. Hal ini sesuai dengan pendapat Imron (2011:159-160) Ketika seorang anak memiliki penyakit paru-paru basah, dia akan cepat lelah dan mudah mengalami sesak nafas. Akibatnya kegiatan belajarnya kerap terganggu . Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan anak putus sekolah

3.1.2 Faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor penyebab anak putus sekolah yang berasal dari luar diri anak. Fator eksternal terdiri dari: faktor ekonomi dan Faktor Sosial

a) Faktor ekonomi. Faktor penyebabkan putus sekolah pada Nikmah dikarenakan keterbatasan ekonomi dan ketidakmampuan untuk membiayai sekolah, dan anak terpaksa ikut orang tua bekerja. Menurut Imron (2011: 159: 160) salah satu penyebab anak putus sekolah adalah tidak memiliki biaya.


(10)

6

b) Faktor Lingkungan. Faktor penyebab putus sekolah pada Niswatun, dikarenakan pengaruh lingkungan dan pengaruh pola pikir masyarakat yang mengganggap pendidikan tidak terlalu penting. Di dukung dengan teman-teman sebayanya yang tidak melanjutkan sekolah, mereka berfikir putus sekolah tidaklah masalah. hal ini sesuai dengan pendapaat Imron (2011: 159:160) salah satu penyebab anak putus sekolah bahwa pendidikan dianggap tidak penting. Sedangkan Faktor penyebab putus sekolah pada Aini adalah karena faktor keluarga, yang menganggap pendidikan formal tidak terlalu penting.

3.2.Dampak Yang di Timbulkan Anak Putus Sekolah

Rendahnya pendidikan orang tua mempengaruhi pendidikan anak-anaknya. Anak akan meniru pola fikir orang tua, mereka mengganggap pendidikan bukanlah suatu hal yang penting. Anak yang seperti ini di kemudian hari akan menimbulkan banyak pengangguran ditambah mereka tidak mempunyai ketrampilan, sehingga anak seperti ini menjadikan beban orang tua dan meresahkan masyarakat, karena hidupnya tanpa tujuan. hal ini sejalan dengan pendapat Gunawan (2010:71-72) bahwa masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja dan berpenghasilan tetap, dapat menjadi beban masyarakat bahkan sering mengganggu ketentraman masyarakat. Hal lain yang akan terjadi jika anak putus sekolah sudah menganggu ketentraman masyarakat maka disinyalir akan menimbulkan kenakalan remaja, hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (2010:72) masalah putus sekolah bisa menimbulkan gangguan-gagguan dalam masyarakat berupa kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif. Dampak lain dari putus sekolah di kemukan oleh Latif (2015:151) People without education unable to get jobsand more likely to spend their lives jobless or on govenment assistance. Hal ini berarti jika seseorang berpendidikan rendah maka besar kemungkinan akan menjadi pengangguran.


(11)

7

3.3.Upaya yang dilakukan untuk penanganan anak putus sekolah

Untuk mencegah dan menangani anak putus sekolah perangkat desa menyarankan warganya untuk ikut kejar paket. Selain itu untuk menunjang perekonomian maka diberikan bantuan KSKS, hal lainya dengan pemberian PKH untuk menunjang pendidikanya, selain itu untuk menangani anak putus sekolah perlu diadakan pengajian/ majlis ta’lim,dengan hal seperti itu diharapkan anak-anak bisa terbentuk menjadi pribadi yang santun. Hal ini juga di sesuai dengan Suyanto (2010:348) untuk menangani anak putus sekolah bisa memanfaatkan dukungan dari lembaga-lembaga dan forum di tingkat lokal contohnya forum pengajian anak yang biasa setiap hari di adakan di mushola dapat di kembangkan menjadi pengajian plus. Dengan demikian meskipun mereka tidak menempuh pendidikan formal dan mendapatkan ijazah setidaknya agar anak-anak bisa terbentuk akhlaknya dan menjadi manusia yang berbudi luhur. Selain itu, anak yang sudah terlanjur putus sekolah perlu diekali ketrampilan, hal ini dimaksud agar nantinya anak putus sekolah bisa cukup bekal untuk menyongsong hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Gunawan (2010: 72-73) bahwa penanganan anak putus sekolah dengan langkah preventive yaitu membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketramilan

4. PENUTUP

Berdasarkan analisis data yang telah peneliti uraikan mengenai problematika guru dalam mmenulis karya ilmiah sebagai pengembangan kompetensi profesional, dapat disimpulkan bahwa:

a) Penyebab anak putus sekolah lebih dominan karena faktor internal yaitu dari dalam mereka sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Ngepanrejo bahwa penyebab anak putus sekolah yakni rendahnya motivasi dan karena suatu penyakit.

b) Faktor ke dua yaitu Faktor eksternal yaitu berasal dari luar anak itu sendiri, dari hasil penelitian di desa Ngepanrejo faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor ekonomi.


(12)

8 c) Dampak anak putus sekolah

Putus sekolah yang di timbulkan baik faktor eksternal maupun internal menimbulkan dampak negatif bagi masayarakat desa Ngepanrejo, adapun dampaknya antara lain:

a. Menjadikan beban bagi perangkat desa b. Menimbulkan kenakalan remaja. c. Menyebabkan penggangguran

d. Kurangnya wawasan tentang pendidikan, sehingga kelak keturunanya akan sama

d) Upaya penanganan anak putus sekolah

Penanganan yang dilakukan di desa Ngepanrejo antara lain: a. Mengadakan kejar paket A,B, C

b. Memberi bantuan KSKS (Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera) dan memberi bantuan PKH (Program Keluarga Harapan)

c. Memberikan ketrampilan yang menunjang d. Mengadakan pengajian Majlis Ta’lim DAFTAR PUSTAKA

Dewi Ni Ayu Krisna, Anjuan Zukhri, I Ketut. (2014). “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan Dasar Di Kecamatan Gerokgrak Tahun 2012/2013”. Jurnal penelitian Universitas Pendidikan

Ekonomi Ganesa Singaraja, Indonesia. Vol:4 no:1 tahun 2014.

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/view/1898/1650 Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Jumali, dkk. 2008. Landasan pendidikan .Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Kyridis, A. Tsakiridou, E. Zagkos, C. Koutouzis, M & Tziamtzi, C. (2011). “Educational inequalities and school droup in greece”. International Journal of Education, Vol 3, No . 2: 1-15

Latif, Aasma. Choudhary, Ali Iftitar. Hammayun, Asal afzal. 2015. “Economic Effects Of Student’s Dropouts (A Comparative Studi of Students’ Dropouts Globally”. International Journal of Economic, Commerce and management. Vol III, Issu 6, june 2015


(13)

9

Sabates, R , Akyeampong, K. Westbrook, J & Hunt, F. 2010. School drop out: Patterns, cause, Change, and Policies. United Nations Education, scientific and Cultural Organization. 2011/ED/EFA/PI/08

Sutirna, 2014. Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik. Bandung: CV Andi Offset.

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Titaley,Merry Elike. 2012. “Faktor-Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah pada Sekolah Menengah pertama di SMPN 4 Taman Siswa Jakarta Pusat”. Tesis. Jakarta. FISIP. UI


(1)

mengalami drop out, hal ini terjadi karena berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Studi Analisis Penanganan Anak Putus Sekolah Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang”. Dipilihnya desa Ngepanrejo kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang sebagai tempat penelitan karena di lokasi tersebut masih banyak anak putus sekolah.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan mengunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah di desa Ngepanrejo, 2) Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah di desa Ngepanrejo, 3) Mengetahui bagaimana solusi terhadap penanganan anak putus sekolah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan trianggulasi metode. Analisis data penelitian ini adalah analisis dekriptif kualitatif yang dilakukan dalam empat tahapan yang saling terkait: pengumpulan data, reduksi data, menampilkan data, kemudian verifikasi dan penarikan kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Faktor penyebab anak putus sekolah

Penelitian yang dilakukan di desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang di dapatkan 2 faktor penyebab putus sekolah yaitu: Faktor internal yaitu berasal dari dalamdiri anak itu sendiri.

3.1.1 Faktor internal tersebut terdiri dari rendahnya motivasi untuk bersekolah dan karena menderita suatu penyakit.


(2)

a) Rendahnya Motivasi

Alasan Anak putus sekolah tidak melanjutkan pendidikan karena mereka mengganggap sekolah itu tidak penting, hal ini sejalan dengan Titaley (2012) Faktor –faktor anak putus sekolah meliputi 2 yaitu internal dan eksternal, internal meliputi intelegensi, motivasi, tingkat kesadaran dan tidak menyukai sekolah. Mereka lebih senang bermain bersama teman-temanya ada juga yang memilih bekerja, diantaranya di alami oleh Muhammad Zaka, Niswatun, dan Abdul Razaq. Karena menurut mereka dengan bekerja mereka bisa menghasilkan uang sendiri dan bisa membeli apa-apa sendiri dan merasa bebas. Hal ini diperkuat wawancara dengan guru kelas 6 yang memaparkan bahwa anak yang putus sekolah memang sudah malas dan malu untuk sekolah dan lebih senang bekarja.

b) Suatu Penyakit

Salah satu penyebab anak putus sekolah di Desa Ngepanrejo karena siswa memiliki penyakit serius yakni paru-paru basah, penyakit ini di alami oleh Musrifah. Hal ini sesuai dengan pendapat Imron (2011:159-160) Ketika seorang anak memiliki penyakit paru-paru basah, dia akan cepat lelah dan mudah mengalami sesak nafas. Akibatnya kegiatan belajarnya kerap terganggu . Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan anak putus sekolah

3.1.2 Faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor penyebab anak putus sekolah yang berasal dari luar diri anak. Fator eksternal terdiri dari: faktor ekonomi dan Faktor Sosial

a) Faktor ekonomi. Faktor penyebabkan putus sekolah pada Nikmah dikarenakan keterbatasan ekonomi dan ketidakmampuan untuk membiayai sekolah, dan anak terpaksa ikut orang tua bekerja. Menurut Imron (2011: 159: 160) salah satu penyebab anak putus sekolah adalah tidak memiliki biaya.


(3)

b) Faktor Lingkungan. Faktor penyebab putus sekolah pada Niswatun, dikarenakan pengaruh lingkungan dan pengaruh pola pikir masyarakat yang mengganggap pendidikan tidak terlalu penting. Di dukung dengan teman-teman sebayanya yang tidak melanjutkan sekolah, mereka berfikir putus sekolah tidaklah masalah. hal ini sesuai dengan pendapaat Imron (2011: 159:160) salah satu penyebab anak putus sekolah bahwa pendidikan dianggap tidak penting. Sedangkan Faktor penyebab putus sekolah pada Aini adalah karena faktor keluarga, yang menganggap pendidikan formal tidak terlalu penting.

3.2.Dampak Yang di Timbulkan Anak Putus Sekolah

Rendahnya pendidikan orang tua mempengaruhi pendidikan anak-anaknya. Anak akan meniru pola fikir orang tua, mereka mengganggap pendidikan bukanlah suatu hal yang penting. Anak yang seperti ini di kemudian hari akan menimbulkan banyak pengangguran ditambah mereka tidak mempunyai ketrampilan, sehingga anak seperti ini menjadikan beban orang tua dan meresahkan masyarakat, karena hidupnya tanpa tujuan. hal ini sejalan dengan pendapat Gunawan (2010:71-72) bahwa masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja dan berpenghasilan tetap, dapat menjadi beban masyarakat bahkan sering mengganggu ketentraman masyarakat. Hal lain yang akan terjadi jika anak putus sekolah sudah menganggu ketentraman masyarakat maka disinyalir akan menimbulkan kenakalan remaja, hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (2010:72) masalah putus sekolah bisa menimbulkan gangguan-gagguan dalam masyarakat berupa kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif. Dampak lain dari putus sekolah di kemukan oleh Latif (2015:151) People without education unable to get jobsand more likely to spend their lives jobless or on govenment assistance. Hal ini berarti jika seseorang berpendidikan rendah maka besar kemungkinan akan menjadi pengangguran.


(4)

3.3.Upaya yang dilakukan untuk penanganan anak putus sekolah

Untuk mencegah dan menangani anak putus sekolah perangkat desa menyarankan warganya untuk ikut kejar paket. Selain itu untuk menunjang perekonomian maka diberikan bantuan KSKS, hal lainya dengan pemberian PKH untuk menunjang pendidikanya, selain itu untuk menangani anak putus sekolah perlu diadakan pengajian/ majlis ta’lim,dengan hal seperti itu diharapkan anak-anak bisa terbentuk menjadi pribadi yang santun. Hal ini juga di sesuai dengan Suyanto (2010:348) untuk menangani anak putus sekolah bisa memanfaatkan dukungan dari lembaga-lembaga dan forum di tingkat lokal contohnya forum pengajian anak yang biasa setiap hari di adakan di mushola dapat di kembangkan menjadi pengajian plus. Dengan demikian meskipun mereka tidak menempuh pendidikan formal dan mendapatkan ijazah setidaknya agar anak-anak bisa terbentuk akhlaknya dan menjadi manusia yang berbudi luhur. Selain itu, anak yang sudah terlanjur putus sekolah perlu diekali ketrampilan, hal ini dimaksud agar nantinya anak putus sekolah bisa cukup bekal untuk menyongsong hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Gunawan (2010: 72-73) bahwa penanganan anak putus sekolah dengan langkah preventive yaitu membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketramilan

4. PENUTUP

Berdasarkan analisis data yang telah peneliti uraikan mengenai problematika guru dalam mmenulis karya ilmiah sebagai pengembangan kompetensi profesional, dapat disimpulkan bahwa:

a) Penyebab anak putus sekolah lebih dominan karena faktor internal yaitu dari dalam mereka sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Ngepanrejo bahwa penyebab anak putus sekolah yakni rendahnya motivasi dan karena suatu penyakit.

b) Faktor ke dua yaitu Faktor eksternal yaitu berasal dari luar anak itu sendiri, dari hasil penelitian di desa Ngepanrejo faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan faktor ekonomi.


(5)

c) Dampak anak putus sekolah

Putus sekolah yang di timbulkan baik faktor eksternal maupun internal menimbulkan dampak negatif bagi masayarakat desa Ngepanrejo, adapun dampaknya antara lain:

a. Menjadikan beban bagi perangkat desa b. Menimbulkan kenakalan remaja. c. Menyebabkan penggangguran

d. Kurangnya wawasan tentang pendidikan, sehingga kelak keturunanya akan sama

d) Upaya penanganan anak putus sekolah

Penanganan yang dilakukan di desa Ngepanrejo antara lain: a. Mengadakan kejar paket A,B, C

b. Memberi bantuan KSKS (Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera) dan memberi bantuan PKH (Program Keluarga Harapan)

c. Memberikan ketrampilan yang menunjang d. Mengadakan pengajian Majlis Ta’lim DAFTAR PUSTAKA

Dewi Ni Ayu Krisna, Anjuan Zukhri, I Ketut. (2014). “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan Dasar Di Kecamatan Gerokgrak Tahun 2012/2013”. Jurnal penelitian Universitas Pendidikan Ekonomi Ganesa Singaraja, Indonesia. Vol:4 no:1 tahun 2014. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/view/1898/1650 Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Jumali, dkk. 2008. Landasan pendidikan .Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Kyridis, A. Tsakiridou, E. Zagkos, C. Koutouzis, M & Tziamtzi, C. (2011). “Educational inequalities and school droup in greece”. International Journal of Education, Vol 3, No . 2: 1-15

Latif, Aasma. Choudhary, Ali Iftitar. Hammayun, Asal afzal. 2015. “Economic Effects Of Student’s Dropouts (A Comparative Studi of Students’ Dropouts Globally”. International Journal of Economic, Commerce and management. Vol III, Issu 6, june 2015


(6)

Sabates, R , Akyeampong, K. Westbrook, J & Hunt, F. 2010. School drop out: Patterns, cause, Change, and Policies. United Nations Education, scientific and Cultural Organization. 2011/ED/EFA/PI/08

Sutirna, 2014. Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik. Bandung: CV Andi Offset.

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Titaley,Merry Elike. 2012. “Faktor-Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah pada Sekolah Menengah pertama di SMPN 4 Taman Siswa Jakarta Pusat”. Tesis. Jakarta. FISIP. UI