Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit di Kebun Raya Bogor

KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN LUMUT HATI EPIFIT
DI KEBUN RAYA BOGOR

DIAN APRIANA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ABSTRAK
DIAN APRIANA. Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit di Kebun Raya Bogor.
Dibimbing oleh HILDA AKMAL dan SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO.
Indonesia memiliki keragaman jenis hayati yang tinggi khususnya lumut. Studi mengenai
keragaman jenis lumut di Indonesia belum banyak dilakukan. Kebun Raya Bogor (KRB)
merupakan salah satu tempat konservasi ex-situ yang sesuai bagi habitat berbagai lumut baik epifit
maupun terestrial sehingga perlu dilakukan checklist terhadap lumut di KRB. Pengambilan sampel
lumut dilakukan di tiga blok yang ditentukan yaitu pada koleksi pohon blok Meliaceae, Myrtaceae
dan Lauraceae. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perbedaan posisi tempat tumbuh pada
pohon yaitu pada posisi 0-100 cm dan 100-200 cm dari atas tanah serta pada perbedaan arah mata
angin (barat, timur, selatan, dan utara). Selanjutnya, sampel lumut hati yang diperoleh

diidentifikasi di laboratorium penelitian. Selain itu, dilakukan juga pengecekan spesimen lumut
hati dari koleksi Herbarium Bogoriense (BO), LIPI. Studi mengenai lumut hati epifit di KRB
menunjukkan bahwa terdapat 92 jenis lumut hati berdaun yang diperoleh dari hasil inventarisasi
pengambilan sampel di dalam dan di luar blok, serta spesimen dari BO. Pada penelitian ini,
terdapat 33 jenis lumut yang dikoleksi di antaranya tujuh jenis lumut hati yang sama dengan
koleksi dari BO sedangkan 26 jenis lumut hati berbeda dan merupakan lumut yang baru ditemukan
di KRB. Suku Lejeuneaceae memiliki jumlah jenis lumut hati yang paling banyak dan memiliki
persentase penutupan yang tinggi. Blok Myrtaceae merupakan blok yang memiliki jumlah jenis
dan kelimpahan jenis lumut hati yang paling tinggi yaitu 17 dan 52.9%. Pada semua blok, posisi
pohon 0-100 cm memiliki kelimpahan jenis dan persentase frekuensi persebaran yang tertinggi.
Pada tulisan ini, disajikan pula kunci determinasi lumut hati epifit di KRB.
Kata Kunci: Lumut hati, Epifit, Keragaman, Kelimpahan, Kebun Raya Bogor.

ABSTRACT
DIAN APRIANA. Diversity and Abundance of Epiphytic Hepaticae in Bogor Botanical Garden.
Supervised by HILDA AKMAL and SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO.
Indonesia has a high biodiversity of plants including bryophytes. Studies on the
bryophyte diversity of Indonesia has not comprehensively done. Bogor Botanical Garden is one of
the ex-situ conservation providing suitable habitat for bryophytes. Studies on the hepaticae of
Bogor Botanical Garden are urgently needed. In this studies, bryophyte sampling were done in

three blocks where the collection of Meliaceae, Myrtaceae and Lauraceae. Sampling was done
based on the difference of growth position of tree (0-100 cm and 100-200 cm above ground) and at
the difference of compass point (west, east, south, and north). Specimens checklist of bryophytes
in the Herbarium Bogoriense (BO) as well as the herbarium specimens were studied. There are 92
species leafy liverworts are known at the sampling areas in Bogor Botanical Garden and herbarium
specimens record at BO. There are 33 species leafy liverworts of epiphyte hepaticae were
collected. In this studies, 7 species are recorded as the same as the BO specimens, the rest of 26
species are different with BO specimens. Lejeuneaceae has the highest diversity number, and
highest percentage of coverage. Myrtaceae block has the highest diversity number and species
abundance of hepaticae, that is 17 species and 52.9% of the total coverage. All of the blocks,
position of tree 0-100 cm has the highest species abundance and frequency. A determination key to
the species epiphytic hepaticae of Bogor Botanical Garden is presented.
Keywords: Hepaticae, Epiphyte, Diversity, Abundance, Bogor Botanical Garden.

KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN LUMUT HATI EPIFIT
DI KEBUN RAYA BOGOR

DIAN APRIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

Judul Skripsi : Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit
di Kebun Raya Bogor
Nama
: Dian Apriana
NIM
: G34052612

Menyetujui:

Pembimbing I


Pembimbing II

Dra. Hilda Akmal
NIP 19540901 198303 1001

Dr. Sri Sudarmiyati T., M.Sc
NIP 19470628 198103 2001

Mengetahui:
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena
NIP 19641002 198903 1002

Tanggal Lulus: 18 januari 2010

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW atas perjuangan beliau, Islam mampu menerangi
dunia.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian karya ilmiah ini antara lain, kepada, Dra. Hilda Akmal, Dr. Sri Sudarmiyati T.,
M.Sc, dan Dr. Nunik Sri Aryanti, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran; Dr.
Ir. Sulistijorini, M.Si. sebagai Dosen Penguji; Kepala Kebun Raya Bogor atas izinnya untuk
pengambilan sampel lumut; para staf Kebun Raya Bogor; ibu Ida Haerida (Herbarium
Bogoriense), Indah, Nita, Pak Parman, Isni, Cicin, Rina, Yeni, Uni Lesi, Teh Pera, Ka Saepulloh
dan teman-teman seperjuangan Biologi Angkatan 42 atas dorongan dan semangatnya. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan adikku atas perhatian, doa dan motivasi.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Meskipun
demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

Dian Apriana

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 April 1986 dari ayah Harun Zaelani dan ibu

Yayah Mardiyanti. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMAN 1 Leuwiliang Bogor dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Tahun 2006 penulis diterima
pada Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam dan pada tahun yang sama penulis diterima dalam program beasiswa Beastudi Etos, Dompet
Duafa Republika.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Alga dan
Lumut pada tahun ajaran 2008/2009, serta asisten Biologi Dasar pada tahun ajaran 2009/2010.
Pada tahun 2009 penulis mengikuti training Fifth Regional Training Course on Biodiversity and
Conservation of Bryophytes and Lichens yang diselenggarakan oleh SEAMEO BIOTROP,
Bogor. Penulis menjadi anggota aktif BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa) pada tahun
2006-2008, anggota Himabio pada tahun 2006/2007. Penulis pernah mengikuti Praktik Lapangan
di Perusahaan PT Dafa Teknoagro Mandiri Bogor dari bulan Juli sampai Agustus 2008 dengan
judul Teknik Perbanyakan Bibit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Secara Kultur Jaringan di PT
Dafa Teknoagro Mandiri Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................


x

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................................
Tujuan ..................................................................................................................

1
1

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat................................................................................................
Bahan ...................................................................................................................

Metode Pengambilan Sampel
Penentuan blok............................................................................................
Pengambilan sampel di dalam blok..............................................................
Pengambilan sampel di luar blok .................................................................
Inventarisasi dan identifikasi ......................................................................
Pembuatan kunci identifikasi .......................................................................
Analisis data ...............................................................................................

1
1
2
2
2
2

HASIL ............................................................................................................................

2

PEMBAHASAN

Keragaman Lumut Hati .........................................................................................
Kelimpahan Lumut Hati ........................................................................................

6
7

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan...............................................................................................................
Saran.....................................................................................................................

8
8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

8

GLOSARIUM.................................................................................................................

10


LAMPIRAN....................................................................................................................

11

1
1

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Daftar jenis- jenis lumut hati di Kebun Raya Bogor (di dalam blok dan di luar blok) ...

3

2 Karakter pembeda empat suku lumut hati yang ditemukan ..........................................

4

3 Jenis-jenis lumut hati pada tiga blok di KRB dengan rata-rata luas penutupan per
kuadrat (60 × 10 cm) .................................................................................................


5

4 Penutupan kanopi pohon per masing-masing pohon tempat pengambilan sampel
lumut..........................................................................................................................

5

5 Kesamaan jenis lumut hati antar tiga blok ..................................................................

6

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Metode pengambilan sampel lumut hati epifit pada pohon...........................................

2

2 Karakter pembeda empat suku (susunan daun, lobul, dan underleave) .........................

4

3 Rata-rata penutupan jenis dan persentase frekuensi persebaran lumut pada tiga blok
berdasarkan perbedaan posisi tempat tumbuh (A = 100-200 cm, B = 1-100 cm di atas
tanah).........................................................................................................................

6

3 Rata-rata penutupan jenis dan persentase frekuensi persebaran lumut pada tiga blok
berdasarkan perbedaan arah mata angin (Barat, Selatan, Timur, dan Utara)..................

6

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Denah Kebun Raya Bogor .........................................................................................

12

2 Kunci identifikasi menuju jenis dari lumut hati berdaun ..............................................

13

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lumut merupakan tumbuhan sederhana,
memiliki 1200 marga dengan 15000 jenis
(Gradstein et al. 2001) sehingga lumut
dikategorikan sebagai kelompok tumbuhan
terbesar kedua setelah Angiospermae (Shaw &
Goffinet 2001). Lumut bersifat poikilohidrik
yaitu tekanan turgor sel-sel tubuhnya
bergantung pada kelembaban lingkungan
(Gradstein et al. 2001). Lingkungan yang
lembab sangat diperlukan untuk reproduksi,
perkecambahan spora, perkembangan, dan
metabolisme lumut.
Lumut dapat dibedakan menjadi tiga divisi
yaitu lumut hati (Marchantiophyta), lumut
sejati (Bryophyta), dan lumut tanduk
(Anthophyta) (Shaw & Goffinet 2001).
Marchantiophyta meliputi dua kelompok yaitu
lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun.
Lumut hati memiliki anggota lebih dari 5000
jenis (Gradstein et al. 2001), tumbuh pada
berbagai macam substrat seperti batang pohon,
cabang atau ranting, pada daun tumbuhan lain,
batang kayu yang melapuk, bebatuan, dan
tanah.
Potensi lumut secara ekologi yaitu mampu
mengabsorpsi dan sebagai tempat menyimpan
air hujan (Kirmaci & Agcagil 2009), mencegah
erosi tanah, sebagai substrat perkecambahan
biji (Glime 2001), dan sebagai bioindikator
terhadap perubahan lingkungan (Gignac 2001).
Selain itu, beberapa lumut dapat digunakan
sebagai obat karena memiliki kandungan zat
antibiotik dan antifungi seperti dijumpai pada
beberapa jenis lumut hati bertalus Marchantia
dan lumut hati berdaun Frullania. Beberapa
jenis lumut juga digunakan sebagai bahan
kosmetik, dekorasi ruangan dan taman (Glime
2007). Dengan iklim yang tropis, Indonesia
memiliki keragaman jenis hayati yang tinggi
khususnya lumut tetapi studi mengenai
keragaman jenis lumut di Indonesia belum
banyak dilakukan.
Koleksi lumut hati di Jawa Barat pertama
kali dipublikasikan oleh Reinwardt, Blume, dan
Nees von Esenbeck pada tahun 1824 serta Nees
von Esenbeck (1830). Diperkirakan terdapat
sekitar 200 jenis lumut hati yang terdapat di
Jawa Barat, berdasarkan pengambilan sampel
yang dilakukan di Kebun Raya Bogor (KRB),
Kebun Raya Cibodas, dan Gunung Gede
Pangrango. Dengan kurun waktu yang lama
tentunya banyak terjadi perubahan, seperti
perubahan iklim dan lingkungan yang akan
mempengaruhi persebaran lumut sehingga

perlu dilakukan pengecekan kembali jenis
lumut yang tumbuh, khususnya di KRB.
Kebun Raya Bogor merupakan tempat
konservasi ex-situ dengan luas mencapai 87
hektar, terletak pada ketinggian 235-250 m dpl
(LIPI 2001). Keberadaan KRB menyediakan
tempat hidup yang sesuai bagi berbagai lumut
baik epifit maupun terestrial.
Inventarisasi lumut hati yang ada di KRB
pernah dilakukan oleh Schiffner, Verdoorn,
Kurr, Meijer, Lowenty, dan Windardi.
Spesimen jenis lumut tersebut disimpan di
Herbarium Bogoriense namun sampai saat ini
belum ada checklist yang berkaitan dengan
keragaman lumut di KRB. Dengan demikian,
penelitian terhadap tumbuhan lumut ini
diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai keragaman dan kelimpahan lumut di
KRB.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keragaman dan kelimpahan lumut hati epifit
yang ada di KRB, membandingkan jumlah jenis
lumut hati dan kelimpahannya pada perbedaan
posisi tempat tumbuh.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari
2009 sampai bulan Agustus 2009. Penelitian ini
meliputi tahap pengambilan sampel lumut di
Kebun Raya Bogor. Tahap identifikasi
dilakukan
di
Laboratorium
Penelitian
Departemen Biologi FMIPA IPB. Tahap
pengecekan koleksi lumut hati di Herbarium
Bogoriense (BO)-LIPI, Cibinong.
Bahan
Bahan yang diamati pada penelitian ini
adalah lumut hati epifit.
Metode Pengambilan Sampel
Penentuan blok
Blok pengambilan sampel ditentukan
berdasarkan survey pada seluruh area KRB,
yaitu tiga blok pengambilan sampel yang
merupakan tempat koleksi tumbuhan dari suku
Meliaceae (Blok A), Myrtaceae (Blok B), dan
Lauraceae (Blok C) (Lampiran 1).
Pengambilan sampel di dalam blok
Pada setiap blok yang telah ditentukan
dipilih lima pohon dengan diameter >20 cm dan
jarak antar pohon >10 m. Pada setiap pohon
yang dipilih ditempatkan empat plot berukuran

2

10x60 cm dengan posisi mata angin di arah
utara, selatan, timur, dan barat pada posisi 0100 cm serta empat plot pada posisi 100-200
cm dari atas tanah (Gambar 1). Data yang
dicatat pada setiap plot adalah nomor koleksi
sampel dan kelimpahan jenis (persentase
penutupan setiap sampel lumut) pada plot
posisi dan arah mata angin. Setiap jenis lumut
hati dalam plot diambil sampelnya, kemudian
dibuat herbarium untuk diidentifikasi di
laboratorium. Selain itu, dicatat data pohon
tempat pengambilan sampel meliputi jenis
pohon, jenis tekstur permukaan kulit pohon,
dan diameter pohon. Sampel dan data yang
diperoleh digunakan untuk identifikasi lebih
lanjut.

dicocokkan dengan buku identifikasi flora
lumut di antaranya yaitu Piippo 1985, Hattori &
Piippo 1986, Mizutani 1970, So 1995, Zhu RL
& So 1996, Gradstein et al. 2001, Zhu RL & So
2001, Gradstein et al. 2002, dan Zhu &
Gradstein 2005.
Pembuatan kunci identifikasi
Pembuatan kunci identifikasi dilakukan
dengan melihat karakteristik dari morfologi
lumut hati yaitu dengan mengidentifikasi
karakteristik dati tingkat suku, marga, sampai
pada tingkat jenis (Lampiran 2). Kunci
identifikasi sederhana ini diharapkan dapat
digunakan
sebagai
panduan
dalam
mengidentifikasi lumut hati yang ada di KRB.
Analisis data
Data dianalisis menggunakan ANOVA
(Analysis of Variance) untuk mengetahui
keragaman dan kelimpahan jenis lumut hati.
Kesamaan jenis lumut hati antar blok dianalisis
dengan Indeks Similaritas Sorensen (Cox 2002)
dengan rumus sebagai berikut :

Gambar 1 Metode pengambilan sampel lumut
hati epifit pada pohon
Pencatatan data lingkungan meliputi
persentase penutupan kanopi pohon dan jarak
antar pohon.
Pengambilan sampel di luar blok
Untuk melengkapi data jenis-jenis lumut
hati epifit yang diambil di tiga blok yang sudah
ditentukan, pengambilan sampel lumut juga
dilakukan dengan menelusuri seluruh area yang
ada di KRB. Sampel lumut yang di ambil,
kemudian
dibuat
herbarium
untuk
diidentifikasi.
Inventarisasi dan identifikasi
Inventarisasi lumut hati dilakukan dalam
dua tahap yaitu pertama, inventarisasi lumut
hati epifit di KRB dengan metode sampling di
dalam blok dan di luar blok di KRB, spesimen
lumut hati epifit tersebut disimpan di
laboratorium penelitian Departemen Biologi.
Kedua, tahap inventarisasi spesimen lumut
yang disimpan di Herbarium Bogoriense.
Identifikasi dilakukan di laboratorium
dengan mengamati struktur vegetatif maupun
reproduktif menggunakan mikroskop dan

Is
Keterangan :
Is = Indeks Similaritas Sorensen
A = Jumlah jenis yang terdapat pada blok A
B = Jumlah jenis yang terdapat pada blok B
C = Jumlah jenis yang sama yang ditentukan di
kedua blok

HASIL
Lumut
hati epifit
yang
berhasil
diidentifikasi dari tiga blok di KRB meliputi 24
jenis lumut hati berdaun yang termasuk ke
dalam 9 marga, dan 3 suku. Sembilan marga
tersebut meliputi Acrolejeunea, Archilejeunea,
Cheilolejeunea, Drepanolejeunea, Frullania,
Lejeunea, Lopholejeunea, Mastigolejeuenea,
dan Heteroscyphus yang termasuk ke dalam 3
suku yaitu Frullaniaceae, Lejeuneaceae, dan
Lophocoleaceae.
Inventarisasi lumut di luar di tiga blok
diperoleh sebanyak 21 jenis lumut hati berdaun,
10 marga dan 4 suku. Namun, dari 21 jenis
lumut hati, terdapat 9 jenis lumut yang tidak
ditemukan pada tiga blok yang termasuk ke
dalam
suku
Lejeuneaceae
dan
Cephaloziellaceae sehingga total lumut yang
ditemukan neliputi 33 jenis, 11 marga, dan 4
suku (Tabel 1).

2

Tabel 1 Daftar jenis- jenis lumut hati di Kebun Raya Bogor (di dalam dan di luar blok)
Suku

Subsuku

Frullania apiculata (Reinw., Blume & Nees)
Dumort.
Frullania ericoides (Nees ex Mart.) Mont.

Frullaniaceae

Lejeunaceae

Jenis

Lejeuneoideae

Cheilolejeunea osumiensis (S. Hatt.) Mizut.
Cheilolejeunea trifaria (Reinw., Blume & Nees)
Mizut.
Drepanolejeunea ternatensis (Gottsche)
Stephani
Drepanolejeunea vesiculosa (Mitt.) Stephani
Lejeunea alata (Stephani) Stephani
Lejeunea anisophylla Mont.
Lejeunea discrete Lindenb.
Lejeunea efrigii Mizut.
Lejeunea miracalyx (Eifrig) Mizut.
Lejeunea obscura Mitt.
Lejeunea parva (Hatt.) Mizut.
Lejeunea sordida (Nees) Nees
Lejeunea tuberculosa Stephani
Lejeunea sp. 1
Lejeunea sp. 2

Ptychanthoideae

Acrolejeunea arcuata (Nees) Grolle & Gradst.
Archilejeunea planiuscula (Mitt.) Stephani
Lopholejeunea evansiana Verd.
Lopholejeunea eulopha (Taylor) Schiffner
Lopholejeunea horticola Schiffner
Lopholejeunea latilobula Verd.
Lopholejeunea nigricans (Lindenb.) Stephani
Lopholejeunea subfusca (Nees) Schiffner
Mastigolejeunea auriculata (Wilson & Hook.)
Schiffner
Mastigolejeunea indica Stephani
Schiffneriolejeunea tumida var. haskarliana
(Gottsche) Gradst. & Terken
Schiffneriolejeunea tumida var. tumida (Nees)
Gradst.

Lophocoleaceae

Heteroscyphus argutus (Nees) Schiffner
Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffner

Cephaloziellaceae

Cephaloziella sp. (Spruce) Schiffner

Inventarisasi lumut hati di Kebun Raya
Bogor pernah dilakukan pada tahun 1886,
1893, 1894, 1928, 1930, 1951, 1952, 1953,
1954, dan 1990an oleh beberapa peneliti yaitu
Fendler, Schiffner, Lowenty, Leewer, Kurr,
Verdoorn, Meijer, dan Windardi.
Total lumut hati berdaun di KRB
sebanyak 92 jenis diperoleh dari hasil
inventarisasi pengambilan sampel di dalam

dan di luar blok KRB, serta spesimen lumut
dari Herbarium Bogoriense. Dari 92 jenis
lumut hati, terdapat 33 jenis lumut hati yang
ditemukan pada penelitian ini. Sebanyak tujuh
jenis lumut hati ditemukan kembali pada
penenlitian ini sedangkan 26 jenis lumut hati
baru ditemukan di KRB.

4

Perbedaan dari empat suku yang
ditemukan disajikan pada Tabel 2 dan Gambar

2.

Tabel 2 Karakter pembeda empat suku lumut hati yang ditemukan
Pembeda

Frullaniaceae

Lejeuneaceae

Lophocoleaceae

Cephaloziellaceae

Susunan daun

Incubous

Incubous

Succubous

Transverse

Lobus daun

Rata

Rata

Terbelah atau
bergigi (2-8)

Terbelah dua
(bifid)

Lobul

Ada, tidak
menempel
pada stem
(free margin)

Ada,
menempel
pada stem,
berbentuk keel

Tidak ada

Tidak ada

Underleave
(daun bawah)

Ada, berlobus
atau berbagi

Ada, berbagi
(bifid) atau
tidak berbagi

Ada, bercuping
dua

Tidak ada

Habitat

Epifit

Epifit

Epifit/terestrial

Epifit/terestrial

Sumber: Gradstein et al. 2001

Gambar 2 Karakter pembeda empat suku (susunan daun, lobul, dan underleave)
Kekayaan
dan
kelimpahan
jenis
(persentase penutupan) pada tiga blok
ditunjukkan oleh Tabel 3. Kekayaan jumlah
jenis pada masing-masing blok Meliaceae,
Myrtaceae, dan Lauraceae yaitu 9, 17, dan 14.
Blok Myrtaceae memiliki kekayaan jenis
tertinggi sedangkan blok Meliaceae memiliki
kekayaan jenis terendah. Berdasarkan analisis
ragam (anova) kekayaan jenis antar blok
berbeda nyata (p < 0.05).
Kelimpahan jenis yang ditunjukkan
dengan luas penutupan (cm2) oleh lumut pada
kuadrat ukuran 60 x 10 cm tampak bervariasi
antara blok satu dengan lainnya. Kelimpahan
jenis yang tertinggi pada masing-masing blok
Meliaceae, Myrtaceae, dan Lauraceae yaitu
Lejeunea
sordida
15.55%±27.91,
Cheilolejeunea trifaria 29.22% ±33.98, dan
Lejeunea anisophylla 19.51% ±28.07.

Dari ketiga blok diperoleh lima jenis yang
memiliki
kelimpahan
tertinggi
yakni
Cheilolejeunea trifaria 40.31%, Lejeunea
sordida 35.95%, Mastigolejeunea indica
32.56%, Lejeunea mitracalyx 31.94%, dan
Lejeunea anisophylla 26.83%. Rata-rata
penutupan jenis pada blok Meliaceae,
Myrtaceae, dan Lauraceae yaitu 34.8 ± 32.89,
52.9% ± 25.75, dan 49.6 ± 26.9. Berdasarkan
analisis ragam (anova) kelimpahan jenis antar
blok menunjukkan berbeda nyata (p < 0.05).
Penutupan kanopi pohon memiliki
peranan dalam pemeliharaan tempat tumbuh
lumut. Ketiga blok pengambilan sampel
memiliki penutupan kanopi pohon yang
berbeda (Tabel 4). Blok Meliaceae memiliki
presentase penutupan kanopi yang tertinggi
yaitu 13.35%, sedangkan blok Myrtaceae

5

memiliki presentase penutupan kanopi yang

paling rendah yaitu 7.5.

Tabel 3 Jenis-jenis lumut hati pada tiga blok di KRB dengan rata-rata luas penutupan per kuadrat
(60 × 10 cm)
Jenis
Acrolejeunea arcuata
Archilejeunea planiuscula
Cheilolejeunea osumiensis
Cheilolejeunea trifaria

Rata-rata
penutupan
lumut (%)

Blok Meliaceae

Blok Myrtaceae

Blok Lauraceae

Penutupan
lumut (%)
1.53 ± 6.16

Penutupan
lumut (%)
0±0

Penutupan
lumut (%)
0.01 ± 0.07

0±0

0.75 ± 3.39

0±0

0±0

0±0

0.29 ± 1.44

3.84

0.01 ± 0.04

29.22 ± 33.98

0±0

40.31

12.32
10.01

Drepanolejeunea ternatensis

0±0

1.63 ± 5.91

1.09 ± 6.1

15.5

Drepanolejeunea vesiculosa

0±0

0.06 ± 0.39

0.36 ± 1.09

2.79

Frullania apiculata

0±0

0.23 ± 1.19

0±0

4.63

Frullania ericoides

0±0

0±0

3.11 ± 11.82

20.73

Heteroscyphus argutus

0±0

0.42 ± 1.42

0±0

3.32

Heteroscyphus coalitus

0±0

0.17 ± 1.11

0±0

6.99

Lejeunea alata
Lejeunea anisophylla

0±0

0±0

0.03 ± 0.16

1.04

12.82 ± 21.89

0.04 ± 0.23

19.51 ± 28.07

26.83

Lejeunea efrigii

0±0

0±0

0.03 ± 0.17

1.08

Lejeunea mitracalyx

0±0

0±0

1.6 ± 9.74

31.94

5.67 ± 14.39

1.9 ± 4.86

0±0

13.16

0±0

0.01 ± 0.07

0±0

0.44

15.55 ± 27.91

2.43 ± 10.41

0±0

35.95

0±0

0±0

0.59 ± 3.72

23.53

2.19 ± 5.71

2.17 ± 5.04

18.12 ± 21.27

19.98

Lejeunea obscura
Lejeunea parva
Lejeunea sordida
Lejeunea sp. 1
Lejeunea tuberculosa
Lopholejeunea eulopha

0±0

0.95 ± 3.13

0.32 ± 1.55

5.61

Lopholejeunea nigricans

0.2 ± 0.96

0.28 ± 1.02

0.26 ± 1.64

4.23

Lopholejeunea subfusca

0.21 ± 0.78

0.05 ± 0.29

4.3 ± 6.97

7.93

Mastigolejeunea auriculata

0.15 ± 0.95

0.43 ± 2.71

0±0

11.6

0±0

12.21 ± 22.1

0±0

32.56

34.8 ± 32.89

52.94 ± 25.75

49.6 ± 26.9

14.01 ± 11.93

Mastigolejeunea indica
Rerata penutupan

Tabel 4 Penutupan kanopi pohon per masing-masing pohon tempat pengambilan sampel lumut

6

Blok
Meliaceae

Pohon
Aphanamixis polystachya
Sandoricum borneensis
Cedrela mexicana
Azadirachta excelsa
Dysoxylum acutangulum

kanopi/pohon (%)
11.09
11.83
12.77
13.73
17.31

Myrtaceae

Syzygium lineatum
Rhodamnia cinerea (cuspidatus)
Rhodamnia cinerea (macrophylla)2
Rhodamnia cinerea (macrophylla)1
Syzygium granda

3.99
5.75
7.33
7.84
12.96

Lauraceae

Parabenzoin trilobum
Persea yunnanensis
Litsea firma
Cinnamomum camphora
Cinnamomum iners

5.34
7.18
10.66
11.20
21.09

kanopi/blok (%)
13.35

7.57

11.10

lumut dan persentase frekuensi persebaran lumut
yang berbeda.
Persentase rata-rata penutupan lumut dan
frekuensi persebaran lumut pada posisi 0-100 cm
dan 100-200 cm di atas tanah memiliki
persentase yang tinggi yaitu 7.56 % dan 9.6 %
sedangkan pada posisi 100-200 cm di atas tanah
memiliki persentase rata-rata penutupan jenis
dan frekuensi persebaran yang rendah yaitu 6.97
% dan 7.73 % (Gambar 3).

Indeks Similaritas antar blok menunjukkan
bahwa blok Meliaceae dan Myrtaceae memiliki
kesamaan jenis tertinggi yaitu 61.54%, terdapat
8 jenis lumut yang sama. Berbeda dengan blok
Meliaceae dan Lauraceae yang memiliki
kesamaan jenis terendah yaitu 43.48%, hanya
terdapat 5 jenis lumut yang sama (Tabel 5).
Tabel 5 Kesamaan jenis antar tiga blok
pengambilan sampel lumut

Blok
Meliaceae dan
Myrtaceae
Meliaceae dan
Lauraceae
Myrtaceae dan
Lauraceae

A

B

C

Is
(%)

9

17

8

61.54

9

14

5

43.48

17

14

7

45.16

Perbedaan posisi tempat tumbuh lumut
berdasarkan posisi 0-100 cm dan 100-200 cm di
atas tanah serta berdasarkan arah mata angin
menunjukkan persentase rata-rata penutupan

Gambar 3

Rata-rata penutupan jenis dan
persentase frekuensi persebaran
lumut pada tiga blok berdasarkan
perbedaan posisi tempat tumbuh (A
= 100-200 cm, B = 1-100 cm di
atas tanah)

Persentase rata-rata penutupan lumut dan
frekuensi persebaran lumut pada perbedaan arah
mata angin ditunjukkan pada Gambar 4.
Persentase rata-rata penutupan jenis yang
tertinggi pada sisi timur yaitu 4.48 %, sedangkan
persentase rata-rata penutupan terendah terdapat
pada sisi barat yaitu 3.05 %. Persentase frekuensi

6

persebaran lumut yang tertinggi terdapat pada
sisi selatan yaitu 5.13%, sedangkan persentase
frekuensi persebaran lumut yang terendah pada
utara yaitu 3.8 %.
Berdasarkan analisis ragam (anova), baik
pada perbedaan posisi antara 0-100 cm dan 100200 cm maupun perbedaan arah mata angin
menunjukkan tidak berbeda nyata (p > 0.05).

Gambar 4 Rata-rata penutupan jenis dan
persentase frekuensi persebaran
lumut pada tiga blok berdasarkan
perbedaan arah mata angin (Barat,
Selatan, Timur, dan Utara)

PEMBAHASAN
Keragaman Lumut Hati
Suku Lejeuneaceae merupakan suku
terbesar di daerah tropis yang memiliki sekitar
90 marga (Gradstein et al. 2001). Jenis dari suku
Lejeuneaceae paling banyak dijumpai di KRB,
ditemukan 7 marga dan dua subsuku yaitu
Lejeuneoideae dan Ptychanthoideae. Pada
subsuku Lejeuneoideae diperoleh 16 jenis lumut
hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun
ventral (underleave) yang terbagi atau bifid dan
terkadang memiliki sel ocelli, sedangkan pada
subsuku Ptychanthoideae diperoleh 12 jenis
lumut hati berdaun yang memiliki ciri yaitu daun
ventral (underleave) yang tidak terbagi dan tidak
memiliki sel ocelli. Semua marga yang
ditemukan pada penelitian merupakan marga
yang cocok tumbuh pada dataran rendah dan
dataran tinggi dimana KRB merupakan habitat

yang cocok untuk jenis lumut tersebut. Jenis
lumut hati dari marga Frullania, Lejeunea, dan
Acrolejeunea selalu ditemukan tumbuh pada
batang pohon (Putrika 2009). Hal ini terbukti
dengan keberadaan ketiga marga tersebut yang
tumbuh epifit pada pohon di KRB.
Lumut hati yang tumbuh epifit pada pohon
mempunyai struktur adaptasi yang bertujuan
untuk bertahan hidup pada lingkungan epifit.
Struktur tersebut adalah berkembangnya alat
untuk absorpsi dan penyimpanan air, yaitu lobul
(Lampiran 2, Gbr. 3) yang berguna sebagai
kantung air yang terdapat pada lumut hati suku
Frullaniaceae dan Lejeuneaceae (Gradstein &
Pocs 1989).
Berdasarkan hasil inventarisasi dari
pengambilan sampel di dalam dan di luar blok
KRB, serta spesimen lumut dari Herbarium
Bogoriense, total lumut hati berdaun di KRB
diperoleh sebanyak 92 jenis. Pada penelitian ini,
terdapat 33 jenis lumut yang dikoleksi di
antaranya tujuh jenis lumut hati yang sama
dengan koleksi dari BO sedangkan sebanyak 26
jenis lumut hati merupakan lumut yang baru
ditemukan di KRB.
Tujuh jenis lumut yang ditemukan pada
penelitian ini yaitu Drepanolejeunea vesiculosa,
Frullania ericoides ,Lejeunea sp., Lejeunea
sordida,
Lopholejeunea
horticola,
Lopholejeunea eulopha, dan Lopholejeunea
subfusca. Tujuh jenis lumut hati ini merupakan
jenis-jenis lumut yang dapat bertahan tumbuh di
KRB sedangkan jenis-jenis lumut lainnya
kemungkinan punah atau tidak terambil pada
saat pengambilan sampel. Selain itu, ada
beberapa nama ilmiah jenis lumut yang sudah
kadaluarsa sehingga ada perubahan nama ilmiah
jenis tersebut.
Salah satu jenis lumut hati yang ditemukan
di KRB merupakan jenis lumut hati data baru
untuk Jawa Barat yaitu Mastigolejeunea indica
Stephani (Haerida 2009). Lumut ini hanya di
temukan pada blok Myrtaceae.

Kelimpahan Lumut Hati
Kelimpahan jenis lumut yang diukur
berdasarkan luas penutupan pada substrat
menunjukkan bahwa blok Myrtaceae merupakan
blok yang memiliki persentase penutupan yang
paling tinggi (52.9%) sedangkan blok Meliaceae
memiliki persentase penutupan yang paling
rendah (34.8%). Hal ini terjadi karena perbedaan
kondisi blok seperti perbedaan jenis substrat
pohon (tekstur kulit pohon). Kulit pohon pada
blok Myrtaceae memiliki tekstur yang kasar dan
mengelupas sedangkan pada blok Meliaceae
memiliki tekstur kulit pohon yang kasar dan

7

keras (Sutisna dkk. 1998). Kondisi substrat pada
blok Myrtaceae memungkinkan rizoid lumut
lebih mudah melekat pada substrat dibandingkan
dengan substrat pada blok Meliaceae. Pada
penelitian ini, tidak ditemukan jenis lumut
tertentu yang tumbuh pada jenis substrat tertentu,
seperti pada Lejeunea anisophylla Mont.,
Lejeunea tuberculosa Stephani, Lopholejeunea
subfusca (Nees) Schiffner, dan Lopholejeunea
nigricans (Lindenb.) Stephani yang dapat
tumbuh pada jenis substrat di ketiga blok.
Namun di sisi lain, blok Myrtaceae mempunyai
persentase penutupan kanopi yang paling rendah
(7.57%) dibandingkan dengan blok lainnya.
Berdasarkan hipotesis, blok yang memiliki
penutupan kanopi pohon yang sedikit akan
menunjukkan kelimpahan lumut yang sedikit.
Sampai saat ini belum diketahui hubungan antara
penyebaran jenis lumut dan kanopi pohon karena
adanya kompleksitas struktur tubuh lumut
(Gonzales et al. 2004).
Berdasarkan analisis ragam (anova)
kekayaan jenis (p < 0.05) dan kelimpahan jenis
(p < 0.05) antar blok berbeda nyata. Hal ini
karena adanya perbedaan kondisi dari ketiga
blok seperti perbedaan substrat tempat pelekatan
lumut dan waktu pengambilan sampel yang
berbeda. Waktu pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan pada musim peralihan
dari musim penghujan ke musim kemarau
sehingga keragaman jenis yang diperoleh sedikit
dan kelimpahan jenis lumut juga rendah.
Walaupun demikian, sampai saat ini KRB masih
layak dijadikan tempat konservasi bagi lumut.
Selain disebabkan oleh perbedaan kondisi
blok, hasil yang diperoleh kemungkinan
dipengaruhi juga oleh kondisi KRB, pengaruh
iklim makro dan kondisi lingkungan mikro.
Selain sebagai tempat konservasi, KRB juga
dijadikan sebagai tempat wisata sehingga
banyaknya pengunjung yang datang serta tingkat
polusi yang tinggi di area KRB akan
mempengaruhi
pertumbuhan
lumut.
Pertumbuhan lumut dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya: iklim, curah hujan, tipe
vegetasi, dan tingkat polusi (Etherington 1975).
Lumut sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan mikro, sehingga lumut cenderung
akan merespon secara spesifik terhadap
perubahan tersebut (Frego & Carleton 1995).
Kondisi lingkungan mikro tersebut
seperti
substrat, cahaya, dan suhu (Mishler 2001).
Lumut akan tumbuh optimal pada suhu 15-25ºC,
tetapi toleran pada suhu 40-50ºC serta pada
kelembapan udara di atas 50% (Asakawa 2007).
Area KRB memiliki suhu rata-rata 25ºC dan
kelembaban udara rata-rata di atas 50% sehingga

KRB merupakan tempat yang sesuai bagi
tumbuhnya lumut.
Dilihat dari perbedaan posisi tempat
tumbuh, posisi 0-100 cm (pada pangkal pohon),
memiliki persentase penutupan dan frekuensi
persebaran lumut yang lebih besar daripada
posisi 100-200 cm dari atas tanah. Hal ini terjadi
karena pada pangkal pohon terdapat banyak
humus atau tanah yang menempel sehingga
rizoid lumut lebih mudah melekat pada kulit
pohon dan mungkin lumut terestrial ikut tumbuh
di bagian pangkal pohon tersebut, seperti pada
Heteroscyphus argutus dan Heteroscyphus
coalitus. Kedua jenis ini selain ditemukan epifit
pada pohon, ditemukan juga tumbuh pada
substrat tanah.
Perbedaan posisi arah mata angin
menunjukkan bahwa sisi timur memiliki
persentase penutupan lumut hati yang paling
tinggi. Jenis lumut hati yang berada di sisi timur
menggunakan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis
sehingga
dapat
membantu
pertumbuhan dan perkembangan lumut.

SIMPULAN
Studi mengenai lumut hati epifit di KRB
menunjukkan bahwa terdapat 92 jenis lumut hati
berdaun yang diperoleh dari hasil inventarisasi
pengambilan sampel di dalam dan di luar blok,
serta spesimen lumut dari BO. Pada penelitian
ini ditemukan 33 jenis lumut hati berdaun yang
termasuk ke dalam 11 marga dan 4 suku. Suku
Lejeuneaceae memiliki jumlah jenis lumut hati
yang paling banyak dan memiliki persentase
penutupan yang tinggi. Blok Myrtaceae
merupakan blok yang memiliki jumlah jenis dan
kelimpahan jenis lumut hati yang paling tinggi.
Pada semua blok, posisi 0-100 cm memiliki
kelimpahan jenis dan frekuensi persebaran yang
tertinggi pula. Kekayaan dan kelimpahan jenis
lumut pada tiga blok menunjukkan persebaran
yang berbeda nyata (p < 0.05). Hal ini
disebabkan adanya perbedaan kondisi blok,
kondisi KRB yang dipengaruhi oleh iklim
makro, dan kondisi lingkungan mikro.

SARAN
Perlu dilakukan pengambilan sampel lumut
pada dua musim yang berbeda yaitu musim
penghujan dan musim kemarau, sehingga dapat
diperoleh lumut yang beragam serta untuk
melengkapi data keragaman jenis lumut di KRB.

DAFTAR PUSTAKA

8

Asakawa, Y. 2007. Biologically active
compounds from bryophyte. Pure Apll.
Chem. 79 (4): 557 580.
Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory
Manual. 8th Ed. USA : The McGrawHill Companies.
Etherington JR. 1975. Environmental and Plant
Ecology. New York: University of Hull.
Frego KA,
Carleton TJ. 1995. Microsite
Condition and Spatial Pattern in a
Boreal
Bryophyte
Community.
Canadian Journal of Botany 73: 544551.
Gignac LD. 2001. Bryophytes as indicators of
climate change. Bryologist 104: 410
420.
Glime JM. 2001. The role of bryophytes in
temperate forest ecosystems. Hikobia
13: 267 289.
Glime JM. 2007. Bryophyte Ecology. Volume
ke-1, Physiological Ecology. Michigan:
Michigan Technological University and
the International Association of
Bryologists.
Gonzales JM et al. 2004. Forest floor bryophytes
of laurel forest in Gomera (Canary
Islands): life strategies and influence of
the tree species. Lindbergia 29: 5-16.
Gradstein SR, Pocs T. 1989. Tropical Rain
Forest
Ecosystems.
Amsterdam:
Elsevier Science Publisher.
Gradstein SR, Churchill SP, Salazar-Allen N.
2001. Guide to The Bryophytes of
Tropical America: Memoirs of The New
York Botanical Garden. Di dalam:
William RB, editor. New York: The
New York Botanical Garden Comp.
Gradstein SR, Churchill SP, Salazar AN. 2001.
Guide to the Bryophytes of Tropical
America. Memoirs of the New York
Botanical garden 86 : 1-577.
Gradstein SR, X-L He, Piippo S, Mizutani M.
2002. Bryophyte flora of the Huon
Peninsula, Papua New Guinea. LXVIII.
Lejeuneaceae
subfamily
Ptychanthoideae (Hepaticae). Acta
Botanica Fennica 174 :1-88.
Haerida I. 2009. Lejeuneaceae subfamily
Ptychanthoideae (Hepaticae) in West
Java [tesis]. Bogor: The Graduate
School, Bogor Agricultural University.
Hattori S, Piippo S. 1986. Bryophyte flora of the
Huon Peninsula, Papua New Guinea.
XV.
Frullania
(Frullaniaceae,
Hepaticae). Acta Botanica Fennica 133:
25-58.
Kirmaci M, Agcagil E. 2009. The Bryophyte
Flora in the Urban Area of Aydin

(Turkey). International Journal of
Botany 5 (3): 216-225.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
2001. An Alphabetical List of Plants
Species Cultivated in The Bogor
Botanical Garden. Bogor: Botanic
Gardens of Indonesia, Indonesian
Institute of Science.
Mishler BD. 2001. The Biology of Bryophytes.
American Journal of Botany, 88 (11) :
2129 2131.
Mizutani M. 1970. Lejeuneaceae, subfamilies
Lejeuneoideae and Cololejeuneoideae
from Sabah (North Borneo). Journal of
the Hattori Bot. Lab. 33: 225-265.
Piippo S. 1985. Bryophyte flora of the Huon
Peninsula, Papua New Guinea. XII.
Geocalycaceae
(Hepaticae).
Acta
Botanica Fennica 131: 129-167.
Putrika A. 2009. Keanekaragaman marga lumut
sejati dan lumut hati di wilayah hutan
kota dan FMIPA Universitas Indonesia
Depok [skripsi]. Depok: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.
Shaw AJ, Goffinet B. 2000. Bryophyte Biology.
United
Kingdom:
Cambridge
University Press.
So ML. 1995. Mosses and Liverworts of Hong
Kong (Vol.1). Hong Kong: Heavenly
People Depot.
Sutisna U, Kalima T, Purnadjaja. 1998. Pedoman
Pengenalan Pohon Hutan Di Indonesia.
Bogor: Yayasan Prosea Bogor, Pusat
Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan.
Zhu RL, So ML. 1996. Mosses and Liverworts
of Hong Kong (Vol.2 ). Hong Kong:
Heavenly People Depot.
Zhu RL, So ML. 2001. Epiphyllous Liverworts
of China. Nova Hedwigia 121 : 1-418
(descry. & illustr. to many species,
especially of Lejeuneaceae).
Zhu RL, Gradstein SR. 2005. Monograph of
Lopholejeunea in Asia. Systematic
Botany Monographs 74: 1-98.

9

Ujung daun runcing dengan
sudut kurang dari 45º
Antheredium Alat kelamin jantan pada
tumbuhan lumut
Archegonium Alat kelamin betina pada
tumbuhan lumut
Bifid
Terbagi dalam dua bagian
Bracteola
Daun pelindung
Convolute
Menggulung secara bersamaan
Costa
Menyerupai tulang daun pada
lumut sejati
Cordate
Berbentuk hati. Pada trigon:
dengan 2 sisi convex dan satu
sisi concave
Curve
Melipat
Daun lateral Daun pada lumut hati yang
terletak pada bagian samping
batang
Distal
bagian yang jauh dengan
pangkal pelekatan
Dorsal
Permukaan atas, yang jauh dari
substrat
Fragil
Mudah patah
Heterogenous Potongan melintang midrib yang
mempunyai lebih dari satu tipe
sel
Hexagonal
Bentuk sel yang mempunyai
enam sisi
Hyaline
Transparan atau tidak berwarna
Hyaline papilla Organel kecil, berdinding tipis,
sel sekretori yang berasosiasi
dengan sel inisial daun pada
lumut hati. Posisi papilla berada
proximal atau distal pada apex
lobul
Incubous
Susunan daun pada lumut hati
dimana daun lateral menutupi
daun lateral di atasnya
Incurve
Melipat ke dalam atau ke luar
Inovasi
Adanya struktur percabangan
secara langsung di bawah
perianth
Involute
Menggulung ke dalam
Isodiametric Bentuk teratur dengan diameter
yang sama
Keel
Lipatan
Linear
Sangat panjang dan menyempit
dengan kedua sisi sejajar.
Lobul
Bagian daun yang kecil pada
lumut hati
Lobus
Bagian daun yang besar pada
lumut hati
Mammillose memiliki mammillae
Acuminate

GLOSARIUM
Acute

Ujung daun runcing dengan
sudut kurang dari 90o tetapi lebih
dari 45º

Margin
Tepi
Midrib
Struktur seperti ibu tulang daun
Multistratose Mempunyai banyak lapisan sel

10

Ocelli
Oil body

Orbicular
Ovatus
Plane
Perianth
Proximal
Quadrate
Rectangular
Recurved
Reniform
Rhomboidal
Rigid
Rizoid

Rounded
Seta

Sel daun yang memiliki oil body
yang besar dan tidak berkloroplas
Organel/badan minyak yang
berikatan dengan membran pada
lumut hati yang mengandung
terpen
bentuk seperti lingkaran
Bentuk seperti telur; bagian
terlebar berada di dekat pangkal
Rata
Daun-daun yang melindungi
archegonium
Bagian yang dekat dengan
pangkal pelekatan
Sel berbentuk persegi
Sel berbentuk persegi panjang
Melipat pada bagian bawah dan
dalam
Berbentuk seperti ginjal
Sel berbentuk belah ketupat
Kaku
Struktur seperti akar yang
berfungsi untuk melekat pada
substrat
Membulat
Tangkai sporofit

Sel hyalin
Spiral
Squarrose
Succubous

Stem
Thallose

Thallus

Triangular
Trigon
Tristicous
Truncate
Underleaves

Ventral

LAMPIRAN

Sel yang tidak berwarna atau
transparan
Susunan daun yang mengelilingi
batang pada lumut sejati
Menjalar atau mengembang pada
sisi kanan
Susunan daun pada lumut hati;
daun lateral menutupi daun lateral
di bawahnya
Menyerupai batang
Struktur pada lumut hati yang
seperti talus, pipih, dan berbentuk
pita
Tubuh pada tumbuhan tingkat
rendah yang tidak terdiferensiasi
menjadi akar, batang, dan daun
Berbentuk segi tiga
Penebalan pada ujung dinding sel
pada daun lumut hati
Daun bersusun tiga
Bagian yang terpotong pada apex
Daun ketiga yang ditemukan pada
permukaan ventral batang pada
lumut hati
Permukaan
bawah
yang
menghadap substrat

12

Lampiran 1 Denah Kebun Raya Bogo r

13

Lampiran 2 Kunci identifikasi lumut hati berdaun
Kunci menuju suku :

14

1

1
2
2

3

3

Tumbuhan lumut ini dapat tumbuh
epifit atau terrestrial. Tidak memiliki
lobul
.. 2
Tumbuhan lumut ini hanya tumbuh
epifit. Memiliki lobul
3
Daun
lateral
succubous,
ada
underleave.
..Lophocoleaceae
Daun lateral tranverse, tidak ada
underleave
...
...Cephaloziellaceae (Cephaloziella sp.)
Daun lateral incubous. Memiliki lobul
yang menempel pada stem dan
berbentuk keel
.
Lejeuneaceae
Daun lateral incubous. Memiliki lobul
yang tidak menempel pada stem (free
margin) dan berbentuk seperti kantung
atau telinga
...
....Frullaniaceae
Kunci menuju jenis dari suku
Lophocoleaceae:

1

1

Gametofit berwarna hijau tua. Apex
daun
dengan
4-10
gigi
kecil
..
..Heteroscyphus argutus
Gametofit berwarna hijau pucat sampai
hijau tua. Apex daun dengan 0-4
gigi
.Heteroscyphus coalitus

Kunci menuju jenis dari suku
Frullaniaceae:
1

1

Memiliki lobul berbentuk kantung,
panjangnya sama dengan lebarnya.
Daun squarrose..
.....
..Frullania ericoides
Memiliki lobul yang berjarak dengan
stem. Daun apiculate
...............
.Frullania apiculata

Kunci menuju jenis dari suku Lejeuneaeceae:
1
1
2
2
3

Ada underleave
2
Tidak ada underleave .Cololejeunea*
Underleave terbagi dua lobe
.......14
Underleave tidak terbagi
..3
Gametofit berwarna hijau hingga
kehitaman, flat saat kering. Perianth
memiliki 3 keels. Memiliki lobul hanya
satu gigi (lobul dengan 3-4 gigi pada
Mastigolejeunea indica
..
Mastigolejeunea (4)

3

Gametofit berwarna hijau hingga
kecoklatan, tidak pernah kehitaman,
tidak flat saat kering. Perianth memiliki

4-10 keels yang membulat. Memiliki
lobul
dengan
lebih
dari
satu
gigi..
...
.. 5
4 Memiliki lobul dengan gigi satu sel
yang panjang dan tumpul. Tidak
curved
Mastigolejeunea auriculata
4 Memiliki lobul yang besar, ½ dari
panjang daun dengan beberapa gigi
triangular
... Mastigolejeunea indica
5 Memiliki stem yang fragile, dinding sel
epidermis tipis. Badan minyak (oil
body) homogenous, 20-30 per sel.
Perianth dengan 8-10 keels
.
..Acrolejeunea (6)
5 Memiliki stem yang rigid, dinding sel
epidermis tebal. Badan minyak (oil
body) bersegmen, kurang dari 10 per
sel.
Perianth
dengan
4-6
keels
Schiffneriolejeunea (7)
6 Gametofit sering berwarna kemerahan
hingga kecoklatan. Trigon cordate
orbicular. Memiliki
lobul
yang
panjangnya 2.5 x lebarnya
..
................................Acrolejeunea arcuta
6 Gametofit
mengalami
pigmentasi
berwarna kehitaman. Trigon tidak
cordate
...
8
7 Ventral margin dan apex daun ±
involute sehingga membentuk kantung.
Dua gigi pada lobul terlihat in
situ
...
........Schiffneriolejeunea tumida var
tumida
7 Ventral margin dan apex daun ± plane.
Dua
gigi
pada
lobul
tidak
terlihat
Schiffneriolejeunea tumida var
haskarliana
8 Gametofit berwarna hijau. Sel epidermis
pada stem tidak lebih besar daripada sel
inner. Perianth memiliki keels yang
halus, ada inovasi.......................... ..
..Archilejeunea planiuscula
8 Gametofit berwarna hijau kehitaman,
terkadang
berwarna
coklat.
Sel
epidermis pada stem lebih besar
daripada sel inner. Perianth memiliki
keels yang bergigi, tidak ada
inovasi........................Lopholejeunea (9)
9 Memiliki lobul yang terhubung oleh
satu sel saja
.....................10
9 Memiliki lobul yang terhubung dengan
beberapa sel
....
...11
10 Underleave orbicular. Bracteola betina
berbentuk
rata
..
.Lopholejeunea nigricans

15

10 Underleave reniform, 1.5-2 x lebih lebar
daripada panjangnya. Barcteola betina
bergigi
... .Lopholejeunea eulopha
11 Memiliki lobul yang besar, berukuran ½
nya dari lobus
....
... ...12
11 Memiliki lobul kecil, kurang dari ½ nya
panjang lobus
..
..Lopholejeunea subfusca
12 Gametofit berukuran kecil, lebarnya
kurang dari 1 mm. Bracteole betina
tidak berbagi
....
.Lopholejeunea horticola
12 Gametofit berukuran besar panjangnya
sampai 3 cm. Bracteole betina berbagi
atau bifid
............ 13
13 Underleave berukuran besar,
dari
lebar daun. Apex daun dan atau
underleave recurved
..Lopholejeunea evansiana
13 Underleave berukuran kecil,
dari
lebar daun. Apex daun dan atau
underleave plane
.... 14
14 Apex daun rounded
.....
Lopholejeunea latilobula
14 Apex daun acute-acuminate sampai
rounded
...
..15
15 Lobus
daun
biasanya
dengan
ocelli...
...
......16
15 Lobus daun dengan atau tanpa
ocelli
...
...
......17
16 Sel pada lobus daun berbentuk
mammillose. Ocelli terdapat pada
bagian pangkal daun dengan 2-3 sel
ocelli
....... Harpalejeunea filicuspis
16 Sel pada lobus daun dengan papilla,
tidak berbentuk mammillose. Dengan
atau tanpa ocelli, dengan posisi
menyebar
. Drepanolejeunea (ca. 2 spp.)
17 Oil bodies berukuran sangat besar, 1-3
per sel, bersegmentasi. Sel lobus daun
dengan
trigon.
Hyalin
papilla
distal
.. ..
Cheilolejeunea (18)
17 Oil bodies berukuran sangat kecil, lebih
dari 3 per sel, bersegmentasi atau
homogen. Sel lobus daun tanpa atau

dengan trigon berukuran kecil. Hyalin
papilla proximal......................................
.Lejeunea (ca. 11 spp.)
18 Underleave berukuran kecil, berbagi
atau bifid sampai 1/5 dari panjang
underleave
...
..Cheilolejeunea osumiensis
18 Underleave berukuran besar dan berbagi
atau bifid sampai
atau lebih dari
panjang underleave
.
Cheilolejeunea trifaria
*Tidak ditemukan tumbuh epifit, hanya
ditemukan tumbuh terrestrial.