Strategi Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Bupati Bantul Periode 2015-2020

(1)

Strategi Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Partisipasi

Pemilih dalam Pemilihan Bupati Bantul Periode 2015-2020

SKRIPSI

Disusun Oleh

Guswan Nurholik

20120530148

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

Strategi Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Partisipasi

Pemilih dalam Pemilihan Bupati Bantul Periode 2015-2020

SKRIPSI

Disusum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

Guswan Nurholik

20120530148

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Guswan Nurholik NIM : 20120530148 Konsentrasi : Publik Relations

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :

Strategi Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Bupati Bantul Periode 2015-2020

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat/menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar sarjananya.

Peneliti


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk . . . Untuk ibuku.

Untuk ibuku. Untuk ibuku. Untuk ayahku. Untuk adikku. Untuk Alm kakeku.

Teman-teman serta sahabat terdekat.

Segenap civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY, dan Almamater Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(5)

HALAMAN MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;

Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”.

(Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Gantung kan cita-cita mu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”.

(Ir. Soekarno)

“Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu”.

(Albert Enstein)

“Katakan pada dunia betapa hebatnya anda, tapi jangan hiraukan apa yang orang lain

tidak lakukan. Yang penting adalah apa yang anda lakukan”.

(Napoleon Bonaparte)

“Tidak ada kesia-siaan yang menguras tubuh kecuali kekhawatiran dan orang yang mempunyai keyakinan pada Tuhan seharusnya merasa malu kalau masih

mengkhawatirkan sesuatu”.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D.Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E.Kajian Teori ... Error! Bookmark not defined. 1.Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 2.Tahap-Tahap Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 3.Perencanaan Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 4.Aspek-Aspek Perencanaan Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 5.Saluran Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 6.Evaluasi Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 7.Faktor Pendukung Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 8.Faktor Penghambat Kampanye ... Error! Bookmark not defined. F.Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.Jenis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2.Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

5.Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 6.Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 7.Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. G.Riset Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. H. Sistematika Penulisan... Error! Bookmark not defined. BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL ... Error! Bookmark not defined. A.Profil KPUD Bantul ... Error! Bookmark not defined. B.Visi dan Misi KPUD Bantul ... Error! Bookmark not defined. D.Struktur Organisasi... Error! Bookmark not defined. E.Sasaran Strategis KPUD Bantul ... Error! Bookmark not defined. F.Fungsi KPUD Bantul ... Error! Bookmark not defined. G.Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPU/KIP Kabupaten/Kota ... Error! Bookmark not defined.

H.Gambaran Umum Proses Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined. BAB III SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined. A.DESKRIPSI DATA ... Error! Bookmark not defined. 1.Perencanaan Kampanye KPUD Bantul ... Error! Bookmark not defined. 2.Pelaksanaan Kampanye KPUD Bantul ... Error! Bookmark not defined. 3.Evaluasi kegiatan kampanye ... Error! Bookmark not defined. B.Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

1.Strategi Perencanaan Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan

Pasrtisipasi Pemilih ... Error! Bookmark not defined. 2.Strategi Pelaksanaan Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Pasrtisipasi Pemilih ... Error! Bookmark not defined. 3.Evaluasi Kegiatan Kampanye ... Error! Bookmark not defined. 4.Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan KPUD Bantul dalam

Meningkatkan Partisipasi Pemilihan Bupati Bantul 2015 .... Error! Bookmark not defined.

BAB IV PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. A.KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. B.SARAN ... Error! Bookmark not defined. Daftar Pustaka ... Error! Bookmark not defined.


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Leaflet Tahap Pemilihan ... 75

Gambar 3.2 Leaflet Pemutakhiran Data pemilih ... 75

Gambar 3.3 Masyarakat Membaca Leaflet KPU ... 76

Gambar 3.4 Stiker Informasi dan Ajakan ... 77

Gambar 3.5 Denah Pemungutan Suara ... 78

Gambar 3.6 Baliho Pengenalan Calon di 34 Titik ... 79

Gambar 3.7 Baliho Tahapan Pemilihan ... 79

Gambar 3.8 Spanduk Tema Pemutakhiran Data Pemilih di 75 Titik ... 80

Gambar 3.9 Spanduk Tema Pengenalan Pasangan Calon di 17 Titik ... 80

Gambar 3.10 Kampanye melalui Facebook ... 84

Gambar 3.11 Kampanye melalui Website ... 85

Gambar 3.12 Kampanye melalui What’s Up ... 86

Gambar 3.13 SMS Broadcast untuk Umum ... 87

Gambar 3.14 SMS Broadcast untuk Penyelenggara (KPPS) ... 88

Gambar 3.15 Kampanye melalui Videotron di Klodran ... 89

Gambar 3.16 Kampanye melalui Videotron di Giwangan ... 89

Gambar 3.17 Debat Publik Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati ... 92

Gambar 3.18 Kampanye Pencalonan Untuk Partai Politik ... 94

Gambar 3.19 Kampanye Tatap Muka oleh PPS Sumberagung Kecamatan Jetis ... 94

Gambar 3.20 Kampanye Pemutakhiran Data Pemilih untuk Lansia ... 94

Gambar 3.21 ToT Pendidikan Pemilih Pemula untuk Guru PKN ... 98

Gambar 3.22-3.24 Kampanye Pemutakhiran Data Pemilih untuk Kelompok Penyandang Disabilitas ... 100

Gambar 3.25-3.26 Kampanye melalui Bantul Expo ... 102

Gambar 3.27 Penyerahan Doorprize Bantul Expo kepada Pemenang ... 103

Gambar 3.28 Kampanye melalui Pagelaran Kesenian Tradisional ... 105

Gambar 3.29 Kampanye melalui Pagelaran Kesenian Tradisional di Kecamatan Bantu ... ... 105

Gambar 3.30 Kampanye melalui Pagelaran Kesenian Tradisional di Kecamatan Banguntapan ... 105


(9)

Gambar 3.31 Kampanye melalui Kunjungan ke Pasar Tradisional oleh PPK Piyungan

... 107

Gambar 3.32 Kampanye melalui Kunjungan ke Rumah Sakit Banguntapan ... 107

Gambar 3.33 Kampanye melalui Kirab Grebeg Selarong oleh PPK Pajangan ... 108

Gambar 3.34 Kampanye melalui Senam Caria ... 109

Gambar 3.35 Kampanye melalui Taman Gabusan ... 110

Gambar 3.36 Kampanye melalui LP Bantul ... 111


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tahap-Tahap Proses Perencanaan Kampanye ... 18

Tabel 1.2 Analisis Model Interaktif ... 38

Tabel 3.1 Alat Peraga Kampanye KPUD Bantul ... 72

Tabel 3.2 bahan kampanye ... 74

Tabel 3.3 Tabel Jadwal Penayangan Iklan Kampanye di Media Cetak ... 82

Tabel 3.4 Jadwal penayangan Iklan Kampanye di Media Televisi ... 82

Tabel 3.5 Jadwal Penayangan Iklan Kampanye di Media Radio ... 83

Tabel 3.6 Jadwal Siaran Langsung dan Ulang Debat Publik Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul Tahun 2015 ... 91


(11)

(12)

(13)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Guswan Nurholik 20120530148

Strategi Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Bupati Bantul Periode 2015-2020

Tahun Skripsi : 2016 + 122 halaman

Daftar Pustaka : 17 Buku + 1 Surat Kabar + 2 Sumber Internet + 1 Skripsi + 1 Jurnal

Kampanye merupakan sebuah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelanggaran kampanye umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Berdasarkan PKPU No. 7 tahun 2015, telah secara jelas mengatur tentang kewajiban KPU untuk memberikan fasilitas kampanye berupa pembuatan dan pemasangan bahan kampanye dan alat peraga kampanye (APK), dengan jumlah tertentu. Dalam implementasinya, jumlah APK yang terbatas sebagaimana diatur dalam PKPU, menjadikan situasi pemilihan menjadi berbeda dengan pilkada sebelumnya. Sedikitnya jumlah APK menjadikan gaung pemilihan menjadi kecil. Peraturan tentang pemeliharaan APK yang hanya dibebankan kepada KPU Kabupaten, juga menjadikan problem tersendiri terkait daya tahan APK itu sendiri. Problem ini berkaitan erat dengan ketersediaan anggaran dalam melakukan fasilitasi.

Penelitian dengan judul Strategi Kampanye KPUD Bantul dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Bupati Bantul Periode 2015-2020 tersebut merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini mengulas bagaimana KPUD Bantul menjalankan perencanaan kampanye, implementasi program kampanye, hingga evaluasi dari program kampanye yang diselenggarakan guna meningkatkan partisipasi pemilih.


(14)

ABSTRACT

University of Muhammadiyah Yogyakarta Faculty of Social and Political Science Communication of Public Relations Guswan Nurholik

20120530148

Election Commission Bantul Campaign Strategies to Improve Voter Participation in the Election Period 2015-2020

Year of Thesis : 2016 + 122 page

Reference : 17 Book + 1 News Papers + 2 Web + 1 Thesis + 1 Journal

The campaign is a communication activities Carried institutionalized. Generally campaign organizers is not an individual but an institution or organization. The institution may come from within the government, private sector or non-government organizations (NGOs). Irrespective of who the organizers, the campaign has always had a predetermined goal. Reviews These goals are very diverse and vary from one organization to another.

Based PKPU No. 7 in 2015, Cleary has set on the Commission the obligation to provide facilities such as the manufacture and installation campaign campaign materials and campaign props (GER), with A Certain amount. In the implementation, the number of APK limited as set out in PKPU, makes the selection Becomes situation different from the previous election. The least amount of APK of make the election into a small echo. Regulations on maintenance APK is only charged to the Regency, Also makes its own problems related to durability APK itself. This problem is closely related to the availability of the budget in facilitation.

The study titled Election Commission Bantul Campaign Strategies to Improve Voter Participation in the Election Period 2015-2020 regent is a qualitative research, with a descriptive analysis method. The results of this study to review how the Election Commission Bantul running campaign planning, campaign implementation, and evaluation of programs organized campaign to Increase voter participation.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Yogyakarta adalah kota yang masyarakatnya sangat beragam, dengan kategori kota yang diperhatikan oleh pemerintah dari segi pariwisata, demokrasi, dan pendidikan, membuat kota Yogyakarta sebagai kota atau daerah yang istimewa di Indonesia. Oleh sebab itu, Yogyakarta mempunyai tradisi tersendiri dalam berkampanye apabila akan menghadapi pemilihan bupati dan wakil bupati oleh pendukungnya, supaya kader-kader yang meraka dukung atau pilih dapat memenangkan persaingan tersebut.

Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelanggaran kampanye umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Terlepas siapa penyelenggaranya, kampanye slalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya (Venus,2012:9)

Dalam merumuskan kegiatan kampanye membutuhkan sentuhan manajemen yakni kemampuan merancang, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi suatu program kegiatan secara rasional, realistis, efisien dan efektif


(16)

(Venus,2012:26). Seiring dengan bertumbuhnya kehidupan demokrasi di Indonesia kearah yang lebih baik dan benar, tentunya harus disertai dengan perubahan-perubahan peraturan dan pelaksanaan sistem pemerintahan yang akan disesuaikan dengan kehidupan demokrasi. Diantaranya perbaikan peraturan yang ada, yaitu strategi dalam perencanaan Pilkada (pemilihan kepala daerah) agar lebih baik.

Kampanye PR (public relations campaign) dalam berkomunikasi bertujuan untuk menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman, kesadaran, minat, dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi lembaga atau organisasi yang diwakilinya.

Pada tahun 2015 berdasar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, Bantul termasuk daerah yang melaksanakan pilkada serentak pada gelombang pertama bersama 269 daerah lainnya di Indonesia, mengingat bahwa Akhir Masa Jabatan Bupati Bantul Berakhir pada 27 Juli Tahun 2015 (http://www.kpud-bantulkab.go.id/hal/renstra-kpu diakses tanggal 25 November 2016)


(17)

Sebagai lembaga pemerintah yang mandiri, KPU memiliki tugas dan fungsi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang penyelenggara pemilu. Peraturan ini merupakan Peraturan Pengganti dari Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2007 yang sejatinya mengalami penyempurnaan dalam konsep birokratis, terutama pada konsep kemandirian penyelenggara pemilu.

Penejelasan UU (Undang-Undang) Pemilu No. 22 Tahun 2007 berbunyi tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pada pasal 8 ayat (1) huruf q: melaksanakan sosialisasi mengenai penyelenggaraan pemilu dan atau yang berkenaan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat. Khusus untuk KPUD kabupaten/kota, perannya dalam sosialisasi ditegaskan dalam pasal 10 huruf o: melaksanakan sosialisasi mengenai penyelenggaraan pemilu dan atau yang berkenaan dengan tugas dan wewenang KPUD kapubaten/kota kepada masyarakat.

Penyempurnaan aturan tersebut hendak mempertegas bahwa Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga negara yang sangat penting secara konstitusional (constitutional importance) dan memiliki kelembagaan yang bersifat nasional, tetap dan mandiri dalam menyelenggarakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Peran strategis tersebut tercermin dalam uraian tugas, fungsi dan kewajiban yang diemban oleh Komisi Pemilihan Umum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 bahwa


(18)

Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan pemilu terdiri dari Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis

Kerangka regulasi merupakan kerangka kebutuhan akan terbitnya regulasi dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi selama lima tahun kedepan. sebagai penyelenggara pemilu KPU Kabupaten Bantul mempunyai tugas, kewajiban dan kewenangan untuk melaksanakan kebijakan teknis yang merupakan peraturan pelaksanaan dari undang-undang mengatur pemilu, dalam bentuk peraturan KPU.

Dalam proses pilkada pada tahun 2015 mengalami perubahan peraturan dari pusat yang dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota di Yogyakarta dengan harapan semakin baik untuk kedepannya dalam mejalankan pemilihan kepala daerah (pilkada). Dalam pelaksanaan kampanye, terdapat problem implementasi kebijakan yang ditemui. Pengaturan baru mengenai fasilitas kampanye yang berbeda dengan pengaturan pada regulasi pilkada sebelumnya, menjadi persoalan tersendiri.

Salah satu bentuk strategi kampanye yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsi dan perannya, terutama lembaga KPU


(19)

(Komisi Pemilihan Umum) yang merupakan sebuah lembaga pemerintahan yang bertugas mengkampanyekan politik yang ditegaskan dalam PKPU No. 7 tahun 2015, telah secara jelas mengatur tentang kewajiban KPU untuk memberikan fasilitas kampanye berupa pembuatan dan pemasangan bahan kampanye dan alat peraga kampanye (APK), dengan jumlah tertentu. Dalam implementasinya, jumlah APK yang terbatas sebagaimana diatur dalam PKPU, menjadikan situasi pemilihan menjadi berbeda dengan pilkada sebelumnya. Sedikitnya jumlah APK menjadikan gaung pemilihan menjadi kecil, yang dikhawatirkan berpengaruh terhadap angka partisipasi pemilih. Peraturan tentang pemeliharaan APK yang hanya dibebankan kepada KPU Kabupaten, juga menjadikan problem tersendiri terkait daya tahan APK itu sendiri. Problem ini berkaitan erat dengan ketersediaan anggaran dalam melakukan fasilitasi.

Namun, yang bertolak belakang dari peraturan KPU pusat menyebabkan tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul mengalami penurunan, dan banyak masyarakat yang tidak mengenal calon bupati. Seperti dikutip dalam halaman Koran Harian Jogja edisi 22 Desember 2015, pada pilkada bupati Bantul pada 9 Desember 2015 menunjukkan angka partisipasi yang menurun, yaitu dengan total pemilih 75,27% dari total daftar pemilih tetap (DPT), sementara dalam pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) 2014 di Bantul angka partisipasi diatas 80%. Seperti diungkapkan oleh Sumasriyana, selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Bantul terkait dengan partisipasi


(20)

pemilih dalam pemilihan ini menjadi pekerjaan rumah bersama antar pihak terkait, baik itu komisi pemilhan umum (KPU), partai politik (parpol) dan pemerintah daerah bagaimana meningkatkan partisipasi pemilih untuk tahun selanjutnya.

Kemudian dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Bantul tahun 2015. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bantul juga menargetkan presentase partisipasi pemilih sebesar 77,5%. Angka ini sesuai dengan angka yang ditetapkan secara nasional oleh KPU RI.

Dari target partisipasi pemilih sebesar 77,5%, dengan segenap upaya yang sudah dilakukan, partisipasi pemilih pada pemilihan bupati dan wakil bupati Bantul tahun 2015 mencapai angka 75,27%. Angka ini berada di bawah target yang telah ditetapkan sebelumnya (http://www.kpud-bantulkab.go.id/ diakses tanggal 25 November 2016)

Kampanye pilkada sangatlah diperlukan dalam memberikan pengertian dan pemahaman tentang pilkada terhadap masyarakat sekitar. Maka dari itu KPUD Bantul mempunyai tantangan besar dalam menyelenggarakan pilkada pada tahun selanjutnya. Dari latar belakang masyarakat Bantul yang mempunyai perbedaan baik dari segi pendidikan, ekonomi, sosial dan pekerjaan, tentunya akan mempengaruhi pola fikir dan tingkat pemahaman yang berbeda pada masyarakat Bantul. Oleh karena itu KPUD Bantul harus senantiasa melakukan ketepatan strategi dalam berkampanye tentang pilkada.


(21)

Lembaga KPUD Bantul dalam menjalankan aktivitasnya juga harus bisa menyesuaikan dengan kondisi publik sasaranya dengan tetap menyampaikan informasi yang bisa menjawab kebutuhan khalayak luas. Penyampaian pesan dan informasi yang menarik, bagus, simpel, dan dapat dimengerti atau dipahami dengan tidak menggurui juga tidak mengalihkan tanggung jawab akan sangat membantu dalam kelancarannya proses sosialisasi.

Menyusun strategi untuk suatu rencana atau kampanye adalah bagian dari proses perencanaan. Jika strategi yang diterapkan tepat, maka segalanya akan berjalan dengan lancar. Strategi seperti perencanaan berlaku untuk semua program maupun kegiatan-kegiatan yang dijalankan. Strategi menjadi penting karena memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan, yang membantu untuk mendapatkan hasil serta melihat jauh ke depan.

Strategi adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi juga adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama, dan pemikiran dibalik program taktis. Strategi ditentukan oleh masalah yang muncul dari analisis terhadap informasi yang tersedia. Strategi merupakan fondasi program taktis. Straretgi adalah prinsip yang menggerakkan dari titik awal kearah akhir yang diinginkan (Gregory,2004:99).

Dengan pemilihan strategi kampanye yang tepat dalam proses sosialisasi diharapkan akan mampu mendorong masyarakat dalam melaksanakan pilkada agar dapat berjalan dengan baik. Alasan penelitian dilakukan di KPUD Bantul


(22)

ialah karena menurunnya tingkat partisipan dalam pilkada tahun 2015 serta mempunyai target audience yang sangat majemuk dalam latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial dan pekerjaan serta jangkauan wilayah yang cukup luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana strategi kampanye KPUD

Bantul dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilihan Bupati Bantul periode 2015-2020?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi kampanye KPUD Bantul dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilihan bupati Bantul periode 2015-2020.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi bagi kajian-kajian ilmiah komunikasi kampanye, khususnya dalam bidang penelitian terkait dengan strategi kampanye di ruang lingkup pemerintahan


(23)

2. Manfaat praktis a) KPUD :

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam merumuskan strategi kampanye untuk meningkatkan jumlah peserta pilkada yang lebih efektif dan efisien. Serta menjadi sarana evaluasi untuk meningkatkan kualitas KPUD Bantul ditahun-tahun berikutnya.

b) Masyarakat :

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan pengetahuan untuk masyarakat dalam meningkatkan pertisipasi pilkada ditahun-tahun berikutnya .

E. Kajian Teori

1. Kampanye

Pada dasarnya kampanye merupakan sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pencapaian. Sosialisasi dan kampanye merupakan suatu komunikasi massa yang dilakukan untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, atau mengharapkan adanya


(24)

suatu tindakan yang menguntungkan bagi para kandidat, sehingga perlu dikembangkan suatu pesan yang efisien (Wibowo, 2010:5).

Rogers dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yaitu :

1. Tindakan kampanye yang ditunjukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar

3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi (Rogers dan Storey dalam Venus, 2012:7).

Kampanye dapat di katakan berhasil menurut Wilbur Schramm di dalam bukunya, The Procces dan Effects of Mass Communications, yaitu sebagai berikut :

a. Pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian

b. Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami atau dimengerti oleh komunikan.

c. Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikannya.

d. Pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan situasi dan keadaan kondisi dari komunikan.


(25)

Pesan tersebut berupa ide, pikiran, informasi, gagasan dan perasaan. Pikiran dan perasaan tersebut tidak mungkin dapat diketahui oleh komunikan

jika tidak menggunakan “suatu lambang yang sama – sama dimengerti”

(Wilbur Schramm dalam Ruslan, 2005:38).

Materi dan isi yang diperlukan dalam progam kampanye tersebut biasanya menyangkut seperti tema, topik, dan isu yang akan di angkat untuk mendapatkan tanggapan, tujuan dari kampanye itu sendiri, dalam sebuah kampanye harus ada progam atau perencanaan, sasaran dari kampanye itu sendiri harus tercapai, (Ruslan, 2005:45). Beberapa studi kampanye, (Newson dalam Ruslan (2005:474-476) menyimpulkan terdapat lima elemen dalam sebuah kampanye, yaitu :

a) Educational

Kampanye yang mendidik adalah kampanye yang selalu memberitahukan mereka terhadap sesuatu yang belum diketahui, dengan memberikan perspektif yang berbeda untuk melihat suatu hal yang mereka telah ketahui sebelumnya

b) Engineering

Adanya peralatan untuk menunjang publik untuk mengerjakan apa yang diingikan oleh organisasi


(26)

c) Enforcement

Adanya suatu hal sebagai pemacu misalnya hukum serta aturan-aturan lain sebagai manfaat dari kampanye itu sendiri

d) Entitlement-reinforcement

Dalam hal ini berarti menyakinkan orang terhadap nilai-nilai dari kampanye itu sendiri, serta kesadaran terhadap pesan dari kampanye dilakukan dengan memperluas pernyataan pesan agar pesan tersebut dapat menjangkau mereka. Dan bagi mereka yang menyetujui perlunya reinforcement, agar tetap melakukan hal yang telah mereka lakukan sebelumnya

e) Evaluations

Melihat apakah adanya perubahan dalam fokusnya pada saat kampanye sedang berlangsung, dan mengetahui hasil yang dicapainya, pada saat kampanye telah berlangsung.

Kampanye dilakukan oleh suatu organinasi atau instansi-instasi tertentu yang mengacu pada usaha-usaha persuasif untuk mempengaruhi pemikiran, sikap, dan tingkah laku seseorang agar melakukan hal yang sama dengan kehendak yang bersangkutan. Menurut Venus, dalam buku Ruslan (2005:71), bahwa berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye adalah melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensnya cukup efektif, ada beberapa teknik dalam kampanye, yaitu :


(27)

a. Partisipasi (participating)

Partisipasi, adalah teknik bagaimana mangikutsertakan komunikan atau audiensi dalam sebuah kegiatan kampanye, untuk memancing minat yang sama dan bertujuan untuk saling menumbuhkan rasa pengertian, menghargai, kerjasama dan toleransi

b. Asosiasi (associations)

Asosiasi, adalah menyajikan isi kampanye yang bersangkutan dengan peristiwa atau objek yang sedang ramai dibicarakan khalayak guna untuk memancing perhatian masyarakat

c. Teknik integratif (integratif)

Cara ini digunakan komunikator yang bertujuan untuk menyatukan diri dengan komunikan dengan cara komunikatif melalui kata-kata, misalnya :”kita, kami, anda sekalian atau untuk anda”, hal ini digunakan bukan untuk diri sendiri atau perusahaanya atau bukan untuk mencari keuntungan sepihak tetapi mangambil manfaat bersama

d. Teknik ganjaran (pay off technique)

Teknik ini bermaksud untuk mempengaruhi komunikan dengan sebuah ganjaran seperti hadiah, kado, penghargan, benefit (manfaat) dan bahkan bisa juga mendapatkan ganjaran sebuah ancaman, hukuman dan kekhawatiran


(28)

e. Teknik penataan patung es (icing technique)

Teknik ini merupakan upaya dalam menyampaikan sebuah pesan (message) dalam kampanye yang mengacu pada kata-kata verbal sehingga pesan enak di lihat, di dengar, di baca dan dirasakan

f. Memperoleh empati (empathy)

Teknik berkampanye ini bertujuan untuk menempatkan diri sama seperti posisi komunikan, ikut merasakan hal yang sama dan peduli terhadap situasi kondisi komunikan

g. Teknik koersi atau paksaan (coersion technique)

Dalam teknik komunikasi ini cara berkampanyenya lebih menekan dengan cara paksaan, yang bertujuan untuk menimbulkan rasa takut atau kekhawatiran bagi komunikan yang tidak mau tunduk melalui ancaman tertentu, (Ruslan, 2005:71).

2. Tahap-Tahap Kampanye

Tahapan kegiatan kampanye ini menggunakan The Five Functional Stage Development Model karena fokus model ini adalah pada tahapan kegiatan kampanye, bukan pada proses pertukaran pesan antara campaigner dengan campaignee. Pada model ini menggambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuan (Larson dalam Venus, 2012:18-20). Tahapan kegiatan tersebut meliputi :


(29)

1. Identifikasi

Tahap identifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanye yang dengan mudah dapat dikenali oleh khalayak. Hal-hal yang umum digunakan sebagai identitas kampanye diantaranya simbol, warna, lagu atau jingle, seragam dan selogan.

2. Legitimasi

Tahap legitimasi dalam kampanye politik diperoleh ketika seseorang telah masuk dalam daftar kandidat anggota legislatif, atau seorang kandidat memperoleh dukungan yang kuat dalam polling.

3. Partisipasi

Tahapan ini dalam praktiknya relatif sulit dibedakan dengan tahap legitimasi karena ketika seorang kandidat, produk atau gagasan mendapat legitimasi, pada saat yang sama dukungan yang bersifat partisipatif mengalir dari khalayak. Partisipasi ini bisa bersifat nyata (real) atau simbolik.

4. Penetrasi

Pada tahapan ini seorang kandidat, sebuah produk atau sebuah gagasan telah hadir dan mendapat tempat di hati masyarakat. Seorang juru kampanye misalnya, telah berhasil menarik simpati masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa dia adalah kandidat terbaik dari sekian kandidat yang ada.


(30)

5. Distribusi

Tahap distribusi atau kita dapat menyebutnya sebagai tahap pembuktian. Pada tahap ini tujuan kampanye pada umumnya telah tercapai. Kandidat politik telah mendapatkan kekuasaan yang meraka cari. 3. Perencanaan Kampanye

Perencanaan merupakan tahapan yang harus dilakukan agar kampanye dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Ada beberapa alasan mengapa sebuah perencanaan harus dilakukan dalam sebuah kampanye (Gregory dalam Venus,2012:144), yaitu :

a. Memfokuskan usaha

Perencanaan membuat tim kampanye yang mengidentifikasi dan menyusun tujuan yang akan dicapai dengan benar hingga akhirnya pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, karena berkonsentrasi pada prioritas dan alur kerja yang jelas.

b. Mengembangkan sudut pandang berjangka waktu panjang

Perencanaan membuat tim kampanye melihat semua komponen secara menyeluruh dan membuat tim kampanye tidak berpikir mengenai efek kampanye dalam jangka waktu yang pendek tapi juga ke masa depan, hingga mendorong dihasilkannya program yang terstruktur dalam menghadapi kebutuhan masa depan.


(31)

Perencanaan yang cermat dan teliti akan menghasilkan alur serta tahapan kerja yang jelas, terukur dan spesifik serta lengkap dengan langkah-langkah alternatif, sehingga bila ada kegagalan bisa langsung diambil alternatif penyelesaian.

d. Mengurangi konflik

Konflik kepentingan dan prioritas merupakan hal yang sering terjadi dalam sebuah kerja tim. Perencanaan yang matang akan mengurangi potensi munculnya konflik, karena sudah ada bentuk tertulis mengenai alur serta prioritas pekerjaan untuk tiap-tiap anggota tim.

e. Memperlancar kerja sama dengan pihak lain

Sebuah rencana yang matang akan memunculkan rasa percaya para pendukung potensial serta media yang akan digunakan sebagai saluran kampanye, hingga pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang baik dan lancar.

Semua keuntungan tersebut tidak akan didapatkan jika perencanaan kampanye dilakukan sebatas angan-angan atau hanya ada dalam benak tim kampanye. Karenanya, perencanaan harus dibuat dengan matang dan dituangkan secara tertulis atau terdokumantasikan dengan jelas.

4. Aspek-Aspek Perencanaan Kampanye

Tim perencana kampanye dapat merumuskan perencanaan berdasarkan lima pertanyaan sederhana yaitu : Apa yang ingin dicapai? Siapa yang akan


(32)

menjadi sasaran? Pesan apa yang akan disampaikan? Bagaimana menyampaikannya? Bagaimana mengevaluasinya?

Kelima pertanyaan tersebut dapat dituangkan kedalam tahap-tahap perencanaan seperti yang digambarkan pada bagan berikut :

Table 1.1

Tahap-tahap proses perencanaan kampanye (Gregory dalam Venus,2012:145) TUJUAN ANALISI

ANALISIS

PESAN

STRATEGI

SUMBER TAKTIK

WAKTU

EVALUASI


(33)

a. Analisis Masalah

Titik tolak untuk merancang suatu perubahan lewat kampanye adalah dengan membuat perencanaan. Langkah awal suatu perencanaan adalah melakukan analisis masalah. Agar dapat diidentifikasi dengan jelas, maka analisis masalah hendaknya dilakukan secara terstruktur. Pengumpulan informasi yang berhubungan dengan permasalahan harus dilakukan secara objektif dan tertulis serta memungkinkan untuk dilihat kembali setiap waktu. Hal ini dapat menghindarkan terjadinya pemecahan masalah yang tepat. Biasanya program kampanye dimulai dengan SWOT analysis, yaitu menganalisis Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (tantangan), sebagai upaya dengan memperhatikan faktor-faktor masalah internal dan eksternal perusahaan atau organisasi

b. Penyusun Tujuan

Merancang tujuan kampanye sosial, merupakan tahapan selanjutnya setelah melakukan analisis lingkungan. Dengan adanya tujuan yang jelas maka arah kegiatan kampanye sosial akan fokus pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pemasaran sosial harus realistis, untuk itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang tujuan kampanye. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam merancang tujuan dalam pemasaran sosial (Gregory dalam Venus, 2012 : 148):


(34)

1) Susunlah tujuan kampanye. Tujuan yang dibuat adalah tujuan kampanye yang akan dilakukan, bukan tujuan organisasi secara keseluruhan, atau dampak lanjutan dari kampanye tersebut.

2) Susun tujuan secara seksama dan spesifik. Tujuan jangan dibuat menggantung dan sangat terbuka, tetapi didalamnya harus terjawab secara jelas dan spesifik tentang apa yang dikehendaki, kepada siapa, kapan dan bagaimana.

3) Susun tujuan yang memungkinkan untuk dicapai. Jangan menyusun tujuan terlalu muluk, hanya mengawang-awang dan akhirnya tidak bisa tercapai.

4) Kualifikasi semaksimal mungkin, semakin dapat dikualifikasikan sebuah tujuan, maka semakin mudah evaluasi tingkat pencapaiannya. 5) Pertimbangkan anggaran. Penyusunan tujuan harus memperhatikan

anggaran yang tersedia untuk program kampanye tersebut.

6) Susun tujuan berdasarkan skala prioritas. Buatlah tujuan kampanye berdasarkan prioritas, agar tim kampanye dapat memfokuskan pekerjaan kepada satu tujuan yang terarah.

c. Identifikasi dan Segmentasi Sasaran

Identifikasi dan segmentasi sasaran dilakukan untuk menjawab pertanyaan “who shall I talk to?” Hal ini perlu dilakukan karena kampanye tidak bisa ditujukan kepada semua orang secara serabutan. Dengan melakukan identifikasi dan segmentasi sasaran maka proses


(35)

perencanaan selanjutnya akan lebih mudah, hingga akhirnya akan melancarkan pelaksanaan kampanye.

Pemilihan public mana yang akan menjadi sasaran bergantung pada tujuan kampanye yang akan dilaksanakan. (Arens dalam Venus,2012:150) mengatakan bahwa identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye dilaksanakan dengan melakukan pemilihan atau segmentasi terhadap kondisi geografis (geographic segmentation), kondisi demografis (demographic segmentation), kondisi perilaku (behaviouristic segmentation), dan kondisi psikografis (psycographic segmentation). Geographic segmentation berkaitan dengan ukuran atau luas daerah, lokasi spesifik, jenis media serta budaya komunikasi di daerah tempat tinggal sasaran. Demographic segmentation dilakukan dengan melihat karakteristik jenis kelamin, usia, suku, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan sasara. Behavouristic segmentation dilakukan dengan melihat status, gaya hidup, dan jenis perilaku lainnya. Phsycographic segmentation dilakukan dengan melihat emosi serta nilai budaya yang dianut oleh publik.

d. Menentukan Pesan

Perencanaan pesan adalah hal penting yang harus dilakukan dalam perencanaan kampanye. Pesan kampanye merupakan sarana yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program


(36)

kampanye, yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye.

Ada empat tahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan pesan dan menurunkannya dari tema kampanye, yaitu :

1. Mengambil persepsi yang berkembang di masyarakat berkenaan dengan isu atau produk yang akan dikampanyekan.

2. Mencari celah dimana kita bisa masuk dan mengubah persepsi. 3. Melakukan identifikasi elemen-elemen persuasi

4. Meyakinkan bahwa pesan sudah layak untuk disampaikan dalam program kampanye

e. Strategi dan Taktik

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam kampanye, atau untuk lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle, atau the big idea. Guiding principle atau the big idea ini dapat diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari posisi saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi ini kemudian dituangkan secara lebih konkret dalam bentuk taktik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan strategi dan taktik agar kampanye dapat berjalan efektif :

1. Gunakan strategi sebagai pembimbing lahirnya ide-ide cerdas untuk taktik. Taktik yang dituntun oleh strategi akan membuat kegiatan


(37)

menjadi lebih sistematis dan ringan, serta tidak melenceng dari tujuan kampanye. Strategi dibuat berdasarkan kepada tujuan kampanye. 2. Jauhi semua taktik yang bersifat nonstrategic. Taktik yang banyak

namun tidak terfokus kepada strategi akan memecahkan konsentrasi tim kampanye. Karenanya usahakan untuk berfokus secara maksimal pada taktik yang sejalan dengan strategi

3. Selalu hubungkan taktik pada strategi, dan strategi pada tujuan. Strategi merupakan kekuatan yang mendorong bagaimana menuju hasil akhir tersebut, sementara itu taktik memetakan kegiatan dengan langkah-langkah tertentu dalam rentang waktu yang tersedia.

4. Ujilah taktik bila memungkinkan. Pengujian taktik ini merupakan hal yang sangat disarankan untuk mengetahui kemungkinan tingkat keberhasilannya. Jika hasil pengujian menunjukan bahwa taktik yang digunakan ternyata kurang efektif maka tidak ada salahnya mengubah taktik tersebut dengan taktik lain yang lebih efektif.

f. Alokasi Waktu dan Sumber Daya

Kampanye selalu dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu. Ada kalanya rentang waktu tersebut berasal dari pihak luar, misalnya rentang waktu kampanye untuk pemilu ditetapkan oleh pemerintah.

Berkaitan dengan perencanaan waktu ini, ada hal lain yang harus diidentifikasikan dengan jelas dan pasti yaitu sumber daya kampanye yang


(38)

akan menyokong agar kampanye terlaksana dan selesai tepat pada waktunya. Secara umum, sumber daya pendukung kampanye terbagi menjadi tiga, yaitu sumber daya manusia, dana operasional dan peralatan.

Sumber daya manusia yang digunakan jasanya untuk mendukung program kampanye harus dihitung kemampuan dan usahanya. Besarnya kemampuan dan usaha yang dikeluarkan SDM akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kampanye. Selain itu kemampuan dan usaha tersebut juga mempengaruhi jumlah imbalan jasa yang harus dikeluarkan. g. Evaluasi dan Tinjauan

Evaluasi dan tinjauan yang akan dilakukan terhadap program kampanye merupakan salah satu bagian dari perencanaan kampanye yang tidak boleh terlupakan. Evaluasi berperan penting untuk mengetahui sejauh mana pencapaian yang dihasilkan kampanye. Untuk kampanye yang berkelanjutan evaluasi merupakan bagian yang terus berjalan seiring dengan kegiatan kampanye tersebut. Karena hasil evaluasi terhadap program kampanye tersebut nantinya akan digunakan sebagai tinjauan untuk program kampanye yang akan dilakukan selanjutnya, maka evaluasi harus dengan sungguh-sungguh dan terstruktur. (Venus, 2012:145-158).

Untuk mencapai tujuan kampanye dibutuhkan strategi dengan menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu


(39)

kegiatan kampanye. Strategi merupakan faktor pengkoordinasi, sebagai prinsip yang menjadi penentu, atau ide utama dalam kampanye. Strategi dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang kemudian dituangkan secara lebih konkret dalam bentuk taktik. Menentukan strategi yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kampanye. Untuk mencapai keberhasilan kampanye perlu diperhatikan juga unsun-unsur pemasaran 4P yang mempengaruhi. Unsur-unsur tersebut diantaranya (Soekidjo, 2007 : 388-390):

1) Product diartikan sebagai produk yang bermanfaat secara sosial. Produk tersebut merupakan ide atau gagasan.

2) Price (harga), harga produk kampanye ini dipengaruhi oleh manfaat dan kemudahan yang dapat dinikmati oleh konsumen. Harga bisa berupa pengorbanan yang berbentuk uang, kesempatan, dan waktu konsumen.

3) Place (tempat), merujuk pada cara untuk menjangkau konsumen. Selain itu tempat merupakan saluran-saluran untuk mencapai konsumen dalam memberikan informasi atau edukasi.

4) Promotion (promosi), merujuk kepada kampanye pemasaran untuk mempromosikan keuntungan-keuntungan kepada khalayak sasaran seperti penggunaan media radio, media televisi dan lain sebagainya.


(40)

5. Saluran Kampanye

Saluran kampanye dalam hal ini adalah sebagai “perantara apapun yang memungkinkan pesan-pesan sampai kepada penerima atau komunikan. Dalam kampanye komunikasi, media massa cenderung ditempatkan sebagai saluran komunikasi utama karena hanya lewat media inilah khalayak dalam jumlah yang besar dapat diraih (Scharmm dalam Venus, 2012:84). Media massa juga berperan utama dalam proses kampanye kamunikasi ini, karena pesan akan cepat tersebar luas dalam penyebaran informasi dan juga memiliki kemampuan dalam mempengaruhi sekaligus mempersuasi masyarakat.

Dalam praktik kampanye pada saat ini memperlihatkan adanya dua cara bagaimana penyelenggaraan kampanye dalam memanfaatkan media massa, yaitu :

a. Strategi kampanye satu arah (uni-directional campaign)

Yaitu menerapkan kampanye dengan mengandalkan penuh media massa sebagai penyampai pesan. Tidak terjadi dialog antar komunikator dengan komunikan disini, karena tindakan mempengaruhi komunikan hanya dilakukan secara linier dari komunikator kepada komunikan melalui media massa.

b. Strategi yang bersifat dua arah (bi-directional campaign)

Kampanye ini juga sering disebut audience oriented campaign, dimana dalam saluran kampanye sangat menekankan pentingnya interaksi dan dialog antar pribadi dengan komunikan atau sasaran. Hal ini dilakukan


(41)

guna mengoptimalkan pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa. Dalam kampanye jenis ini saluran kampanye menjadi alat perantara bagi komunikator dengan komunikan untuk saling mengemukakan pendapat. Dalam hal ini bertujuan mampu menyebarkan pesan-pesan kampanye hingga tahap penerimaan pesan tepat sasaran.

Peran media massa sangat penting dalam sebuah kampanye karena melalui media massa pesan kampanye itu akan ditujukan langsung kepada masyarakat atau publik guna tercapainya penerimaan pesan tersebut. Oleh karena itu, kampanye sangat bergantung pada media itu sendiri.

Sedangkan komunikator sebagai tokoh yang ingin menyampaikan sebuah pesan kampanyenya kepada masyarakat atau komunikan haruslah mengerti bagaimana proses penyampaian pesan itu harus sampai kepada komunikan secara efektif dan efisien. Sebagai komunikator harus memiliki kepercayaan (credibility), kekuatan (power) dan daya tarik (attractive) guna mendapatkan perhatian dari masyarakat atau publik.

a. Kepercayaan (credibility)

Kredibilitas dalam hal ini adalah kemampuan salah satu faktor dari diri seorang komunikator mampu mempengaruhi masyarakat sehingga masyarkat (komunikan) menerima dan mengikuti.

b. Kekuatan (power)

Selain harus memiliki kredibilitas, komunikator juga harus mempunyai kekuatan (power), dalam hal ini sangat penting karena


(42)

komunikator dapat dilihat dari kepercayaan dirinya untuk mempengaruhi komunikan.

c. Daya tarik (attractive)

Daya tarik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi komunikan agar mengikuti pandangan dari komunikator. Karena dapat menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi. Tidak hanya dilihat dari kredibilitas dan power saja, tetapi juga dari fisiknya, kesamaan yang disukainya dan personal image (Cangara,2000:95-100).

6. Evaluasi Kampanye

Evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Evaluasi kampanye tidak hanya dilakukan pada saat kampanye telah berakhir, namun juga ketika kampanye tersebut masih berlangsung. Adanya dua aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi yakni bagaimana kampanye dilaksanakan dan apa hasil yang dicapai sebagai konsekuensi pelaksanaan program tersebut.

Terkait dengan proses pelaksanaan, terdapat dua hal yang menjadi fokus perhatian yakni bagaimana cetak biru kampanye direalisasikan dari waktu ke waktu serta bagaimana kinerja pelaksana kampanye selama proses kegiatan tersebut berlangsung. Penilaian terhadap proses implementasi rangcangan kampanye dapat dilakukan dengan menganilisis catatan kampanye harian


(43)

kampanye yang berisi berbagai data dan fakta sebagai hasil proses pemantauan (monitoring).

Pada evaluasi proses pelaksanaan kampanye juga dilakukan penilaian terhadap kinerja pelaksana kampanye baik pada tataran individual maupun kolektif (tim kerja). Unsur-unsur penilaian tersebut dapat didasarkan pada rincian dan kelengkapan rencana kerja yang dibuat, pemenuhan target kerja, kualitas pekerjaan, ketepatan waktu penyelesaian, kemampuan mencari alternatif pemecahan saat menghadapi masalah atau bisa juga kombinasi dari semua itu.

Berkaitan dengan aspek perencanaan tujuan kampanye, beberapa hal yang menjadi pusat perhatian adalah perubahan kesadaran, sikap dan perilaku publik sesuai tujuan yang telah ditetapkan, pemenuhan fungsi media dan evaluasi efesiensi biaya (Venus, 2012:210-211).

Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, diantanya :

1. Input, ini adalah apa yang dilakukan oleh para profesional PR serta bagaimana produk tersebut didistribusikan. Ketika mengevaluasi input, unsur-unsur yang diukur adalah seperti kualitas riset latar belakang, tulisan, desain, yang efektif, dan pilihan saluran distribusi.

2. Output, ini adalah bagaimana input digunakan, baik oleh publik sasaran secara langsung maupun oleh pihak ketiga yang merupakan penghubung


(44)

atau pembentuk opini publik sasaran. Jadi evaluasi tentang output seringkali melibatkan penghitungan dan analisis beberapa hal, seperti jumlah pembaca dan sirkulasi, penyebutan oleh media, dan analisis isi. 3. Outcome (hasil akhir), ini melibatkan pengukuran efek akhir dari

komunikasi. Outcome diukur dalam 3 cara, yaitu :

1. Kognitif, perubahan pada tingkatan pemikiran atau kesadaran 2. Afektif, perubahan dalam sikap tau opini

3. Konatif, perubahan dalam perilaku (Gregory, 2004 : 144) 7. Faktor Pendukung Kampanye

Menurut (Venus, 2012:137-138) menyatakan bahwa dalam sebuah kampanye terdapat faktor-faktor yang mendukung kontribusi yang nyata, yaitu :

a. Peran media massa

Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan dan mendorong khalayak berpartisipasi dalam proses kampanye.

b. Peran komunikasi antar pribadi

Bentuk komunikasi ini, khususnya yang dilakukan lewat kelompok teman sebaya (peer group) dan jaringan sosial, dipandang sebagai instrumen penting dalam menciptakan perubahan perilaku dan memelihara kelanggengan perubahan tersebut.


(45)

c. Karakteristik sumber dan media

Kredibilitas sumber memberikan kontribusi yang besar bagi pencapain tujuan kampanye.

d. Evaluasi formatif

Evaluasi ini dilakukan selama proses kampanye dan terutama diarahkan untuk mengevaluasi tujuan dan efektifitas pesan kampanye. e. Himbauan pesan

Dalam hal ini pesan harus dirancang secara spesifik (bukan bersifat umum) agar mampu menghimbau nilai-nilai individual.

f. Perilaku preventif

Mengampanyekan sesuatu yang bersifat preventif dimana hasilnya tidak dapat dirasakan secara langsung lebih sulit ketimbang gagasan atau produk yang dapat dirasakan langsung hasilnya.

g. Kesesuain waktu

Agar waktu menjadi efektif pesan-pesan kampanye harus disampaikan pada saat yang tepat, budaya yang sesuai, dan melalui media yang tersedia di lingkungan khalayak.

8. Faktor Penghambat Kampanye

Sedangkan menurut Kotler dan Roberto (dalam buku Venus, 2012:131) menyimpulkan sebuah kampanye juga dapat mengalami suatu kegagalan dalam prosesnya. Pada ummnya terjadi karena :


(46)

a. Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya secara tepat. Mereka mengalamatkan kampanye tersebut kepada semua orang. Hasilnya kampanye tersebut menjadi tidak terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan tidak dapat dikonstruksi sesuai dengan karakteristik khalayak.

b. Pesan–pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu untuk memotivasi masyarakat untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima.

c. Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam „petunjuk’ bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan.

d. Kegagalan pada sebuah program kampanye yang berorientasi perubahan sosial juga dapat terjadi karena prilaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa menindak lanjutinya dengan komunikasi antar pribadi. e. Akhirnya dengan ringan Kotler dan Roberto menyatakan bahwa sebuah

kampanye dapat gagal mungkin hanya karena anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tidak bisa berbuat secara total.


(47)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Noor (2011: 33) mengutip definisi penelitian kualitatif dari pada Denzin dan Lincoln, yaitu kata kualitatif menyiratkan pada penekanan proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau dengan kata lain belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Pendekatan ini merupakan suatu proses penelitian serta pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Denzin dan Lincoln juga mengemukakan bahwa yang dimaksud penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian ini penulis mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Proses penelitian yang dilalui adalah proses induksi, yaitu proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti. Di mana pendekatan induksi adalah melakukan pengumpulan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan, atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan” (Noor, 2011: 17).


(48)

2. Sumber Data a. Data Primer

Jenis data primer yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dengan teknik wawancara dan dokumentasi-dokumentasi yang didapatkan dari pihak Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Bantul.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain seperti buku-buku perpustakaan, internet, dan sebagainya, sebagai referensi yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Bantul, Jl. KH Wachid Hasyim Sumuran Palbapang Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Teknik Pemilihan Informan

Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu dimana pengambilan sampel sesuai dengan pertimbangan penelitian berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Purposive yaitu sampel ditunjukkan langsung kepada obyek penelitian dan tidak diambil secara acak, tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh nara-sumber yang dapat memberikan data secara lengkap dan baik (Moleong, 2008:164).


(49)

Sama halnya dengan yang dikatakan Herdiansyah (2010:101) purposive sampling yaitu teknik sampling yang berdasarkan pada kriteria yang dimiliki oleh subyek yang terpilih sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Kepala Humas KPUD Bantul, alasan peneliti memilih Humas KPUD

Bantul dikarenakan, Humas KPUD Bantul memiliki kendali terhadap strategi kampanye yang dilakukan oleh KPUD Bantul

2. Masyarakat Bantul yang memiliki hak suara dalam Pilkada Bantul, alasan peneliti memilih informan tersebut dikarenakan peneliti ingin meminta tanggapan masyarakat terhadap kampanye yang telah dilakukan oleh KPUD Bantul dalam mengenalkan calon Bupati Bantul

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat diperlukan guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian agar mendapatkan data sesuai yang diharapkan. Seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2010:163) bahwa teknik pengumpulan data dalam kualitatif adalah peneliti itu sendiri untuk mengungkapkan data secara mendalam dan bersifat radikal, sehingga diperoleh data yang utuh tentang segala pernyataan yang disampaikan sumber data. Sedangkan yang menajdi instrumen pembantu adalah berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi dokumentasi. Oleh karena


(50)

itu, agar mendapatkan data yang akurat maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama dengan cara terjun langsung ke lapangan bersama sumber data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung. Menurut Sandjaja, dkk (2006:145) wawancara adalah pertemuan dua orang secara tatap muka untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat disimpulkan makna dalam suatu topik tertentu. Seperti yang diungkapkan oleh Stainback (dalam Sugiyono, 2012:318) dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengartikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam mendukung pengumpulan data teknik wawancara bertujuan untuk melengkapi hasil dari strategi kampanye KPUD Bantul dalam mensosialisasikan calon Bupati Bantul periode 2015-2020 tersebut.

2) Studi Dokumen

Studi Dokumentasi merupakan kegiatan mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah yang akan disajikan datanya dalam pembahasan, baik berupa catatan, agenda, photo, surat kabar dan sebagainya yang berhubungan dengan fokus penelitian. Studi


(51)

dokumentasi menjadi pelengkap untuk mengumpulkan data melalui wawancara.

Menurut Burhan Bungin (2008:122) studi dokumentasi yang dimaksud untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumen yang berbeda dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Seperti yang dijelaskan Kartodirdjo dalam Bungin (2008:122) dokumen yang dimaksud seperti otobiografi, surat pribadi, catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman atau rakyat, photo, tape, microfilm, disc, compact disc, data yang disimpan di website, flashdisk, dan sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada prinsipnya dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data, menafsirkan atau mentransformasikan data ke dalam bentuk-bentuk narasi. Narasi ini kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan final.(Pawito, 2009:60)

Miles dan Huberman menawarkan satu teknik data yang disebut analisis interaktif. Prosesnya terdiri dari tiga bagian yaitu reduksi data, sajian data dan


(52)

verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Analisis interaktif bersifat siklus dan tidak linear (H.B. Sutopo, 2002:96).

Diadopsi dari H. B. Sutopo, 2002: 96 Tabel I.2

Analisis Model Interaktif

Keberadaan data dalam sebuah penelitian merupakan hal yang harus dipenuhi. Karena keberadaan sebuah data akan menunjang keberhasilan sebuah penelitian. Penelitian tanpa data tidak lebih dari sekedar asumsi yang tidak memiliki dasar kuat untuk dipertanggung jawabkan.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pencarian data yang diperlukan dari berbagai sumber data di lapangan, kemudian dilakukan pencatatan data yang sudah diperoleh dari berbagai sumber data tersebut.

Pengumpulan data

Sajian data

Penarikan kesimpulan/verifikasi Reduksi data


(53)

b. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemusatan perhatian dalam penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang muncul pada saat di lapangan. Data yang didapat kemudian diringkas atau dibuatkan uraian singkat namun tidak menghilangkan substansi dari data yang telah didapat sebelumnya.

c. Penyajian data

Penyajian data adalah untuk mengintegrasikan semua informasi yang telah didapat untuk kemudian disusun dalam satu wacana yang mudah dipahami. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung dan memudahkan proses penarikan kesimpulan dari sebuah penelitian. Penyajian data meliputi jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

d. Penarikan kesimpulan

Merupakan sebagian dari suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama proses penelitian berlangsung. Di awal pengumpulan data, peneliti sudah memahami apa arti dari bagian-bagian yang diteliti dengan melakukan pencatatan berbagai peraturan, pola yang digunakan, pernyataan didapat, konfigurasi yang mapan, arahan, sebab-akibat maupun proposisi-proposisi sehingga memudahkan dalam proses pengambilan kesimpulan.


(54)

7. Uji Validitas

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memeriksa keabsahan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Keabsahan data dapat diperoleh menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010:330), triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti menggunakan teknik ini, untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain, peneliti dapat memeriksa kembali temuannya dengan jalan membandingkannya dari berbagai sumber metode atau teori.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dimana sumber dari data-data di lapangan menjadi kunci utama dari teknik ini. Patton (dalam Moleong, 2010:330) mengatakan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan memeriksa balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawanara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan


(55)

dan pandangan seseorang seperti rakyat biasa yang tidak terlibat dalam proses, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. G. Riset Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang Strategi Kampanye antara lain yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Oktovi Prima Lestari (2013) yang membahas tentang Strategi Komunikasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bungo Dalem Meensosialisasikan e-KTP”. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilaksanakan di Dinas Kabupaten dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bungo dalem . Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi dalam dilakukan dengan menggunakan komunikasi tatap muka, karena melalui komunikasi tatap muka Dinas Kependudukan dan catatan sipil. dapat secara langsung menerima respon yang diberikan dari khalayak sasaran, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil juga menggunakan strategi komunikasi lain seperti menggunakan Leaflet, spanduk, baleho sebagai penyampai informasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Andhika Pratama (2013) yang membahas tentang Strategi Kampanye Pencegahan dan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba terhadapRremaja di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun


(56)

2011-2012. Penelitian tersebut menggunakan deskriptif kualitatif, penelitian ini dilaksanakan di Badan Narkotika Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain itu penelitian tersebut juga dilakukan di tempat tinggal informan. Hasil dari penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan strategi kampanye pencegahan dan penyalahgunaan bahaya narkoba terhadap remaja oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi tiga proses diantaranya perencanaan (Planning), pelaksanaan (communication action), dan Evalusi (Evaluation).

3. Komunikasi politik terlihat betapa signifikannya pada aspek pertemuan antara politik dengan media. Hal ini terutama dapat langsung dirasakan dari icon populer komunikasi politik yang masih tetap bertahan hingga saat ini yakni riset-riset di seputar pengaruh media terhadap sikap, opini, dan keyakinan individu mengenai proses-proses politik yang dipahami sebagai kompetisi antara kelompok kepentingan terhadap sumber daya yang terbatas (utamanya kekuasaan dan legitimasinya), secara khusus dalam masa kampanye pemilu. Para pakar komunikasi politik dunia, dalam analisis kontemplatifnya tentang masa depan bidang ini kemudian mulai mengingatkan mendesaknya kajian-kajian tentang politik komunikasi yakni mengenai hak warga negara untuk menjadi pengelola informasi yang aktif dan mandiri. Prinsip-prinsip penting dalam politik komunikasi antara lain terdapatnya variasi jenis media, keterbukaan dan keberagaman kepemilikan media, serta kandungan isi media yang


(57)

beraneka ragam pula. Uniknya bangsa Indonesia sesungguktnya sudah lebih dulu mengalami persoalan dengan politik komunikasi ini, khususnya mengenai penindasan terhadap akses dan kebebasan pers dengan berbagai mekanisme oleh penguasa sejak zaman penjajahan Belanda.


(58)

H. Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah dalam melakukan penelitian, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

Bab II ini merupakan tentang profil KPUD Bantul. Gambaran umum KPUD Bantul mulai dari sejarah, profil, tujuan, manfaat, struktur organisasi pengelolanya.

BAB III PEMBAHASAN

Bab III ini berisikan tentang penyajian data dan analisis data yang berisikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB IV PENUTUP

Bab IV membahas tentang penutup yang berisi tentang kesimpulan serta saran-saran penelitian.


(59)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL

A. Profil KPUD Bantul

Dalam konteks penyelenggaraan negara dan pemerintahan, perumusan rencana kerja pemerintah baik jangka pendek, menengah, maupun panjang telah digagas dalam sebuah framework Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk 20 tahun ke depan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bertitik tolak dari aturan inilah, maka setiap Kementerian atau Lembaga pemerintah dimandatkan untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Sebagai salah satu lembaga konstitusional independen, Komisi Pemilihan Umum telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum secara nasional dan local (http://www.kpud-bantulkab.go.id/hal/renstra-kpu diakses tanggal 26 November 2016)

Demikian juga KPU Kabupaten Bantul sebagai unit kerja di bawah KPU RI, memiliki tugas dan wewenang sebagaimana diamanatkan Undang


(60)

Undang. Tentu saja dalam menjalankan tugas, wewenang dan fungsinya berbagai tantangan dan permasalahan baik yang datang dari internal dan eksternal organisasi, timbul seiring dengan perubahan dinamika kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Jawaban strategis dari berbagai tantangan dan permasalahan tersebut adalah melalui sebuah perencanaan strategis organisasi yang mampu memetakan potensi dan permasalahan yang ada untuk kemudian melihat perubahan lingkungan strategis organisasi dan akhirnya menetapkan apa yang hendak dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Atas dasar inilah, maka Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bantul menyusun Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum untuk periode 2015-2019. Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bantul disusun dengan berpedoman pada Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum periode 2015-2019 yang pada dasarnya mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019.

Sesuai dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L 2015 2019 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 63/Kpts/KPU/Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Tahun 2015-2018, maka Renstra Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bantul memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi kebijakan serta program dan kegiatan yang


(61)

merupakan acuan bagi seluruh jajaran di lingkungan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bantul dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama periode lima tahun mendatang.

Dalam perspektif ketatanegaraan, Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan titik awal strategis bagi peningkatan kualitas demokrasi. Hal ini bermakna bahwa Pemilu merupakan instrumen terpenting dalam mengukur tingkat demokratisasi suatu negara. Dalam sejarah perjalanannya Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pemilu sebanyak 11 (sebelas) kali dengan beragam konstelasi politik yang melingkupinya. Sedangkan KPU Kabupaten Bantul yang telah terbentuk sejak tahun 2003 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 tahun 2001, telah melaksanakan tiga kali Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yaitu : tahun 2004, 2009 serta 2014.

B. Visi dan Misi KPUD Bantul 1. Visi

Menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum yang Mandiri, Professional, dan Berintegritas untuk Terwujudnya Pemilu yang LUBER dan JURDIL 2. Misi

a. Membangun SDM yang Kompeten sebagai upaya menciptakan Penyelenggara Pemilu yang Profesional;


(62)

b. Menyusun Regulasi di bidang pemilu yang memberikan kepastian hukum, progresif dan partisipatif;

c. Meningkatkan kualitas pelayanan pemilu khususnya untuk para pemangku kepentingan dan umumnya untuk seluruh masyarakat; d. Meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih melalui sosialisasi

dan pendidikan pemilih yang berkelanjutan

e. Memperkuat Kedudukan Organisasi dalam Ketatanegaraan. f. Meningkatkan integritas penyelenggara pemilu dengan

memberikan pemahaman secara intensif dan komprehensif khususnya mengenai kode etik penyelenggara pemilu; g. Mewujudkan penyelenggara Pemilu yang efektif dan efisien,

transparan, akuntabel dan aksesable. C. Tujuan KPUD Bantul

Dalam mewujudkan visi dan melaksanakan misi tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai oleh Komisi Pemilihan Umum adalah Kabupaten Bantul: 1. Terwujudnya lembaga KPU Kabupaten Bantul yang memiliki integritas,

kompetensi, kredibilitas, dan kapabilitas dalam menyelenggarakan pemilu dan pemilihan;

2. Terselenggaranya pemilu dan pemilihan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;


(63)

3. Meningkatnya partisipasi politik masyarakat dalam pelaksanaan demokrasi di Kabupaten Bantul;

4. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam Pemilu dan pemilihan;

5. Terselenggaranya pemilu dan pemilihan yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel, dan aksesabel.

D. Struktur Organisasi

Komisioner KPU Kabupaten Bantul Periode 2013-2018

1) Muhammad Johan Komara, S.IP

Ketua, merangkap sebagai Ketua Divisi Perencanaan, Data Informasi, Organisasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

2) Drs. Syachruddin, S.E

Anggota, Ketua Divisi Hukum Hubungan Antar Lembaga dan Pengawasan

3) Arif Widayanto, S.Fil.I

Anggota, Ketua Divisi Teknis Penyelenggaraan 4) Didik Joko Nugroho, S.Ant

Anggota, Ketua Divisi Umum, Logistik, Keuangan dan Rumah Tangga

5) Titik Istiyawatun Khasanah, S.IP


(64)

E. Sasaran Strategis KPUD Bantul

Dalam RPJM ke-3 disebutkan bahwa sasaran pokok pembangunan yang hendak dicapai adalah meningkatnya partisipasi politik pemilihan umum dan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum 2019, penegakan hukum dan reformasi birokrasi yang ditandai dengan membaiknya indeks demokrasi indonesia, meningkatnya indeks penegakan hukum, indeks perilaku anti korupsi, indeks persepsi korupsi, indeks integritas nasional, dan indeks reformasi birokrasi yang diikuti dengan membaiknya tingkat pengelolaan anggaran (opini laporan keuangan) dan tingkat akuntabilitas instansi pemerintah (skor atas SAKIP).

Berdasarkan sasaran pokok pembangunan yang tercantum dalam RPJM ke-3 tersebut, maka sasaran-sasaran strategis Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul yang hendak dicapai selama lima tahun kedepan (2015-2019) selaras dengan sasaran-sasaran strategis KPU RI, sebagai berikut: 1. Meningkatnya Kualitas Penyelenggaraan Pemilu, dengan indikator kinerja

sasaran strategis sebagai berikut :

a. Persentase partisipasi pemilih dalam pemilu dan pemilihan;

b. Persentase partisipasi pemilih perempuan dalam pemilu dan pemilihan; c. Persentase pemilih disabilitas yang terdaftar dalam DPT yang

menggunakan hak pilihnya; d. Persentase tingkat suara sah;


(1)

pilkada pada tanggal 9 desember 2015, baru kemudian setelah masyarakat tau ada pilkada , kemudian dilengkapi dengan pertemuan tatap muka itu pendidikan pemilih, kenapa masyarakat harus mengikuti pilkada dan harus berpartisipasi dalam pemungutan suara pada pilkada itu dijelaskan melalui pertemuan tatap muka, pertemuan tatap mukanya ada 2 kali di kecamatan, 2 kali di desa, lalu kita juga melakukan tatap muka dengan ormas yang ada di bantul lalu khusus dengan disabilitas denagan media komunitas, radio komunitas, koran komunitas, lalu dengan lansia lalu dengan pamilih pemula, kemudian kita juga melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih dengan memanfaatkan seni budaya lokal yang ada kita menyelenggarakan gelar seni tradisional di 17 kecamatan di bantul dan disitu mensosialisasikan tentang pemilihan pilkada lalu kita juga dengan sms broadcast sebanyak 35.000 sms kepada publik untuk berkaitan dengan pemutakhiran data pemilih, mengingatkan pemilih untuk melihat daftar pemilih, karena syarat untuk bisa nyoblos itu ketika terdaftar dalam daftar pemilih kemudian mengingatkan hari H pemungutan suara, kita juga menfaatkan media sosial di facebook untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan pilkada.

6. Dampak apa yang ditimbulkan dari adanya kampanye yang dilakukan KPUD Bantul terhadap masyarakat ?

Dampak yang ditimbulkan dengan adanya kampanye yang dilakukan KPUD Bantul diharapkan masyarakat menjadi tau bahwa akan ada pemilihan kemudian masyarakat juga paham mengapa mereka harus terlibat dalam setiap tahapan penyelenggaran pemilihan, mengapa meraka harus berpartisifasi dalam pemilihan, mereka kemudian sadar dan kemudian mereka berpartitisifasi di dalamnya. Mulai dari tau dulu kemudian memahami mengapa mereka harus berpartisifasi.

7. Apakah strategi kampanye yang dilakukan sudah cukup efektif ? Dengan regulasi yang kemaren, fasilitasi kampanye yang di lakukan kpu memang dirasa belom optimal, karena memang kemaren regulasinya masih membatasi jumlah alat peraga kampanye maupun bahan kampanye yang harus di produksi oleh KPU. Ketika hanya ada 5 buah baliho perpasangan calon diseluruh kabupaten bantul yang luasnya sedemikian besar ini, tentu kurang memadai dengan 5 baliho, sementara ketika alat media kampanye itu paslon tidak boleh membuat sendiri termasuk mencetak bahan kampanye juga tidak boleh diluar jumlah yang sudah di cetak oleh kpu. Kemudian sekali lagi distribusi


(2)

bahan kampanye itukan kewenangannya ada di tim pasangan calon, sehingga kpu tidak bisa memastikan sejauh mana bahan kampanye itu bisa sampai ke masyarakat informasinya. Sekali lagi kami tidak punya kewenangan untuk menyebar luaskan bahan kampanye sampai atau tidaknya kepada masyarakat karena sudah ada regulasinya. Kalau debatnya paslon di media sudah cukup efektif karena terlebih dahulu sudah melakukan kampanye kepada masyarakat dengan adanya jadwal debat paslon di media.

8. Siapa sajakah pihak yang terlibat dalam merancang strategi kampanye KPUD Bantul ?

Komisioner KPU Bantul, masyarakat bantul kemudian dengan tim sukses paslon, jadi intinya kpu itu sekedar menjalankan regulasi yang ada dan menyesuaikan dengan PKPU Nomor 7 tahun 2015 terhadap strategi kampanye itu.

9. Kapan kampanye tersebut dilaksanakan oleh KPUD Bantul ?

Dilakukan sejak tiga hari setelah pasangan calon ditetapkan pada tanggal 24 Agustus 2015 kemudian tanggal 27 Agustus itu sudah mulai kampanye dan semua jadwal kampanye sudah di tetepkan atau sudah diatur oleh regulasi yang ada mas, kemudian lebih lengkapnya entar di lihat di dokumen yang sudah kami susun mas.

10.Media apa sajakah yang digunakan oleh KPUD Bantul dalam berkampanye ?

Dengan regulasi yang ada KPU menggunakan media cetak seperti KR, Harjo, Tribun, Sindo, Bernas, Radar dan televisi seperti Jogja TV, TVRI kemudian ADI TV

11.Apa alasan KPUD Bantul memilih media tersebut untuk berkampanye ?

Yang namanya fasilitasi kampanye yang di lakukan oleh KPU itu sudah diatur dalam regulasi yang ada. Dalam peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2015. Sehingga kita dalam melakukan fasilitasi kampanye harus berpedoman kepada PKPU Nomor 7 Tahun 2015 dan tidak bisa berimfrusisasi

12.Siapa yang menjadi target utama dari kampanye KPUD Bantul ? Pemilih atau masyarakat bantul yang sudah ada hak untuk memilih. 13.Target apa yang diharapkan oleh KPUD Bantul dalam Kampanye

tersebut ?

Meningkatnya partisipasi pemilu, jelasnya supaya masyarakat tau tentang pasangan calon yang akan dilantik, kemudian mereka berpartisipasi untuk menyoblos.


(3)

14.Apakah kampanye yang dilakukan sudah sesuai dengan target KPUD Bantul ?

Kalau fasilitasi kampanye mulai dari pemasangan APK, kemudian penerbitan bahan kampanye dan seterusnya, kemudian ada penyelenggaran debat pasangan calon, kemudian ada iklan di media cetak dan televisi itu semua sudah sesuai target secara kuntitas jumlah dan itu sudah sesuai target yang diharapakan oleh KPU

15.Indikator apa sajakah yang menjadi acuan KPUD Bantul dalam menjalankan kampanye ?

Kalau pencapaiannya agar partisipasi pemilih meningkat dari pilkada sebelumnya.

16.Bagaimana KPUD Bantul membagi tugas di internal KPUD Bantul dalam hal melakukan kampanye ?

Terkait dengan pembagian tugas di KPU itu berada di wilayah divisi hukum, pengawasan dan hubungan terlembaga kemudian secara administratif dan direkap secara keseluruhan oleh sub bagian hukum. Tetapi itu tidak berarti divisi lain juga ikut membantu tapi yang di pokokan adalah sub bagian hukum. Kemudian sub bagian hukum juga di backup oleh sub bagian sosialisasi

17.Bagaimana KPUD Bantul dalam memaksimalkan SDM untuk kelancaran kampanye Bupati Bantul tahun 2015 ?

KPUD Bantul dalam penyelengaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bantul tahun 2015. KPU Kabupaten Bantul mengangkat Badan Ad Hoc sebagai pelaksana di lapangan. Badan Ad Hoc terdiri dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat Desa, dan Kelompok Penyelenggaraan Pemungutan Suara (KPPS) yang bertugas di TPS. Badan Ad Hoc inilah yang berhadapan langsung dan menjadi pelayan pertama bagi publik. Mengingat strategisnya peran Badan Ad Hoc sangat penting bagi KPU Bantul Untuk memastikan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengisi komposisi Badan Ad Hoc tersebut benar-benar harus mampu memikul tanggung jawab yang cukup berat. Sebagaimana halnya KPU, Badan Ad Hoc juga harus memiliki integritas, kapasitas, independensi, imparsialitas, dan netralitas yang kuat.

18.Bagaimana KPU Bantul dalam menyusun rencana evaluasi kampanye pilkada 2015 ?

Dalam menyusun rencana evaluasi kita melihat sasaran kampanyenya, pesan apa yang berhasil untuk mempengaruhi masyarakat dan bagaimana kinerja badan Ad Hoc dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat, itu baru rencana evaluasi


(4)

kalau evaluasi program kampanye kita mengevaluasi keseluruhan kegiatan kampanye nya mas.

19.Menurut anda bagaimana respon masyarakat terhadap kampanye yang dilakukan KPUD Bantul ?

Kalau model seperti kemarin itu respon masyarakat sangat sepi karena kita dibatasi dengan regulasi yang ada dan juga dibatasi oleh keterbatasan anggaran dari pemda yang harus dikelola oleh KPU.

B. Pertanyaan Ditunjukan Kepada Masyarakat Bantul

1. Apakah Anda mengetahui bentuk-bentuk kampanye KPUD Bantul dalam mengkampanyekan calon Bupati Bantul periode 2015-2020 ?

Mengetahui, seperti sosialisasi teknik pencoblosan dari KPUD Bantul, pengenalan calon paslon

2. Dimanakah Anda pernah melihat bentuk-bentuk kampaye KPUD Bantul ?

Di Dusun 4 Krame Tamantirto, ada spanduk, selembaran pas sosialisasi dilakukan

3. Bagaimana tanggapan Anda setelah melihat kampanye yang dilakukan KPUD Bantul ?

Hanya sekedar tau calon yang bakal jadi Bupati dari sosialisasi yang dilakukan dari KPUD untuk Dusun 4 Krame

4. Apakah menurut Anda pesan kampanye yang dilakukan oleh KPUD Bantul sudah tepat ?

Sudah tepat dengan cara sosialisasi

5. Apakah Anda memahami pesan kampanye yang disampaian oleh KPUD Bantul ?

Kalau yang berpendidikan memahami, tetapi yang tua-tua sangat kurang memahami

6. Apakah Anda tertarik dengan pesan kampanye yang dilakukan KPUD Bantul ?

Tertarik, karena menjadi tau tentang pencoblosan, tata cara pencoblosan, dan memberi tau jangan memihak satu calon

7. Apakah Anda mengetahui lokasi-lokasi yang digunakan oleh KPUD Bantul dalam berkampanye ?

Tau tetapi hanya beberapa dan tidak mengetahui semua lokasi karena dilihatnya kurang cukup meriah untuk ukuran pilkada Bantul yang wilayahnya cukup luas


(5)

8. Apakah menurut Anda lokasi kampanye yang dilakukan KPUD Bantul sudah cukup efektif ?

Kurang cukup efektif, karena tidak banyak spanduk atau baliho yang terlihat di wilayah Bantul

9. Darimana Anda mengenal calon Bupati Bantul selain dari kampanye yang dilakukan KPUD Bantul ?

Sapanduk dipinggir jalan atau ringroad, dan sosialisasi KPUD Bantul

10.Apakah Anda megetahui media-media apa sajakah yang digunakan oleh KPUD Bantul dalam berkampanye ?

Menegetahui beberapa seperti di radio dan koran

11.Apakah menurut Anda strategi kampanye yang dilakukan KPUD Bantul sudah cukup efektif ?

Kalau menurut saya mas masih kurang cukup efektif kalau di bandingkan dengan luasnya wilayah Bantul karena kalau dalam pilkada itu harus sangat meriah, suapaya masyarakat juga tertarik untuk mengikuti acara pilkada.

12.Apakah menurut Anda kampanye yang dilakukan KPUD Bantul dapat menarik minat masyarakat Bantul dalam menggunakan hak pilihnya ?

Masih kurang mas kalau menurut saya, karena dilihat pas hari H nya, banyak masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam pencoblosan pilkada Bantul

13.Apakah menurut Anda kampaye yang dilakukan KPUD Bantul dapat mengatasi permasalah pilkada di Bantul ?

Belum bisa, karena meningkatnya angka golput yang dilakukan oleh masyarakat sini , khususnya di Dusun 4 Krame

14.Apakah Anda setuju terhadap Undang-Undang PKPU No. 7 tahun 2015 tentang tata cara pemasangan alat peraga kampanye ?

Kurang setuju mas, karena PKPU No. 7 tahun 2015 tersebut dirasa masih banyak kekurangannya , dank arena adanya batasan-batasan dari peraturan tersebut mengakibatkan kurang meriahnya pilkada bantul yang lalu mas

15.Apakah kampanye yang dilakuan KPUD Bantul dapat meningkatkan jumlah pemilih di Bantul ?

Kalau untuk ukuran pilkada 2015 yang lalu menurut saya belum dapat menibgkatkan jumlah pencoblos mas, masih banyak soalnya mas yang tidak tau pasangan calon dan tata cara pencoblosan terutama nya pemilih pemula dan yang sudah cukup umur atau tua


(6)

16.Bagaimana saran Anda kepada KPUD Bantul dalam memperbaiki sistem kampanye tersebut ?

Saran untuk KPUD Bantul , sosialisasinya harus lebih digemborkan lagi, terus untuk pemilih pemula dan yang sudah tua agar lebih di utamakan, harus bisa meminimalisir kerusan saat kampanye berlangsung kemudian, jadwal kampanyenya jangan sampai bentrok yang akan mengakibatkan kerusan yang dapat membuat korban jiwa mas.