PENGARUH KONDISI TOPOGRAFI TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANTUL.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

AZIZ FAHMI HERTAMI NIM. 09405241042

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

(Q.S. Al Insyiroh : 6-7)

Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu. Tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu.

(Marcus Tullius Cicero – Filsuf Romawi)

Tidak ada hal yang terlalu indah untuk menjadi nyata, jika hal itu konsisten dengan hukum alam.

(Michael Faraday)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.

(Winston Churchill)

Kesuksesan berawal dari pilihan. Maka tekunilah dan yakinilah jalan hidup yang telah kau pilih.


(6)

v

Alhamdulillahirabbil’alamin, seiring rasa syukur yang tiada henti ku panjatkan kepada-Mu kupersembahkan karya ini untuk:

 Ibu dan Ayah tercinta (Bapak Dolah Zamawi dan Ibu Rifngatun) terimakasih untuk segala kasih sayang yang tiada henti mengalir, untuk jasa yang tak akan pernah terbalas.

 Pamanku (Almarhum Drs. Almunir) dan tanteku (Aminah, S.Pd.) yang telah ikut merawatku dan mendidikku sedari kecil, terimakasih atas segala kasih sayang yang tiada henti mengalir, untuk jasa yang tak akan pernah terbalas.  Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.

Karya sederhana ini juga kubingkiskan untuk:

Adik-adikku tercinta, Latif, Yaskun, Amalia, serta keponakanku tersayang, Cerilo yang selalu memberiku keceriaan.

 Sahabatku Catur, Hermawan, Taufik, Fajrin, Wahyu Whi, Mardi, Dian, dan Yayang, terimakasih untuk persahabatan kita, untuk tangis dan tawa, untuk semua pengalaman yang tak terlupakan.

 Teman-teman di Jurusan Pendidikan Geografi kelas reguler angkatan 2009; Bekti, Melinda, Ninda, Laros, Toffan, Afza, Hasan, Dwi, Murika, Isti, Wiwid, Ratih, Dede, Kiky, Saras, Dian, Aris, Kukuh, Yopi, Weni, Dea, Wulan, Erin, Susan, Dije, Latif, Chika, Latifah , Asti, Nurul, Mita, Bening, Agung, Chasan, Jarwo, Aulia, Faqih, Sumarti, Muflih, dan Kurniawan. Berjuang bersama kalian adalah pengalaman yang hebat.

 Rekan-rekan dan segenap kru Teman Piknik Tour & Travel: Kang Amrun, Kang Anwar, Kang Takul. Bersama kalian, keceriaan secangkir kopi adalah kebahagiaan yang selalu mewarnai perjuangan sehari-hari.


(7)

vi

PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANTUL

Oleh: Aziz Fahmi Hertami NIM : 09405241042

ABSTRAK

Pemilihan Presiden (PILPRES) tahun 2014 sebagai pesta demokrasi nasional menarik dikaji melalui sudut pandang geografi politik yang dipersempit lingkup kajiannya sebatas Political Region. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di D.I. Yogyakarta yang memiliki variasi kondisi topografi paling kompleks, berdasarkan data dari KPU menyatakan bahwa pada PILPRES 2014 lalu tingkat partisipasi pemilih sebesar 81,31 %. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui distribusi partisipasi pemilih pada PILPRES 2014 di Kabupaten Bantul. 2) Hubungan antara kondisi topografi Kabupaten Bantul dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi pemilih pada PILPRES 2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi pada penelitian ini adalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang telah ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Bantul untuk Pilpres 2014 yaitu sebanyak 732.124 jiwa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik penarikan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Metode pengumpulan data menggunakan : 1) Observasi untuk memperoleh gambaran umum kondisi topografi. 2) Dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. 3) Kuesioner untuk memperoleh data primer. 4) Wawancara untuk mendapatkan jawaban dari hipotesis penelitian. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis uji validitas, uji normalitas, dan uji reliabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Distribusi tingkat partisipasi pemilih pada PILPRES 2014 di Kabupaten Bantul berdasarkan kondisi topografi, persentase terendah terdapat di Kecamatan Sanden sebesar 77,94 %, diikuti oleh Bambanglipuro sebesar 78,46%, Imogiri sebesar 78,88%, Pundong sebesar 79,81%, dan Banguntapan sebesar 79,94%. Kecuali Kecamatan Imogiri, merupakan wilayah dengan kategori topografi A (datar-berombak). 2) Kondisi topografi Kabupaten Bantul ternyata tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih pada PILPRES 2014 lalu. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih terutama yaitu faktor sosial-ekonomi, antara lain berupa lebih memilih menjalankan kegiatan produktif seperti berladang, menggarap sawah, mengurus ternak, dan berniaga. Pandangan pemilih terhadap pasangan-pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang ada juga turut mempengaruhi preferensi pemilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak pilihnya.


(8)

vii

Alhamdulillahiraabil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kondisi Topografi Terhadap Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Bantul”, dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan, motivasi, bantuan, arahan, dan bimbingan yang sangat besar dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan berbagai fasilitas

pendidikan dan kenyamanan bagi mahasiswa, serta telah memberikan izin kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian untuk keperluan penyusunan tugas akhir skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan dan kemudahan dalam penelitian skripsi ini. 4. Nurhadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga,

pikiran untuk memberikan saran, kritik, dan bimbingan dalam skripsi ini agar cepat terselesaikan.

5. Drs. Agus Sudarsono, M.Pd. selaku dosen narasumber dalam penelitian ini yang telah bersedia memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini. 6. Almarhum Sugiharyanto M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa


(9)

viii

untuk ilmu, bimbingan, dan kasih sayang yang telah diberikan.

8. Bapak Agung Yulianto, S.E. yang telah membantu dan memberikan masukan demi kelancaran dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian ini.

10. Bupati Kabupaten Bantul yang telah memberikan izin penelitian.

11. Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Bantul yang telah memberikan kemudahan dan data-data pendukung yang diperlukan.

12. Kedua orang tuaku Bapak Dolah Zamawi dan Ibu Rifngatun, serta saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan doa, semangat, dan dukungan untuk penelitian skripsi ini.

13. Pamanku (Alm) Drs. Almunir dan tanteku Ibu Aminah, S.Pd. yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan juga telah ikut mendidikku dari kecil.

14. Kedua sahabatku Taufik Walinono, S.Pd. dan Hermawan Kuswantoko, S.Pd. yang telah meluangkan waktu dan tenaga membantu dalam penelitian di lapangan.

15. Sahabatku Yayang Fajar Pradesta, S.Pd. dan Dian Saputra, S.Pd. yang telah memberikan berbagai saran dan masukan yang konstruktif selama penelitian.

16. Sahabat-sahabatku dari Pendidikan Geografi 2009, terimakasih atas bantuan dan motivasi sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dan kemurahan hati yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan serta karya sederhana ini


(10)

ix

sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan serta dapat menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT. Amin.

Yogyakarta, 14 Juli 2016 Penulis


(11)

x

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9

B. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 16

C. Kerangka Pikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 23

D. Populasi dan Sampel ... 23

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 27

H. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 37

1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian ... 37

2. Kondisi Topografi Wilayah Penelitian ... 40

3. Penggunaan Lahan ... 43

4. Kondisi Iklim Wilayah Penelitian ... 45

5. Kondisi Demografis Wilayah Penelitian ... 47

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data ... 50

2. Uji Validitas ... 51

3. Uji Reliabilitas ... 53

C. Analisis Data ... 54

D. Pembahasan ... 67

1. Wilayah Dengan Topografi Datar-Berombak ... 67

2. Wilayah Dengan Topografi Berombak-Berbukit ... 80

3. Wilayah Dengan Topografi Berbukit-Bergunung ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(12)

xi

Nomor Halaman

1. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Bantul ... 3

2. Pembagian Status Desa Perkotaan dan Desa Perdesaan ... 4

3. Kisi-Kisi Kuesioner ... 27

4. Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul ... 38

5. Pembagian Wilayah Berdasar Ketinggian Tempat ... 40

6. Pembagian Wilayah Berdasar Kemiringan Lereng ... 42

7. Data Penggunaan Lahan ... 43

8. Data Curah Hujan Kabupaten Bantul 2002-2011 ... 45

9. Sebaran Penduduk di Kabupaten Bantul ... 47

10. Komposisi Penduduk di Kabupaten Bantul 2012 ... 48

11. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantul 2012 ... 49

12. Hasil Uji Validitas ... 52

13. Hasil Uji Reliabilitas ... 53

14. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 55

15. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 55

16. Karakteristik Responden Berdasar Tingkat Pendidikan ... 56

17. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Pekerjaan ... 56

18. Karakteristik Partipasi Pemlih ... 57

19. Koefisien Determinasi Variabel X terhadap Y ... 59

20. T-hitung dan Signifikansi Variabel X terhadap Y ... 60

21. F-hitung dan Signifikansi Variabel X terhadap Y... 61

22. Kemiringan Lereng Kecamatan Srandakan ... 68

23. Kemiringan Lereng Kecamatan Sanden ... 69

24. Kemiringan Lereng Kecamatan Bambanglipuro ... 69

25. Kemiringan Lereng Kecamatan Pandak ... 70

26. Kemiringan Lereng Kecamatan Jetis ... 72

27. Kemiringan Lereng Kecamatan Sewon ... 74

28. Kemiringan Lereng Kecamatan Kretek ... 75

29. Kemiringan Lereng Kecamatan Sedayu ... 76

30. Kemiringan Lereng Kecamatan Kasihan ... 77

31. Kemiringan Lereng Kecamatan Pleret ... 78

32. Kemiringan Lereng Kecamatan Pundong ... 79

33. Kemiringan Lereng Kecamatan Pajangan ... 80

34. Kemiringan Lereng Kecamatan Piyungan ... 81

35. Kemiringan Lereng Kecamatan Imogiri ... 82

36. Kemiringan Lereng Kecamatan Dlingo ... 84

37. Distribusi Partisipasi Pemilih di Kabupaten Bantul ... 85


(13)

xii

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangka Berpikir ... 19

2. Skema Desain Penelitian ... 22

3. Peta Administratif Kabupaten Bantul ... 39

4. Peta Ketinggian Tempat Kabupaten Bantul ... 41

5. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bantul ... 44

6. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bantul ... 46

7. Histogram Uji Normalitas Data ... 58


(14)

xiii

Nomor Halaman

1. Tabulasi Data Responden ... 97

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100

3. Uji Normalitas ... 105


(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 sebagai pesta demokrasi nasional menarik dikaji melalui sudut pandang geografi politik yang dipersempit lingkup kajiannya sebatas Political Region. Menurut Taylor (2000: 783), jika politik diartikan sebagai pendistribusian kekuasaan (power), kewenangan (rights) dan tanggungjawab (responsibilities) dalam kerangka capaian politik (nasional), maka geografi politik berupaya mencari hubungan antara konstelasi geografi dengan pendistribusiannya. Hal ini disebabkan karena pendistribusian itu harus disebar pada hamparan geografis dimana penduduk menjadi bagian administratif suatu wilayah dan memiliki ciri-ciri ataupun watak yang tidak homogen dengan wilayah lain dalam suatu negara.

Menurut Bintarto dalam Hartono (2007: 4), geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan program. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka aspek-aspek dalam geografi sangat mempengaruhi segala aktivitas masyarakat suatu negara, baik aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan politik.


(16)

Kabupaten Bantul, adalah salah satu Daerah Tingkat II di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07º44'04" - 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, di sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan (Statistik Daerah Kabupaten Bantul, 2013).

Luas Kabupaten Bantul adalah 506 Km², yang terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun/pedukuhan. Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km² tetapi dengan populasi relatif kecil, yakni 35.667 jiwa. Beda halnya dengan Kecamatan Banguntapan yang mempunyai luas 28,48 Km², terdiri dari 8 desa, 57 dusun, tetapi dengan populasi terbanyak, yakni 122.510 jiwa. Kecamatan Imogiri memiliki jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak dengan 8 desa dan 72 pedukuhan, meski penduduknya hanya berjumlah 56.536 jiwa. Seluruh desa dan dusun yang ada di Kabupaten Bantul berikut keterangan luas wilayah tiap desa dan populasi penduduknya dapat dilihat pada Tabel 1.


(17)

Tabel 1. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Bantul

No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Desa Jumlah Dusun (Km²) Luas

1 Srandakan 28.668 2 43 18,32

2 Sanden 29.744 4 62 23,16

3 Kretek 29.323 5 52 26,77

4 Pundong 31.779 3 49 24,30

5 Bambanglipuro 37.311 3 45 22,70

6 Pandak 47.908 4 49 24,30

7 Pajangan 33.216 3 55 33,25

8 Bantul 59.754 5 50 21,95

9 Jetis 52.131 4 64 21,47

10 Imogiri 56.536 8 72 54,49

11 Dlingo 35.667 6 58 55,87

12 Banguntapan 122.510 8 57 28,48

13 Pleret 43.731 5 47 22,97

14 Piyungan 49.427 3 60 32,54

15 Sewon 105.701 4 63 27,16

16 Kasihan 112.708 4 53 32,38

17 Sedayu 44.798 4 54 34,36

Jumlah 921.263 75 933 504,47

Sumber: Kecamatan Bantul Dalam Angka, 2013

Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dalam Perda No. 2 Tahun 1995 yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul mengenai batas wilayah kota, maka status desa dipisahkan sebagai desa ‘perdesaan’ dan ‘perkotaan’. Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan ada sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan perdesaan sebanyak 34 desa. Pembagian tersebut memang mengacu pada pemusatan penduduk, dan aspek infrastruktur seperti pasar, jalan raya, sarana kesehatan, sarana pendidikan, dan perkantoran administratif kecamatan. Klasifikasi secara detail mengenai status wilayah desa perdesaan dan desa perkotaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(18)

Tabel 2. Pembagian Status Desa Perkotaan dan Desa Perdesaan

No Kecamatan Status Desa/Kelurahan

Perdesaan Perkotaan

1 Srandakan Poncosari, Trimurti

2 Sanden Srigading, Gadingsari,

Gadinghardjo Murtigading

3 Kretek Tirtohargo, Parangtritis,

Tirtosari, Tirtomulyo Donotirto

4 Pundong Selohardjo, Panjangrejo

Srihardono

5 Bambanglipuro Sumbermulyo, Sidomulyo,

Mulyodadi

6 Pandak Caturharjo, Triharjo,

Gilangharjo, Wijirejo

7 Bantul Sabdodadi Palbapang,

Ringinharjo Bantul, Trirenggo

8 Imogiri Selopamioro, Sriharjo

Karangtengah, Kebonagung, Karangtalun, Imogiri, Wukirsari, Girirejo

9 Dlingo Mangunan, Muntuk

Temuwuh, Jatimulyo Terong, Dlingo

10 Jetis Patalan, Canden, Trimulyo,

Sumberagung

11 Pleret Bawuran, Wonolelo

Segoroyoso, Wonokromo, Pleret 12 Piyungan Sitimulyo, Srimulyo, Srimartani

13 Baguntapan Tamanan,

Singosaren, Wirokerten Jambidan, Potorono

Baturetno, Banguntapan, Jagalan

14 Sewon Pendowoharjo, Timbulharjo Bangunharjo,

Panggungharjo

15 Kasihan Tamantirto, Ngestiharjo

Bangunjiwo Tirtonirmolo

16 Pajangan Guwosari, Triwidadi,

Sendangsari

17 Sedayu Argodadi, Argomulyo, Argosari,

Argorejo Sumber : Data Primer, 2015


(19)

Ditinjau dari ragam kependudukan, corak masyarakat di Kabupaten Bantul memang relatif seragam dibanding Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Kecamatan Sewon, Kasihan, dan Banguntapan kondisi penduduknya relatif lebih heterogen karena dihuni oleh banyak pendatang, serta berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Populasi penduduk selain dari tiga kecamatan yakni Sewon, Kasihan, dan Banguntapan, didominasi oleh penduduk asli.

Kabupaten Bantul dijadikan sebagai lokasi penelitian karena memiliki bentang alam yang variatif. Wilayah Kecamatan Pajangan, Piyungan, Sedayu, dan Dlingo berupa bentang perbukitan. Kecamatan Kretek, Sanden, dan Srandakan wilayahnya pesisir, sedangkan kecamatan lainnya berupa dataran, baik berbentuk pemukiman desa perkotaan, desa perdesaan, dan bentanglahan pertanian (sawah). Ditinjau dari segi topografi, bentanglahan pada Kabupaten Bantul lebih variatif dibanding kabupaten lain, dan letaknya yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta juga menimbulkan kondisi masyarakat yang cukup plural dan menarik. Perbedaan bentanglahan dan aspek-aspek kependudukan tersebut akan peneliti kaji secara geografi politik terkait dengan partisipasi penduduk dalam Pilpres 2014 lalu.

Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DIY, golongan putih (golput) pada Pilpres tahun 2014 mencapai 20,16 % (www.koran-sindo.com), artinya hanya 79,84 % pemilih yang menyumbangkan suaranya dan terbagi dalam dua kelompok pemilih: Jokowi-JK dengan 1.234.249 (55,81%) suara dan Prabowo-Hatta dengan 977.341 (44,19%) suara.


(20)

Di Kabupaten Bantul dengan 2.295 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di 17 kecamatan terkumpul sebanyak 584.915 suara atau mencapai 81,3%. Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 271.535 suara dan pasangan Jokowi-JK sebanyak 313.383 suara dari total suara yang terkumpul (www.sorotjogja.com).

Terlepas dari hasil perolehan suara di atas, peneliti memfokuskan kajian ini pada tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul yang sebesar 81,3%. Peneliti akan mengkaji sejauh mana kondisi topografi mempengaruhi tingkat partisipasi penduduk dalam Pilpres 2014. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis masalah tersebut melalui sudut pandang studi geografi politik. B. Identifikasi Masalah

1. Tingkat partisipasi sebesar 81,3% pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi topografi yang mempengaruhi pemilih untuk datang atau tidak datang ke TPS.

2. Sejumlah 2.295 TPS tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Bantul. Mengingat kondisi topografi Kabupaten Bantul yang bervariasi tentunya berpengaruh terhadap tingkat partisipasi penduduk untuk datang atau tidak datang ke TPS.

3. Kondisi topografi Kabupaten Bantul yang beragam, yakni topografi datar-berombak, berombak-berbukit, dan berbukit-bergunung memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini fokus pada tingkat partisipasi penduduk pada Pemilihan Presiden tahun 2014, yang selanjutnya disebut Pilpres 2014 di Kabupaten


(21)

Bantul, yakni sebesar 81,3%. Penduduk dalam penelitian ini yaitu penduduk Kabupaten Bantul yang telah terdaftar sebagai pemilih sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan oleh KPU, yang selanjutnya disebut dengan pemilih. Analisis yang akan dilakukan mengacu pada aspek-aspek geografi politik, yakni : kondisi topografi Kabupaten Bantul, persebaran TPS di 17 kecamatan, jumlah pemilih tiap kecamatan, dan tipikalisasi penduduk terkait bentang wilayah di Kabupaten Bantul. Aspek-aspek tersebut akan dikaitkan, dengan tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres2014.

D. Rumusan Masalah

Setelah memaparkan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, dan batasan masalah, penelitian ini akan mengangkat rumusan masalah berikut: 1. Bagaimana distribusi partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di

Kabupaten Bantul.

2. Adakah hubungan antara kondisi topografi dengan tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul.

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui distribusi partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul berdasarkan kondisi topografi.

2. Mengetahui hubungan antara kondisi topografi dengan tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat praktis dan teoritis. Manfaat praktis adalah manfaat yang langsung dapat diaplikasikan setelah


(22)

penelitian ini dilakukan, sedangkan manfaat teoritis acuannya lebih pada dedikasi peneliti terhadap ilmu pengetahuan (Gulo, 2002: 21).

1. Manfaat Praktis

a) Bagi KPU D.I. Yogyakarta, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman hal-hal terkait kondisi geografi politik di D.I. Yogyakarta, serta dapat menjadi sarana dokumentasi berupa ulasan ilmiah terkait hal di atas.

b) Bagi peneliti, penelitian ini menjadi motivasi peneliti karena penelitian atau studi mengenai geografi politik belum begitu populer di ranah nasional, dan tentunya menjadi fitrah tersendiri dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti aktivitas akademis di universitas.

2. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian yang akan dilakukan di kemudian hari, khususnya yang berhubungan dengan pengkajian bidang geografi politik, dan ilmu sosial pada umumnya. b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan bidang

Ilmu-ilmu Sosial, dan sebagai bentuk sumbangsih peneliti terhadap ilmu pengetahuan.


(23)

9

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Geografi Politik

Geografi Politik adalah ajaran mengenai bentang alam sebagai ruang hidup politik dimana kehidupan negara berlangsung (Hermawan, Iwan: 2009). Menurut Robinson (dalam Abdurachmat, dkk: 1998) menyatakan geografi politik adalah “…that the major objective of polltical geography is the analysis of inter-state relationships and of internal adaptations to environmental conditions”. Objek geografi politik adalah analisis dan hubungan antarnegara dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam negara tersebut. Ruang lingkup kajian geografi politik mencakup tiga hal, yakni: Environmental Relationships, National Power, dan Political Region.

Berdasarkan pemahaman tentang hakikat geografi politik di atas, maka penelitian ini mengacu pada cakupan Political Region, yakni menitikberatkan pada hal-hal teoritis seperti dasar, tujuan dan ruang lingkup geografi politik serta pengorganisasian keruangannya. Cakupan tersebut merupakan poin esensial dalam penataan TPS pada pemilu sehingga harus dipetakan agar ditemui titik-titik lokasi TPS yang tidak kondusif. Lokasi TPS yang tidak kondusif adalah lokasi TPS yang tidak sesuai dari segi jarak, lokasi, dan berbagai situasi serta kondisi yang menyulitkan para pemilih untuk melakukan pencoblosan


(24)

Bentang wilayah yang menjadi titik-titik persebaran TPS tentu mempengaruhi para pemilih untuk berpartisipasi dalam pemilu atau tidak. 2. Pengertian Demokrasi

Menurut Joseph A. Schmeter dalam Kamil (2002: 82), demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional dalam mencapai keputusan politik di mana individu-individu dapat memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Artinya, rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi.

Berdasarkan pemahaman demokrasi yang dijelaskan oleh Kamal di atas, maka dapatlah dipahami bahwa rakyat memiliki kekuatan penuh dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Dikatakan demikian karena demokrasi adalah people rule, dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan, dan suara yang sama dalam mengatur pemerintahan di dunia publik.

Sejak negara modern tidak dapat melakukan pengambilan keputusan secara langsung, mereka butuh perwakilan, yang diperlukan untuk mengagregasikan kepentingan melalui partai politik dan kelompok kepentingan. Hal ini disebabkan pemilihan umum menentukan proses keterwakilan dalam pemerintah. Pemilihan umum menjadi kebutuhan utama dalam demokrasi (Tim Penulis Kompas, 2001: 113).

Berdasarkan beberapa pemikiran di atas maka dapat ditarik benang merah bahwa; (1) demokrasi adalah ideologi yang mengacu pada kekuatan


(25)

suara rakyat, (2) negara yang menganut paham demokrasi harus melakukan pemilu dalam proses pergantian kekuasaan, (3) Partai politik dibutuhkan untuk mengakomodasikan kelompok kepentingan yang bersumber dari suara rakyat.

3. Pengertian Kesadaran Politik

Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang mencerminkan keinsyafan dari setiap warga terkait urgensitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kesadaran politik inilah yang menjadi poin penting dalam kehidupan bernegara karena tugas-tugas negara bersifat menyeluruh dan kompleks. Itulah sebabnya jika tanpa dukungan positif dari seluruh rakyat akan banyak tugas negara yang terbengkalai, Ramlan, S. (2010: 114).

Menurut Waluyo (2007: 46), kesadaran politik adalah apabila seluruh warga negara menyadari kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Kepentingan negara tidak sama dengan kepentingan pemerintah karena negara tidak hanya dibentuk oleh pemerintah, tetapi oleh seluruh warga negara.

Berdasarkan dua pemahaman tentang kesadaran politik di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kesadaran politik adalah suatu kondisi yang kondusif, yang harus dibangun, dan harus selalu ditegakkan oleh seluruh warga negara agar pemerintahan suatu negara dapat berjalan dengan baik. Artinya, setiap warga negara harus sadar dan ambil bagian dalam peristiwa politik. Berdasarkan fungsinya, pemilu merupakan prosesi politik


(26)

yang sangat menentukan keberlangsungan suatu negara. Oleh sebab itu setiap setiap warga negara harus berperan (memberikan suara).

4. Pengertian Partisipasi

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Di negara-negara yang proses modernisasinya secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi warga negara meningkat. Modernisasi politik dapat berkaitan dengan aspek politik dan pemerintah. Partisipasi politik pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah. a. Pengertian partisipasi politik

Pemerintah dalam membuat dan melaksanakan keputusan politik akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Dasar inilah yang digunakan warga masyarakat agar dapat ikut serta dalam menentukan isi politik. Perilaku-perilaku yang demikian dalam konteks politik mencakup semua kegiatan sukarela, dimana seorang ikut serta dalam proses pemilihan pemimipin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum. MenurutMiriam Budiarjo (1998: 183), partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan


(27)

pemerintah. Menurut Huntington dan Nelson (1990: 6), parpartisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuat keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal dan efektif atau tidak efektif. Menurut Davis (dalam Sastroatmodjo 1995: 85), partisipasi politik adalah sebagai mental dan emosinal yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan atau cita-cita kelompok atau turut bertanggungjawab padanya.

Sistem negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya melalui kegiatan bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang pimpinan. Berdasarkan pengertian mengenai partisipasi politik di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpatispasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah. b. Bentuk-bentuk partisipasi politik

Bentuk-bentuk partisipasi politik seorang tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya. Bentuk partisipasi politik yang paling umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) rentan untuk memilih calon wakil


(28)

rakyat atau untuk memilih kepala negara. Di dalam buku Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Philip Althoff mengidentifkasi bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut:

1) Menduduki jabatan politik atau adiministarasi, 2) Mencari jabatan politik atau administrasi,

3) Mencari anggota aktif dalam suatu organisasi politik, 4) Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik, 5) Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi politik, 6) Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi politik, 7) Paritispasi dalam rapat umum, demonstrasi, dsb.,

8) Partisipasi dalam diskusi politik internal, 9) Partisipasi dalam pemungutan suara.

Sastroatmodjo (1995: 74) juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk paritipasipasi politik berdasarkan jumlah pelakunya yang dikategorikan menjadi dua yaitu partisipasi individual dan partisipasi kolektif. Partisipasi individual dapat berwujud kegiatan seperti menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan kepada pemerintah. Partisipasi kolektif adalah bahwa kegiatan warga negara secara serentak dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa seperti dalam kegiatan pemilu. Sementara itu, Milbarth dan Goel (dalam Suharno 2004: 104) membedakan partisipasi politik menjadi beberapa kategori :

1) Apatis, adalah orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.


(29)

2) Spektator, adalah orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilu.

5. Pengertian Pemilu

Berdasarkan UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat (2) kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam demokrasi modern yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Pemilihan umum dilaksanakan untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, menyatakan bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Repbulik Indonesia tahun 1945. Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Oleh sebab itu, dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Sesuai dengan asas bahwa rakyatlah yang berdaulat maka semuanya itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Apabila pemerintah tidak mengadakan pemilu atau memperlambat pemilu, maka dapat disebut sebagai pelanggaran hak asasi.


(30)

6. Pemilu Sebagai Objek Kajian Geografi Politik

Menurut Peter Taylor dan Ronald Johnson, dalam Glassner (1993: 184-185), ada tiga fokus utama kajian geografi pemilu; a) the geography of voting, yang mengkaji pola dan sebaran perolehan suara hasil pemilu, b) pengaruh faktor geografis dalam perolehan suara termasuk hal-hal yang mempengaruhinya seperti kampanye, isu dan propaganda, kandidat/calon, dan efek ketetanggaan “the neighborhood effect.” Dan, 3) geografi perwakilan, yang mengkaji sistem representasi atau sistem pemilu yang diterapkan pada suatu wilayah.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka fenomena pemilih golput dapat menjadi objek kajian yang menarik karena juga melibatkan banyak faktor terkait kondisi geografi, politik, sosial, bahkan psikologi masa. Hal ini karena fenomena golput tentu disebabkan oleh adanya ketidaktepatan kondisi dan situasi (dalam batasan yang luas) yang menyebabkan pemilih menjadi golput. Itulah sebabnya, dalam penelitian ini tidak hanya membatasi aspek politik saja yang dapat menimbulkan adanya kelompok golput, tetapi juga aspek geografis yang mencakup bentang wilayah, pola sebaran suara, dan kaitannya dengan penataan TPS. Aspek-aspek keruangan memang sangat penting dalam suatu aktivitas politik dalam hal ini.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian pustaka dimaksudkan untuk me-review penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, dan yang memiliki relevansi terhadap objek yang akan


(31)

penulis analisis dalam penelitian. Penulis mencantumkan tiga penelitian dalam hal ini, yaitu:

1. Dwijayanto (2008) dalam skripsinya berjudul, “Fenomena Golput pada Pilgub Jateng 2008-2013: Studi Kasus Masyarakat Golput Semarang.” Penelitian ini menemukan bahwa perolehan angka golput yang tinggi di Kota Semarang (37,52%) disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah: a) Lemahnya Sosialisasi tentang Pilgub. Pemerintah dalam hal ini Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Semarang serta Komisi Pemilihan Umum (KPU) dirasa masih sangat kecil peranannya dalam rangka mensosialisasikan pengetahuan tentang Pilgub Jateng. Hal itu terbukti dari hasil wawancara yang diwakili oleh 100 responden pemilih golput, mayoritas mereka tidak mengetahui secara lengkap para kandidat yang berkompetisi dalam Pilgub Jateng 2008. b) Lebih Mementingkan Kebutuhan Ekonomi. Tuntutan ekonomi merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi mayoritas responden. Dengan demikian, apabila dihadapkan pada pilihan antara harus bekerja atau menyempatkan diri datang ke TPS untuk berpartisipasi dalam Pilgub maka mayoritas responden lebih memilih untuk bekerja. Pernyataan ini terbukti dengan data dimana sebesar 63% responden mengaku golput karena alasan pekerjaan. c) Sikap Apatisme terhadap Pilgub. Mayoritas responden (67%) dalam perspektif politis menganggap bahwa dengan dilaksanakannya Pilgub tidak akan membawa perubahan apapun baik terhadap provinsi maupun kehidupan mereka. Menurut mereka perhelatan semacam Pilgub ini hanyalah sebuah rutinitas


(32)

politik saja tanpa menjanjikan suatu perubahan yang berarti. Mayoritas responden mengaku jenuh dengan silih bergantinya pemimpin yang masih saja tidak dapat memperbaiki keadaan.

2. Handayani (2011) dalam tesisnya, “Fenomena Golput dalam Pemilihan Bupati Tuban Tahun 2006 Perspektif Politik Islam,” menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan datanya dengan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Handayani berhasil menemukan bahwa ada beberapa faktor yang menimbulkan kelompok golput pada pemilu tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud mencakup: sosio-ekonomi, pendidikan, dan juga peran KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) sebagai penyelenggara pilkada terkait masalah DPT (Daftar Pemilih Tetap). Masyarakat bersikap apatis terhadap KPUD sehingga menimbulkan angka golput yang cukup tinggi, bahkan kekecewaan yang berlarut-larut bagi para pemilih.

3. Setiawan (2011) dalam skripsinya yang berjudul, “Cara Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pasca Reformasi,” mendeskripsikan proses pilpres yang sejak rutuhnya orde baru mulai menggunakan sistem pemilihan langsung, dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Pemilu presiden dan wakil presiden pasca reformasi (yakni pada tahun 2004) telah menggunakan sistem pilihan langsung oleh rakyat dan hal tersebut telah sesuai dengan landasan hukumnya, yakni Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945 bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Undang-Undang Nomor


(33)

23 Tahun 2003 digunakan sebagai payung hukum pemilu 2004 dan awal terselenggaranya pemilu yang demokratis sudah menunjukkan sinyal positif bagi perkembangan demokrasi Indonesia.

Berdasarkan tiga penelitian terdahulu yang telah peneliti terangkan di atas, maka dapatlah diketahui bahwa pemilu –baik pemilihan gubernur dan wakil gubernur, dan pemilihan presiden dan wakil presiden– adalah objek kajian yang telah dilakukan dengan berbagai sudut pandang ilmu. Dwijayanto mengkaji pemilu dari sudut pandang ilmu sosial dan politik, Handayani mengkaji pemilu dari sudut pandang Hukum Islam, dan Setiawan mengkaji dari sudut pandang Ilmu Hukum. Penelitian yang mengambil objek pengaruh kondisi topografi terhadap adanya pemilih golput pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan sebelumnya.

C. Kerangka Pikir

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar bagan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa salah satu bidang yang dikaji dalam geografi politik adalah pemilu. Dengan demikian, aspek-aspek spasial dalam cakupan kondisi geografis yaitu topografi, sebagaimana lazimnya objek kajian geografi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih.

Pilpres 2014 PILPRES 2014

Pemilih Kondisi Topografi

Partisipasi Pemilih


(34)

20

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendapatkan informasi dari responden. Informasi berupa identitas, nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, atau informasi lainnya. Menurut Moch. Nazir (2005: 89) metode deskriptif adalah studi yang berusaha menemukan fakta dengan inpretasi yang tepat yang di dalamnya termasuk studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalkan bias dan memaksimalkan reabilitas. Metode deskriptif ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai seluruh variabel penelitian secara independen.

Menurut Sugiyono (2005: 1), penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian, arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan desain riset deskriptif. Desain deskriptif bertujuan untuk menjelaskan berbagai


(35)

permasalahaan seperti: menjelaskan karakteristik suatu kelompok yang relevan, mengestimasi persentase unit dalam populasi tertentu yang menunjukkan pola perilaku tertentu, mengetahui seberapa besar hubungan suatu variabel dan untuk mengetahui prediksi secara spesifik (Malhotra, 2005: 85). Pendekatan kualitatif seperti dinyatakan oleh Bogdan dan Taylor (1975: 5), yang mendefinisikan bahwa kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Mengacu pada pemahaman di atas, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan satu kali dalam satu periode waktu (single cross sectional design). Kegiatan pengumpulan data atau informasi diperoleh dari satu jenis sampel responden dan hanya untuk satu waktu (Rangkuti, 2003: 20). Cara untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakanlah teknik survey dengan menyebarkan kuesioner di lokasi penelitian, yang selanjutnya data atau informasi yang diperoleh akan diolah dengan bantuan program komputer SPSS 20.00 for Windows. Pendekatan kualitatif diperlukan guna mendapat informasi pendukung dari narasumber yang berkompeten. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan pejabat KPUD Kabupaten Bantul.

Model penelitian ini memiliki dua variabel utama, yaitu kondisi topografi Kabupaten Bantul sebagai variabel bebas (independent variable) dan partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul sebagai variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat, sedangkan


(36)

variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi, atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 1993: 33). Desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Skema Desain Penelitian Gambar 2. Skema Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian

Cakupan lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Bantul yang terdiri dari 17 kecamatan, dan 75 desa yang menjadi Panitia Pemungutan Suara (PPS) pada Pilpres 2014 lalu. Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2014 sampai dengan November 2015.

Kondisi Topografi Kab. Bantul

Partisipasi Pemilih di Kab. Bantul PEMILIH PADA PILPRES 2014

- Kemiringan lereng - Lokasi TPS

- Akomodasi/Akses menuju TPS - Insfrastruktur


(37)

C. Variabel dan Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2010: 38) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel itu adalah sebagai berikut:

1. Variebel Independen atau Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2010:39) “variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Pada penelitian yang menjadi variabel independen (X) adalah kondisi topografi Kabupaten Bantul. 2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat

Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2010: 39) adalah “variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas).” Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel dependen (Y) adalah tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul.

D. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013: 80-81), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik


(38)

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (2013: 174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi yang besar sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Maka, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Populasi dalam penelitian ini adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Kabupaten Bantul pada saat berlangsungnya Pilpres 2014. Jumlah populasi tersebut mencakup WNI asli Kabupaten Bantul dan pendatang yang telah menjadi warga atau berdomisili dalam wilayah administratif tersebut. Indikator yang paling reprensetatif sebagai populasi dalam penelitian ini adalah mengacu pada daftar pemilih yang ditetapkan oleh KPU Bantul, yakni sebanyak 732.124 pemilih, (www.bantulkab.go.id), diakses 15 Oktober 2014.

Pengambilan sampel dari populasi sebanyak 732.124 tersebut, menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Pengambilan sampel ini peneliti tentukan sendiri didasarkan pada keterkaitan responden terhadap Pilpres2014, dan terdaftar secara sah sebagai pemilih. Adapun sampel yang akan diambil sebanyak 100 orang, dan supaya mendapatkan data yang berimbang, maka akan diambiil 50 orang wanita dan 50 orang pria, yang tersebar di 17 Kecamatan dan 75 desa di Kabupaten Bantul.


(39)

Data 100 sampel tersebut dikerucutkan dan dianalisis hanya responden yang menyatakan diri sebagai golput atau tidak berpartisipasi memberikan suara.

Teknik pengambilan sampel yang akan dipraktikkan di lapangan adalah menggunakan teknik accidental sampling. Sugiyono (2013: 85) menjelaskan bahwa teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Asalkan calon responden telah terdaftar sebagai pemilih pada Pilpres 2014 lalu, terlepas berpartisipasi atau tidak, maka calon responden tersebut potensial menjadi responden dengan mengisi kuesioner yang peneliti berikan, dan setelah peneliti mendapatkan sampel sejumlah 100 orang, maka pengambilan data di lapangan dengan kuesioner akan dihentikan.

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian (Arikunto, 2013: 188). Subjek penelitian dapat berupa manusia, benda, maupun tempat, sedangkan objek penelitian, yaitu variabel penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul dan salah seorang narasumber yang berkompeten terkait Pilpres 2014 di Bantul, yakni Kepala KPU Bantul (Muhammad Johan Komara, S.IP.). Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh kondisi topografi Kabupaten Bantul terhadap tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014.


(40)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpul data lapangan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner atau angket dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka adalah angket yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, sedangkan angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2013: 195). Penelitian ini menggunakan 16 pertanyaan berjenis angket tertutup dengan alasan:

1. Jenis angket tersebut memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban.

2. Lebih praktis dan sistematis.

3. Keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga penelitian.

Sistem penilaian yang digunakan, penulis menggunakan skala likert dalam bentuk check list,dengan empat pilihan jawaban:sangat setuju (SS) dengan Skor 4, setuju (S) dengan skor 3, tidak setuju (TS) dengan skor 2, sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Dengan menggunakan empat alternatif pilihan, responden tidak dapat memilih alternatif tengah atau netral sehingga bias kecenderungan penggunaan alternatif pilihan di tengah atau netral dapat dihindari (Arikunto, 2013: 284). Tabel 3 berikut ini, selain menjadi acuan dalam pembuatan soal kuesioner, dijadikan pula acuan atau kisi-kisi dalam pertanyaan wawancara, yang akan digali jawabannya dari narasumber yang memiliki kompetensi, yaitu Muhammad Johan Komara, S.IP. selaku kepala KPU


(41)

Kabupaten Bantul. Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara akan dijadikan penguat analisis dari data yang diperoleh melalui kuesioner.

Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner

No Variabel Rincian Indikator No Soal

1 Kondisi Topografi

Kabupaten Bantul --Bentang Lahan Lokasi TPS -Akses Menuju TPS -Infratruktur

1,2, 3,4, 5,6, 7,8, 2 Partisipasi pemillih

pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul.

-Kesadaran Hak Pilih

-Pemahaman tentang konsep partisipasi politik

-Respon terhadap dua pasangan calon yang diusung.

-Sosialisasi Pilpres

9, 10, 11,12, 13,14, 15,16

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi adalah langkah pertama dalam penelitian ini, dimana penulis melakukan penelusuran dan pemburuan hal-hal seputar tema, dan segala kemungkinan yang dapat dikembangkan seputar objek kajian. Menurut Arikunto (2013: 199) observasi atau disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukukan observasi tujuannya untuk mendapat gambaran umum tentang kondisi topografi di Kabupaten Bantul. Sifat observasi ini hanya untuk mendapatkan gambaran umum objek penelitian, sehingga tidak terstruktur/terjadwal, sangat dinamis dan kondisional.


(42)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian. Dokumen dapat berupa foto atau gambar, video profil lembaga, tulisan-tulisan, poster iklan, brosur, dan lain sebagainya (Koentjaraningrat, 1997: 91). Proses penelusuran dokumen dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan observasi. Penelusuran dokumen penulis lakukan melalui situs-situs instansi terkait, seperti situs Pemerintah Kabupaten Bantul, KPUD Bantul, dan publikasi dari media yang kredibel. 3. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini merupakan alat utama dalam mendapatkan data langsung dari lapangan. Kuesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan responden mengenai pengaruh kondisi topografi terhadap partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 lalu. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ingin diketahui (Arikunto, 2013: 194). Teori lain menerangkan bahwa, angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013: 142).

4. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada narasumber yang memiliki kompetensi dibidang yang sesuai dengan apa yang diteliti. Kegiatan wawancara dilakukan dengan dua bentuk, yang pertama adalah wawancara


(43)

terstruktur yang dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Wawancara terstruktur ini sendiri bertujuan untuk mencari jawaban dari hipotesis penelitian sehingga pertanyaan disusun secara ketat. Kemudian wawancara tidak terstruktur yang dilakukan apabila jawaban berkembang diluar pertanyaan-pertanyaan terstruktur namun masih terkait dengan pokok permasalahan dalam penelitian. Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara menekankan penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan baru, ataupun perspektif tunggal. Hal yang membedakan wawancara ini dengan yang terstruktur adalah dalam hal waktu bertanya dan memberikan respon, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya (Sugiyono, 2010: 67).

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data. Menurut Arikunto (2013: 278), langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain: pengecekan kelengkapan identitas pengisi, pengecekan kelengkapan data, dan pengecekan macam isian data.


(44)

2. Tabulasi

Tahap tabulasi adalah kegiatan mengelompokan data ke tabel data frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisis. Kegiatan tabulasi meliputi coding dan scoring.

a. Coding adalah memberikan kode untuk setiap data yang telah diedit. b. Scoring adalah pemberian skor pada jawaban responden untuk

memperoleh data kuantitatif. Skor ditentukan menggunakan skala likert.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan hubungan partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul berdasarkan kondisi topografi, sehingga data yang dikumpulkan dari kuesioner diolah dengan analisis koefisien determinasi. Analisis ini adalah metode statistik yang cocok diterapkan karena digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap Y. Koefisien determinasi (R2) menyatakan besarnya keandalan model yang digunakan, yaitu digunakan untuk untuk mengukur seberapa besar variabel bebas (X) memberikan kontribusi pengaruh terhadap variabel terikat (Y) dari persamaan regresi yang diperoleh. Indikator yang digunakan menunjukkan semakin kuat pengaruh perubahan variabel-variabel X terhadap variabel Y apabila nilai koefisien determinasi mendekati 1. Namun, penggunaan koefisien determinasi R2 memiliki kelemahan yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimaksukan ke dalam model. Setiap tambahan satu


(45)

variabel maka R2 meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan nilai R Square (Sugiyono, 2010: 147).

Analisis selain menggunakan analisis determinasi, data dari hasil wawancara dengan kepala KPUD Bantul juga akan dideskripsikan. Pendeskripsian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan ketajaman analisis dan kesesuaian antara hasil kuesioner dan hasil wawancara, sehingga hasil penelitian ini diharapkan sahih secara perhitungan statistik serta diperkuat pula dari sisi kualitatif.

1. Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahilan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi dan instrumen dikatakan valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur instrumen yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas mampu mengukur ketepatan dalam pernyataan.Seberapa jauh suatu pengukuran atau alat ukur mempunyai ketepatan dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Teknik pengukuran atau pengujian validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi nilai dari tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 144).


(46)

Keterangan:

r = koefisien korelasi

Xi = skor tiap-tiap item pernyataan ke-I Y = skor total dari item pernyataan n = jumlah sampel

∑ = jumlah skor butir.

Jika r hitung ≥ r tabel dengan persentase keyakinan 5%, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

Jika r hitung < r tabel dengan presentase keyakinan 5%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

b. Uji Normalitas

Syarat regresi linier dapat diselesaikan dengan metode least square, atau untuk mencari memungkinkan adanya kenormalan data. Menurut Ghazali (2006: 147), uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan sebagai regresi variabel X berdistribusi normal. Demikianlah normalitas akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasikan. Menguji sampel dengan menggunakan uji normalitas :

: X berdistribusi normal : X tidak berdistribusi normal

Persamaan regresi dikatakan baik apabila memilliki data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali, dan dalam penelitian ini hasil uji normalitas akan diperlihatkan


(47)

dengan tabel analisis statistik dengan uji Kolmogorov-smirnov (K-S). Menurut Suliyanto (2005), pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z < Z tabel, maka nilai signifikansi berdistribusi normal.

2) Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z > Z tabel, maka nilai signifikansi tidak berdistribusi normal.

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan suatu instrumen. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2013: 221).

Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 145) menjelaskan uji reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena data tersebut sudah baik. Uji reabilitas menggunakan metode internalconsistance reliabilitas atau reliabilitas internal dengan split half atau belah dua dari pearman brown dengan rumus:


(48)

Keterangan:

= reliabilitas keseluruhan,

= nilai korelasi kelompok satu dan kelompok kedua.

Jika ≥ dengan persentase signifikansi 5% dan df=N-2, maka instrumen tersebut reliabel.

Jika < dengan persentase signifikansi 5% dan df=N-2, maka instrumen tersebut tidak reliabel.

2. Analisis Regresi a. Regresi Linier

Setelah melakukan uji statistik deskriptif, dan uji normalitas data, selanjutnya dilakukan analisis regresi yang berguna untuk melihat apakah variabel independen memiliki pengaruh atau tidak dengan variabel dependen. Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang). Bentuk persamaan regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y = a+bX Keterangan: Y : Golput a : Konstanta b: Koefisien regresi X: Kondisi topografi


(49)

b. Uji F-tabel

Uji F (F-test) merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat besar kecilnya pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependen variable).

Hasil uji F ditetapkan menggunakan hipotesis sebagai berikut:

�0 : � = 0, berarti kondisi topografi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul.

�� : � = 0, berarti kondisi topografi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul.

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah variable independent atau

bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh terhadap variable dependent atauterikat. Uji F ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Sig atau membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Signifikansi berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi atau dapat digeneralisasikan. H0 diterima jika nilai signifikansi > α 5% dan Ha diterima jika nilai signifikansi < α 5%

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian adalah pernyataan atau dugaan yang sifatnya sementara sehingga kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Hasan, 2004: 31). Itulah sebabnya penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis sangat dipengaruhi oleh hasil penyelidikan terhadap data yang berhasil dikumpulkan peneliti. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(50)

Ha : Kondisi topografi Kabupaten Bantul berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih pada PILPRES 2014 di Kabupaten Bantul.

Ho : Kondisi topografi Kabupaten Bantul tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih pada PILPRES 2014 di Kabupaten Bantul.


(51)

37 A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dasar hukum pembentukan Kabupaten Bantul yaitu UU No. 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Secara astronomis wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 9112311 – 9139351 mU dan 443928 – 414137 mT. Berdasarkan garis lintang dan garis bujur, wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 508,85 Km2. Kabupaten Bantul letaknya berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul

Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo

Secara administratif Kabupaten Bantul terbagi menjadi 17 kecamatan, 75 desa/kelurahan dan 933 dusun/pedukuhan. Pembagian wilayah administratif Kabupaten Bantul dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.


(52)

Tabel 4. Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul

No. Kecamatan Jumlah Wilayah Luas

(km²)

Luas Kabupaten

(%)

Desa Padukuhan

1. Srandakan 2 43 18,32 3,61

2. Sanden 4 62 23,16 4,57

3. Kretek 5 52 26,77 5,28

4. Pundong 3 49 23,68 4,67

5. Bambanglipuro 3 45 22,70 4,48

6. Pandak 4 49 24,30 4,79

7. Bantul 5 50 21,95 4,33

8. Jetis 4 64 24,47 4,83

9. Imogiri 8 72 54,49 10,75

10. Dlingo 6 58 55,87 11,02

11. Pleret 5 47 22,97 4,53

12. Piyungan 3 60 32,54 6,42

13. Banguntapan 8 57 28,48 5,62

14. Sewon 4 63 27,16 5,36

15. Kasihan 4 53 32,38 6,39

16. Pajangan 3 55 33,25 6,56

17. Sedayu 4 54 34,36 6,78

Jumlah 75 933 506,85 100

Sumber: Kabupaten Bantul Dalam Angka, BPS 2012

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Banguntapan yaitu masing-masing sebanyak 8 desa. Kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Srandakan dengan 2 desa. Kecamatan dengan jumlah pedukuhan terbanyak ada di Kecamatan Imogiri sebanyak 72 pedukuhan. Kecamatan dengan jumlah pedukuhan paling sedikit ada di Kecamatan Srandakan sebanyak 43 pedukuhan. Di Kabupaten Bantul, kecamatan yang memiliki cakupan wilayah paling luas adalah Kecamatan Dlingo yaitu 55,87 Km2 (11,02%). Kecamatan dengan cakupan wilayah terkecil adalah Kecamatan Srandakan yaitu 18,32 Km2(3,61%).


(53)

Kec. Bambanglipuro Kec. Banguntapan Kec. Bantul Kec. Dlingo Kec. Imogiri Kec. Kasihan Kec. Kretek Kec. Pajangan Kec. Pandak Kec. Piyungan Kec. Pleret Kec. Pundong Kec. Sanden Kec. Sedayu Kec. Sewon Kec. Srandakan Kec. Jetis 110°30'0"E 110°26'30"E 110°23'0"E 110°19'30"E 110°16'0"E 110°12'30"E 7 °4 8 '4 0 "S 7 °4 8 '4 0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 8 °1 '4 0 "S 8 °1 '4 0 "S PETA ADMINISTRATIF KABUPATEN BANTUL 110°40'0"E 110°40'0"E 110°20'0"E 110°20'0"E 110°0'0"E 110°0'0"E 7 °4 0 '0 "S 7 °4 0 '0 "S 8 °0 '0 "S 8 °0 '0 "S Sumber:

- Single Base Map Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta Bentuklahan Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta RBI Skala 1 : 25.000

®

= = = = Transverse Mercator Geografis

World Geodetic System (WGS) 1984 49 M Proyeksi Sistem Grid Datum Zona Samude ra H india LEGENDA Batas Administratif Batas Provinsi Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Kab. Kulon Progo PROVINSI JAWA TENGAH Jaringan Jalan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Kereta Api

Skala 1 : 200.000

(Dicetak pada Kertas A4)

Sungai

Garis Kontur (CI : 12,5 m)

300 Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul Kota Yogyakarta SAMUDERA HINDIA Kab. Klaten Kab. Gunungkidul Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo


(54)

2. Kondisi Topografi Wilayah Penelitian

Kondisi topografi menggambarkan tentang ketinggian tempat dari permukaan air laut dan tingkat kemiringan lereng.

a. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Pembagian Wilayah Berdasarkan Ketinggian Tempat

No Kecamatan Luas Daerah (Ha)

Ketinggian (m/dpal)

<30 30-60 60-90 90-120 >120

1 Srandakan 1745,6 0 0 0 0

2 Sanden 2469,91 0 0 0 0

3 Kretek 2384,03 63,72 46,35 33,52 94,22

4 Pundong 1732 148,8 97,38 84,74 410,29

5 Bambanglipuro 2187,69 60,17 0 0 0

6 Pandak 1659,75 799,31 17,78 0 0

7 Bantul 320,98 1881,6 8,3 0 0

8 Jetis 1061,12 1136,3 136,13 39,16 2,05

9 Imogiri 1367,09 843,67 584,83 496,9 1901,08

10 Dlingo 0,008 85,85 209,15 383,06 5373,18

11 Pleret 0 1265,78 560,15 282,03 302,785

12 Piyungan 0 77,95 1824,55 385,03 1118,34

13 Banguntapan 0 461,25 1691,2 661,99 8,34

14 Sewon 0 1711,88 1067,94 0 0

15 Kasihan 0 159,31 2090,02 808,41 266,4

16 Pajangan 383,06 1038,78 698,511 882,31 165,44

17 Sedayu 25,02 1448,29 1799,94 303,1 114,36

Jumlah/Total 15337 11182,8 10832,3 4360,31 9756,51 Sumber: Badan Pertanahan Nasional Provinsi D.I. Yogyakarta dalam Kabupaten Bantul dalam Angka, BPS 2012


(55)

Kec. Bambanglipuro Kec. Banguntapan Kec. Bantul Kec. Dlingo Kec. Imogiri Kec. Kasihan Kec. Kretek Kec. Pajangan Kec. Pandak Kec. Piyungan Kec. Pleret Kec. Pundong Kec. Sanden Kec. Sedayu Kec. Sewon Kec. Srandakan Kec. Jetis 110°30'0"E 110°26'30"E 110°23'0"E 110°19'30"E 110°16'0"E 110°12'30"E 7 °4 8 '4 0 "S 7 °4 8 '4 0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 8 °1 '4 0 "S 8 °1 '4 0 "S

PETA KETINGGIAN TEMPAT KABUPATEN BANTUL 110°40'0"E 110°40'0"E 110°20'0"E 110°20'0"E 110°0'0"E 110°0'0"E 7 °4 0 '0 "S 7 °4 0 '0 "S 8 °0 '0 "S 8 °0 '0 "S Sumber:

- Single Base Map Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta Bentuklahan Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta RBI Skala 1 : 25.000

®

= = = = Transverse Mercator Geografis

World Geodetic System (WGS) 1984 49 M Proyeksi Sistem Grid Datum Zona Samude ra H india LEGENDA Batas Administratif Batas Provinsi Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Ketinggian Tempat < 30 30 - 60 60 - 90 90 - 120 > 120 Kab. Kulon Progo PROVINSI JAWA TENGAH Jaringan Jalan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Kereta Api Skala 1 : 200.000

(Dicetak pada Kertas A4)

Sungai

Garis Kontur (CI : 12,5 m) 300 Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul Kota Yogyakarta SAMUDERA HINDIA Kab. Klaten Kab. Gunungkidul Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo


(56)

b. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Pembagian Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lereng

No Kecamatan Luas Daerah (Ha)

Kemiringan Lereng (m/dpal)

0-2% 2-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40%

1 Srandakan 1.301,33 182,63 0,04 - - -

2 Sanden 1.855,95 460,05 - - - -

3 Kretek 1.982,05 143,83 323,32 55,60 - 172,19

4 Pundong 1.607,24 10,69 302,11 88,12 - 354,83

5 Bambanglipuro 2170,99 65,73 45,27 - - -

6 Pandak 3.425,01 535,44 109,54 - - -

7 Bantul 2.251 - - - - -

8 Jetis 3.596,82 37,96 125,23 - - -

9 Imogiri 1.513,14 1.099,09 500,84 205,83 933,27 1.196,82 10 Dlingo 64,59 1229,28 108,10 135,99 1853,35 406,69 11 Pleret 2.325,22 20,69 609,58 129,51 288,36 290,63 12 Piyungan 1.209,36 185,41 349,38 14,76 594,84 901,25

13 Banguntapan 2.866 - - - - -

14 Sewon 5.113,55 1,21 0,24 - - -

15 Kasihan 2159,27 57,40 1221,32 - - -

16 Pajangan 1.036,62 - - - - -

17 Sedayu 2.295,27 66,98 781,76 291,97 - -

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Provinsi D.I. Yogyakarta dalam Kabupaten Bantul dalam Angka, BPS 2012

Kabupaten Bantul memiliki kemiringan 0–2 % di 14 kecamatan yang memiliki luas 31.282,85 ha (61,07%) dari seluruh wilayah, Wilayah dengan kemiringan 2–8 % terdapat di 9 kecamatan dengan luas wilayah 4.971,32 (9,70 %) dari luas total. Kemiringan lereng 8 – 15 % terdapat di 11 kecamatan yang memiliki luas lereng 5.918, 34 ha (11,55 %) dari luas total. Kemiringan lereng 15 – 25 % terdapat di 7 kecamatan dengan luas lereng 1.012,47 ha (1,98 %) dari luas total. Kemiringan


(57)

lereng 25 – 40 % terdapat di 4 kecamatan dengan luas lereng 4.632,24 ha (9,04 %) dari luas total, dan kemiringan lereng < 40% terdapat di 4 kecamatan dengan luas lereng 3.408,33 ha (6,65 %) dari luas total. 3. Penggunaan Lahan

Tabel 7. Data Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Persentase (%) Luas (Km2)

1 Hutan Sekunder 0,39 1,96

2 Semak/Belukar 1,16 5,88

3 Sawah 32,56 164,74

4 Kebun Campuran 36,63 185,34

5 Permukiman 18,41 93,16

6 Tanah Terbuka 0,58 2,94

7 Tubuh Air 1,36 6,86

8 Tegalan/Ladang 8,91 45,11

Total 100 506

Sumber : Single Base Map DIY 2000

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Bantul adalah berupa kebun campuran yaitu sebesar 36,63 % atau seluas 185,34 km2, kemudian di urutan kedua terbesar berupa sawah yaitu sebesar 32,56 % atau seluas 164,74 km2. Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Bantul didominasi oleh lahan pertanian yaitu sebesar 78,1 % atau seluas 395,19 km2. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Kabupaten Bantul mayoritas bermatapencaharian sebagai petani.


(58)

Kec. Bambanglipuro Kec. Banguntapan Kec. Bantul Kec. Dlingo Kec. Imogiri Kec. Kasihan Kec. Kretek Kec. Pajangan Kec. Pandak Kec. Piyungan Kec. Pleret Kec. Pundong Kec. Sanden Kec. Sedayu Kec. Sewon Kec. Srandakan Kec. Jetis 110°30'0"E 110°26'30"E 110°23'0"E 110°19'30"E 110°16'0"E 110°12'30"E 7 °4 8 '4 0 "S 7 °4 8 '4 0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 8 °1 '4 0 "S 8 °1 '4 0 "S

PETA PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BANTUL 110°40'0"E 110°40'0"E 110°20'0"E 110°20'0"E 110°0'0"E 110°0'0"E 7 °4 0 '0 "S 7 °4 0 '0 "S 8 °0 '0 "S 8 °0 '0 "S Sumber:

- Single Base Map Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta Bentuklahan Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta RBI Skala 1 : 25.000

®

= = = = Transverse Mercator Geografis

World Geodetic System (WGS) 1984 49 M Proyeksi Sistem Grid Datum Zona Samude ra H india LEGENDA Batas Administratif Batas Provinsi Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Penggunaan Lahan Permukiman Sawah Hutan Sekunder Kebun Campuran Semak/Belukar Tegalan/Ladang Bandara; Tanah Terbuka Tubuh Air Kab. Kulon Progo PROVINSI JAWA TENGAH Jaringan Jalan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Kereta Api Skala 1 : 200.000

(Dicetak pada Kertas A4)

Sungai

Garis Kontur (CI : 12,5 m) 300 Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul Kota Yogyakarta SAMUDERA HINDIA Kab. Klaten Kab. Gunungkidul Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo


(59)

4. Kondisi Iklim Wilayah Penelitian

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat, dihitung dalam jangka waktu yang panjang. Iklim di daerah penelitian didapatkan dari perhitungan data curah hujan selama 10 tahun, yaitu mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2011.


(60)

Kec. Bambanglipuro Kec. Banguntapan Kec. Bantul Kec. Dlingo Kec. Imogiri Kec. Kasihan Kec. Kretek Kec. Pajangan Kec. Pandak Kec. Piyungan Kec. Pleret Kec. Pundong Kec. Sanden Kec. Sedayu Kec. Sewon Kec. Srandakan Kec. Jetis 110°30'0"E 110°26'30"E 110°23'0"E 110°19'30"E 110°16'0"E 110°12'30"E 7 °4 8 '4 0 "S 7 °4 8 '4 0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 3 '0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 7 °5 7 '2 0 "S 8 °1 '4 0 "S 8 °1 '4 0 "S

PETA KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN BANTUL 110°40'0"E 110°40'0"E 110°20'0"E 110°20'0"E 110°0'0"E 110°0'0"E 7 °4 0 '0 "S 7 °4 0 '0 "S 8 °0 '0 "S 8 °0 '0 "S Sumber:

- Single Base Map Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta Bentuklahan Daerah Istimewa Yogyakarta - Peta RBI Skala 1 : 25.000

®

= = = = Transverse Mercator Geografis

World Geodetic System (WGS) 1984 49 M Proyeksi Sistem Grid Datum Zona Samude ra H india LEGENDA Batas Administratif Batas Provinsi Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Kemiringan Lereng

0 - 2 % 2 - 8 % 8 - 15 %

15 - 25 % 25 - 40 % > 40 %

Kab. Kulon Progo PROVINSI JAWA TENGAH Jaringan Jalan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Kereta Api Skala 1 : 200.000

(Dicetak pada Kertas A4)

Sungai

Garis Kontur (CI : 12,5 m) 300 Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul Kota Yogyakarta SAMUDERA HINDIA Kab. Klaten Kab. Gunungkidul Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo


(61)

5. Kondisi Demografis Wilayah Penelitian a. Persebaran penduduk

Data persebaran jumlah penduduk Kabupaten Bantul dapat dilihat dari Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Sebaran Penduduk di Kabupaten Bantul

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Srandakan 28.668 3,11

2 Sanden 29.744 3,23

3 Kretek 29.323 3,18

4 Pundong 31.779 3,45

5 Bambanglipuro 37.480 4,07

6 Pandak 47.908 5,20

7 Bantul 59.754 6,49

8 Jetis 52.313 5,68

9 Imogiri 56.536 6,14

10 Dlingo 35.667 3,87

11 Pleret 43.731 4,75

12 Piyungan 49.427 5,37

13 Banguntapan 122.510 13,30

14 Sewon 105.701 11,50

15 Kasihan 112.708 12,20

16 Pajangan 33.216 3,61

17 Sedayu 44.798 4,86

Jumlah 921.263 100

Sumber: Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000- 2010, Kabupaten Bantul, BPS 2012

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Bantul sebanyak 921.263 jiwa. Kecamatan Banguntapan memiliki jumlah penduduk tertinggi dengan jumlah 122.510 jiwa (13,30 %), sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Srandakan dengan jumlah penduduk 28.668 jiwa (3,11 %).


(62)

a. Komposisi penduduk

Komposisi penduduk adalah pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti ciri-ciri biologis, sosial ekonomi, dan geografis. Komposisi penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin. Data komposisi penduduk Kabupaten Bantul berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2012

No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Sex Ratio

Laki-laki Perempuan

1 Srandakan 14.214 14.454 28.668 98.34

2 Sanden 14.616 15.128 29.744 96.62

3 Kretek 14.131 15.192 29.323 93.02

4 Pundong 15.543 16.236 31.779 95.73

5 Bambanglipuro 18.524 18.956 37.480 97.72

6 Pandak 23.926 23.982 47.908 99.77

7 Bantul 29.681 30.073 59.754 98.70

8 Jetis 25.887 26.426 52.313 97.96

9 Imogiri 28.008 28.528 56.536 98.18

10 Dlingo 17.609 18.058 35.667 97.51

11 Pleret 21.926 21.805 43.731 100.55

12 Piyungan 24.604 24.823 49.427 99.12

13 Banguntapan 62.127 60.383 122.510 102.89

14 Sewon 53.486 52.215 105.701 102.43

15 Kasihan 56.487 56.221 112.708 100.47

16 Pajangan 16.493 16.723 33.216 98.62

17 Sedayu 22.197 22.601 44.798 98.21

Jumlah 459.459 461.804 921.263 99,49

Sumber: Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 Kabupaten Bantul 2012

Tabel 10 menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul mempunyai sex ratio penduduk sebesar 99,49, artinya, setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Bantul terdapat 99,49 penduduk laki-laki.


(63)

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantul tahun 2012 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantul 2012

No Kecamatan ( km Luas 2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan per km2 ( Jiwa/km

2)

Presentase (%)

1 Srandakan 18,32 28.668 1.565 4,76

2 Sanden 23,16 29.744 1.284 3,91

3 Kretek 26,77 29.323 1.095 3,33

4 Pundong 23,68 31.779 1.342 4,08

5 Bambanglipuro 22,70 37.480 1.651 5,02

6 Pandak 24,30 47.908 1.972 6,00

7 Bantul 21,95 59.754 2.722 8,28

8 Jetis 24,47 52.313 2.138 6,51

9 Imogiri 54,49 56.536 1.038 3,16

10 Dlingo 55,87 35.667 648 1,97

11 Pleret 22,97 43.731 1.904 5,79

12 Piyungan 32,54 49.427 1.519 4,62

13 Banguntapan 28,48 122.510 4.302 13,10

14 Sewon 27,16 105.701 3.892 11,80

15 Kasihan 32,38 112.708 3.481 10,60

16 Pajangan 33,25 33.216 999 3,06

17 Sedayu 34,36 44.798 1.304 3,97

Jumlah 506,85 921.263 32.856 100

Sumber: Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010, BPS Kabupaten Bantul 2012

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Bantul sebesar 32.856 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Bantul ada di Kecamatan Banguntapan dengan kepadatan 4.302 jiwa/km² (13,10 %) artinya setiap 1 km² di wilayah Kecamatan Banguntapan dihuni oleh penduduk sebanyak 4.302 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Dlingo


(1)

108

Charts


(2)

(3)

110

Lampiran 4. Uji Regresi

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

VariabelY 17.00 3.877 30

variabelX 28.60 3.379 30

Correlations

VariabelY variabelX

Pearson Correlation VariabelY 1.000 .584

variabelX .584 1.000

Sig. (1-tailed) VariabelY . .000

variabelX .000 .

N VariabelY 30 30


(4)

111

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 variabelXa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: VariabelY

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .584a .341 .318 3.203

a. Predictors: (Constant), variabelX


(5)

112

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 148.804 1 148.804 14.508 .001a

Residual

287.196 28 10.257

Total

436.000 29

a. Predictors: (Constant), variabelX

b. Dependent Variable: VariabelY

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.170 5.067 -.428 .672

variabelX .670 .176 .584 3.809 .001


(6)

113

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 10.57 19.95 17.00 2.265 30

Std. Predicted Value -2.841 1.302 .000 1.000 30

Standard Error of Predicted

Value .589 1.788 .792 .241 30

Adjusted Predicted Value 11.73 20.35 17.08 2.163 30

Residual -7.609 6.743 .000 3.147 30

Std. Residual -2.376 2.105 .000 .983 30

Stud. Residual -2.438 2.164 -.011 1.019 30

Deleted Residual -8.015 7.126 -.077 3.387 30

Stud. Deleted Residual -2.698 2.329 -.014 1.063 30

Mahal. Distance .014 8.070 .967 1.515 30

Cook's Distance .000 .226 .039 .062 30

Centered Leverage Value .000 .278 .033 .052 30