BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan 2.1.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan. Ada dua kondisi
yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota
masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.
Kemiskinan dapat didefinisikan dengan dua pendekatan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dengan suatu standar
tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian dan perumahan. Sedangkan kemiskinan relatif merupakan kemiskinan yang berada di atas garis
kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Dilihat dari segi penyebabnya, kemiskinan dapat dibedakan dalam tiga
pengertian yaitu: kemiskinan natural alamiah, kemiskinan structural dan kemiskinan
Universitas Sumatera Utara
kultural. Kemiskinan natural alamiah adalah kemiskinan karena asalnya memang miskin. Kelompok masyarakat miskin ini karena tidak memiliki sumber daya yang
memadai, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya pembangunan lainnya sehingga mereka tidak dapat ikut serta aktif dalam
pembangunan, dan kalaupun ikut dalam pembangunan maka mereka mendapatkan imbalan pendapatan yang amat rendah.
Kemiskinan struktural adalah termasuk dalam kategori kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan struktural ini juga dikenal dengan kemiskinan
yang disebabkan karena hasil pembangunan yang diterima masyarakat tidak seimbang. Yang termasuk ke dalam kelompok yang mengalami kemiskinan structural
adalah: 1.
Petani yang tidak memiliki lahan sendiri 2.
Petani yang memiliki lahan sedikit tapi hasilnya tidak cukup untuk menghidupi keluarga
3. Buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih
4. Pengusaha tanpa modal dan fasilitas dari pemerintah
Kemiskinan kultural mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup dan budayanya, mereka merasa sudah berkecukupan dan
tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mudah melakukan perubahan, menolak mengikuti
perubahan dan tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya
Universitas Sumatera Utara
sehingga menyebabkan pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang umum dipakai. Dengan ukuran absolut, misalnya tingkat pendapatan minimum, mereka
dikatakan miskin. Dalam keadaan semacam ini bermacam tolak ukur kebijaksanaan pembangunan yang tidak mudah menjangkau mereka.
Kemiskinan dapat pula bersifat mutlak atau nisbi. Kemiskinan mutlak adalah apabila orang miskin tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiknya seperti pangan,
pakaian dan rumah. Kemiskinan yang bersifat nisbi yaitu relative terhadap orang yang lebih mampu. Kemiskinan nisbi berkaitan dengan kesenjangan di negara sedang
berkembang banyak terdapat kemiskinan mutlak banyak orang yang benar-benar kelaparan seperti di Sudan, Ethiopia, Somalia dan lain-lain. Sedangkan di negara
maju ada juga kemiskinan mutlak tapi sebagian besar adalah kemiskinan nisbi. Khusus di Indonesia terdapat kedua jenis kemiskina tersebut yaitu kemiskinan mutlak
dan kemiskinan nisbi.
2.1.2 Pembangunan dan Kemiskinan
Pembangunan berhubungan erat dengan masalah kemiskinan sebab tujuan utama pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat atau pemerataan
kesejahteraan. Dengan kata lain, pembanguna bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.
Masalah pokok yang dihadapi oleh pedesaan di Indonesia adalah kemiskinan dan keterbelakangan. Keadaan ini ditandai oleh:
1. Pendapatan yang rendah dari sebagian besar penduduk pedesaan
Universitas Sumatera Utara
2. Terdapatnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin dalam usaha-usaha
pembangunan sehingga disinyalir kondisi-kondisi tersebut kurang menguntungkan dalam mempercepat laju pertumbuhan.
Angka kemiskinan di Indonesia bagaikan timbul tenggelam. Sebentar naik, sebentar turun. Jumlah penduduk miskin bahkan sempat melonjak sangat tajam, gara-
gara kenaikan harga BBM yang keterlaluan besarnya pada bulan Oktober 2005, yang dilakukan pemerintah hanya demi menyelamatkan anggaran pemerintah pusat dari
cengkeraman defisit yang terlalu besar. Bahwa subsidi memang harus dipangkas, apalagi penikmat utamanya justru orang-orang yang tidak memerlukan subsidi, itu
memang benar ; namun pelaksanaannya tentunya perlu dikemas secara bertahap karena berapa pun kenaikan BBM akan segera disusul oleh lonjakan berbagai bahan
kebutuhan pokok, terlepas dari apakah harga-harga itu secara ekonomis harus disesuaikan atau tidak harga selalu naik karena pengusaha mana yang mau
melewatkan kesempatan keuntungan sebanyak-banyaknya? Basri.2009:55. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia pada umumnya melanda penduduk yang
tinggal dipedesaan. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dipedesaan. Salah satu golongan miskin dipedesaan
adalah mereka yang termasuk kategori petani kecil yang bertempat tinggal di daerah terisolasi dengan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kurang
menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
Di negara-negara miskin, perhatian utama terfokus pada dilema antar pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun
hampir selalu sangat sulit diwujudkan secara bersamaan. Pembangunan ekonomi mensyaratkan GNP yang lebih tinggi, dan untuk itu
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun, yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana caranya memacu
pertumbuhan, tetapi siapa yang menikmati hasil-hasilnya. Penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan kini merupakan masalah pokok dalam
pembangunan dan sasaran utama kebijakan pembangunan di suatu negara. Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yaitu
: 1.
Ukuran distribusi 2.
Distribusi “fungsional” Keadaan ekonomi orang miskin tidak cukup baik, dan enak tetapi cukup untuk
hidup dan reproduksi, jadi makin miskin seseorang secara teoritis makin besar peranan sektor subsisten. Sedangkan seperti diketahui makin miskin atau rendah
pendapatan seseorang makin besar yang dipergunakan untuk makan dan makin kecil yang dipergunakan untuk kepentingan lain yang tidak penting.
Kemiskinan penduduk ditinjau dari segi sosial dan ekonomi kondisinya sangat rendah termasuk penyediaan air dan listrik beserta prasarana yang minim. Penduduk
Universitas Sumatera Utara
yang tinggal di pedesaan itu kebanyakan berpendidikan rendah, berstatus rendah, dan mempunyai struktur keluarga yang tidak menguntungkan.
2.1.3 Konsep Ukuran Kemiskinan
Banyaknya defenisi tentang kemiskinan menyebabkan sulitnya menentukan ukuran kemiskinan karena tingkat tersebuut berbeda dari satu negara ke negara lain,
dari satu daerah ke daerah lainnya dalam negara yang sama. Oleh karena itu para ahli ekonomi cenderung membuat perkiraan-perkiraan yang serba konservatif atau
sederhana tentang kemiskinan dunia dalam rangka menghindari perkiraan-perkiraan yang berlebihan. Adapun perkiraan itu sendiri didasarkan pada metodologi umum
yang sudah popular dengan sebutan garis kemiskinan poverty line. Garis kemiskinan pada dasarnya adalah standar minimum yang diperlukan oleh individu
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk jenis pangan dan non pangan. Bank dunia menggambarkan “sangat miskin” sebagai orang yang hidup
dengan pendapatan kurang dari US 1 perhari dan “miskin” dengan pendapatan kurang dari US 2 perhari. Berdasarkan standar tersebut, 21 dari penduduk dunia
masih disebut miskin pada tahun 2001. Untuk Indonesia Bank Dunia mengikuti ukuran gari kemiskinan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik BPS yakni
kebutuhan makanan minimum 2100 kalori per orang setiap hari.
2.1.4 Karakteristik Ekonomi Kelompok Penduduk Miskin
Perpaduan tingkat pendapatan per kapita yang rendah dan distribusi yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolut yang parah. Jika
Universitas Sumatera Utara
distribusi pendapatannya konstan, semakin tinggi pendapatan perkapita yang ada maka akan semakin rendah jumlah kemiskinan absolut.
Akan tetapi sebagaimana telah diungkapkan, tingginya tingkat pendapatan per kapita tidak menjamin lebih rendahnya tingkat kemiskinan absolut. Pemahaman
terhadap kadar dan jangkauan distribusi pendapatan merupakan landasan dasar bagi setiap analisis massalah kemiskinan dinegara-negara yang berpendapatan rendah,
didasarkan pada : 1.
Kemiskinan di pedesaan 2.
Kaum wanita dan kemiskinan 3.
Etnik minoritas, penduduk pribumi, dan kemiskinan Pemerintah Indonesia juga telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan
memeratakan pendapatan ini, dengan memulai delapan jalur pemerataan, yaitu : 1.
pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan wanita. 7.
Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
Universitas Sumatera Utara
8. Pemerataan memperoleh keadilan.
Dalam hal ini, karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam hal:
1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan,
pendidikan dan kesehatan. 2.
Melakukan kegiatan usaha produkrif 3.
Menjangkau akses sumber daya social ekonomi 4.
Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan serta sikap apatis dan fatalistic.
5. Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa
mempunyai martabat dan harga diri yang rendah. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan ini menumbuhkan perilaku miskin
yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha meningkatkan pendapatan dan menikmati kesejahteraan secara bermartabat. Indikator nasional
dalam menentukan jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ditentukan oleh standar garis kemiskinan dari Badan Pusat Statistik BPS, dengan cara menetapkan
nilai standar kebutuhan minimum. Baik berupa kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup layak. Penetapan nilai standar inilah yang
digunakan untuk membedakan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Indikator kemiskinan lainnya adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Angka buta huruf dewasa adalah proporsi seluruh penduduk berusia 1 tahun ke
atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. 2.
Penolong persalinan oleh tenaga tradisional 3.
Penduduk tanpa akses air bersih adalah proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses air bersiih. Yang termasuk air bersih adalah air kemasan, air leding atau
PAM, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan 10 meter.
4. Penduduk tanpa akses sanitasi adalah proporsi penduduk yang menggunakan
jamban umum atau lainnya sebagai tempat buang air besar. 5.
Angka kesakitan adalah proporsi penduduk yang mempunyai gangguan kesehatan sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari
6. Angka pengangguran adalah proporsi penduduk yang termasuk dalam angkatan
kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan dan sudah punya
pekerjaan namun belum mulai bekerja.
2.1.5 Penyebab Kemiskinan
Emil Salim 1984 menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan, direproduksi
melalui pelaksanaan suatu kebijakan induced of policy diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Socio economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami kemiskinan
karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.
4. Resources Management and The Environment, yaitu adanya unsur misalnya
manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.
5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus alam.
Misalnya tinggal di lahan kritis dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak
memungkinkan produktivitas yang maksimal terus-menerus. 6.
The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan
penghargaan hasil kerja diberikan lebih rendah dari laki-laki. 7.
Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan
ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara adat-istiadat keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi penodong,
seperti rentenir lintah darat. 9.
Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat
menjadi penyebab kemiskinan. 10.
International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional kolonialisme dan kapitalisme membuat banyak negara menjadi semakin miskin.
2.1.6 Pengertian Keluarga Miskin
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan
yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, maupun kelompok sehingga
kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang
laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan ha-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan
tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari keluarga miskin yaitu :
1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, contohnya dapat dilihat dari
aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.
2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama
dalaam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidang kemasyarakatan.
3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan, dapat dilihat dari upaya yang
dilakukan sebuah keluarga untuk mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
tebatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehaatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan.
2.1.7 Kriteria Keluarga Miskin
Universitas Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan kemiskinan, yaitu :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahkayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu rumbia kayu berkualitas.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga
lain. 5.
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6.
Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindung sungai air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar arang minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging susu ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan satu dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas poliklinik.
12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya tamat SD.
13. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani, atau buruh tani, nelayan,
buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah Rp 600.000,- per bulan
Universitas Sumatera Utara
14. Tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,-
seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak dan barang modal lain.
2.1.8 Strategi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Dalam upaya pengentasan kemiskinan ada dua strategi utama yang ditempuh, yaitu:
1. Melakukan berbagai upaya dengan tujuan untuk melindungi keluarga dan
kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara akibat dampak negatif krisis ekonomi.
2. Melakukan berbagai upaya untuk membantu masyaarakat yang mengalami
kemiskinan struktural, memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Untuk melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin dari dampak krisis ekonomi dalam jangka pendek dilaksanakan program jaring pengamanan sosial
yang meliputi ketahanan pangan dan proteksi social berupa perlindungan terhadap kesehatan dan pendidikan masyarakat serta penciptaan lapangan kerja. Program
jaring pengamanan sosial tersebut dilaksanakan dengan pertimbangan beberapa hal: 1.
Penentuan sasaran yang tepat dan efektif 2.
Penerapan pola pemberian bantuan yang cepat dan langsung kepada masyarakat 3.
Keterbukaan 4.
Dapat dipetanggung jawabkan
Universitas Sumatera Utara
5. Berkesinambungan
Dalam jangka panjang perlu dikembangkan system jaminan social bagi kelompok masyarakat yang rentan terhadap krisis dan pelayanan bagi orang jompo,
penderita cacat, yatim piatu dan kelompok masyarakat lain yang memerlukan. System jaminan sosial menekankan pada kemampuan kelompok masyarakat dalam
menyisihkan sebagain dari penghasilan melalui mekanisme tabungan kelompok. Kebijakan ini bersifat khusus dan dilaksanakan secara selektif dengan memperhatikan
akar budaya masyarakat setempat. Dalam upaya mengatasi kemiskinan yang bersifat kronis, kebijakan yang
ditempuh adalah: 1.
Kebijakan pengentasan hanya berjalan baik dan efektif apabila ada suasana tenteram dan stabil.
2. Kebijakan pengentasan kemiskinan harus dikaitkan dengan kebijakan ekonomi
makro yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. 3.
Kebijakan pengentasan kemiskinan hanya akan dapat berjalan efektif apabila pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
4. Kebijakan pengentasan kemiskinan harus merupakan upaya yang bertahap terus
menerus dan terpadu yang didasrkan pada kemandirian yaitu kemampuan penduduk miskin untuk menolong diri mereka sendiri
5. Kebijakan pengentasan kemiskinan harus diperkuat dengan peningkatan
kemampuan masyarakat miskin sebagai suatu kelompok sehingga mampu
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih besar dari suatukegiatan usaha produktif.
Berbagai kebijakan pengentasan kemiskinan tersebut harus dilaksanakan dengan prinsip ddesentralisasi, yaitu mendelegasikan proses pengembalian
keputusan. Tanggung jawab dan kewenangan sedekat mungkin dengan kelompok sasaran. Pemerintah daerah berperan untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi
semua kegiatan pengentasan kemiskinan didaerahnya. Selain itu, kebijakan pengentasan kemiskinan harus pula memberikan kepercayaan kepada masyarakat
baik keluarga dan kelompok masyarakat miskin, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan perguruan tinggi. Keterlibatan pemerintah pusat terletak pada
pengembangan sistem informasi yang didasarkan pada data dasar yang lengkap, akurat dan mutakhir mengenai kondisi penduduk miskin.
2.2 Konsumsi 2.2.1 Defenisi Konsumsi