LANDASAN TEORITIS

3. Kejujuran

Perbuatan bisa membunuh karakter seseorang, bisa merusak budaya organisasi, bisa merusak hubungan harmonis kekeluargaan, kaum kerabat, bahkan bisa menyebabkan pertumpahan darah. Gara-gara fitnah yang dilancarkan oleh orang munafik di Madinah kepada Aisyah istri Rasulullah bahwa dia telah selingkuh dengan seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu‟atthalnal-Sulami. Tuduhan ini

bermula dari sebuah fakta yang bahwa Shafwan masuk ke kota Madinah bersama Aisyah yang ketinggalan pasukan ketika ikut dengan rombongan Nabi dalam berperang. Aisyah istri Rasulullah tercemar nama baiknya dan kehabisan air mata

untuk mengungkapkan rasa kesedihannya. 44 Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nur:11

44 Ismail Abu al- Fida‟, Tafsir Alquran al-adzim, ( Madinah: Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, 1993), hlm. 260.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.

Penafsiran ayat di atas adalah Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a. Ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban

5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian kaum munafik membesar- 5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian kaum munafik membesar-

4. Tangggung Jawab

Tanggung jawab merupakan unsur yang sangat penting terhadap kinerja seseorang artinya apabila yang memenuhi kriteria bertanggung jawab maka nilai kinerjanya akan naik. Demikian pula akan sebaliknya bagi mereka yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, akan di nilai kurang baik.Tanggung jawab juga dapat di artikan sebagai kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan pekerjaan yang di serahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang di ambilnya atau tindakan yang di lakukannya.

Pengertian tanggung jawab adalah pengurus bertanggung jawab atas pekerjaan yang di lakukannya. Tanggung jawab tersebut dapat berupa kerugian

langsung akibat dari perbuatannya atau kerugian tidak langsung. Perbuatan langsung artinya kerugian karena perbuatannya baik materil maupun non materil. Sedangkan kerugian tidak langsung adalah akibat dari pekerjaannya yang buruk berakibat ke

bagian atau departemen lain. 46 Kerugian yang berupa materil biasanya dapat di hitung dengan nilai uang sedangkan kerugian non materil di hitung bukan uang misalnya

keterlambatan atau merusak citra perusahaan. Baik kerugian materil maupun non

45 Bani al-Musthaliq, Tafsir Alquran al-adzim, (Madinah: Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, 1993), hlm. 260.

46 Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2016), hlm. 178.

materil di anggap sebagai tanggung jawab pengurus yang menerima tanggung jawab tersebut sebagaimana firman Allah dalam QS. Thaha:132

A rtinya:“ dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.

5. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seseorang untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang telah di tentukan, sehingga

mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kerja sama juga di artikan saling membantu di antara pengurus baik antar bagian atau dengan bagian lain. Kerjasama ini bertujuan untuk mempercepat atau memperlancar suatu kegiatan, artinya dengan adanya kerja sama akan mengikis perbedaan dan mengurangi kegagalan dalam suatu kegiatan. Dalam praktiknya kegagalan suatu kegiatan karena faktor kurangnya kerja sama. Bahkan tidak jarang justru terjadi saling menjegal satu sama lain, artinya lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Oleh karena itu, hal seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi dalam suatu pekerjaan. Kerja sama antara pengurus akan memengaruhi kinerja individu atau kinerja organisasi. Jika kerja sama berjalan baik maka kinerjanya akan baik pula. Demikian juga sebaliknya tidak kerja sama antara karyawan tidak berjalan dengan mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kerja sama juga di artikan saling membantu di antara pengurus baik antar bagian atau dengan bagian lain. Kerjasama ini bertujuan untuk mempercepat atau memperlancar suatu kegiatan, artinya dengan adanya kerja sama akan mengikis perbedaan dan mengurangi kegagalan dalam suatu kegiatan. Dalam praktiknya kegagalan suatu kegiatan karena faktor kurangnya kerja sama. Bahkan tidak jarang justru terjadi saling menjegal satu sama lain, artinya lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Oleh karena itu, hal seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi dalam suatu pekerjaan. Kerja sama antara pengurus akan memengaruhi kinerja individu atau kinerja organisasi. Jika kerja sama berjalan baik maka kinerjanya akan baik pula. Demikian juga sebaliknya tidak kerja sama antara karyawan tidak berjalan dengan

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang- binatang qalaa‟id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat

siksa-Nya. 48

6. Kedisiplinan atau Kepatuhan

Kedisiplinan atau kepatuhan adalah ketaatan seseorang dalam mengikuti seluruh kebijakan atau peraturan perusahaan atau dengan kata lain kepatuhan adalah

ketaatan untuk tidak melanggar atau melawan apa yang sudah di perintahkan artinya di dalam suatu perusahaan ada yang boleh di lakukan dan ada yang tidak boleh di

47 Toto, Membudayakan Etos Kerja Islam, hlm. 502. 48 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, (Bandung : Diponegoro, 2000), hlm.

lakukan. Seseorang akan di nilai seberapa banyak melanggar aturan yang telah di buat. Tentunya makin banyak aturan, kebijakan atau perintah yang di langgar, maka akan memengaruhi kinerjanya. Demikian pula sebaliknya bagi mereka yang tidak pernah melanggar atau melawan terhadap aturan, kebijakan atau perintah maka di

anggap nilai kepatuhannya baik dan nilai kinerja dari kepatuhannya juga baik. 49

7. Kepemimpinan

Kepemimpinan artinya yang di nilai adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat di kerahkan secara maksimal untuk

melaksanakan tugas pokok dalam mempimpin. Dalam banyak kasus tidak semua orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin yang para bawahannya, apalagi dalam kondisi yang beragam. kepemimpinan inilah yang akan di jadikan konsep evaluasi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali-Imran:26

Artinya: Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

49 Gouzali Saydam, Human Resources Management, Jilid 2, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996), h. 56.

8. Etos Kerja

Semangat kerja perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh. Dinamika perusahaan akan di pengaruhi oleh etos kerja setiap personil yang ada di lingkungan kerjanya. Bahkan, baik buruknya etos kerja akan ikut mempengaruhi terhadap sehat tidaknya budaya kerja perusahaan.Mengevaluasi etos kerja ini, sejalan dengan pesan Allah Swt bahwa kita tidak mungkin memasuki surga Allah swt ketika kita sendiri tidak memiliki kesanggupan (jihad) dalam melakukan amalan-amalan yang mengarahkan kita ke arah tersebut. Mustahil kita akan mampu meraih program perusahaan jika tidak ada kesungguhan dalam bekerja dari seluruh personil yang ada

di lingkungan perusahaan. 50 sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali-Imran:142

Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.

Ayat tersebut dengan sangat jelas mengingatkan bahwa kita untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia (sukses) di butuhkan kesungguhan dan kesabaran dalam meraihnya. Etos kerja yang tinggi harus tetap di pertahankan oleh organisasi dari

setiap individu. 51

50 Toto Tasmara, Membudayakan etos kerja Islam, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 500.

51 Ibid , hlm.504.

9. Hasil Kerja

Selain ketiga hal tersebut, islam juga mengingatkan umatnya untuk memperhatikan hasil kerja. Setiap orang di harapkan memiliki kebiasaan

mengevaluasi, menimbang dan mengukur hasil kerja. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al- mu‟minun: 102-103

                 

Artinya :“ barang siapa yang berat timbangannya (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang dapat keber untungan... “ dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka jahannam.

Setelah dipaparkan ayat di atas ada suatu yang menghalangi seseorang untuk kembali ke dunia hingga hari kiamat, selanjutnya Allah menerangkan beberapa peristiwa yang terjadi pada hari itu. Diterangkan, bahwa pada waktu pembangkitan dan pengembalian ruh ke dalam jasad, tidak ada lagi pertalian keturunan, dan seseorang tidak akan menanya kawannya, sekalipun ia melihatnya, bahwa orang yang timbangan kebaikannya lebih berat daripada timbangan kejahatannya akan beruntung, selamat dari api neraka dan masuk ke dalam surga. Adapun orang yang timbangan kejahatannya lebih berat daripada timbangan kebaikannya, maka dia akan merugi dan binasa, dimasukkan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Sedangkan dia yang bermuka masam dan menyeringai karena pembakaran yang sangat dahsyat kepada

penghuni neraka dikatakan dengan nada mengejek. Atas dasar apa kalian melakukan kekufuran dan dosa. Bukankah para Rasul telah diutus kepada kalian dan kitab-kitab telah diturunkan kepada kalian.Mereka menjawab, benar.Tetapi kami tidak mematuhi dan tidak mengikutinya, maka kami tersesat.ya Tuhan kami, kembalikanlah kami ke dunia. Jika kami kembali dan kembali berbuat kezaliman, maka kami berhak mendapat hukuman. Tuhan menjawab, tinggallah kalian di dalam neraka dalam keadaan hina dan jangan mengulang permintaan itu, sesungguhnya kalian dahulu telah memperolok-olokkan hamba-hambaku yang beriman dan menertawakan mereka, sesungguhnya mereka pada hari ini adalah orang-orang yang menang, sebagai balasan kesabaran mereka atas penganiayaan dan perolok kalian terhadap

mereka. 52 Untuk mendapatkan pengetahuan tentang kondisi hasil kerja tersebut, kita di tuntut memiliki catatan hasil kerja tersebut. Dengan bermodalkan catatan-catatan

prestasi ini, kita dapat memberikan sebuah pertanggung jawaban yang objektif dan dapat melakukan proses kebaikan secara lebih baik. 53

B. Unsur-Unsur Evaluasi dalam Alquran

1) Motivasi

Memberi motivasi umat untuk berbuat sesuatu bahkan untuk beriman pun Allah tidak langsung memerintahkan mereka, melainkan menyentuh perasaan mereka dan merangsang pemikiran rasional mereka. Untuk maksud itu dalam berkomunikasi

52 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah, h. 106.

53 www. al-quran-dan-hadis.com, diakses tanggal 25 Desember 2011 pukul 17.00.

dengan mereka Allah menggunakan bahasa yang indah dengan nilai sastra yang amat tinggi sehingga para pujangga Arab terkagum-kagum mendengar ayat-ayat Alquran yang dibacakan Rasul, karena selain memuat informasi yang sangat berharga seperti peristiwa-peristiwa bersejarah, kisah-kisah umat masa lampau, surga dan neraka dan

sebagainya. 54 Dengan cara memotivasi yang sangat halus serupa itu, maka banyaklah

menarik perhatian umat, lalu mereka menyatakan masuk Islam dengan sukarela, sedikitpun tidak ada paksaan. Sesuai dengan firmannya Qs. Al-Baqarah : 256.

Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. Al-Baqarah : 256)

2) Amanat

Kata Al-Amanat yang menjadi fokus pembahasan ini adalah bentuk jamak dari kata amanat. Kata ini dalam bentuk masdar dari kata kerja amina- ya‟manu-amn, amanat yang berarti merasa aman, memberi kepercayaan. Meskipun begitu, kata

54 Nashruddin Baidan, Etika Islam dalam Berbisnis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 110 54 Nashruddin Baidan, Etika Islam dalam Berbisnis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 110

Kata ini dipergunakan dalam QS. Yusuf : 12, QS. An-Najm : 11 dan 64, dalam ayat pertama dikemukakan riwayat dari saudara-saudara yusuf mempertanyakan sikap ayah mereka, mengapa ia tidak mempercayai mereka membawa yusuf bermain-main ke tempat pengembalaan, dalam ayat kedua dikemukakan penegasan yakub yang tidak mempercayakan adik yusuf kepada mereka karena mereka menyia-nyiakan kepercayaan yang pernah diberikan untuk menjaga yusuf. Ayat lain kata amanat terdapat dalam QS. Al-Baqarah : 87 dan 283 yang mengatur masalah titipan dan pesanan.

Pola lain yang dipergunakan yang bersumber dari kata amanat adalah kata amin. Pola ini mengandung konotasi sifat sebagai subyek atau obyek, dalam hal pertama,kata tersebut bermakna” yang memberikan rasa aman “ dalam hal kedua, kata tersebut bermakna yang diberi amanat. Konteks dengan amanat, maka pola inilah yang pertama kali dipergunakan dalam Alquran QS. Al- A‟raf : 68

Artinya: aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu".

Ibnu Kasir mengemukakan bahwa ayat ini menyatakan sifat-sifat utusan Tuhan, yaitu: menyampaikan seruan Tuhan, memberi nasihat dan kepercayaan. Ayat lain QS. Al-Anfal : 88 dan 27 ditemukan pula penggunaan kata amanat yang disandarkan kepada manusia. Ayat ini melarang orang-orang beriman mengkhianati Allah dan Rasulnya, mengkhianati amanat sesama mereka. Ini berarti adanya dua jenis , yaitu : amanat Tuhan dan Rasulnya berupa aturan-aturan dan ajaran-ajaran agama yang harus dilaksanakan, amanat manusia berupa sesuatu, material yang dipercayakan seseorang kepada orang lain dengan maksud tertentu yang sesuai

dengan ajaran agama. 55

Bertolak dari konsep amanat di atas, maka perintah yang terkandung dalam klausa terdahulu mengandung kewajiban setiap orang yang beriman supaya menunaikan amanat yang menjadi tanggung jawabnya, baik amanat itu dari Tuhan ataupun amanat dari sesama manusia. Pada sisi lain, sesuai dengan sebab turunya ayat, klausa tersebut bermakna khusus yaitu kewajiban para pejabat untuk menunaikan amanat yang diberikan kepada mereka. Dapat dikatakan bahwa ayat di atas memperkenalkan unsur pertanggung jawaban.

55 Abdullah, Tafsir Ibn Katsir, ( kairo : Mu-assasah Daar al-hilaal, 1994), hlm. 234.

Unsur tersebut artinya setiap pribadi yang mempunyai kedudukan fungsional dalam kehidupan evaluasi dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik- baiknya dan bahwa kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri. Firman Allah QS. Al-Baqarah : 283

Artinya: jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Firman Allah QS. An- Nisa‟ : 98

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

Bahwa ayat itu ditujukan kepada para pemimpin umat agar mereka menunaikan hak-hak umat Islam seperti pembagian jarah dan penyelesaian perkara rakyat yang diserahkan kepada mereka untuk ditangani dengan baik dan adil. Klarifikasi amanat ditemukan dalam pendapat Al-Maraghi. Ia membedakan amanat atas: tanggung jawab manusia kepada Tuhan, tanggung jawab manusia kepada sesamanya, tanggung jawab manusia kepada dirinya sendiri.

Thanthawi Jauhari, Amanat dapat diartikan segala yang dipercayakan orang berupa perkataan, perbuatan, harta dan pengetahuan atau segala nikmat yang ada pada

manusia yabg berguna bagi dirinya dan orang lain. 56

3) Pahala dan Dosa

Konsep ini menjelaskan bahwa setiap perbuatan mengandung konsekuensi pahala dan dosa. Perbuatan memiliki peran kunci dalam mengevaluasi hasil kerja, apakah membawa kita kepada kesuksesan atau kehancuran. Agar apa yang kita kerjakan tidak menjadi alat pengumpul dosa tetapi selalu memproduksi pahala, maka

56 Jauhari Thanthawi, Tafsir Al-Jawahir, ( Mishr: Musthafa al-bab al-halabi, 1350), II, hlm. 54.

Alquran membimbing manusia terutama umatnya untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Alquran melarang berkata dan bertindak kotor dan kasar

Kata kotor yang di buatnya adalah cerminan jiwa yang kotor. Adapun jiwa yang bersih berdampak pada tingkah laku dan ucapannya sehari-hari. Untuk mendidik umat islam agar selalu bertindak yang baik, Allah menjadikan kemampuan menjaga diri untuk tidak bertindak kotor sebagai faktor utama untuk keberhasilan dalam

menunaikan ibadah haji. 57 Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah:197

Ar tinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.

Perbuatan yang kotor membuat suasana rusak dan dapat menghilangkan budaya rasa malu. Padahal kalau malu sudah hilang dari pribadi seseorang, dia ibarat kehilangan rem untuk mengendalikan dirinya.Prilaku kotor dalam tataran aplikasi sangat banyak di temukan, bisa dalam bentuk bertindak tidak sesuai dengan aturan, pekerjaan yang mendatangkan nafsu seperti korupsi, suap-menyuap dan bekerja yang

57 Harjani Hafni, Komunikasi Islam, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. 232.

menghilangkan pahala. Berdasarkan prinsip ini, maka berlaku kaidah bahwa makin banyak berprilaku kotor yang terakses, maka semakin besar juga dosa yang melakukan dan menilai hasil pekerjaan seperti itu.

2. Janji dan Ancaman.

Janji dan ancaman dalam Alquran dengan istillah wa‟d dan wa‟id. Janji di peruntukkan bagi mereka yang beriman, taat dan tunduk melaksanakan perintah perintah dan meninggalkan semua dilarang. Orang yang memenuhi kriteria ini akan mendapatkan kehidupan yang baik dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaiknya mereka yang kafir, membangkang terhadap ajaran Islam, tidak peduli terhadap aturan dan tata krama yang berlaku, maka dia akan menerima sanksi hukum, kesulitan di dunia dan masuk neraka di akhirat. Untuk meyakinkan umat sejumlah kisah yang dialami oleh umat-umat terdahulu diulang kembali oleh Alquran, seperti kehancuran

kaum „ Ad, kaum tsamud, penduduk Aikah, tenggelamnya Fir‟aun bersama bala tentaranya di laut Merah, negeri Nabi Luth yang dihujani dengan batu, dan

sebagainay. Sebaliknya ada kisah-kisah orang baik seperti ashhab al-kahfi (penghuni goa) yang sudah meninggal tiga ratusan tahun hidup kembali, begitu pula kisah „

Uzair setelah mati seratus tahun lamanya, hidup lagi, demikian pula kisah nabi Ibrahim setelah mencincang empat ekor burung, kemudian bisa hidup kembali dan sebagainya. Kisah-kisah serupa itu amat populer di kalangan bangsa Arab, Alquran ingin menginformasikan bahwa kisah tersebut benar-benar terjadi di masa silam itu, dan sekaligus memperkuat ayat-ayat yang memberikan janji dan ancaman, artinya Uzair setelah mati seratus tahun lamanya, hidup lagi, demikian pula kisah nabi Ibrahim setelah mencincang empat ekor burung, kemudian bisa hidup kembali dan sebagainya. Kisah-kisah serupa itu amat populer di kalangan bangsa Arab, Alquran ingin menginformasikan bahwa kisah tersebut benar-benar terjadi di masa silam itu, dan sekaligus memperkuat ayat-ayat yang memberikan janji dan ancaman, artinya

pernah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu. 58

Dari pola yang diajarkan Alquran, maka kita dapat menyimpulkan bahwa evaluasi menjadi efektif, jika janji dan ancaman itu benar-benar ditegakkan (dilaksanakan) secara konsisten, tidak pilih kasih dan sebagainya, artinya bila ada yang bersalah, maka hukum harus diterapkan kepadanya jika memang terbukti dia bersalah, tapi sebaliknya bila ternyata yang bersangkutan tidak bersalah maka nama baiknya harus direhabilitasi dan benar-benar bersalah dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila tidak diterapkan aturan secara jujur dan beranggung jawab seperti itu, maka selamanya evaluasi itu tidak diterapakan dengan baik. Manakala kondisi ini yang terjadi, maka lembaga tersebut tinggal menunggu kehancurannya.

3. Ikhlas.

Term “Ikhlas “ berasal dari bahasa arab kha-la-sha yang berarti bersih, jernih, bening, murni, tidak bercampur dan sebagainya. Sedangkan menurut istillah “ikhlas”

dalam beribadah kepada Allah ialah membersihkan ibadah itu hanya semata-mata untuk mengabdi kepada Allah demi mendapatkan ridhanya. Namun, ada pemahaman yang dianut oleh sementara orang bahwa ikhlas adalah suatu pekerjaan tanpa pamrih

58 Harjani Hafni, Komunikasi Islam, hlm. 234.

atau mengharap ridha Allah. Pemikiran semacam inilah yang ditonjolkan ketika orang berbicara tentang ikhlas. 59

Jika diamati dengan seksama ayat-ayat suci Alquran, maka akan dijumpai bahwa tidak satu amal pun yang tanpa balasannya, untuk mengajak beriman dan

beramal saleh, misalnya, Allah menjanjikan bagi mereka yang mengikutinya “ surga” , yang digambarkan bagaikan istana penuh kemewahan dan dilengkapi dengan taman-

taman bunga surgawi yang amat indah dan aromanya harum semerbak, yang sebelumnya tidak pernah terlihat oleh kasat mata dan sebagainya. Semua amal yang dilakukan oleh seseorang di muka bumi ini tidak ada yang luput dari penilaian Allah dan kemudian akan dibalasinya, jika amalannya baik, maka balasannya baik, sebaliknya amalan yang buruk maka balasannya juga buruk. Sesuai firmannya dalam Qs. Al-Zalzalah: 7-8

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya pula.

Jadi, dalam Alquran tidak ada amal yang kosong tanpa imbalan. Namun, bila imbalan itu diharapkan bukan dari Allah semata, tapi dari pihak-pihak lain selain

59 Ahmad Darson Munawir, kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Al-Munawir, 1984), hlm. 388.

Allah, maka ketika ini amal yang dilakukannya tidak lagi masuk kategori ikhlas, melainkan telah dicampuri oleh maksud-maksud ingin mendapatkan sesuatu selain Allah: baik berbentuk materi seperti upah, harta kekayaan, ataupun nonmaterial seperti rasa aman, pujian, dukungan moral, mendapatkan jabatan dan sebagainya.

Jika demikian, semakin tinggi keikhlasan seseorang dalam beramal, maka semakin tinggi pula pamrihnya, sebab pamrih yang dimaksud ialah dari Allah semata. Semua mereka menyatakan bahwa upah yang mereka harapkan hanya dari Allah semata bukan dari umat. Qs. Yunus: 72

Artinya: jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku Termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada- Nya)".

Qs. Hud: 29

Artinya: dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui".

Sekarang terutama sejak permulaan abad modern, yakni sekitar abad ke 17 yang lalu, kondisi sudah berbubah total. Kalau dulu sistem sangat sederhana, besarnya upah, misalnya, tidak ditetapkan, tapi terserah mau diberi berapa, tidak ada patokan atau standar yang baku. Tapi kini semua diatur sedemikian rupa secara jelas dan transparan, sehingga bila terjadi pengurangan atau salah dalam perhitungan gaji atau upah yang diterima seperti tidak sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam daftar gaji, maka hal itu di anggap menzalimi pihak yang dirugikan. Akibat dari sistem yang seperti ini timbul bahwa bekerja adalah mengharapkan gaji dari yang membayarnya, tidak didasarkan atas pengabdian luhur sebagaimana diperintahkan

agama. 60

Di sinilah terletak persoalannya, sehingga keikhlasan mengabdi menjadi rusak dan tidak jarang terjadi sikut-sikutan atau bahkan tega memfitnah dan menyatakan permusuhan terhadap pihak-pihak yang dianggapnya sebagai penghalang mendapatkan keuntungan-keuntungan material.

Dia bekerja tidak didasarkan pada niat yang ikhlas melainkan dicampuri oleh dorongan atau keinginan mendapatkan keuntungan-keuntungan duniawi, maka tidak

60 Nashruddin Baidan , Etika Islam dalam Berbisnis, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 136.

pernah berharap dia akan memperoleh respon dari Allah, apalagi balasan. Amal ibadah yang tidak dilakukan semata-mata karena Allah di sebut riya. Dalam hal ini banyak ayat Alquran memberikan peringatan yang keras agar tidak berbuat riya karena hal itu tidak berbuat seseorag bahagia, sebaliknya dia akan sengsara.

4. Riya Terminologi “ riya” telah sangat populer di kalangan umat Islam tidak

terkecuali umat Islam Indonesia. Dari itu tidak perlu didefinisikan karena semua yang disebut riya itu adalah kebalikan dari ikhlas, jadi alternatif cuma salah satu di antara dua kondisi itu dalam beramal, sebaliknya mereka yang memilih riya jangan berharap mendapatkan imbalan dari Allah. Ayat Alquran juga menjelaskan bahwa bersikap riya itu sungguh sangat merugikan Qs. Al-Baqarah : 264-265.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka

hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat. 61

Dua ayat yang dikutip itu menggambarkan dua perilaku yang bertolak belakang. Ayat pertama mencontohkan amalan seorang yang riya dengan sebuah batu licin yang sedikit ditutupi oleh tanah-tanah halus. Dengan makin banyaknya tanah menempel pada permukaannya, maka berubahlah wajah batu itu menjadi onggokan tanah yang besar, tidak lama berselang datang hujan lebat lantas meluruhkan semua tanah yang menutupi permukaan batu itu, sedikit pun tidak ada bekas tanah yang tersisa di atasnya. Begitulah perumpamaan hilangnya amalan seorang yang riya, sekali pun sudah menumpuk bagaikan gunung kebaikan, namun begitu sikap dan

61 Baidan, Etika, hlm. 138.

perilaku riyanya muncul, semua kebaikannya itu hanyut, bagaikan hujan lebat yang menghanyutkan tanah-tanah yang licin itu tanpa sisa sedikit pun.

Ayat kedua menggambarkan amalan seseorang yang ikhlas dengan kebun tanaman pada tanah yang subur di dataran tinggi. Kebun itu memberikan hasil yang berlipat ganda kepada pemiliknya meskipun hanya disirami oleh hujan gerimis.

Apa yang diberikan Allah itu sangat jelas, namun sering manusia tidak kuat untuk selalu ikhlas beramal, dia tergoda untuk bersikap riya, untuk mengantisipasi godaan tersebut, maka jauh sebelum berbuat, seseorang harus memantapkan niat (motivasi), yakni mengapa harus berbuat sesuatu dan untuk apa atau untuk siapa. Pertanyaan inilah yang harus dijawab sebelum bertindak, tidak mudah memang menentukan pilihan, terutama karena kita sebagai manusia dipengaruhi oleh berbagai kepentingan, dalam hal ini Allah sangat bijaksana, yakni dengan menurunkan tuntunan berupa ayat-ayat suci Alquran agar mereka dapat tertuntun dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini.

3. Langkah-Langkah Evaluasi

a. Menetapkan Standard. Langkah pertama dalam rangka proses evaluasi adalah menetapkan standard atau alat pengukur. Dengan alat pengukur itu barulah dapat di katakan apakah tugas dakwah yang telah di tentukan dapat berjalan dengan baik atau dapat berjalan tetapi kurang berhasil, atau sama sekali mengalami kegagalan total dan sebagainya.

Misalnya, tugas dakwah yang menyatakan : mengusahakan pendirian masjid, mushalla, langgar dan sebagainya. Untuk dapat mengatakan berhasil atau tidaknya pelaksanaan tugas tersebut, tentulah tidak mungkin tanpa adanya standar. Standar itu di peroleh dari rencana itu sendiri yang telah di jabarkan dalam target-target yang dapat di ukur, baik kualitas mapun kwantitasnya.

Dari contoh di atas, harus ditentukan masjid, mushalla, langgar yang bagaimana yang harus didirikan. Hal ini mencakup modelnya, bentuknya, ukurannya, dan sifat-sifat lainnya. Untuk membangun semua itu yang sifatnya telah ditetapkan itu, ditentukan pula beberapa biaya yang diperluka, berapa orang yang harus melaksanakannya. Tetapi hal inipun belum dapat ditentukan sebelum diketahui berapa jumlah bangun yang harus dibangun.

b. Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas organisasi yang telah di tetapkan.

Dalam fase ini di adakan pemeriksaan dan penelitian bagaimana dan sampai sejauh mana rencanayang telah di tetapkan itu berhasil dapat di laksanakan.

1. Peninjauan pribadi. Peninjauan peribadi ini di lakukan dengan jalan pimpinan organisasi secara langsung datang dan melihat sendiri pelaksanaan rencana yang telah di tentukan. Dalam peninjauan peribadi ini segenap faktor yang mempengaruhi jalannya tugas pekerjaan dapat dilihat dan dinilai sendiri oleh pimpinan dakwah, termasuk sikap para pelaksana, interaksi antara petugas yang satu dengan yang lain dan sebagainya. Dengan jalan pimpinan dakwah dapat memperoleh gambaran secara lengkap dan menyeluruh tentang jalannya dakwah. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa peninjauan secara langsung merupakan cara yang sebaik-baiknya. Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah: mengadakan kontak sendiri akan mempertinggi hubungan antara pimpinan dengan para eksekutif lainnya dengan para pelaksana, memberikan kepuasan kepada para pelaksana dengan disaksikan sendiri dan pembicaraan maupun kontak langsung antara mereka dan atasannya, para pelaksana yang dapat menyumbangkan pikirannya langsung kepada pimpinan merasa bangga bahwa mereka memperoleh perhatian dari pimpinan. Meskipun cara ini baik, namun juga mengandung kelemahan pihak pimpinan tidak mempunyai cukup waktu untuk secara langsung datang dan mengunjungi sendiri pelaksanaan tugas-tugas yang di 1. Peninjauan pribadi. Peninjauan peribadi ini di lakukan dengan jalan pimpinan organisasi secara langsung datang dan melihat sendiri pelaksanaan rencana yang telah di tentukan. Dalam peninjauan peribadi ini segenap faktor yang mempengaruhi jalannya tugas pekerjaan dapat dilihat dan dinilai sendiri oleh pimpinan dakwah, termasuk sikap para pelaksana, interaksi antara petugas yang satu dengan yang lain dan sebagainya. Dengan jalan pimpinan dakwah dapat memperoleh gambaran secara lengkap dan menyeluruh tentang jalannya dakwah. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa peninjauan secara langsung merupakan cara yang sebaik-baiknya. Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah: mengadakan kontak sendiri akan mempertinggi hubungan antara pimpinan dengan para eksekutif lainnya dengan para pelaksana, memberikan kepuasan kepada para pelaksana dengan disaksikan sendiri dan pembicaraan maupun kontak langsung antara mereka dan atasannya, para pelaksana yang dapat menyumbangkan pikirannya langsung kepada pimpinan merasa bangga bahwa mereka memperoleh perhatian dari pimpinan. Meskipun cara ini baik, namun juga mengandung kelemahan pihak pimpinan tidak mempunyai cukup waktu untuk secara langsung datang dan mengunjungi sendiri pelaksanaan tugas-tugas yang di

2. Laporan secara lisan. Menyerupai cara pertama adalah pemeriksaan kegiatan dengan cara laporan secara lisan. Penggunaan cara ini dilakukan dengan jalan para pelaksana didatangkan untuk memberikan laporan langsung secara lisan. Meskipun cara ini tidak sebaik cara yang pertama namun dengan laporan secara lisan, pimpinan dakwah dapat mengajukan persoalan-persoalan mengenai latar belakang pelaksanaan tugas dan sebagainya.

3. Laporan tertulis. Penggunaan cara ini di lakukan dengan jalan para pelaksana menyampaikan laporannya secara tertulis kepada pihak pimpinan, mengenai pelaksanaan tugas yang diserahkan kepadanya. Dengan laporan tersebut pihak pimpinan dapat mengadakan pemeriksaan dan penilaian mengenai palsanaan tugas-tugas seorang karyawan yang telah diserahkan kepada para pelaksana. Dengan demikian laporan tersebut merupakan pertanggung jawab para pelaksana kepada pimpinannya mengenai seberapa jauh mereka telah berhasil dapat melaksanakan tugas yang di serahkan kepadanya. Kebelihan dari penggunan cara ini adalah bahwa laporan tersebut karena merupakan

kumpulan data secara tertulis menjadi bahan yang sangat berharga bagi penyusunan rencana untuk masa-masa yang akan datang sedangkan kelemahannya adalah bahwa laporan tersebut sangat terbatas sifatnya. Pelaksana tidak dapat memberikan gambaran mengenai semua peristiwa yang telah terjadi dan semua kegiatan yang telah di lakukannya. Di samping itu para pelaksana dapat juga menyusun laporannya tudak atas dasar fakta yang ada melainkan laporan yang disusun sedemikian rupa sehingga gambaran yang diberikannya terlalu berlebih-lebihan. Untuk mengatasi kelemahan ini seorang pimpinan dapat memberikan petunjuk dan pedoman tentang bagaimana seharusnya suatu laporan tertulis harus disusun.

c. Membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard Setelah pimpinan organisasi memperoleh informasi selengkapnya mengenai

pelaksanaan tugas organisasi dan hasilnya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard untuk melihat hasil yang seharusnya dicapai artinya pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana dengan

baik atau sebaliknya telah terjadi penyimpangan-penyimpangan. 62

d. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.

62 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1993), hlm. 141.

Dari hasil penilaian yang dilakukan dapatlah diketahui dengan pasti, apakah pelaksanaan tugas dan hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau

sebaliknya telah terjadi penyimpangan-penyimpangan. Apabila ternyata telah terjadi penyimpangan-penyimpangan maka pimpinan haruslah segera mengambil tindakan perbaikan dan perbaikan, sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berhasil dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Tindakan perbaikan dan pembetulan hanya dapat di jalankan secara tepat bilamana pimpinan mengetahui dengan pasti apa sebabnya sampai terjadi penyimpangan-penyimpangan itu. Oleh itulah sebelum di lakukan tindakan perbaikan pimpinan harus terlebih dahulu mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan sebagainya. Sehingga tindakan yang di ambil telah mencapai sasaran yang di maksud.

Penyimpangan-penyimpangan itu dapat di sebabkan karena kurangnya kemampuan dari pihak pelaksana atau dapat juga di sebabkan karena tidak tersedianya waktu dan biaya yang cukup untuk menyelesaikan tugas dan dapat juga di sebabkan karena ketidak mampuan dari pihak pimpinan sendiri dalam mengorganisasi segenap faktor yang di perlukan atau di sebabkan karena tidak terciptanya situasi dan kondisi bagi penyelenggara tugas dan sebagainya.

Bilamana penyimpangan terjadi karena akibat dari kurang mampuan pihak pelaksana, maka tindakan perbaikan dapat berupaya usaha-usaha ke arah peningkatan kemampuan para pelaksanaatau dapat juga berupa tindakan penambahan atau penggantian tenaga pelaksana.Bilamana sebabnya terletak pada tidak tersediannya waktu, biaya, maka tindakan perbaikan berupaya penyesuaian waktu dan biaya dengan kepadatan tugas pekerjaan atau sebaliknya pengurangan tugas pekerjaan sesuai dengan besarnya biaya atau waktu yang tersedia. Bilamana sebabnya terletak pada ketidak mampuan pimpinan sendiri dalam mengorganisir segenap faktor yang diperlukan maka tindakan perbaikan berupa peningkatan kualitas manajemen dari pihak pimpinan sendiri. Demikian pula bilamana disebabkan terletak pada tidak terciptanya situasi dan kondisi maka tindakan perbaikan berupa usaha menciptakan terlebih dahulu situasi yang aman bagi penyelenggaraan dan sebagainya. Dari uraian di atas jelaslah bahwa tindakan perbaikan dan pembetulan itu tidaklah dengan begitusaja dapat menyesuaikan pelaksanaan tugas dan hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan. Melainkan di perlukan jangka waktu tertentu. Oleh sebab itulah pemeriksaan dan penelitian terhadap jalannya proses kegiatan haruslah secara kontiniu di lakukan. Sehingga sewaktu-waktu terjadi penyimpangan pimpinan dapat segera mengambil tindakan perbaikan dan pembetulan. Di samping itu dengan adanya penelitian yang terus menerus dapatlah pula di hindarkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan yang lebih parah lagi. Demikianlah proses yang harus di tempuh Bilamana penyimpangan terjadi karena akibat dari kurang mampuan pihak pelaksana, maka tindakan perbaikan dapat berupaya usaha-usaha ke arah peningkatan kemampuan para pelaksanaatau dapat juga berupa tindakan penambahan atau penggantian tenaga pelaksana.Bilamana sebabnya terletak pada tidak tersediannya waktu, biaya, maka tindakan perbaikan berupaya penyesuaian waktu dan biaya dengan kepadatan tugas pekerjaan atau sebaliknya pengurangan tugas pekerjaan sesuai dengan besarnya biaya atau waktu yang tersedia. Bilamana sebabnya terletak pada ketidak mampuan pimpinan sendiri dalam mengorganisir segenap faktor yang diperlukan maka tindakan perbaikan berupa peningkatan kualitas manajemen dari pihak pimpinan sendiri. Demikian pula bilamana disebabkan terletak pada tidak terciptanya situasi dan kondisi maka tindakan perbaikan berupa usaha menciptakan terlebih dahulu situasi yang aman bagi penyelenggaraan dan sebagainya. Dari uraian di atas jelaslah bahwa tindakan perbaikan dan pembetulan itu tidaklah dengan begitusaja dapat menyesuaikan pelaksanaan tugas dan hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan. Melainkan di perlukan jangka waktu tertentu. Oleh sebab itulah pemeriksaan dan penelitian terhadap jalannya proses kegiatan haruslah secara kontiniu di lakukan. Sehingga sewaktu-waktu terjadi penyimpangan pimpinan dapat segera mengambil tindakan perbaikan dan pembetulan. Di samping itu dengan adanya penelitian yang terus menerus dapatlah pula di hindarkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan yang lebih parah lagi. Demikianlah proses yang harus di tempuh

4. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan sampai saat ini berbagai perpustakaan dan perguruan tinggi, penelitian yang mengkaji secara spesifik tentang “ Konsep Evaluasi dalam Alquran belum di temukan secara detail. Namun demikian

ada penelitian yang relevan dengan fokus penelitian dalam skripsi ini, yaitu : Tuti Hidayati dalam skripsinya tahun 2012 “ Konsep Psikoterapi dalam

Alquran (Tafsir Surah Yunus ayat 57 dan Surah Al- Isra‟ ayat 82) penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh psikoterapi merupakan suatu cara penyembuhan terhadap seseorang yang mengalami masalah kejiwaan dengan tidak menggunakan obat-obatan tetapi dengan menggunakan pendekatan agama khususnya agama islam yang bersumber pada Alquran. Dengan melakukan berbagai terapi yang dapat mengubah seseorang yang hal yang lebih baik lagi. Alquran sebagai petunjuk bagi umat manusia yang menawarkan beberapa metode dalam penyembuhan kejiwaan. Dengan melaksanakan ibadah-ibadah tersebut menurut para pakar psikologi islam manusia tidak akan mengalami gangguan kejiwaan yang akhirnya dapat merusak akhlak maupun moral seseorang.

63 Abdul Rosyad, Manajemen Dakwah, hlm. 149.

Berdasarkan uraian-uraian penelitian terdahulu di atas, peneliti menemukan perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang penulis buat, yaitu bahwa penelitian yang di buat oleh peniliti lebih terfokus ayat-ayat Alquran yang membicarakan tentang evaluasi di dalam Alquran. Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kewahyuan dengan membiarkan Alquran berbicara dengan sendirinya yang berdasarkan asumsi bahwa Alquran mempunyai satu kesatuan logik yang tidak mengandung pertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian tersebut berhubungan dengan judul.

Adapun Perbedaan penelitian terdahulu dengan penulis ialah konsep evaluasi dalam Alquran yang selalu merasakan adanya pengawasan dari Allah hingga muhasabah atas semua perbuatan pun selalu dilakukan. Seseorang yang memiliki kehidupan dalam hatinya, maka ia akan meyakini bahwa Allah selalu mengawasi segala tindak tanduknya dan kelak ia harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah. Banyak didalam ayat Alquran untuk bisa memahami pengawasan Allah atas semua aktivitas hambanya pada setiap individu, organisasi maupun lainnya yang semua itu tidak terlepas dengan pengawasan darinya dan sebagai umatnya kita senantiasa haruslah mengevaluasi dengan memperbaiki apa yang kita lakukan untuk kedepannya menjadi lebih baik.