Interpretasi Hasil

4.3 Interpretasi Hasil

4.3.1 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penerimaan Pendapat Going Concern

Pada variabel kualitas auditor diperoleh koefisien regresi sebesar (2,153) dan probabilitas sebesar (0,142 > 0,10) yang berarti bahwa, kualitas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih tinggi pada auditee yang diaudit oleh KAP Big-4 dibandingkan auditee yang diaudit oleh KAP Non Big-4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, auditor yang berkualitas (big four) ataupun non-big four memiliki kemungkinan yang sama dalam memberikan pendapat going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress (Rahman dan Siregar, 2012). Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman dan Siregar (2012); Susanto (2009); Rudyawan dan Badera (2009); Geiger dan Blay (2007); Knechel dan Vanstraelen (2007); Praptitorini dan Januarti (2007); Santosa dan Wedari (2007); Setyarno et al. (2006); Fanny dan Saputra (2005); Mutchler et al. (1997) yang juga menemukan bukti bahwa kualitas audit Pada variabel kualitas auditor diperoleh koefisien regresi sebesar (2,153) dan probabilitas sebesar (0,142 > 0,10) yang berarti bahwa, kualitas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih tinggi pada auditee yang diaudit oleh KAP Big-4 dibandingkan auditee yang diaudit oleh KAP Non Big-4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, auditor yang berkualitas (big four) ataupun non-big four memiliki kemungkinan yang sama dalam memberikan pendapat going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress (Rahman dan Siregar, 2012). Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman dan Siregar (2012); Susanto (2009); Rudyawan dan Badera (2009); Geiger dan Blay (2007); Knechel dan Vanstraelen (2007); Praptitorini dan Januarti (2007); Santosa dan Wedari (2007); Setyarno et al. (2006); Fanny dan Saputra (2005); Mutchler et al. (1997) yang juga menemukan bukti bahwa kualitas audit

4.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Pendapat Going Concern

Pada variabel pertumbuhan perusahaan diperoleh koefisien regresi sebesar (0,005) dan probabilitas sebesar (0,941 > 0,05) dengan demikian, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih rendah pada auditee yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi daripada auditee yang memiliki pertumbuhan penjualan yang rendah.

Perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan bukan berarti perusahaan tersebut memperoleh jaminan bahwa perusahaan mengalami peningkatan laba bersihnya, sehingga dengan adanya pertumbuhan penjualan belum tentu perusahaan dapat lepas dari masalah keuangan yang sedang dihadapinya. Hal tersebut berarti bahwa pertumbuhan penjualan tidak dapat menjamin perusahaan untuk bebas dari peneriman pendapat going concern (Rudyawan dan Badera, 2009). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rudyawan dan Badera (2009); Santosa dan Wedari (2007); Setyarno et al. (2006); Fanny dan Saputra (2005) yang juga menemukan bukti bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pendapat going concern .

4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Pendapat Going Concern

Pada variabel ukuran perusahaan diketahui nilai koefisien regresi sebesar (1,269) dan probabilitas sebesar (0,260 > 0,05) hal ini berarti, hasil penelitian tidak menerima hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih rendah pada auditee yang memiliki total aset yang besar daripada auditee yang memiliki total aset yang kecil. Hasil ini menunjukkan bahwa baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, peluang untuk menerima pendapat going concern atas hasil audit adalah sama besar tanpa memandang besar kecilnya perusahaan tersebut (Rahman dan Siregar, 2012). Hasil penelitian ini konsisten dengen penelitian Rahman dan Siregar (2012), ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pendapat going concern . Hasil yang sama juga ditemukan oleh Junaidi dan Hartono (2010);

Geiger dan Blay (2007) yang meneliti mengenai ukuran perusahaan dan pendapat going concern yang menemukan bukti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan diantara keduanya.

4.3.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Penerimaan Pendapat Going Concern

Pada variabel debt to equity ratio diketahui nilai koefisien regresi sebesar (0,024) dan probabilitas sebesar (0,878 < 0,05) hal ini berarti hipotesis keempat tidak didukung yang menyatakan kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih tinggi pada auditee yang memiliki Debt to Equity Ratio yang tinggi daripada auditee yang memiliki Debt to Equity Ratio yang rendah. Hasil ini tidak membuktikan bahwa salah satu indikator utama auditor dalam memberikan pendapat going concern adalah dengan memperhatikan tingkat rasio utang perusahaan. Tinggi atau rendahnya tingkat rasio ini tidak akan berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan menerima pendapat going concern. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam memberikan pendapat going concern , auditor tidak hanya berdasarkan pada sejauh mana modal dari pemilik perusahaan dapat menutupi utang perusahaan kepada pihak eksternal, namun auditor lebih cenderung memperhatikan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan (Susanto, 2009). Dalam penelitian Petronela (2004) juga disebutkan bahwa Debt to Equity Ratio kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan pendapat going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Susanto (2009) yang menemukan bahwa debt to equity tidak mempengaruhi seorang auditor dalam memberikan pendapat going concern.

4.3.5 Pengaruh Penundaan Rapat Pemegang Saham terhadap Pendapat Going Concern

Pada variabel penundaan rapat umum pemegang saham diketahui nilai koefisien regresi sebesar -1,219 dan probabilitas sebesar (0,047 < 0,05) hal ini berarti penundaan rapat umum pemegang saham berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan pendapat going concern namun memiliki pengaruh negatif. Hal tersebut berarti bahwa hasil pengujian ini tidak menerima hipotesis kelima yang menyatakan kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih tinggi pada auditee yang menunda rapat pemegang saham daripada auditee yang tidak menunda rapat pemegang saham. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Knechel dan Vanstraelen (2007) yang menemukan bukti bahwa kemungkinan penerbitan pendapat going concern akan lebih besar pada perusahaan Pada variabel penundaan rapat umum pemegang saham diketahui nilai koefisien regresi sebesar -1,219 dan probabilitas sebesar (0,047 < 0,05) hal ini berarti penundaan rapat umum pemegang saham berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan pendapat going concern namun memiliki pengaruh negatif. Hal tersebut berarti bahwa hasil pengujian ini tidak menerima hipotesis kelima yang menyatakan kemungkinan penerimaan pendapat going concern atas auditee yang mengalami financial distress akan lebih tinggi pada auditee yang menunda rapat pemegang saham daripada auditee yang tidak menunda rapat pemegang saham. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Knechel dan Vanstraelen (2007) yang menemukan bukti bahwa kemungkinan penerbitan pendapat going concern akan lebih besar pada perusahaan