Membentuk Kepribadian Muslim

C. Membentuk Kepribadian Muslim

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian Muslim berasal dari dua kata yaitu kepribadian dan muslim. Menurut asal katanya, kepribadian (personality) berasal dari bahsa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound trough ). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian

kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri. 51

50 Kementerian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemah …, 252.

51 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 154.

Kepribadian mengandung pengertian yang sangat kompleks. Kepribadian mencakup berbagai aspek dan sifat-sifat fisis maupun psikis dari seorang individu. Oleh karena itu sukar bagi para ahli psikologi untuk merumuskan batasan/definisi tentang kepribadian secara tepat, jelas, dan mudah dimengerti. Beberapa ahli mengemukakan definisinya sebagaimana :

a. Allport dalam Jalaluddin menjelaskan beberapa sifat kepribadian dapat dibatasi sebagai cara bereaksi yang khas dari seseorang individu terhadap perangsang sosial dan kualitas penyesuaian diri

yang dilakukannya terhadap segi sosial dari lingkungannya. 52

b. Mark A May menjelaskan dalam Jalauddin bahwa apa yang memungkinkan seseorang berbuat efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Dengan kata

lain, kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang. 53

c. Usman Najati, kepribadian adalah organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya

yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya. 54

d. Menurut Sigmund Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu: Das Es (the id), yaitu aspek biologis, Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis, Das Ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis. Dari ketiga aspek ini, masing-masing mempunyai

52 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta : Pt Rajagrafindo Persada, 2010), 201-203. 53 Ibid.

54 Muhammad Usman Najati, Al Qu’an dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi’ Usmani, (Bandung : Pustaka, 1997), 240.

fungsi, sifat komponen, prinsip kerja, sifat dinamika dari sendiri, namun ketiga-tiganya saling berhubungan sehingga tidak mungkin

dipisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. 55 Dari definisi diatas dapat digaris bawahi bahwa para ahli psikologi

pada umumnya berpendapat yang dimaksud dengan kepribadian (personality) itu bukan hanya mengenai tingkah laku yang dapat diamati saja, tetapi juga termasuk di dalamnya apakah sebenarnya individu itu. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suryabrata dalam Binti Maunah bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam

menyesuaikan diri terhadap lingkungan. 56 Jadi selain tingkah laku yang tampak, ingin diketahui pula motifnya, minatnya, sikapnya, dan

sebagainya yang mendasari pernyataan tingkah laku tersebut. Jadi pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan pernyataan atau istilah yang digunakan menyebut tingkah laku seseorang yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya dari sudut filsafat menurut William Stern yang dikutip oleh Chaplin, kepribadian adalah suatu kesatuan yang banyak (Unita Multi Complex ) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri. Sedangkan Prof Kohnstamm, yang dikutip Chaplin menentang William Stern yang meniadakan kesadaran pada pribadi terutama kepada

55 Sumadi Suryasubrata ,Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), 125-126 56 Binti Maunah, Psikologi Pendidikan, (Tulungagung : IAIN Tulungagung Press, 2014), 174.

Tuhan. Menurut Kohnstamm; Tuhan merupakan pribadi yang menguasai alam semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan teistis (keyakinan). Orang yang berkepribadian menurutnya ialah orang yang

berkeyakinan ketuhanan. 57 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam

pandangan filsafat kepribadian diidentikkan dengan kepercayaan terhadap Tuhan dan keagamaannya. Dengan demikian kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukan ciri-ciri yang khas yang membedakan individu dengan individu yang lainnya. Termasuk didalamnya sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan cita-cita, pengetahuan dan ketrampilan, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.

Dalam Al Qur’an tidak ditemukan term/istilah yang pas yang mempunyai arti kepribadian. Diantara term-term yang mengacu pada

kepribadian adalah al syakhshiyat, al huwiyat, al nafsiyat, zat dan khulq. Term-term tersebut mempunyai makna yang spesifik yang membedakan

satu sama lain. 58 Dalam psikologi kata kepribadian lebih cenderung

57 Chaplin J.P, Kamus lengkap psikologi, terjemahan, Kartini kartono, (Jakarta : Rajawali Pres, 1995), 162.

58 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam (sebuah Pendekatan Psikologis), ( Jakarta : Darul Falah, 1999),127-132.

menggunakan kata syakhsyiat. Karena disamping secara psikologis sudah popular, term ini mencerminkan makna kepribadian lahir batin. 59

2. Kepribadian Muslim

a. Pengertian Kepribadian Muslim Sedangkan kata “muslim” dalam Ensiklopedia Muslim adalah

sebutan bagi orang yang beragama Islam. Dalam pengertian dasar dan idealnya adalah orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh pada ajaran Islam. Sedangkan menurtu Toto Asmara muslim adalah orang

yang konsekuen bersikap hidup dengan ajaran Qu 60 r’an dan sunnah. Dengan demikian muslim adalah yang menempuh jalan lurus

yakni jalan yang dikehendaki Allah SWT dan di ridhoiNya. Mereka yang menempuh jalan lurus dan mengambil penerangan dari kebenaran cahaya Tuhan, itulah orang-orang yang mencerminkan kemanusiaan yang benar dan lurus yang telah mewujudkan maksud dan tujuan

hidupnya dan telah melaksanakan tugasnya dalam hidup ini. 61 Muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan

penderitaan dengan tenang. Demikian juga menunggu hasil pekerjaan, bagaimana jauhnya memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin,

tidak ragu sedikit pun. 62 Hal ini sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 112, yang berbunyi :

59 Ibid. 60 Toto Tasmaran, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995),157.

61 Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ciri-ciri Kepribadian Muslim, (Jakarata : Raja Grafindo Persada, 2000), 5.

62 Muhammad Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim , terj. Mahmud Rifa’I, (Semarang : Wicaksana, t.th.), 43.

Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih

hati. 63

Sebagai ketegasan, Allah SWT memberikan pernyataan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Allah dan membuktikan imannya itu dengan amal yang ikhlas, maka ia akan memperoleh pahala. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal baik seorang hamba. Ayat ini juga menunjukkan bahwa iman semata tidak cukup untuk menjamin tercapainya kebahagiaan seseorang, akan tetapi hendaknya disertai amal saleh.

Dalam konteks ini, pengertian kepribadian muslim menjadi satu komponen. Menurut D. Marimba kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya mewujudkan kepribadian kepada Tuhan dan menyerahkan diri

kepadaNya. 64 Hal ini senada dengan definisi Fadhil Al Jamaly yang dikutip oleh Ramayulis bahwa kepribadian muslim menggambarkan

muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah SWT dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir ketinggiannya.Kepribadian muslim ini

63 Soenarjo, dkk., Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), 30. 64 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung : Al Ma’arif, 1989), 68.

mempunyai hubungan erat dengan Allah SWT, alam dan manusia. 65 Jadi kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang dari

cirri khas keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah SWT.

Sedang menurut Muzamil Qomar yang dimaksud dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi abdi masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad Saw. (mengikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau mengakkan Islam dan kejayaan ummat ditengah-tengah masyarakat ( ‘Izz al-Islam wa al-Muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia. 66 Dengan demikian

kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya. Konsepsi Islam tentang bagaimana wujud kepribadian muslim adalah identik dengan aspek-aspek kepribadian manusia seutuhnya.

65 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Cet. 1, Kalam Mulia, 1994), 192. 66 Mujamil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demakratisasi Institui),

(Jakarta: Erlangga, 2007), 4.

b. Karakteristik kepribadian Muslim Menurut Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh dalam Zuhairini ada tiga hal yang menjadi karakteristik seseorang bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:

1) Menyerahkan diri kepada Allah Membentuk pribadi yang Islami harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah.

2) Kebebasan dan kemuliaan manusia Pribadi seorang muslim harus melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah. Sehingga is benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan perasaan apa saja yang dapat memperlemah dan melecehkan kemuliaan insan.

3) Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan

Mengatasi rasa takut dengan pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah atau keyakinan ke hati setiap muslim bahwa

yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata. 67

c. Aspek-aspek Kepribadian Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan

dalam tiga hal :

1) Aspek-aspek kejasmanian

67 Zuhairini. Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 200.

Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya : cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara dan sebagainya.

2) Aspek-aspek kejiwaan Meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya : cara berfikir, sikap dan minat.

3) Aspek-aspek kerohanian yang luhur Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup kepercayaan, meliputi : sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri bagi kualitas keseluruhan

individu. 68

d. Ciri-ciri Kepribadian Muslim Kepribadian muslim merupakan identitas yang dimiliki seseorang, sebagai cirri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik ditampilkan secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Hal itulah yang memunculkan keunikan pada diri seseorang yang biasa disebut cirri. Ciri dapat berupa sikap, sifat, maupun bentuk fisik yang melekat pada pribadi seseorang.

Citra orang yang berkepribadian muslim adalam muslim sejati. Muslim yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan

eksistensinya ke dalam Islam. 69 Muslim ini benar-benar berkepribadian

68 Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan : Gama Media Offset, 2009), 131-132. 69 Abul A’la Maududi, Menjadi Muslim Sejati, terj. Ahmad Baidhawi, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

kepada Allah SWT.Adapun menurut Usman Najati, ciri-ciri kepribadian muslim diklasifikasikan dalam 9 bidang perilaku yang pokok 70 , yaitu

1). Sifat-sifat berkenaan dengan akidah Yaitu beriman kepada Allah, paraRasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat, hari akhir, kebangkitan dan perhitungan, surga dan

neraka, hal yang gaib dan qadar. 71 2). Sifat-sifat berkenaan dengan ibadah

Ibadah dalam pengertian umum adalah segala yang disukai dan diridlai Allah. 72 Hal ini meliputi menyembah Allah, melaksanakan

kewajiban-kewajiban shalat, berpuasa, zakat, haji, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa, bertakwa kepada Allah, mengingat- Nya melalui dzikir, doa dan membaca al- Qur’an.

3). Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain, saling membutuhkan dalam hidupnya. Sifat-sifat sosial ini meliputi bergaul dengan baik, dermawan, bekerjasama, tidak memisahkan diri dari kelompok, suka memaafkan, mengajak pada kebaikan dan

mencegah kemungkaran. 73 4). Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan

Maksudnya yang membuat manusia siap untuk membumbung tinggi melampaui peringkat hewan, mampu menetapkan tujuan

70 Usman Najati, 71 Al Qur’an dan Ilmu.., 257. Ibid., 258 72 Sulaiman al-Asyqar, Cir-ciri kepribadian.., 20.

73 Usman Najati, AlQur’an dan Ilmu.., 258.

tertinggi dalam hidup, merancangkan garis-garis metode yang harus diikutinya, dan menyempurnakan kemanusiaannya dengan kecenderungan pada sumber nilai dan pengetahuan yang membuatnya menjadi manusia yang hakiki. Hal ini meliputi berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, pergaulan yang baik

antara suami dan istri, menjaga dan membiayai keluarga. 74 5). Sifat-sifat moral

Keadaan yang menimpa hati manusia selalu berubah-ubah. Pada jiwa manusia ada dorongan nafsu dan syahwat yang kadang-kadang terpengaruh Sang Khalik. Untuk itu seorang muslim harus memiliki sifatsifat: sabar, lapang dada, adil, menepati janji, baik terhadap Allah maupun manusia, rendah diri, istiqomah dan

mampu mengendalikan hawa nafsu. 75 6). Sifat-sifat emosional dan sensual

Meliputi: cinta kepada Allah, takut akan azab Allah, tidak putus asa akan rahmat Allah, senang berbuat baik kepada orang lain, menahan dan mengendalikan kemarahan, tidak dengki pada orang

lain, dan lainlain. 76 7). Sifat-sifat intelektual dan kognitif

Intelektual dan kognitif berhubungan dengan akal. Akal dalam pengertian Islam bukanlah otak. Akal ada tiga unsur yaitu: pikiran, perasaan dan kemauan. Akal merupakan alat yang menjadikan

74 Ibid. 75 Ibid. 76 Ibid., 259.

manusia dapat melakukan pemilihan antara yang betul dan salah. Allah selalu memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya

agar dapat memahami fenomena alam semesta ini. 77 Sifat-sifat yang berhubungan dengan ini adalah memikirkan alam semesta,

menuntut ilmu , tidak bertaqlid buta, memperhatikan dan meneliti realitas, menggunakan alas an dan logika dalam berakidah. 78

8) Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional Islam sangat menekankan setiap manusia untuk memakmurkan bumi dengan cara memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepadanya. Di samping itu manusia dituntut untuk beramal shaleh dan bekerja sebagai kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Dalam bekerja, manusia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional ini meliputi tulus dalam bekerja, bertanggung jawab, berusaha dan giat dalam upaya memperoleh rizki dari Allah

9. Sifat-sifat fisik Keseimbangan kebutuhan tubuh dan jiwa merupakan kepribadian yang serasi dalam Islam.Jadi, kebutuhan tubuh atau jasmani perlu diperhatikan karena berpengaruh pada jiwa seseorang. Pepatah mengatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

77 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 158. 78 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Kepribadian Musim Pancasila), (Bandung:

Sinar Baru Algesindo, 1995), 129.

sehat. Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik adalah kuat, sehat, bersih dan suci dari najis. Ciri-ciri tersebut merupakan gambaran kepribadian yang lengkap,

utuh, matang, mantap dan sempurna. Citra kepribadian itulah yang dibentuk oleh agama Islam sehingga menemukan kebahagiaan dunia dan akhirat yang merupakan tujuan hidup setiap manusia.

3. Pembentukan Kepribadian Muslim

Pembentukan kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh dimensi ruh yang merupakan anugrah tuhan, bukan dimensi jasad-nya. Dalam perspektif ini, jasad pada hakikatnya adalah atau tempat dimana berlakunya dorongan atau keinginan-keinginan ruhiyah manusia. Meskipun jasad tidak lebih penting dibandingkan ruh, namun pembinaan kesehatan jasad juga harus menjadi perhatian yang serius, karena dalam badan yang sehat terkandung jiwa yang sehat, pembinaan

jasad 79 seperti olah raga diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Dalam pembentukan kepribadian, al-Mawardi dalam Suparman

menambahkan, prilaku kepribadian seseorang terbentuk melalui kebiasaan yang bebas dan akhlak yang lepas (akhlak mursalah), pembentukan kepribadian dari dalam diri (al- Nafs, ‘aql, qalb), pembentukan kepribadian lebih mengutamakan melalui pembinaan akhlak melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik terhadap selain

79 Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj, Helmi Hidayat , (Bandung: Mizan, 1985), 164.

dirinya, baik pembentukan social dengan manusia, alam, dan juga pada pembiasaan melakukan praktik ibadah kepada Allah. 80

Kegiatan dalam pembentukan kepribadian seperti yang telah disebutkan di atas tidaklah cukup untuk menjamin akan terciptanya kepribadian yang baik, selain dilakukan pembentukan juga harus diketahui beberapa hal yang harus diwaspadai karena dapat menyebabkan atau menjadikan kepribadian yang telah diusahakan untuk menjadi baik justru berbalik arah membentuk kepribadian yang tidak baik. Inb masawih mengatakan bahwa salah satu di antaranya mencari pergaulan yang sama atau yang lebih baik, Jangan bergaul dengan orang keji yang suka pada kenikmatan-kenikmatan buruk, suka

berbuat dosa, bangga tenggelam dalam dosa. 81 Di dalam al-Quran, sebagaimana yang disebutkan Ustman Najati,

ada tiga garis besar tipe kepribadian manusia, pertama adalah mu’min, munafiq dan kafir 82 . Di dalam al-Quran penyebutan ketiga istilah ini

menunjukkan keadaan pribadi seseorang dengan ciri khas tertentu. Term mukmin adalah ungkapan kepada seseoran yang mempunyai kematangan dalam dirinya (al-Nafs, qalb, dan ‘aql), terhadap sesamanya, dan juga mempunyai hubungan yang baik dengan tuhannya. Seorang mukmin akan menggunakan kepribadiannya untuk selalu

bertawakkal kepada Allah Sw, 83 dan juga mempunyai idealism terhadap

80 Suparman Syukur, Etika Religious, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 262. 81 Maskawaih, Menuju Kesempurnaan.., 164. 82 Usman Najati, Al Qur’an dan Ilmu.. 83 Q.S, Ali Imran [3]:122.

sesama manusia, 84 orang mukmin terus melatih hatinya tidak mudah marah (sabar), bersedekah, taat ibadah, memelihara nafsunya

(syahwat). 85 Sementara orang kafir menunjukkan kepribadian sebaliknya dari keadaan mukmin, dimana struktur-sturuktur kepribadian

al-Nafs, qalb, dan ‘aql diformulasikan untuk hal-hal yang sifatnya negative, karenanya term kafir kerap di sandengkan dengan mukmin

86 dan kafir selalu diberikan ancaman dengan siksaan 87 dan kehinaan, karena selalu mengabaikan perintah Allah, 88 dan dari segi sosialnya,

kepribadian orang yang kafir selalu memandang rendah selainnya (beriman). 89 Seseorang yang berkepribadian mukmin, dengan segala

keburukan yang ada pada kepribadian kafir harus bersikap lebih tegas, 90 karena seseorang yang mempunyai kepribadian kafir, selain tidak

mempercayai nilai-nilai spritualisme Islam juga secara sosialis sekaligus menolak keberadaan orang mukmin. Sementara yang dimaksud dengan kepribadian munafiq adalah orang yang mempunyai

kecenderungan kepada ke-kafiran, 91 itu artinya struktur kepribadiannya (al- Nafs, qalb, dan ‘aql) tidak diisi dengan nilai-nilai ilah dan tidak

difungsikan untuk bersyahadah kepadanya, sehingga seorang yang munafiq jika diuji kepribadiannya akan mencari jalan yang dianggap

84 Q.S. al- Nisa’ [4]:92. 85 Q.S, al-Ahzab [33]:35. 86 Q.S. al-Baqarah [2]:104. 87 Q.S, al-Nahl, [16]:27 88 Q.S.

89 Saba’ [34]:31. Q.S, al-Baqarah [2]:212. 90 Q.S, al-Taubah [9]:73.

91 Q.S. al-Taubah [9]:67.

aman, 92 dan dalam kesehariannya seorang yang berkepribadian munafiq selalu berdusta, khianat, berlebih-lebihan dalam pertikaian, malas

beribadah, dan riya ketika beribadah, 93 mempunyai kepribadian tidak

94 jujur, 95 bahkan mengolok-olok orang lain yang beribadah, atau bahkan mendustakan ayat-ayat Allah, 96 banyak lagi ciri-ciri dari ketiga tipe

kepribadian ini yang bisa dikupas pada pembahasan kepribadian seseorang.

Sesuai dengan kriterian kepribadian yang dilihat di atas, dilihat dari ontology filsfat pendidikan islam adalah untuk membina sturuktur kepribadian al-Nafs, al- ’aql, al-Qalb, dan jasad menuju syahadah kepada Tuhannya sebagai kebutuhan yang primordial, bersamaan dengan itu, membentuk kepribadian seorang muslim harus disertai dengan pengamalan-pengamalan atas tarbiyah yang telah dilakukan untuk membiasakan muslim berinteraksi dengan dunia luarnya. Pembinaan kepribadian tidak hanya cukup pada tatanan yang indivudualistik, sehingga mengabaikan lingkungan sekitar, seorang muslim harus menjaga sekaligus belajar dari luar dirinya untuk menginterpretasikan alam kauniyah menjadi bagian dari bentuk ibadah secara umum, salah satu yang harus dilakukan seorang muslim untuk membangun kepribadian mu’min adalah dengan pembersihan hati

92 Q.S, Ali Imran [3]: 167. 93 Q.S, al- Nisa’ [4]:142. 94 Q.S, al-Taubah [9]:56. 95 Q.S, al-Taubah [9]:65. 96 Q.S, al-Ahzab [33];12.

menjauhi dari segala bentuk maksiat setelah itu konsisten dalam melaksanakan ritual ibadah yang dituntun dalam Agama, sehingga dengan sendirinya akan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Dalam perspektif Islam kontruksi kepribadian individu muslim dicirikan oleh eksis dan berlangsungnya al-Aql al-Musytasyfad, al-Qabl salim, dan al-Nafs Muthmainnah dalam diri seorang muslim. Rasulullah telah memperraktikkan proses pembentukan dan pembinaan melalui pendidikan yang dibangun atas dasar konsepsi Islam tentang manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan utuh dan teritegritas antara al- Aql, al-Qalb , dan al-Nafs.

Dalam tataran partikal, proses pembentukan, pembinaan dan pengembangan kepribadian Islami itu diawali dari tazkiyah kemudian langkah selanjutnya adalah dengan ta’lim, tarbiyah, atau ta’dib, setelah pesan-pesan spiritual didapatkan diaplikasikan dengan pembiasaan- pembiasaan yang baik. Karena itu pendidikan Islami idealnya haruslah merupakan suatu proses penciptaan situasi dan kondisi yang betul-betul kondusif bagi pengembangan fakultas ruhiyah manusia (al-Aql, al- Qalb, dan al-Nafs ), agar tidak terperangkah oleh jeratan dan ikatan- ikatan materi.

Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir dari perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka akan Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir dari perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka akan

pengaruh lingkungan sekitarnya. 97 Proses pembentukan kepribadian terdiri atas tiga taraf, yaitu:

1) Pembiasaan Adalah membentuk aspek jasmani dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat atau mengucapkan sesuatu. Demikian ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol dan menggunakan tenaga- tenaga kejasmanian dan membantu dengan tenaga-tenaga kejiwaan, dengan membiasakan peserta didik melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diucapkannya.

2) Pembentukan pengertian, minat dan sikap Pada tahap ini diberikan pengertian atau pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan dan diucapkan dan ditanamkan pula dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan dengan menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan karsa, rasa dan cipta.

3) Pembentukan kerohanian yang luhur

97 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT Alma’arif, 1962), 69-

Pada tahap ini dapat dilakukan dengan pendidikan sendiri, yaitu dengan cara menanamkan kepercayaan yang terdiri atas:

a) Iman kepada Allah.

b) Iman kepada malaikat.

c) Iman kepada kitab.

d) Iman kepada rasul.

e) Iman kepada Qadla dan Qadar.

f) 98 Iman kepada hari akhir. Dengan penanaman kepercayaan adanya rukun iman tersebut

diharapkan akan tercipta kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala apa yang dipikirkan dan dipilih serta diputuskan dan juga yang dilakukan adalah berdasarkan keinsafan

diri sendiri. 99 Ketiga taraf pembentukan kepribadian diatas satu sama lain saling

membantu dan saling pengaruh mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi landasan taraf berikutnya dan akan menimbulkan kesadaran dan keinsafan akan apa yang telah diperoleh dan apa faedahnya, sehingga akan menimbulkan aktifitas yang lebih sadar dan

khusu’. 100 Selain itu, proses pembentukan kepribadian muslim dapat pula dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, pembentukan

98 Ibid. 99 Ibid , 68-70. 100 Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan : Gama Media Offset, 2009), 134.

kepribadian muslim sebagai individu dan pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah. 101

1). Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu

Dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai individu pembentukan diarahkan pada peningkatan dan pengembangan faktor bawaan dan faktor pendidikan yang berpedoman pada nilai- nilai Islam. Faktor bawaan dikembangkan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan tingkah laku menurut norma- norma islam. Sedangkan faktor pendidikan dilakukan dengan cara mempengaruhi individu dengan menggunakan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma islam seperti contoh, teladan dan lingkungan yang serasi.

2). Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah. Kepribadian muslim sebagai ummah adalah merupakan komunitas muslim yang memiliki pandangan hidup sama, walaupun masing- masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda. Persamaan pandangan hidup diyakini akan membantu usaha membina hubungan yang baik serasi antar sesama anggota keluarga, masyarakat, bangsa, maupun antar sesama manusia sebagai ummah.

101 Ibid , 168.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 32

BAB III METODE PENELITIAN - IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data - IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 35

BAB V PEMBAHASAN - IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository

0 0 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Desain Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTs Negeri Bandung Tulungagung - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN M

0 0 67

BAB V PEMBAHASAN A. Desain Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MTs Negeri Bandung Tulungagung - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJAR

0 1 13

Pembelajaran PAI dengan Pendekatan Kontekstual dalam Membentuk Kepribadian Muslim Peserta Didik di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung. A. Pendahuluan - PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBE

0 0 18