Sumbangsih Tanpa Pengakuan Tenaga Tapol untuk Rezim Soeharto

Sumbangsih Tanpa Pengakuan Tenaga Tapol untuk Rezim Soeharto

Oleh Paijo

Staf Pelaksana Program bidang Informasi dan Dokumentasi ELSAM )

Ilustrasi struktur jabatan di era Soeharto

sumber: sociopolitica.wordpress.co

ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Kebijakan Kerja Paksa ala Rejim Soeharto

kerja masing-masing. Bagi daerah-daerah di Jawa sehari-hari, dan nampak macam serombongan yang penduduknya padat, jumlah Tapol dan proyek manusia hitam karena kulitnya terbakar terik yang ada, pada prinsipnya pemanfaatan tenaga Tapol matahari.

dilakukan di luar Jawa. Dalam praktiknya untuk Penampungan sementara bagi tapol mempekerjakan Tapol di daerah setempat menggunakan rumah-rumah penduduk sekitar dilaksanakan oleh LAKSUS KOPKAMTIB, dan untuk proyek yang disekat-sekat, setiap sepetaknya dihuni yang di luar daerah dilaksanakan oleh Pusat/ antara 40 sampai 50 tapol. Sama dengan tempat- Kopkamtib atau Badan yang diserahi tugas untuk itu.

tempat kerja paksa lainnya, keluarga mereka selalu Untuk memanfaatkan tapol keluar daerah mengirim makanan dan pakaian untuk menambah banyak menggunakan tenaga Tapol dari Jawa yang makanan mereka. Sementara keluarga mereka dikirim ke Pulau Buru. Di sana mereka dipekerjakan sendiri dalam kondisi hidup pas-pasan di tengah paksa untuk membuka hutan belukar menjadi lahan perlakuan diskriminasi. pertanian dan sekaligus sebagai kamp Tapol. Hal ini

Mbah Prapto, seorang petani asal Desa selaras dengan SK Kopkamtib tertanggal 26 Februari Gondanglegi, Klego, Boyolali Utara, merupakan 1969, No.: KEP-009/KOPKAM/2/1969 yang salah satu korban yang mengalami kerja paksa di mengatakan bahwa Pulau Buru sebagai tempat awal pemerintahan rezim Orde Baru. Mbah Prapto

tinggal sementara bagi Tapol golongan B. 7 ditangkap pada 30 Nopember 1965 dan dibebaskan Kemudian rejim militer Soeharto dalam pada akhir 1968. Artinya, Mbah Prapto telah menguatkan pembenaran kerja paksa Tapol, pada 18 mengalami tiga tahun status sebagai tahanan. Kakek Feberuari 1969, ia mengeluarkan Surat Keputusan yang kini mulai renta tersebut tak pernah disidang. (SK) No. KEP/-007/KOPKAM/2/1969 Tentang Ketika itu ia diambil dari rumahnya pada sore hari oleh Organisasi Tim Penyelesaian Tahanan/Tawanan petugas polisi atas petunjuk perangkat desa

G . 3 0 . S /PKI Pusat dan Tim Penyelesaian setempat. Alasan penangkapannya: dia dituduh Tahanan/Tawanan G.30.S/PKI Daerah (TEPTAPU menyembunyikan Bupati Soewali. DAN TEPTADA). Kerja-kerja kedua tim tersebut yaitu

Akhir Nopember 1965, Mbah Prapto bersama Tim Penyelesaian Tahanan/Tawanan G.30.S/PKI sekitar 90-an orang dari Karang Gede tempat pertama Pusat (TEPTAPU) langsung di bawah dan mereka ditahan kemudian diangkut menggunakan truk bertanggung-jawab kepada PANGKOPKAMTIB; tentara menuju kamp penahanan Boyolali Kota. Sementara Tim Penyelesaian Tahanan/Tawanan dan Gedung Tacung pindahan kamp kedua, mbah Prapto

G.30.S/PKI Daerah (TEPTADA) berkedudukan menyebutnya. Selama masa penahanan mereka langsung dan bertanggung jawab kepada Pelaksana memang beberapa kali mengalami pemindahan dari Khusus Panglima Komando Operasi Kemanan dan satu kamp ke kamp lainnya, karena semakin hari

Ketertiban (LAKSUS PANGKOPKAMTIB). 8 semakin penuh sesak di kamp-kamp penahanan. Tiga bulan dia mengalami penyiksaan berat, demikian juga

Boyolali, “Ladangnya” Kerja Paksa Rezim Militer tapol-tapol yang lainnya.

Soeharto

Para Tapol disiksa menggunakan bambu dibelah yang kulitnya tajam, kenut , atau alu doro . Pengerahan besar-besaran tenaga Tapol guna kerja Akan tetapi alat penyiksa fisik yang paling ditakuti paksa di Boyolali terjadi pada masa Bupati Letkol tapol se-Boyolali adalah kemaluan sapi jantan yang Saebani masa jabatan 1965-1972. Ia menggantikan telah dikeringkan dan panjangnya hampir satu meter bupati pendahulunya, yaitu Soewali Dwijosukarto yang ujungnya dikasih logam. Alat penyiksaan jenis (1960-1965) yang telah dibunuh pada awal ini jika disabetkan oleh tangan penyiksa dari arah Desember 1965. Tapol-tapol Boyolali mulai belakang korban ketika diinterogasi, logam akan dipekerjakan paksa sejak awal tahun 1966 - 1970-an. mengayun dan menghunjam ke ulu hati. Hal ini jika Mereka dikerahkan tenaganya macam membangun korban tidak mendekap guna melindungi ulu hatinya saluran air minum beserta bak penampungannya akan fatal, jika terkena hunjaman logam. Tidak sedikit (PDAM), kemudian jembatan, bendungan waduk, tahanan yang tewas di tangan para penyiksa di ruang kantor koramil, tempat ibadah dan fasilitas sosial

tahanan karena alat-alat penyiksa.

lainnya. Di samping itu, Boyolali juga mendatangkan Setelah melewati hari-hari tanpa penyiksaan, tenaga Tapol dari luaran dengan jumlah sekitar seribu awal tahun 1966, Mbah Prapto, Mbah Gito, Mbah Tapol yang didatangkan dari kamp-kamp tahanan Mbino dan mbah-mbah yang lain yang jumlahnya Sasono Mulyo-Solo, dan Wonogiri untuk dipekerjakan ribuan dari kamp-kamp yang berbeda se-Boyolali

di proyek bendungan waduk Bade, Boyolali Utara. 10 dikeluarkan dari sana dan digiring dengan Praktik kerja paksa rezim militer Soeharto di pengawalan bedil tentara menuju ladang kerja paksa. Boyolali sama dengan tempat lain. Sangat minim Ladang kerja paksa pertama adalah pembangunan kebutuhan pangan, sandang dan tempat tinggal perusahaan air bersih (PDAM) guna menyuplai sementara bagi Tapol. Bahkan sama sekali ditiadakan kebutuhan air bersih warga Boyolali kota. Proyek ini macam keperluan pakaian bagi Tapol. Pada dari Tampir (Musuk) selanjutnya dialirkan ke kota umumnya mereka melepaskan pakaiannya ketika Boyolali. sedang bekerja membuat tanggul di Klego, Boyolali

“Yang bisa bikin bis bikin bis, yang nggak bisa Utara, karena bekerja mengangkut tanah basah atau ya menggali tempat bak air minium. Menyelesaikan lumpur. Kepanasan dan kehujanan pandangan bak air lima bulan. Menggalinya yang lama, batu

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA

hanya gebuk batu. Yang ada batu kita gepuk,” kenang Mbah Prapto. Sumber air bak ini diambil dari Tampir. Sungainya yang mengalir ke Boyolali itu dibendung, lalu disaring.

1 Razif: “Romusa dan Pembangunan: Sumbangan Tahanan

Penyelenggaraan pembangunan air bersih Politik untuk Rezim Soeharto, dalam buku “Tahun Tak Pernah

Berakhir Memahamai Pengalaman Korban 65”. Elsam & ISSI:

(PDAM) ini tidak melalui pengawasan DPU, melainkan

2004: hal. 140. di bawah arahan “bedil” tentara. Dan sistem kerjanya 2. Lihat Undang-undang RI No. 19 Tahun 1999, Tentang

hampir sama dengan proyek upahan macam

Pengesahan ILO Convention No. 105 Concerning The

sekarang. Bedanya bagi proyek ini tenaganya dihitung

Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO Mengenai Penghapusan Kerja Paksa).

tanpa upah. Dan sistem kerjanya jelas, macam jam 3. Simpson, “Amerika Serikat, CIA dan Munculnya kerja, peralatan kerja, dan tenaga kerjanya. Untuk jam

Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru” [Terjemahan]

kerja mulai dari jam tujuh pagi sampai jam lima sore.

Gramedia, 2010: 243. Peralatan yang biasa dipakai kerja paksa 4. Dalam hal ini lihat Koleksi Khusus Indok Elsam, “Himpunan

meliputi, kampak, cangkul, martil besar, betel. Sedang

Undang-Undang Surat Keputusan Perintah, Instruksi-

jenis pembagian kerja meliputi menggali tanah, instruksi dan Ketentuan-Ketentuan yang Berhubungan

dengan Kopkamtib (Oktober 1965 s/d. Agustus 1972) yang

memahat batu padas, menebang pohon,

diterbitkan oleh Sekretariat KOPKAMTIB yang setebal bantal

mengumpulkan batu pasangan, mengumpulkan batu

sejumlah 915 halaman. kerikil dan pasir, dan terakhir mencetak bis/gorong. 5. Setelah meletusnya G-30-S 1965, di Cilacap, Jawa Tengah,

Untuk masing-masing pekerjaan tenaganya dibagi per

penghuni satu desa diusir paksa oleh tentara untuk dijadikan perkebunan, dengan alasan adanya BTI. Padahal penghuni

kelompok menurut jenis pekerjaannya seperti di

desa itu tidak hanya petani BTI saja ada Pertanu (petani NU),

atas. 12

Pertani (petani PNI) namun mereka turut diusir kemudian

Dalam mengerjakan galian itu kadang jalur

sawah dan ladangnya dijadikan perkebunan dan dikuasai tentara Kodam Diponegoro. [Wawancara mbah Medi, pada 21

yang ditentukan melewati pohon yang harus ditebang

Oktober 2011, Desa Ciawati, Cilacap Jawa Tengah.]

untuk dilewati galian bis tadi. Dimana bis yang sudah .6. Lihat Juklak No.: PELAK-002/KOPKAM/10/1968 tanggal 16 tertanam untuk dialiri air bersih dari Sungai Kitel yang

Oktober 1968 Tentang Kebijaksanaan Penyelesaian

sejumlah tujuh tempat rembesan air, yang oleh Mbah

Tahanan/ Tawanan G.30.S/PKI. Koleksi Khusus Indok Elsam,

Prapto menyebutnya tujuh tuk Tuk . dalam kosakota

“Himpunan Undang-Undang Surat Keputusan Perintah, Instruksi-instruksi dan Ketentuan-Ketentuan yang

lokal berarti mata air. Untuk menggali bak guna

Berhubungan dengan Kopkamtib (Oktober 1965 s/d. Agustus

menampung rembesan air/mata air ini membutuhkan

1972) Sekretariat KOPKAMTIB hal. 289. waktu yang cukup lama karena tanahnya batu padas 7. Lihat SK No. KEP-009/KOPKAM/2/1969, tanggal 26 Februari

dan keras, terutama bak penampungan terakhir yang

1969, dalil menetapkan Pulau Buru sebagai tempat tinggal sementara bagi Tapol golongan B., ibid halaman 331.

terletak di Boyolali Kota. Pekerjaan ini memerlukan 8. Lihat Surat Keputusan Pangkopkamtib No. KEP- tenaga tapol khusus dan makan waktu hampir lima

007/KOPKAM/2/1969 tanggal 18 Februari 1969 tentang

bulan. Dan ukuran bak terakhir ini sekitar 60 meter

Organisasi dan Tugas Team Penjelesaian Tahanan

dengan kedalaman tiga meter.

G.30.S/PKI Pusat dan Daerah (TEPTAPU dan TEPTADA)

Proses pembuatan bis ini melibatkan (hal. 319-329). sejumlah kelompok kerja yang terdiri dari kelompok 9. Wawancara dengan mbah Prapto, di Gondanglegi, Klego, Boyolali, pada 12 Nopember 2010

pencari batu kerikil dan pasir, kelompok pengecoran

10. Wawancara dengan Sutrisno, di Karang Kepok, Boyolali

guna mencetak bis. Bahan material macam pasir dan

Utara, pada 14 September 2011

kerikil dipikuli oleh tapol dari Sungai Gandul ke tempat

11. Wawancara mbah Mbino di Karang Gede, 12 Nopember 2010.

pusat produksi bis yang jaraknya sekitar 100 meter,

12. Wawancara dengan mbah Prapto, di Gondang legi 10

dan menyeberang jalan raya. Lokasi persisnya

Nopember 2010; mbah Mbino di Karanggede 12 Nop 2010,

terletak di lapangan sepak bola Drobong, kelurahan

dan mbah Jono, di Klego, 16 September 2011.

Pusporenggo. Di sanalah proses pembuatan massal

13. Wawancara mbah Sarjono dan Mujeri, di Kacangan, Boyolali

bis dari tangan para tapol yang bekerja dari jam tujuh 17 September 2011 pagi sampai jam enam sore tanpa upah, hanya jatah

sebungkus nasi campur gabah setiap harinya. Dimana secara keseluruhan kelompok kerja harus mencapai sejumlah target yang telah ditentukan penguasa proyek. 13

Sungai Gandul yang melintasi kelurahan Pusporenggo, Boyolali dalam kondisi kering. Ia memperlihatkan pasir dan batu kerikil yang melimpah. Dari sinilah para tapol dahulu mengambil material sebagai bahan baku membuat bis guna saluran air bersih di Boyolali. Hingga kini penduduk sekitar masih memanfaatkan material tersebut guna bahan bangunan.

20 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Ratifikasi Konvensi Pekerja Migran: