Omah Tani dan Politik Hak Asasi Manusia

Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu:

Konsisten dengan Konsisten dengan Konsisten dengan Komitmen Awal Komitmen Awal Komitmen Awal

atau Mencari Jalan Baru? atau Mencari Jalan Baru? atau Mencari Jalan Baru?

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012

www.elsam.or.id www.elsam.or.id

04 Mengapa Harus (Membela) Korban

Tutur mereka mengenai serangkaian perbuatan yang tak manusiawi, mulai dari narasi penyiksaan yang kejam selama pemeriksaan yang kadang tak jelas legal atau ilegal karena tak jelas dari otoritas mana mereka berasal tentu bukanlah isapan jempol. Narasi yang sama saya dengar pula dari beberapa korban penculikan tahun 1998 yang berhasil kembali dan meneruskan

Masa lalu adalah lembaran sejarah dan terselip sebuah

kehidupan mereka.

ingatan yang hendak selalu mengantarkan kita untuk bisa duduk bersama saling menemani dan memahami, kemudian untuk dapat meletakkannya dan merefleksikan

laporan utama

5 - 14

atas apa yang telah terjadi.

Dinamika Penyelesaian Pelanggaran HAM

(http://taman65.wordpress.com)

Masa Lalu: Konsisten dengan Komitmen atau Mencari Jalan Baru?

Kolom

Berbagai upaya dan inisiatif telah dilakukan untuk terus mendorong adanya penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, yang terus

daerah

18-20

disuarakan oleh masyarakat sipil dan para korban. Inisiatif-inisiatif korban dan masyarakat sipil di tingkat lokal justru memberikan

Sumbangsih Tenaga Tapol Tanpa

dampak yang positif kepada para korban. Gugatan hukum,

Pengakuan Rezim Soeharto memorialisasi, pengungkapan kebenaran oleh masyarakat, terus

terjadi di tengah kemacetan proses penyelesaian oleh negara. Kekuasaan pemerintahan otoriter ditandai sejumlah

Kembang dan Tembang untuk Korban

hal: dukungan ideologi militerisme menindas, tidak

mentolerir perbedaan pendapat, pendekatan bagi korban, waktu empat dekade itu berarti waktu ketidakjelasan kekerasan, dan gemar bertindak bengis terhadap

mengenai keberadaan anggota keluarga mereka yang hilang. Mereka rakyatnya sendiri; di samping pemerintahan yang

menggunakan masa penantian dengan terus menagih janji korup. Ringkasnya, pemerintahan tidak ramah HAM

Pemerintah untuk mengungkap kejahatan, sembari merawat memori karena gemar menabrak hukum-hukum HAM.

dengan metode apapun.

internasional

Lika-Liku Ingatan dan Modal Sosial Taman 65 Ratifikasi Konvensi Pekerja Migran:

Suatu Kemajuan Sejarah kelam tragedi pembunuhan orang-orang yang dituduh PKI

pada akhir 1965 menjadi noktah bagi rumah tua dan penghuninya. Pada kenyataannya memang ada anggota keluarga yang dihilangkan

Diratifikasinya Konvensi Pekerja Migran merupakan di sini. Itu sebabnya orang-orang yang tinggal dan, terutama anak- puncak 13 tahun proses perjuangan Pemerintah dan

masyarakat sipil Indonesia dalam upaya mencapai anak muda yang sering berkunjung ke Taman 65, sangat antusias pemahaman yang sama. Konvensi ini mengatur

membicarakan tragedi itu.

sejumlah jaminan, baik bagi tenaga kerja sendiri, maupun negara untuk mengeluarkan guideline

Ketika Walikota Minta Maaf Kepada Korban

perlindungan terhadap tenaga kerja lokalnya.

resensi Pada momentum peringatan hari hak korban pelanggaran HAM atas

22-23

kebenaran dan keadilan pada 24 Maret 2012 dalam rangkaian hari ulang tahun Provinsi Sulawesi Tengah yang ke-48 tahun. Walikota

Langkah Berharga Pemda Sanggau

menyampaikan permintaan maaf kepada korban. Pada intinya

Terkait HAM walikota menegaskan bahwa yang terjadi pada masa lalu adalah

sebuah kesalahan.

Di tengah maraknya kemunculan perda diskriminatif di sejumlah daerah, inisiatif Setda Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menerbitkan Manual Penyusunan

nasional

15-17

Perda Berbasis HAM patut diapresiasi. Pada manual ini terdapat pedoman yang berlaku bagi Satuan Kerja

Omah Tani dan Politik Hak Asasi Manusia di Batang

Perangkat Daerah (SKPD) atau legal drafter seluruh instansi yang ada di Kabupaten Sanggau dalam

Omah Tani merupakan organisasi petani Batang yang berdiri sejak menyusun/merancang peraturan daerah di tingkat lokal.

2008. Di Batang, persoalan representasi politik yang buruk, dan usaha untuk memperbaikinya, telah menjadi perhatian gerakan

profil elsam

24 masyarakat sipil terutama dimotori oleh Omah Tani.

www.elsam.or.id

Surat Terbuka Kepada Pak Menteri

Redaksional

Kepada Bapak Menteri yang Berkuasa,

Penanggung Jawab: Indriaswati Dyah Saptaningrum

Kami paham bahwa politisasi terhadap agama akan Pemimpin Redaksi:

menjerumuskan negara ini ke kubangan kekerasan tiada akhir. Otto Adi Yulianto Dan kita bisa simak deretan kekerasan yang mengatasnamakan

Redaktur Pelaksana: agama kerap terjadi di penjuru nusantara. Widiyanto

Dewan Redaksi: Barangkali menuduh korban dan lembaga advokasi bagi Anda Widiyanto, Indriaswati Dyah Saptaningrum,

merupakan cara paling mudah untuk lari dari tanggung jawab Zainal Abidin, Wahyu Wagiman

ketimbang bersikap tegas terhadap para gerombolan intoleran. Kami tahu banyak pejabat negara yang tidak memiliki sikap

Redaktur: Indriaswati DS, Otto Adi Yulianto, Triana

kenegarawanan.

Dyah, Wahyu Wagiman,Wahyudi Djafar, Andi Muttaqien, Ester Rini Pratsnawati, Paijo

Kami tidak tahu apakah Anda termasuk salah satunya. Sekretaris Redaksi:

Triana Dyah Sirkulasi/Distribusi:

Khumaedy

Wiwid-Depok

Desain & Tata Letak: alang-alang

Penerbit: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

Penerbitan didukung oleh:

UNI EROPA

Alamat Redaksi: Jl. Siaga II No. 31, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta 12510, Telepon: (021) 7972662, 79192564 Faximile: (021) 79192519

E-mail: [email protected], [email protected]

Website: www.elsam.or.id.

Tulisan, saran, kritik, dan komentar dari teman-teman dapat dikirimkan via email di bawah ini:

Redaksi senang menerima tulisan, saran, kritik dan komentar dari pembaca. Buletin

[email protected]

ASASI bisa diperoleh secara rutin. Kirimkan nama dan alamat lengkap ke redaksi. Kami juga menerima pengganti biaya cetak dan distribusi berapapun nilainya. Transfer ke rekening

ELSAM Bank Mandiri Cabang Pasar Minggu No. 127.00.0412864-9

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA

Mengapa Harus (Membela) Korban

S naiknya Orde Baru ke tampuk kekuasaan di perbuatan yang tak manusiawi, mulai dari narasi

aya, seperti kebanyakan generasi yang lahir memiliki kesulitan ekonomi, tapi sebagian besar di era 1970an, sebenarnya hampir tak lainnya hidup dalam situasi yang sulit bertahan hidup memiliki memori visual apapun mengenai dengan kondisi yang memprihatinkan. tragedi kemanusiaan yang mengiringi

Tutur mereka mengenai serangkaian

Indonesia, yang lantas mengisi tiga puluh lima tahun penyiksaan yang kejam selama pemeriksaan yang periode kekuasaannya dengan represif. Bahkan kadang tak jelas legal atau ilegal karena tak jelas dari berbagai tragedi kekerasan yang berlatar belakang otoritas mana mereka berasal tentu bukanlah isapan politik lainnya yang terjadi jauh sebelum atau jempol. Narasi yang sama saya dengar pula dari sesudahnya seperti Gulag Pulau Buru dan beberapa korban penculikan tahun 1998 yang Plantungan, pembunuhan Talangsari, Tanjung Priok, berhasil kembali dan meneruskan kehidupan mereka. rangkaian kekerasan yang merenggut sejumlah

Kekerasan seksual seperti maaf- menusuk besar korban di Aceh dengan pemberlakukan Operasi kemaluan dengan batang kayu seperti diungkap dari Militer, hanya karena mereka hampir tak pernah data forensik Marsinah, maupun tuturan langsung tersebut dalam buku-buku pelajaran. Mungkin nasib para ibu-ibu yang menjadi tahanan politik paska yang sama juga dialami oleh generasi-generasi yang tragedi 1965 jelas menghentak kesadaran lahir belakangan, karena hanya sedikit perubahan kemanusiaan, apalagi jika Anda perempuan. Tak yang ada dalam kasanah narasi resmi mengenai hanya membuat bergidik, narasi ini jelas terlalu jauh sejarah bangsa ini, khususnya yang secara resmi dari fantasi yang mungkin terbayangkan. Bagi dipergunakan sebagai buku rujukan di sekolah- generasi seusia saya, sosok mereka jauh lebih nyata, sekolah baik SD, SMP maupun setingkat SMA. senyata fakta bahwa atas alasan apapun perlakuan

Mungkin seperti kebanyakan generasi seusia yang mereka alami tak bisa dibenarkan oleh akal saya yang lainnya, perbincangan mengenai hal sehat kemanusiaan manapun, atau berdasar agama tersebut hampir tak ditemukan dalam obrolan sehari- atau kepercayaan apapun. Apalagi bila merujuk pada hari di rumah. Rasanya sulit mempercayai kedua klaim prinsip dan norma hak asasi manusia yang jelas orang tua saya tak mengetahui apa yang terjadi di telah menjadi jaminan konstitusional di negeri ini. waktu-waktu itu, tapi seperti kebanyakan keluarga

Bila demikian adakah alasan lain yang masuk lain, mungkin mereka memilih menutup rapat-rapat akal untuk tidak membela keinginan mereka yang perbincangan itu, seperti takut akan adanya hantu sederhana, supaya narasinya didengar dan diakui? yang tiba-tiba muncul bila hal itu diperbincangkan. Adakah alasan yang lebih kuat bagi Pemerintah Alhasil, narasi-narasi itu selama bertahun-tahun (baca-negara) untuk menganggap seolah mereka terpendam rapat-rapat dari generasi-generasi seusia tidak ada? Sekecil apapun langkah konkrit harus saya atau pun yang lebih muda. segera diwujudkan, justru karena tak lagi ada alasan

Seperti kebanyakan generasi seusia saya tersisa untuk Pemerintah untuk tidak berbuat apa- yang tak terafiliasi dengan ormas-ormas yang terkait apa, dan terus berdiam seolah tak terjadi apa-apa. atau sering dikaitkan dengan Tragedi 1965 atau tragedi-tragedi lain yang terjadi sesudahnya, sulit menakar kedekatan emosi pada perdebatan mengenai tarik ulur kepentingan dan konteks politik yang melingkupi peristiwa-peristiwa tersebut seperti Indriaswati D. Saptaningrum tergambar dalam debat antara Magnis Suseno (24/3) Direktur Eksekutif ELSAM dan Sulastomo (31/3) di Harian Kompas.

Meskipun demikian, satu yang realitas yang tak terbantahkan adalah kehadiran para korban dan seluruh narasinya. Mereka adalah realitas yang faktual, manusia yang hidup, beberapa diantaranya renta dimakan usia, punya alamat tinggal yang jelas dan diakui sebagai warga negara karena rata-rata memiliki KTP. Sebagian kecil ada yang beruntung tak

04 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Dinamika Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu: Konsisten dengan Komitmen Awal atau Mencari Jalan Baru?

Oleh Zainal Abidin

(Deputi Direktur Pengembangan Sumber Daya HAM (PSDHAM) ELSAM)

Pengantar

Lebih dari satu dekade agenda penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu tak juga tuntas. Komitmen penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu tampak surut di tengah arus besar transaksi politik dan kekuasaan yang saat ini terjadi. Kerangka hukum penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu telah ada melalui dua jalur, baik melalui pengadilan HAM

ad hoc maupun Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), mandeg tak jelas ujungnya. Berbagai upaya dan inisiatif telah dilakukan untuk terus mendorong adanya penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, yang terus disuarakan oleh masyarakat sipil dan para korban. Inisiatif-inisiatif korban dan masyarakat sipil di tingkat lokal justru memberikan dampak yang positif kepada para korban. Gugatan hukum, memorialisasi, pengungkapan kebenaran oleh masyarakat, terus terjadi di tengah kemacetan proses penyelesaian oleh negara.

Respon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dengan retorikanya tampak memberikan “angin segar” penyelesaian, dengan menugaskan Menkopolhukam dan memandatkan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) bidang hukum dan HAM untuk mencari format penyelesaian. Namun, ada kekuatiran bahwa upaya presiden ini keluar dari komitmen dan konsensus bangsa yang telah disepakati.

Proses penyusunan konsep tanpa adanya arah yang jelas dan kontrol publik yang luas, akan berdampak pada pilihan penyelesaian yang menjauhkan dari prinsip-prinsip HAM, dan memaksa para korban terus “bernegosiasi” dengan posisi yang tak setara. Pada titik ini, perumusan konsep, yang dimaksudkan untuk menerobos kebuntuan penyelesaian, harus beranjak maju untuk memastikan terpenuhinya hak-hak para korban.

Kerangka Penyelesaian dan Implementasi

Kerangka penyelesaian berdasarkan pada berbagai produk hukum yang dibentuk berpijak dalam dua jalur, yakni pengungkapan kebenaran dan rekonsiliasi melalui pembentukan KKR dan penghukuman kepada pelaku melalui pengadilan HAM

ad hoc.

Pembentukan KKR mendapatkan basis legalnya dalam Ketetapan MPR No. V Tahun 2000 tentang tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan. Dalam Tap tersebut telah jelas dinyatakan bahwa pada masa lalu telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang perlu untuk diungkapkan demi menegakkan kebenaran, dan merekomendasikan untuk memutuskan untuk membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional sebagai lembaga ekstra-yudisial yang bertugas untuk menegakkan kebenaran dengan mengungkapkan

Korban pelanggaran HAM berat mencari keadilan. Sumber: www.tempo.co ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA

psikososial kepada korban pelanggaran HAM yang berat. 11 Pada tahun yang sama, negara membentuk UU

Dari kerangka hukum penyelesaian No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang pelanggaran HAM masa lalu tersebut, tidak banyak

mengatur tentang pemeriksaan perkara-perkara kemajuan. Dari sisi pengadilan, tercatat hanya kasus pelanggaran HAM yang berat yaitu kejahatan genosida

2 pelanggaran HAM yang berat di Timor-Timur pada tahun dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Terhadap 1999 dan Tanjung Priok tahun 1984 yang dibawa ke

kejahatan-kejahatan yang masuk kategori pelanggaran pengadilan HAM

ad hoc . Dari dua peradilan tersebut, HAM yang berat yang terjadi sebelum tahun 2000, pengadilan bisa dikatakan gagal memberikan keadilan dilakukan melalui Pengadilan HAM 3 ad hoc . UU juga kepada korban dengan gagalnya melakukan

menyebut bahwa pelanggaran hak asasi manusia berat penghukuman kepada pelaku dan melakukan pemulihan yang terjadi sebelum berlakunya UU ini, tidak menutup

kepada korban. Hak-hak korban terkait dengan reparasi 12 kemungkinan penyelesaiannya dilakukan oleh KKR yang dan pemulihan tak kunjung terjadi, justru sejumlah

dibentuk melalui UU. 4 inisiatif korban dan masyarakat sipil melalui jalur Pada tahun 2001, melalui UU No. 21 tahun 2001 13 pengadilan maupun upaya lainnya yang lebih maju.

tentang Otonomi Khusus Papua, negara juga berjanji Komnas HAM sendiri, terkait dengan kepada rakyat Papua akan mempertanggungjawabkan pelanggaran HAM masa lalu, setidaknya telah berbagai bentuk pelanggaran HAM melalui dua melakukan penyelidikan terhadap kasus Talangsari instrumen, yaitu Pengadilan HAM dan KKR. UU tersebut 1989, Kasus Trisaksi, Semanggi, dan Mei 1998, dan menyatakan menyatakan KKR dilakukan untuk Kasus Penghilangan Paska 1997-1998 yang sampai “melakukan klarifikasi sejarah dan merumuskan serta sekarang belum ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung menetapkan langkah-langkah rekonsiliasi” dalam rangka dan Pemerintah. Kejaksaan Agung berdalih belum ada menjaga persatuan bangsa. 5

rekomendasi DPR dan masih ada berbagai hal yang Baru pada tahun 2004, mandat untuk 14 harus dilengkapi oleh Komnas HAM.

membentuk KKR semakin jelas, dengan terbentuknya Namun, alasan-alasan Kejaksaan Agung tidak UU No. 27 tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan konsisten. Misalnya, dalam kasus yang telah Rekonsiliasi. UU ini mengatur tentang pengungkapan mendapatkan rekomendasi DPR untuk membentuk kebenaran pelanggaran HAM masa lalu, mekanisme Pengadilan HAM

ad hoc untuk Kasus Penghilangan penyelesaian di luar pengadilan dan rehabilitasi kepada Paksa Tahun 1997-1998, juga tidak dilaksanakan hingga Korban. DPR dan Pemerintah pada saat itu, setelah saat ini. Padahal, pada 28 Oktober 2009, DPR melalui perdebatan yang panjang selama kurang lebih 16 merekomendasikan kepada Presiden untuk membentuk bulan, akhirnya mengesahkan RUU KKR menjadi UU, 6 Pengadilan HAM

ad hoc untuk kasus Penghilangan meski disadari adanya kelemahan dalam

Paksa 1997-1998. 15

pengaturannya. 7 Namun, dalam periode 2004-2006 Sementara pembentukan KKR hingga kini pembentukan KKR sangat lambat, dan Pemerintah belum jelas. Paska pembatalan UU KKR oleh MK, hanya berhasil melakukan proses seleksi anggota KKR. 8 memang muncul inisiatif kembali untuk membentuk UU

Pada tahun 2006, terjadi tiga peristiwa penting KKR melalui Kementerian Hukum dan HAM. Setelah terkait dengan penyelesaian pelanggaran HAM masa sekian tahun draft ini dirumuskan, pada November 2010, lalu. Pertama, Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan Kementerian Hukum dan HAM akhirnya menyelesaikan UU KKR karena dianggap bertentangan dengan Naskah Akademis dan RUU KKR, yang kemudian Konstitusi, Hukum HAM Internasional dan Hukum diserahkan kepada Presiden. Humaniter Internasional, dan MK kemudian

RUU KKR sempat menjadi RUU prioritas dalam merekomendasikan untuk membentuk UU KKR baru Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2011. sesuai dengan UUD 1945, hukum humaniter dan hukum Namun, Presiden tidak juga menyerahkan RUU KKR ke hak asasi manusia internasional. 9 Kedua , komitmen DPR untuk dibahas pada tahun 2011, dan hingga kini untuk penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu juga 16 tidak ada kejelasan mengenai nasib RUU tersebut. dinyatakan dalam konteks pelanggaran HAM yang berat Selama tahun 2011, penyelesaian pelanggaran HAM di Aceh melalui UU No. 11 tahun 2006 tentang masa lalu berjalan di tempat, dan tidak ada kebijakan Pemerintah Aceh, yakni tentang pembentukan 17 yang dihasilkan oleh Pemerintah. Pengadilan HAM dan pembentukan KKR di Aceh. 10

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan Ketiga , terbit UU No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan berbagai pernyataan dan komitmen Presiden Susilo

06 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Bambang Yudhoyono yang akan menyelesaian rancangan (draft) konsep penyelesaian pelanggaran Pelanggaran HAM masa lalu. Pada bulan Mei 2011, HAM berat di masa lalu, diantaranya terkait dengan Presiden SBY telah bertemu Komnas untuk membahas proses rehabilitasi, restitusi, dan pemberian penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, dimana kompensasi, pembentukan sebuah badan yang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Komnas HAM menangani kasus HAM berat di masa lalu, dan batasan sepakat untuk mempercepat penyelesaian kasus-kasus 24 yang disebut pelanggaran HAM berat. pelanggaran HAM di masa lalu.

Selain itu, publik juga sempat diberi angin Tindak lanjut dari pertemuan tersebut adalah segar dengan adanya keinginan Presiden SBY untuk menugaskan kepada Menko Polhukam untuk bertemu

meminta maaf. 25 Wacana ini justru yang mendapat dengan Komnas HAM membicarakan lebih detil tentang

18 respon luas dari publik. Di satu sisi, banyak pihak yang kasus masa lalu. Presiden kemudian meminta Menko- mendukung langkah tersebut, namun banyak pula yang

Polhukam untuk membentuk Tim Kecil penyelesaian mengkritisi, khususnya mengenai konteks, landasan kasus-kasus Pelanggaran HAM berat masa lalu, dengan dan formatnya. Sejumlah usulan tentang konteks mandat kerja diantaranya untuk mencari "format terbaik permintaan maaf Presiden juga bermunculan, dan penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu”. 19 berharap Presiden tidak hanya meminta maaf, tetapi

Dalam konteks mendorong penyelesaian harus dilakukan tindakan-tindakan kongkrit lainnya. pelanggaran HAM masa lalu tersebut, Wantimpres

Keinginan Presiden SBY untuk minta maaf bidang Hukum dan HAM juga mempunyai agenda untuk perlu dilanjutkan dengan adanya dengan segera merumuskan format penyelesaian. Sejumlah pertemuan 20 membentuk Pengadilan HAM

ad hoc dan dengan untuk merumuskan penyelesaian pelanggaran HAM menggerakkan semua institusi negara penegak hukum dengan berbagai pihak telah dilakukan oleh Wantimpres. untuk mengusut tuntas semua pelanggaran HAM pada Namun, hingga kini hasil akhir tentang usulan format masa lalu, sehingga seluruh kasus pelanggaran HAM penyelesaian tampaknya belum diselesaikan.

yang berat pada masa lalu dapat diselesaikan berdasarkan hukum. 26 Permintaan maaf juga harus

Mencari “Format Terbaik Penyelesaian”?

dilakukan dengan adanya pengungkapan kebenaran, dimana pemulihan korban mustahil dilakukan tanpa

Konteks politik saat ini tampaknya menjadikan pengungkapan kebenaran tentang peristiwa yang Pemerintah, khususnya Presiden SBY, gamang dalam terjadi. Presiden tidak bisa hanya meminta maaf, tanpa melaksanakan upayanya dalam mendorong jelas apa peristiwa yang menjadi alasan presiden penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu. Kekuatiran meminta maaf, dan mengungkap kebenaran peristiwa bahwa penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu bisa 27 adalah kunci utama. menimbulkan “kegaduhan politik”, 21

menjadikan

konsensus penyelesaian yang disepakati terpinggirkan Penutup

dan memperlambat upaya-upaya penyelesaiannya. 22 Inisiatif untuk merumuskan kembali format Upaya atau insiatif penyelesaian pelanggaran HAM

penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, pada satu sisi masa lalu, pada satu sisi perlu diapresiasi, namun pada menunjukkan komitmen, namun disisi lain bisa dicurigai sisi lain harus diletakkan kembali dalam “jalur” yang sebagai upaya untuk memperlambat penyelesaian. Tim di sebenarnya. Meski upaya penyelesaian dilakukan Menkopolhukam, setelah hampir setahun dibentuk tidak dalam berbagai konteks dan tujuan yang berbeda-beda, juga mampu merumuskan format penyelesaian. Terdapat misalnya kepentingan sebagai bangsa di masa depan, problem mendasar dalam Tim tersebut mengenai tujuan utama penyelesaian adalah untuk melaksanakan kerangka kerja, jangka waktu kerja, dan proses kewajiban negara berdasarkan konstitusi dan hukum perumusan. Inisiatif ini juga berpotensi menjadikan HAM internasional terkait dengan pelanggaran HAM penyelesaian mendegradasi sistem hukum yang ada dan yang telah terjadi. Kewajiban negara itu diantaranya mengkanalisasi persoalan agar bisa dimoderasi. 23 Tim memberikan hak-hak korban yang mencakup hak atas Menkopolhukam tidak begitu terbuka dalam proses kebenaran (the right to know the truth), hak atas penyusunan rumusan penyelesaian.

keadilan (the right to justice), maupun hak atas Sementara inisiatif dari yang dilakukan Dewan pemulihan (the rights to reparations). Pertimbangan Presiden bidang hukum dan HAM justru

Pilihan atas berbagai jalur penyelesaian, atau terlihat lebih maju dan terbuka dalam perumusan pentahapan proses penyelesaian tampaknya harus

konsepnya. Dalam berbagai kesempatan, Albert dirumuskan secara lebih serius, untuk mampu

H a s i b u a n , s a l a h s a t u a n g g o t a Wa n t i m p r e s , menerobos kebuntuan yang selama ini terjadi. Pilihan menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyusun atas pembentukan komite/badan khusus dengan

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA

10. kebijakan Presiden, dapat dilakukan dalam konteks Lihat pasal 228 dan 229 UU No.11/2006.

11. Lihat pasal 5 dan pasal 7 UU No. 13/2006. Kemudian juga muncul PP

membuka ruang pengungkapan kebenaran, atau

No. 44/2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi dan Bantuan

mempercepat proses-proses penyelesaian pelanggaran Kepada Saksi dan Korban.

12. Analisis terhadap hasil pengadilan perkara Timor-Timur dapat dilihat

HAM masa lalu. Dalam pengalaman sejumlah negara

dalam Laporan David Cohen, Intended to Fail , The Trial Before the Ad

Hoc Human Rights Court in Jakarta yang menghadapi masalah pelanggaran HAM masa lalu , ICTJ, July, 2004. Lihat juga laporan

yang berjudul “unfilfiled Promises, Achieving Justice for Crimes Against

dan mengalami transisi, pengungkapan kebenaran tidak

Humanity in East Timor”, Open Society Justice Initiative dan Coalition for International Justice (OIJ), November 2004. Elsam juga telah

jarang dilakukan berlandaskan pada kebijakan

menerbitkan sejumlah laporan tematik tentang pengadilan HAM adhoc

kepresidenan. untuk kasus Timor-Timur dan Tanjung Priok, selengkapnya bisa dilihat

di www.elsam.or.id. Lihat juga laporan “Pengadilan Yang Melupakan

Dalam konteks upaya untuk meminta maaf oleh

Korban”, Laporan Pemantauan, Kelompok Kerja Pemantau, Pengadilan Hak Asasi Manusia , Elsam KontraS PBHI, 24 Agustus

Pemerintah, upaya ini bisa dilakukan dengan landasan

2006. yang jelas, terkait dengan permintaan maaf dalam 13. Lihat catatan Elsam, “Pemetaan Singkat Kebijakan Reparasi dan Implementasinya di Indonesia”, 3 Oktober 2011. konteks apa, untuk siapa, dan dalam kasus mana saja. 14. Mengenai perdebatan tentang Pembentukan Pengadilan HAM dapat

Meski permintaan secara umum dimungkinkan, hal ini

dilihat dalam Jurnal Dignitas, “HAM dan Realitas Transisional”, Elsam, 2011.

tetap memerlukan kejelasan tentang apa yang terjadi di 15. Terdapat 4 rekomendasi dari DPR yaitu yaitu pembentukan Pengadilan masa lalu, kenapa terjadi, dan apa dampaknya terhadap

HAM ad hoc untuk menangani kasus orang hilang, memberikan kompensasi kepada keluarga korban, pencarian 13 orang hilang yang

korban sehingga negara harus meminta maaf. Hal

belum ditemukan dan ratifikasi Konvensi HAM PBB tentang penghilangan orang secara paksa. Lihat juga Kertas Posisi Keadilan

tersebut dimaksudkan agar permintaan maaf tersebut

Transisional, “Menyangkal Kebenaran, Menunda Keadilan:

mempunyai dampak pembelajaran kepada bangsa Berlanjutnya Penyangkalan Negara atas Hak-Hak Korban, Mandegnya

Penuntasan Kasus Penghilangan Orang secara Paksa Periode 1997-

bahwa yang terjadi di masa lalu merupakan kesalahan

1998”, Elsam, 17 Februari 2011.

16. dan tidak boleh terulang. Lihat Bulletin Asasi dalam Edisi “Tentang Masa Lalu”, dalam Artikel

“Memetakan Dukungan Politik Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa

Berbagai harapan korban harus menjadi

Lalu”, Elsam, Maret April 2011.

17. landasan utama dalam merumuskan kebijakan yang Lihat Laporan HAM Elsam tentang Kondisi HAM Tahun 2011, “Menuju

Titik Nadir Perlindungan HAM”, Desember 2011. hendak disusun. Kondisi korban yang saat ini semakin 18. Antaranews.com., “Presiden dan Komnas Percepat Penyelesaian

sedikit karena meninggal dunia dan sebagainya, harus Kasus HAM”, Jumat, 13 Mei 2011 12:48 WIB. Sumber :

http://www.antaranews.com/berita/1305265699/presiden-dan-

menjadi pertimbangan tentang kepastian jangka waktu

komnas-percepat-penyelesaian-kasus-ham.

19. penyelesaian perumusan. Terus tertundanya Lihat Siaran Pers, “Mempertanyakan Kemampuan Menkopolhukam

dalam Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM yang Berat”, KontraS, 23

penyelesaian konsep, yang berimplikasi pada

Februari 2012.

20. penundaan pelaksanaannya, akan kembali mengulangi Penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu merupakan salah fokus

yang akan dirumuskan oleh Wantimpres bidang Hukum dan HAM yang

pengabaian negara atas pelanggaran HAM yang terjadi,

akan disampaikan kepada Presiden S B Y. Lihat www.medanbisnisdaily.com., “Albert Hasibuan Gantikan Jimly di

dan menghilangkan kesempatan negara untuk

Watimpres”, 11 Jan 2012. Sumber: http://www.medanbisnisdaily

melakukan koreksi atas kesalahan masa lalu. .com/news/read/2012/01/11/75665/albert_hasibuan_gantikan_jimly_

di_watimpres/#.T7YHVNOgSuI. 21. Vivanews.com, “Menteri HAM: Usut Orang Hilang, Politik Gaduh”,

Rabu, 12 Mei 2010. Sumber: http://nasional.vivanews.com/ news/read/150623-usut_kasus_orang_hilang_bisa_gaduhkan_politik.

Keterangan

22. Lihat Kertas Posisi Keadilan Transisional, “Menyangkal Kebenaran, Menunda Keadilan: Berlanjutnya Penyangkalan Negara atas Hak-Hak Korban, Mandegnya Penuntasan Kasus Penghilangan Orang secara Paksa Periode 1997-1998”, Elsam, 17 Februari 2011.

1. Lihat Ketetapan MPR No. V/2000. 23. Lihat Laporan HAM Kontras, “Compang-Camping Hak Asasi 2. Lihat pasal 7, 8 dan 9 UU No. 26/2000. Untuk melengkapi landasan

Sepanjang 2011”, Kontras, 2012.

hukum pengadilan HAM, pada tahun 2002, pemerintah menerbitkan 2 24 www. Tempo.co., “Badan Kasus HAM Berat Segera Dibentuk”, Kamis, Peraturan Pemerintah (PP); 1) PP No. 2/2002 tentang Tata Cara

26 April 2012 | 01:16 WIB. Sumber: http://www.tempo.co/read/news Perlindungan Saksi dan Korban dalam Pelanggaran HAM yang Berat

/2012/04/26/063399781/Badan-Kasus-HAM-Berat-Segera-Dibentuk. dan PP No. 3/2002 tentang Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi

25. www.hukumonline.com., “SBY Bersedia Minta Maaf”, Kamis, 26 April terhadap Korban Pelanggaran HAM yang Berat.

2012. Sumber: http://www.hukumonline.com/berita/ 3. Lihat Pasal 43 UU No. 26/2000.

baca/lt4f98c115c6c91/sby-bersedia-minta-maaf. 4. Lihat Pasal 47 UU No. 26/2000.

26. www.tempo.co., “Minta Maaf Presiden Perlu Berlanjut Tindakan 5. Lihat Pasal 44 UU No. 21/2001.

Konkret”, Kamis, 26 April 2012 | 23:49 WIB. Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/04/26/063400054/Minta-Maaf-

6. Tercatat dalam pembahasan RUU KKR ini, DPR mengundang sekitar Presiden-Perlu-Berlanjut-Tindakan-Konkret. 50 pihak baik organisasi mapun individu untuk memberikan pandangan tentang KKR. Lihat Progress Report, “Pembentukan Komisi

27. www.setara-institute.org., “Permintaan Maaf Harus Didahului Kebenaran dan Rekonsiliasi”, ELSAM, 27 Januari 2006.

Pengungkapan Kebenaran”, 25-04-2012. Sumber: http://setara- institute.org/en/content/permintaan-maaf-harus-didahului-

7. Sejumlah organisasi masyarakat sipil memandang ada kelemahan

pengungkapan-kebenaran

dalam UU KKR, yakni kurang sesuai dengan prinsip-prinsip berdasarkan hukum HAM internasional.

8. Lihat Progress Report, “Pandangan Elsam atas Pembentukan KKR Terlambat Dua Tahun; Penundaan Pembentukan KKR: Pengingkaran atas Platform Nasional dalam Penyelesaian Pelanggaran HAM di Masa Lalu”, ELSAM, 2006.

9. Lebih lengkap tentang argumen MK dan respon ELSAM atas keputusan tersebut bisa dilihat di Briefing Paper, “Making Human Rights A Constitutional Rights, A Critique of Constitutional Court's Decision on the Judicial Review of the Truth and Reconciliation Commission Act and Its Implication for Settling Past Human Rights Abuses”, ELSAM, 2007.

08 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Kembang dan Tembang untuk Korban

Oleh Ester Rini Pratsnawati

(Staf Senior Pelaksana Program Bidang Pengembangan Jaringan)

Lila tukekeng praloyo Tapi bagi korban, waktu empat dekade itu Mangka tumbal mbenjang raharjaning nagri

berarti waktu ketidakjelasan mengenai keberadaan Turta katha cacahipun

anggota keluarga mereka yang hilang. Mereka Tan kaprah mungguhing jalma

menggunakan masa penantian dengan terus Pinitenah tan cetha dununging luput

menagih janji Pemerintah untuk mengungkap Baya karsaning jawata

kejahatan, sembari merawat memori dengan metode Panengraning jaman sisip

apapun.

Samangkya wus katon cetha Para keluarga korban yang tinggal di sekitar Saya ardha ngrembaka kang lampah sisip

Solo punya cara sendiri untuk mengenang hilangnya Kawula sru sambatipun

keluarga mereka akibat dituduh menjadi simpatisan Rinegem hing dubriksa

Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka membentuk Mung kanistan myangkara murka kang thukul

paguyuban keluarga korban. Pada 2 Oktober 2005, Sirna utamaning jalma

mereka mengadakan upacara sandranan di Kreteg Duh sukma welasaona mami

Bacem, yang terletak di Selatan Kota Solo, Grogol, Yata ingkang mungguhing swarga

Sukoharjo. Kreteg dalam Bahasa Indonesia berarti Para suksma tinompo ngarseng hyang widi

jembatan yang melintang di atas sungai.

Suka tyasing jawata gung Sadranan berlangsung sehari pada bulan Samya sinung sugata

Ruwah, satu bulan sebelum datangnya bulan puasa Katrimo kinadaton swarga gung

dalam sistem kalender Jawa. Bagi masyarakat Jawa, Mbenjang tumrun ngarcapada

tradisi sadranan adalah saat keluarga-keluarga Akarnya hayuning nagri

mengingat leluhur yang telah meninggal, saat yang tepat untuk mengirim doa, menabur bunga dan menunjukkan bakti dan cintanya untuk orang tua,

ait-bait gending di atas menceritakan para sanak kerabat yang telah tiada. Biasanya sebelum korban tragedi kemanusiaan 1965.

rambat, serta kue apem untuk dibagi-bagikan kepada mereka menjadi korban untuk kemakmuran negeri di B sanak keluarga dan para tetangga dekat.

pergi ke makam, masyarakat setempat mengadakan Terjemahannya kurang lebih seperti ini:

kenduri, membuat nasi ketan, kolak pisang dan ketela dengan rasa ikhlas menemui ajalnya,

masa depan, mereka sangat banyak jumlahnya, Bagi warga Solo, Kreteg Bacem merupakan mereka adalah korban rekayasa dan tidak jelas apa

tempat bersejarah bagi keluarga yang anggota kesalahannya, atau mungkin ini sudah menjadi

keluarganya hilang sejak Oktober 1965 dan sampai kehendak Tuhan, sebagai pertanda dimulainya jaman

sekarang belum kembali. Di atas Sungai Bacem inilah kegelapan.

empat puluh tujuh tahun yang lalu orang-orang PKI, Sekarang sudah jelas kelihatan, makin kuat

atau orang yang dituduh PKI, dibunuh dan mayatnya bertumbuhnya perilaku-perilaku kikir, masyarkat

dibuang di sungai itu.

mengaduh mengerikan, dikuasai oleh jiwa-jiwa Salah seorang saksi sejarah tempat tamak, hanya kekikiran dan kemurkaan yang tumbuh

pembuangan mayat di Kreteg Bacem adalah Pak pesat, musnah sudah budi pekerja baik manusia, Ya

Bibit. Dia tinggal tak jauh dari jembatan itu. Pak Bibit Tuhan kasihanilah kami.

ingat betul hampir tiap malam bunyi letusan pistol Syahdan yang berada di surga, para arwah-

terus menyalak. Waktu eksekusi biasanya mulai arwah diterima di hadirat Tuhan, sangatlah senang

tengah malam, selama tiga jam. Bahkan kata Pak hati Tuhan, dikabulkan apa yang menjadi

Bibit, seringkali bunyi senjata menyalak tak berhenti permintaannya, diterima dan ditempatkan di surga,

sejak malam hingga subuh. Itu terjadi selama dua besuk ketika kembali ke dunia, akan mampu

tahun, 1966-1967.

menyelamatkan negara ini. Menurut Pak Bibit, banyaknya letusan pistol Empat puluh tahun bukan waktu yang pendek

menandakan jumlah orang yang dibunuh. Jika pistol untuk sebuah penantian. Bagi korban kemanusiaan

menyalak lima kali, berarti lima orang yang dibunuh. tahun 1965, waktu penantian tersebut dapat mereka

Bila letusan berbunyi puluhan kali, itu artinya puluhan gunakan untuk menunjukkan bakti seorang anak

Komunis telah dibunuh. Pak Bibit mengaku bahwa dia kepada orang tuanya, istri kepada suami, cinta cucu

sering diajak oleh para Hanra untuk menyaksikan kepada nenek atau kakeknya, dan kepada orang-

warga dieksekusi tentara dan gerombolan terorganisir orang yang mereka cintai.

anti-PKI. Hanya saja dia enggan. Dirinya merasa miris menyaksikan rakyat dibantai seperti itu.

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA

Pada suatu hari sang lurah pulang rumah. Istrinya menyarankan supaya dia menyerahkan diri saja. Lurah itu pun menuruti saran istrinya walau mereka tahu bahwa tidak ada kejelasan nasib setelah itu. Dia kemudian mendatangi kecamatan untuk menyerahkan diri. Sejak saat itu lurah tersebut tak kunjung kembali.

Dalam upacara sadranan, Mbah Lurah datang dengan dengan dandanan yang gandes, memakai kain jarit, berkebaya hitam, dengan selendang di pundaknya. Mbah Lurah datang bersama anak perempuan serta adik perempuannya yang suaminya juga hilang.

Dalam kesempatan sadranan, anak perempuan Mbah Lurah menulis sebuah surat untuk bapaknya. Surat itu dihanyutkan bersama dengan surat-surat yang lainnya.

Pak, ini saya anakmu datang bersama dengan simbok istrimu dan cucu-cucumu datang kesini untuk menunjukkan cinta kami kepada mu. Pak, semoga arwah bapak diterima di sisi Tuhan, kami anak dan cucumu akan

Sumber: langit perempuan.com meneruskan perjuanganmu. Dari istri, anak dan cucu-cucumu.

Pernah sekali waktu Pak Bibit dengan terpaksa Acara sandranan ini tidak hanya melibatkan menyaksikan mayat-mayat bergelimpangan di keluarga korban tapi juga masyarakat setempat. Sungai Bacem itu. Ceritanya, pada suatu pagi buta Mereka membantu panitia dengan membersihkan seperti biasa, dengan membawa gerobak kuda, tempat untuk upacara, mempersiapkan tempat parkir dirinya melintasi Kreteg Bacem hendak membeli kendaraan, membuat teh untuk ibu-ibu yang akan bekatul. Tepat di ujung jembatan telah berdiri dua menyadran. orang bertubuh kecil, berambut gondrong,

Sadranan dipimpin oleh Ki Dalang Sri Joko berpakaian loreng dengan tanda 'Siaga' dililitkan di Raharjo. Acara diawali dengan sambutan dari

pangkal lengan, menghentikan lajunya. Paguyuban Korban Orde Baru (Pakorba) dan pesan Kedua orang itu lantas memaksa Pak Bibit perdamaian oleh Rm. Mardi dan Imam Aziz dari untuk menghanyutkan mayat-mayat yang tersangkut Syarikat Indonesia, lalu dibuka dengan suluk oleh Ki rerumputan liar dan kotoran di tepian sungai. Supaya dalang Sri Joko Raharjo, yang dilanjutkan dengan bila hari telah siang, tidak ada orang yang melihat gending ladrang layung-layung . Gending ini adalah mayat-mayat itu teronggok, seolah tidak terjadi gending untuk orang yang telah meninggal. pembunuhan di situ. Jika Pak Bibit menolak, maka

Setelah gending ladrang, disusul dengan dua orang bersenjata itu akan membunuhnya.

gending dudo kasmaran , gending mijil layu-layu dan Sebagaimana diungkapkan dalam buku diteruskan dengan gending ayak-ayakan tluntur . Kidung untuk Korban , keterpaksaan Pak Bibit kelak Sementara gending mengalun, sebuah gethek yang menimpanya berulang kali. Dia sering dipaksa ditumpangi dua orang datang dari arah barat. Gethek melakukan korve menghanyutkan mayat-mayat di perlahan mendekat bekas jembatan lama. Ibu-ibu sekitar Kreteg Bacem pada hari-hari berikutnya. Hal keluarga korban menaburkan bunga dari atas sama ternyata juga menimpa warga lain, seakan jembatan, perlahan hingga gethek tiba persis di menghanyutkan mayat telah menjadi prasyarat bagi bawah jembatan bunga kembang setaman setiap orang yang hendak melintasi jembatan pada berhamburan ditaburkan, segera setelah itu iwen- pagi buta.

iwen berupa ikan lele dan burung. Salah satu warga yang jasadnya diduga

Pelepasan ikan lele dan burung itu dibuang di Kreteg Bacem adalah seorang lurah merupakan simbol pertanda pembebasan. setempat. Istrinya akrab disebut Mbah Lurah. Sebelum terjadi pembunuhan massal sekitar Oktober 1965, kepala desa setempat bergabung dalam

10 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Lika-Liku Ingatan dan Modal Sosial

Taman 65

Oleh Gde Putra

(Penulis Lepas, Aktif di Komunitas Taman 65)

sepintas mirip komplek perumahan dengan benteng R sendiri didirikan sejak awal tahun 2005. Ide awal

umah tua itu terhitung luas, ukurannya Taman 65 diciptakan sebagai sebuah melting barangkali sekitar 6x6 meter. Ia terletak di pot sekaligus situs pengingat tragedi masa lalu.

sebuah lahan kosong, di pinggiran Rumah ini menjadi ruang pertemuan banyak orang Denpasar, Bali. Bangunan rumah ini untuk berdiskusi atau sekedar mengobrol santai. Ia

tembok melingkar sebagai penyekatnya. Sejatinya, berdirinya Taman 65 muncul dari keresahan banyak keluarga tinggal dalam rumah yang mereka beberapa anak muda di rumah tua itu untuk ingin tahu namai Taman 65 itu.

dan belajar tentang sejarah Gestok.

Sejarah kelam tragedi Selama ini anak-anak pembunuhan orang-orang

muda hanya mendengar cerita yang dituduh PKI pada akhir

Dok poto: Putra Bagus

pedih masa lalu yang menimpa 1965 menjadi noktah bagi

keluarga pada saat tragedi itu rumah tua dan penghuninya.

dari gosip ibu-ibu saat membuat Pada kenyataannya memang

sesajen, atau saat bapak-bapak ada anggota keluarga yang

gotong-royong membersihkan dihilangkan di sini. Itu sebabnya

area pura. Anak muda yang orang-orang yang tinggal dan,

bergairah ini mencurigai sejarah terutama anak-anak muda

versi negara sebagai proyek yang sering berkunjung ke

rekayasa. Kecurigaan itulah Taman 65, sangat antusias

yang membuat mereka ingin membicarakan tragedi itu.

menyelaminya.

Orang-orang yang datang ke rumah tua sangat Tentu saja “berburu” kisah masa lalu keluarga beragam mulai dari mahasiswa, seniman, aktivis, ibu tidaklah mudah karena berbenturan dengan trauma rumah tangga, pegawai konter handphone, hingga para saksi mata dan survivor. Beberapa dari mereka anak-anak ingusan pun ikut nimbrung jika kebetulan lebih nyaman mengumbar kisah dalam ruang lewat. Suasana perhelatan di Taman 65 yang khas tersembunyi, di pinggir jauh yang sepi dari khalayak. rumahan membuat banyak komunitas dan NGO ingin Selain alasan sulit bertutur karena alasan trauma menggelar “hajat” di sana. Mereka membuat atau takut akan akibat politis dari tutur, anak-anak bermacam kegiatan, semisal diskusi kerusakan muda ini juga mendapatkan hambatan lainnya lingkungan, LGBT, pencegahan HIV/AIDS sampai berupa kebiasaan umum cara berbahasa di rumah bedah lirik, film dan buku. Bahkan Taman 65 pernah itu. Mereka enggan berbicara dalam bahasa menjadi tempat pentas teater anak dan “konser” Indonesia. heboh kaum waria.

Taman 65 adalah rumah, bukan bale desa atau Suasana cair dan informal dalam rumah auditorium kampus yang identik sebagai tempat

membuat sejumlah pihak yang masih menyimpan diskusi secara serius. Menghadirkan suasana trauma, sedikit demi sedikit mulai berani bergabung. “kampus” di dalam rumah tentu tak elok dengan cara Memang tidak semua pihak yang traumatik hadir di bertutur rumahan yang lebih santai, informal, tak rumah tua. Sebagian masih antipati.

berbahasa Indonesia, dan tidak perlu canggih Hadirnya anggota keluarga yang trauma adalah mengumbar kata. Apalagi bagi kaum perempuan

pertanda bahwa sekat-sekat teror dan diskriminasi tentu semakin sulit karena di Bali laki-lakilah yang negara tidak sepenuhnya kokoh. Negara yang diberikan “amanat” sebagai penutur. sepantasnya berfungsi sebagai pengayom warga

Namun, anak- anak muda tidak kehilangan ternyata masih cuek di era reformasi ini. Warga akal. Beberapa strategi pun diciptakan untuk

negara yang hidup dalam beban kekerasan masa lalu menembus hambatan. Pernah di akhir tahun 2005 merasa sendiri dan kecil karena tidak dilindungi. komunitas ini mengadakan acara pameran foto Dalam konteks ketidakhadiran pengayom ini, maka bertemakan sejarah keluarga. Anak muda di Taman 65 sebagai modal sosial sangat penting untuk komunitas ini sibuk berburu foto-foto keluarga di menciptakan rasa percaya diri bahwa ada orang masa lalu untuk dipamerkan di Taman 65. Para tetua, banyak di sisi mereka yang peduli.

sepupu, keponakan dan para kerabat diundang untuk

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA

Pokok soalnya adalah masih ada sejumlah pihak yang resisten. Sebagian keluarga menyangsikan sepak-terjang kebiasaan anak muda dalam komunitas ini yang mendiskusikan sejarah gelap masa lalu bangsa Indonesia. Pengungkitan sejarah masa lalu oleh anak-anak muda justru ditakutkan dapat berimbas pada mereka yang memilih untuk melupakan. Sebab mereka menilai negara sampai hari ini belum menampakkan sisi ramahnya kepada para korban. Alasan lain, mereka kuatir pengungkitan masa lalu dapat mengganggu kemapanan mereka sekarang.

Akan tetapi, bagi pihak yang resah, persoalan tragedi 1965 dianggap sudah beres, tuntas, dan selesai. Supaya tidak terulang, menurut golongan ini, maka kejahatan masa lalu tak perlu diingat. Mengingat menjadi tidak “produktif” karena bisa mengganggu stabilitas keluarga yang sudah mapan paskatragedi.

Salah satu kegiatan yang dilakukan Taman 65 adalah diskusi Sumber: Putra Bagus Bagi mereka, kenyamanan dan ketenangan hidup hari ini jauh lebih penting daripada sibuk mengurus masa hadir. Di antara gambar berbingkai itu terdapat orang- lalu nan gelap. Mengusik tragedi masa lalu sangatlah orang yang hilang pada masa gelap tragedi 1965. riskan terhadap keselamatan keluarga karena negara Jelas saja foto-foto itu mengundang pertanyaan masih tak ramah kepada keluarga korban. karena banyak generasi baru yang tidak tahu siapa

Memang tidak mudah untuk menciptakan mereka. Suasana dibuat begitu cair bernuansa kesepakatan. Kompromi pada akhirnya menjadi jalan kekeluargaan. Tidak ada diskusi dan orang yang keluar. Masing-masing pihak sama-sama punya diundang memang khusus keluarga dan kerabat. alasan pembenar, sehingga tidak mau mengusik dan Suasana dibiarkan berjalan apa adanya sehingga acuh terhadap aktivitas masing-masing. bertutur tentang masa lalu pun terasa nyaman walau ada Terlepas dari kelemahan-kelemahannya yang ada, yang bercerita dengan berbisik karena masih trauma.

modal sosial yang telah terbangun sangat berguna Para survivor tragedi 1965 dari luar rumah juga karena bisa menjadi benang merah penyambung kerapkali diundang dalam beberapa acara diskusi bahwa sekalipun berbeda-beda, meski pada untuk bercurhat tentang masa lalu. Kawan-kawan dasarnya mereka senasib. Sama-sama mengalami tongkrongan yang kesehariannya sibuk sebagai diskriminasi. Persoalan tragedi 1965, kerusakan musisi kadang ikut mengisi acara sebagai penghibur lingkungan, sensor seni, atau diskriminasi terhadap telinga sebelum atau sesudah acara agar suasana kaum waria adalah “senasib” yang muncul dari tenang dan nyaman. Para penggemar kadang ikut ketidakadilan negara. datang ke arena perhelatan. Walaupun tujuannya

Cerita-cerita pedih dengan berbagai macam untuk melihat band idolanya, tetapi tidak sedikit di tema ini disebarkan kepada khalayak yang beragam antara mereka ikut asik menikmati diskusi.

agar sekat-sekat “kami” dan “mereka” bisa lebur tak Kawan-kawan pelukis

juga sering terlibat terpecah, sehingga melawan lupa adalah persoalan dengan menjadikan Taman 65 sebagai ruang pamer kita bersama. Taman 65 adalah jembatan yang di saat ajang “curhat” tragedi 65 digelar. Suasana mempertemukan berbagai ingatan untuk didengar Taman 65 terlihat ramai penuh warna bak pasar dan dibagi, semoga bertahan dan tidak roboh. malam dan jauh dari kesan formal. Bau apek keringat,

Sebuah kehadiran di ruang terbuka saja bisa jadi semerbak parfum, hingga bau arak menyayat sebuah prestasi melihat berlikunya jalan untuk tampil. bercampur dalam satu ruang.

Sebab kepedulian khalayak membuat mereka merasa Pertemuan di rumah tua itu tak selamanya tidak sendiri lagi. Pro-kontra masih berjalan hingga berjalan tenang. Ada kalanya pertemuan berlangsung kini, tetapi Taman 65 masih tegak berdiri karena tegang, seperti terjadi pada suatu senja di pihak keluarga yang mendukung kukuh dan merasa pertengahan tahun 2005. Saat itu, pertemuan yang berhak untuk tahu serta belajar mengenai kisah biasanya mengalir, agaknya mulai memanas. masa lalu itu. Suasana urun rembug terasa semakin menghangat. Nada suara para hadirin mulai meninggi dalam mengajukan pertanyaan, gagasan maupun sanggahan.

12 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ASASI EDIS MARET-APRIL 2012

Ketika Walikota Minta Maaf Kepada Korban

Oleh Nurlela AK. Lamasitudju ( Sekjend SKP-HAM Sulawesi Tengah )

P jika menoleh kembali rangkaian agenda advokasi, lobi, Arah advokasi baiknya menyasar pada pintu

engakuan negara atas peristiwa pelanggaran sekarang, serta tidak adanya peradilan terhadap kasus HAM masa lalu menjadi buluh perindu bagi itu. Hal yang sama juga terjadi pada pelaku dan saksi. korban pelanggaran HAM. Jalan menuju Situasi ini yang membuat kasus 1965 menjadi sedikit pengakuan itu terasa begitu panjang nan berliku berbeda dari pelanggaran HAM lainnya di negara ini.

kampanye yang menjadi nadi dari perjuangan organisasi keadilan transisi lainnya. Jika berangkat dari apa yang korban dan organisasi HAM di Indonesia paskareformasi dimiliki, maka kekayaan korban adalah kebenaran dari 1 di negara ini.

peristiwa pelanggaran HAM yang dialami dimasa lalu. Sikap negara yang terasa begitu jauh dari Karena itu mendorong pintu kebenaran adalah upaya keberpihakan pada korban ini selayaknya dilihat seperti paling mudah dan memungkinkan untuk dilakukan. gunung es yang walaupun begitu keras dan kuatnya,

Setelah menyepakati dasar perjuangan, suatu saat dan secara perlahan akan mencair. Karena itu tahapan berikutnya adalah menggali harapan dan dibutuhkan strategi yang bijak untuk memecah kebekuan, kebutuhan korban, mendiskusikan tentang situasi mulai dari apa yang kita pikirkan tentang tujuan dan jalan perkembangan penegakan HAM di tingkat nasional. yang akan ditempuh menggapai tujuan itu.

Tidak lupa melihat peluang yang bisa didapatkan di Beberapa langkah pernah ditapaki Solidaritas tingkat daerah. Semua tahapan demi tahapan ini Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) terangkum dalam agenda pertemuan reguler setiap Sulawesi Tengah, dengan berangkat dari tujuan untuk bulan yang kami kemas dalam kegiatan diskusi mendapatkan pengakuan pemerintah daerah. kampung. Sesuai dengan namanya, pelaksanaan Semuanya adalah pekerjaan domestik yang biasa kita kegiatan ini pun bertempat di kampung/desa/kelurahan. lakukan.

Setelah tahapan penguatan korban teratasi, selanjutnya bagaimana membuat pemerintah desa atau

Pengorganisasian

ngata peduli dan mendukung gerakan korban. Upaya yang selama ini kami lakukan adalah memberikan

Sebagai sebuah organisasi masyarakat, SKP- pemahaman kepada kepala desa/lurah tentang hak HAM Sulawesi Tengah menjadi wadah berkumpul korban asasi manusia dan hak-hak korban sehingga diskusi dan keluarga korban pelanggaran HAM lintas kasus. kampung bisa dilaksanakan di kantor desa/kantor lurah 2 Dalam perjalanan tujuh tahun berdiri, kami memberikan yang dihadiri oleh komponen pemerintah prioritas pada pendampingan kasus 1965. Pilihan ini desa/kelurahan bersama Badan Permusyawaratan diambil karena korban pelanggaran HAM dari lintas Desa (BPD), tokoh adat, tokoh perempuan, pemuda dan kasus yang lain seperti korban konflik Poso, petani tidak lupa Imam/pendeta setempat. Belajar dari proses korban, korban tambang dan lainnya, sudah ini juga kami berhasil mendorong anak-anak korban mendapatkan pendampingan dari bermacam-macam untuk menjadi kades di tiga desa. ormas maupun LSM lokal dan nasional.

Setelah mendapat dukungan dari desa, kami Dalam tahapan pengorganisasian ini hal beranjak ke tingkat kecamatan untuk membuat kegiatan

terpenting yang menjadi dasar adalah kerja penguatan bersama, mengundang walikota dan bupati. Terlaksana korban. Rangkaian proses yang mestinya dilalui adalah di tingkat kota/kabupaten, kami membawa proses bagaimana membuat korban merasa aman dan nyaman diskusi ke provinsi bersama gubernur. untuk membagi pengalaman terburuk dalam hidupnya

menjadi sesuatu yang berguna bagi perjalanan bangsa Pendokumentasian