PERSOALAN TUMPANG TINDIH PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PUNCAK

6.4 Lemahnya Pengawasan dan Izin yang Tidak Sesuai dengan Tata Ruang

Eksploitasi kawasan puncak menyebabkan terjadinya konversi hutan dan lahan di kawasan puncak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh P4W IPB, pada tahun 1995- 2003 konversi lahan di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Mega Mendung lahan yang paling banyak mengalami konversi adalah hutan dan kebun campuran. Konversi lahan tersebut rata- rata menjadi pemukiman (Gambar 3). Pembangunan rumah, vila dan hotel tidak hanya mengkonversi hutan tetapi juga mengokupasi sempadan sungai.

Gambar 12. Konversi Lahan di Kecamatan Cisarua dan Megamendung Tahun 1995-2003

Okupasi kawasan puncak diikuti dengan sistem administrasi perizinan yang tidak berfungsi secara optimal ditambah dengan adanya oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan dengan memberikan izin palsu. Dalam Workshop Keberlanjutan Kawasan Puncak dan DAS Ciliwung dalam Perspektif Tata Ruang, Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor menyatakan bahwa banyak oknum kepala desa yang memberikan izin palsu untuk pembangunan vila-vila di Puncak. Setidaknya terdapat lebih dari 3000 villa mewah dan lebih dari 50.000 perumahan yang telah dibangun. Dari jumlah villa tersebut diperkirakan 40% tanpa memiliki IMB, sementara untuk