81 karena dalam sistem peradilan pidana, diutamakan adanya jaringan
network peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana bekerjanya, baik hukum pidana materiil, hukum pidana
formil, maupun hukum pelaksanaan pidana. Dalam pengertian fisik structural, sistem peradilan pidana harus diartikan sebagai
kerjasama antar pelbagai subsistem peradilan pidana kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan, serta advokat
untuk mencapai tujuan tertentu, sebagaimana dikatakan oleh
Nyoman Serikat Putra Jaya
14
.
Menurut Barda Nawawi Arief
15
harus dipahami sebagai sistem penegakan hukum yang integral maka terdapat satu kesatuan
dari berbagai sub-sistem komponen. Adapun komponen-komponen tersebut terdiri dari komponen “substansi hukum”, “struktur
hukum ”, dan “kultural”.
1. Substansi Hukum.
Komponen ini
menghendaki adanya
kesatuan dan
keserempakan perundangan baik vertikal maupun horizontal
14
Nyoman Serikat Putra Jaya, 2008. Op.Cit.
15
Barda Nawawi Arief, Reformasi Sistem Peradilan Sistem Penegakan
Hukum di Indonesia, Makalah dalam Buku Potret Penegakan Hukum di Indonesia Bunga Ramapai Komisi Yudisial RI,
Jakarta : Komisi Yudisial RI,
2009, hal. 182. Sedangan menurut Andi Hamzah Andi Hamzah, 2000. Integrated Criminal Justice System Sistem Peradilan Terpadu. Makalah disampaikan dalam
Diskusi Panel dan Dengar Pendapat Umum tentang SPP yang diselenggarakan oleh BPHN bekerjasama dengan KHN di Jakarta, Mei 2000. hal, 10 . memberikan
pengertian tentang integralterpadu sebagai kesatuan yang memiliki kemampuan dan pemahaman pengetahuan, pengalaman, persepsi dan cara menafsirkan hukum
yang sama dan seimbang antara satu dengan yang lainnya dalam sub-sub bagian tersebut
82 terhadap ketentuan penyidikan tipikor oleh penyidik kepolisian,
penyidikan kejaksaan, dan penyidikan KPK. KUHAP sebagai sumber hukum utama yang menjadi rujukan
bagi hukum formil memberikan kewenangan melakukan kepada Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 4. Polri juga merupakan koordinator dan pengawas penyidik bagi penyidik pegawai negeri sipil PPNS
lainnya [Pasal 7 ayat 2]. Namun demikian berdasarkan ketentuan Pasal 284 ayat 2
KUHAP sebagai ketentuan peralihan dalam KUHAP diberikan pengecualian
mengenai ketentuan
khusus acara
pidana sebagaimana tersebut pada undang-undang tertentu, tetap sampai
ada perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku. Yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini adalah mengenai penyidikan dalam
tindak pidana khusus dilaksanakan oleh Penyidik, Jaksa dan pejabat penyidik yang berwenang lainnya berdasarkan peraturan
perundang- undangan”. Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP. Ketentuan mengenai kewenangan penyidikan yang dimiliki
oleh lembaga selain polisi hingga saat ini belum dicabut, sehingga walaupun dikatakan bersifat sementara namun karena tidak ada
langkah pencabutan ketentuan sebagaimana diamanatkan ketentuan tersebut, undang-undang lain yang terkait dengan KUHAP tetap
83 menjadikannya sebagai dasar penentuan kewenangan menyidik
tindak pidana korupsi.
2. Struktur Hukum.