Tingkatan Tanda Relasi Antartanda

29 sebuah proses representasi dan interpretasi berdasarkan sesuatu. Pierce membedakan tiga macam interpretasi, yaitu rheme, tanda sebagai kemungkinan: konsep; decisigns atau dicent signs, tanda sebagai fakta: pernyataan deskriptif; dan argument, tanda tampak sebagai nalar: proposisi Ratna, 2004: 101 Wardoyo 2005 menanbahkan pada pembagian tanda menurut denotatumnya, penggunaannya tidak perlu terpisah antara yang satu dengan yang lain: sesuatu bisa merupakan ikon, simbol, dan indeks, atau kombinasi dari ketiganya. Film dan televisi, misalnya, menggunakan ketiga kategori ini sekaligus: ikon bunyi dan gambar, simbol ujaran dan tulisan, dan indek sebagai hasil yang difilmkan.

2.2.2. Tingkatan Tanda

Oleh karena hubungan antara sebuah penanda dan petanda terbentuk berdasarkan sebuah konvensi, maka sebuah penanda pada dasarnya membuka barbagai peluang petanda atau makna. Ronald Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan staggered systems yang dikenalkan oleh Sauusure, yang memungkinkan untuk dihasilkan makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi denotation dan konotasi connotation. Denotasi merupakan tingkatan pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang ekplisit, langsung, dan pasti. Dengan kata lain, makna denotasi denotative meaning, mengacu pada apa yang tampak. Misalnya foto 30 Soeharto berarti wajah Soeharto yang sesungguhnya. Denotasi adalah tanda yang penandanya mempunyai tingkat konvensi atau kesepakatan yang tinggi. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. Misalnya tanda bunga mengkonotasikan kasih sayang. Konotasi dapat menghasilkan makna lapis kedua, yang bersifat implisit, tersembunyi, yang diseebut makna konotatif connotative meaning Piliang, 2003:261.

2.2.3. Relasi Antartanda

Selain kombinasi tanda, analisis semiotika juga berupaya mengungkap interaksi di antara tanda-tanda. Dalam interaksi ini, dikenal adanya dua bentuk interaksi utama, yaitu metafora metaphor dan metonimi metonymy. Metafora adalah sebuah model interaksi tanda, yang di dalamnya sebuah tanda dari sebuah sistem digunakan untuk menjelaskan makna untuk sebuah sistem yang lain. Misalnya penggunaan istilah kepala batu untuk menjelaskan seseorang yang tidak mau diubah pikirannya. Sedangkan metonimi adalah interaksi tanda, yang di dalamnya sebuah tanda diasosiasikan dengan tanda lain, yang di dalamnya terdapat hubungan bagian part dengan keseluruhan whole. Misalnya, tanda botol bagian untuk mewakili pemabuk total, atau tanda mahkota untuk mewakili konsep tentang kerajaan Piliang, 2003:262. 31

2.2.4. Interpretasi Tanda