Glukomannan dari Iles Ile sebagai Pengikat Aflatoksin pada Pakan Ayam Broiler

GLUKOMANNAN DARI ILES-ILES (Amorphophalus oncophylus)
SEBAGAI PENGIKAT AFLATOKSIN PADA
PAKAN AYAM BROILER

AGUS SUSANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa disertasi
berjudul Glukomannan dari Iles-Iles (Amorphophalus oncophylus) Sebagai
Pengikat Aflatoksin pada Pakan Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutib dari karya
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Agus Susanto
D162090021

RINGKASAN
AGUS SUSANTO. Glukomannan dari Iles-Iles (Amorphophalus oncophylus)
sebagai Pengikat Aflatoksin pada Pakan Ayam Broiler. Dibimbing oleh ERIKA B.
LACONI, DEWI APRI ASTUTI dan SJAMSUL BAHRI.
Aflatoksin dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada ternak dan
manusia, sebab aflatoksin bersifat karsinogenik kelas I. Pengaruh aflatoksin antara
lain penurunan nafsu makan, pertumbuhan, performen ternak dan penekanan
sistem kekebalan tubuh. Glukomannan menunjukan kemampuan mengikat
aflatoksin. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengekstraksi glukomannan dari
umbi iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) dan dilanjutkan pengujian fisikakimiawi pada glukomannan yeast product (GYP) dan glukomannan dari proses
ekstrak iles-iles (EI), 2) menguji kemampuan EI sebagai pengikat aflatoksin dan
teori pengikatan kimianya 3) melakukan kajian performa, gambaran hematologi,
berat organ visceral dan pengamatan makroskopik dan mikroskopik hati dan 4)

menentukan dosis EI untuk digunakan sebagai pengikat aflatoksin.
Metode pengujian fisika terdiri dari warna, tekstur, ukuran partikel dan
gross energi. Pengujian kimia terdiri dari uji proksimat, glukosa, mannosa, NDF
(Neutral Detergen Fiber), ADF (Acid Detergen Fiber), pH, Uji NIR (Near Infra
Red) dan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Uji in vitro menggunakan cairan
gastointestinal 3% dalam larutan ringer dan aflatoksin (BiopureĀ®) dengan
parameter yang diukur adalah persentase pengikatan aflatoksin. Uji in vivo
menggunakan ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari dengan menggunakan
rancangan acak lengkap. Pengamatan pada uji in vivo terdiri dari performa (berat
badan akhir, konsumsi dan efisiensi pakan), hematologi, berat organ dalam (hati,
jantung, limpa dan ginjal) dan pengamatan makroskopik dan mikroskopik hati.
Hasil uji Fisika menunjukan bahwa tekstur dan gross energi GYP dan EI
tidak berbeda nyata (p