- 3 -
sebesar 5,66
BAB II KONDISI UMUM
A. KONDISI SAAT INI
Pembangunan yang telah dilaksanakan di Jawa Timur selama ini telah menunjukkan kemajuan di pelbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang
sosial budaya, ekonomi dan sarana prasarana wilayah.
A.1. Sosial Budaya
Berdasarkan data BPS tahun 2004, jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 35.709.997 jiwa dengan kepadatan 720 jiwaKm2 atau memberi kontribusi sebesar
16,90 dari penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut yang tinggal diperkotaan sebesar 40,65 sedangkan penduduk perdesaan sebesar 59,35. Jumlah penduduk yang
besar tersebut merupakan Sumber daya manusia yang dapat menjadi subyek dan sekaligus obyek pembangunan. Namun demikian, kuantitas yang besar tersebut belum
sebanding dengan kualitas yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat, antara lain dari : 1. Indeks Pembangunan Manusia IPM Jawa Timur pada tahun 2004 pada posisi
64,49 yang menunjukkan rendahnya produktivitas dan daya saing dalam berkompetisi. Angka Harapan Hidup yang terus meningkat, di mana pada tahun
2004 mencapai 67,20. Begitu juga Angka Kematian Bayi AKB pada tahun 2004 menurun sebesar 39 dan angka pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan mencapai dari 74,01. Namun demikian, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, serta tingginya balita kurang gizi masih menjadi
masalah besar dalam membentuk generasi yang mandiri dan berkualitas. 2. Taraf pendidikan penduduk di Jawa Timur mengalami peningkatan, yang antara
lain diukur dengan menurunnya angka buta huruf penduduk usia 16-18 tahun dari 1,30 pada tahun 2003 menjadi 0,87 pada tahun 2004. Sedangkan
perbaikan tingkat pendidikan tersebut didorong oleh meningkatnya angka partisipasi sekolah APS atau persentasi penduduk yang bersekolah pada
semua kelompok usia. Pada tahun 2003, APS penduduk usia 7-12 tahun mencapai 97,18, APS penduduk usia 13-15 tahun sebesar 82,16, dan APS
penduduk usia 16-18 tahun sebesar 52,14. Namun demikian bila dihitung dari rata rata lamanya sekolah, maka taraf pendidikan penduduk Jawa Timur masih
sekitar 6,55 Tahun atau setara kelas 1 SLTP. Di samping itu out put pendidikan masih dihadapkan pada kompetensi lapangan kerja yang
berpengaruh pada penyerapan angkatan kerja. 3. Kualitas tenaga kerja di Jawa Timur masih rendah. Hal ini ditandai dengan
masih didominasinya angkatan kerja yang berpendidikan SD dan tidak tamat SD sebesar 63,99. Angkatan kerja lulusan SLTP sebesar 14,32, dan SMTA
sebesa r 15,98 sedangkan yang berlatar belakang diploma dan sarjana
- 4 -
3.Perkembangan sebesar 5,68. Di samping itu persebaran tenaga kerja 46 berada di sektor
pertanian. Tingkat pendidikan angkatan kerja yang rendah berpengaruh pula kepada peluang kesempatan kerja. Di samping rendahnya daya saing yang
dimiliki berpengaruh juga terhadap penggunaan teknologi sehingga akan menambah tingkat pengangguran yang setiap tahunmya.
4. Prosentase jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu 5 tahun mengalami penurunan dari 21,14 pada tahun 2000 menurun menjadi 19,10 pada
tahun 2004. Penurunan jumlah penduduk miskin yang signifikan adalah merupakan hasil nyata dari pelaksanaan pelbagai program pembangunan
sektoral dan regional yang secara langsung dan tidak langsung ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan. Walaupun demikian, keberhasilan Pemerintah
Daerah menurunkan jumlah penduduk miskin seringkali dihadapkan pada kendala kebijakan ekonomi nasional, khususnya kebijakan kenaikkan harga
BBM yang menimbulkan efek domino kenaikkan harga sembako di pasaran yang kemudian berpotensi kenaikan kembali jumlah penduduk miskin.
A.2. Ekonomi
1. Kondisi perekonomian Jawa Timur pasca krisis sampai saat ini telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti walaupun perkembangannya
masih lambat. Namun demikian, dengan pelbagai program dan kerja keras yang dilaksanakan bagaimana pun telah terbukti mampu memberikan hasil
yang cukup baik, di mana hal itu dapat dilihat dari terus meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pada tahun 2002, jika angka pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur baru sebesar 3,80, maka pada tahun 2003 meningkat menjadi 4,78, dan bahkan pada tahun 2004 meningkat menjadi
sebesar 5,83. Kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,62, sektor perdagangan, hotel
dan restoran 24,21 dan sektor pertanian 16,47. 2. Jawa Timur dikenal sebagai daerah lumbung pangan yang memberikan
kontribusi yang cukup signifikan bagi ketersediaan pangan Nasional, yaitu kontribusi terhadap produksi padi sebesar 16,64, kontribusi terhadap produksi
jagung sebesar 36,83 , kontribusi terhadap produksi kedele sebesar 44,08, kontribusi terhadap produksi daging dan telur sebesar 15, kontribusi
terhadap produksi buah-buahan skitar 25, kontribusi terhadap produksi gula sebesartebu sebesar 47,5 dan kontribusi terhadap produksi tembakau
sebesar 60. Walaupun Jawa Timur telah mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan tetapi sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian di
Jawa Timur dari tahun ke tahun semakin turun. Pada tahun 2004, kontribusi sektor pertanian sebesar 17,24 turun sebesar 0,65 dibandingkan tahun
2003 sebesar 17,89. Sampai dengan akhir 2004 sektor pertanian di Jawa Timur hanya tumbuh sebesar 1,65 saja, jauh di bawah rata-rata target
nasional yang sebesar 3-3,5, sedangkan angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 48.
- 5 -
A.3. Sarana 3. Perkembangan industri di Jawa Timur pada dasarnya telah melewati puncak
krisis, di mana industri manufaktur dapat dikatakan mulai bangkit. Tahun 2004 nilai investasi Rp. 12.238 milyar, yang menghasilkan nilai produksi sebesar Rp.
11.775 milyar dan mampu menyerap 2.404.922 orang tenaga kerja. Sedangkan perkembangan realisasi nilai ekspor di Jawa Timur menunjukkan peningkatan
di mana pada tahun 2003 nilai ekspor sebesar US 5.001,38 juta dengan volume ekspor sebesar 4.782,817 ribu ton. Nilai ini meningkat menjadi US
5.590 juta dengan volume sebesar 6.004,6 ribu ton pada tahun 2004. Nilai impor non migas Jawa Timur selama tahun 2004 sebesar US 4.280 juta atau
menurun sebesar 16,3 dari tahun 2003 yaitu sebesar US 5.115,2 juta. Negara asal impor utama adalah Singapura, RRC, AS, Kuwait, Jepang,
Australia, Thailand, Korea Selatan, Jerman dan Taiwan. 4. Pembangunan koperasi dan UMKM telah menunjukkan kinerja yang cukup
signifikan, hal ini ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan aset koperasi rata-rata mencapai 3,5 pertahun, tahun 2004 telah mencapai Rp. 6,5 trilyun dengan
jumlah koperasi sebanyak 16.883 unit, hal ini mengindikasikan bahwa efektifitas kebijakan pemberdayaan KUMKM khususnya pemasyarakatan
koperasi cukup mendapat respon. 5. Sektor Perbankan tahun 2004 mencatat terdapat persetujuan kredit baru oleh
perbankan sebesar Rp. 21,52 trilyun atau meningkat 9,72 dibandingkan tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp. 19,61 trilyun. Di sektor ekonomi alokasi kredit
ke sektor perindustrian masih tetap memiliki pangsa pasar tertinggi sebesar Rp. 16,13 trilyun atau 38,71 diikuti kredit di sektor lain-lain sebesar Rp. 9,17
trilyun atau 22,01 dan sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp. 8,88 trilyun atau 21,31, sedangkan sisanya sebesar Rp. 7,49 trilyun atau
17,97 disalurkan kepada 7 sektor lainnya. 6. Perkembangan investasi yang diharapkan mampu mendukung basis
fundamental perekonomian Jawa Timur, harus diakui kinerjanya masih belum optimal, walaupun dari angka persetujuan mengalami peningkatan, baik untuk
Penanaman Modal Asing PMA maupun Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Pada tahun 2004 nilai persetujuan PMA sebesar US 457 juta
dengan jumlah proyek sebanyak 67, meningkat sebesar US 348 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2003 yaitu sebesar US 109 juta
dengan jumlah proyek 56 dan pada tahun 2004 mencapai US 358 juta. Sementara itu nilai persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN di
Jawa Timur Tahun 2004 tercatat sebesar Rp. 4.055 milyar dengan jumlah proyek sebanyak 20 proyek meningkat sebesar Rp. 2.522 milyar atau 164,51
dibanding tahun 2003 mencapai Rp. 1.533 milyar walaupun terjadi penurunan jumlah proyek sebanyak 4 proyek.
- 6 -
Pelabuhan
A.3. Sarana Prasarana Wilayah
1. Dari segi potensi alamiah, sumber daya air Provinsi Jawa Timur memiliki kapasitas tampung yang relatif kecil dibanding dengan Provinsi lain di Jawa,
yaitu hanya 1.069,60 juta m
3
. Secara hidrologis Provinsi Jawa Timur dibagi dalam 4 empat Satuan Wilayah Sungai SWS yakni SWS Brantas, SWS
Bengawan Solo, SWS Pekalen Sampean dan SWS Madura. Dari keempat SWS tersebut baru 2 dua SWS yang sudah dikelola secara terpadu oleh
lembaga pengelola sumberdaya air yaitu SWS Brantas dan SWS Bengawan Solo, sedangkan 2 dua SWS lainnya masih belum dikelola secara terpadu.
Akibat kurang terpadunya pengelolaan dan keterbatasan sarana dan prasarana penyediaan air baku mengakibatkan terjadinya konflik horizontal maupun
vertikal dalam pemanfaatan air, baik antar jenis pemanfaatan maupun antar daerah pemanfaat utamanya pada sumber-sumber air lintas wilayah.
2. Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pada umumnya
infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan sebagai industri jasa.
3. Untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat, fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna
mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan maupun perdesaan, mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedalaman dan terpencil, melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa serta mendorong
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional. Kondisi transportasi jalan sampai dengan tahun 2004 adalah:
Panjang Jalan Provinsi 1.439,18 Km, dengan kondisi mantap 83,57 dan kondisi tidak mantap 16,43.
Panjang Jalan Nasional 1.899,21 Km dengan kondisi mantap 85,37 dan kondisi tidak mantap 14,63.
Panjang Jalan Eks Provinsi 561,80 Km dengan kondisi mantap 75,96 dan kondisi tidak mantap 24,04.
Untuk prasarana transportasi perkeretaapian dilaksanakan oleh PT KAI, dengan mempergunakan jaringan rel sepanjang 986.307 Km dan jaringan rel
yang tidak beroperasi sepanjang 590,474 Km. Sedangkan pelabuhan Laut di Jawa Timur terbagi menjadi 3 yaitu:
Pelabuhan Umum sebanyak 7 Unit Pelabuhan Umum yang tidak diusahakan sebanyak 9 buah.
Pelabuhan Khusus. Berdasar fungsi pelayanan:
- 7 - Pelabuhan Utama, terdiri dari Pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung
Wangi Pelabuhan Regional terdiri dari Pelabuhan Gresik, Pasuruan,
Probolinggo, Panarukan dan Kalianget Pelabuhan Lokal
4. Kebutuhan tenaga listrik daerah Jawa Timur dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali JAMALI, dan PLTD yang dimiliki oleh
PLN Distribusi Jawa Timur dengan kapasitas terpasang total 5.740 kW, yang digunakan pada isolated area tersebar pulau-pulau: Giligenting, Kangean,
Mandangin, Sapeken, Sapudi, Talango, Perikanan, Tambak. Kapasitas ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan potensi kebutuhan listrik yang
ada. Desa berlistrik sampai dengan tahun 2004 berjumlah 8.334 desa dari jumlah total desa sebanyak 8.443 desa. Berarti sudah 98,71 desa di Jawa
Timur yang terjangkau pasokan listrik, namun tingkat elektrifikasi atau rumah yang sudah terjangkau pasokan listrik baru 63.
5. Pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan air limbah, persampahan dan drainase yang telah dilakukan telah mengalami
banyak kemajuan, namun demikian cakupan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan masih jauh dari memadai. Pada akhir tahun 2004
tingkat pelayanan air bersih perpipaan Jawa Timur di kawasan perkotaan baru mencapai 38, sedangkan di kawasan perdesaan hanya mencapai 5,5.
Untuk prasarana dan sarana pengolahan air limbah dasar cakupan pelayanannya telah mencapai 85,7 untuk perkotaan dan 47,4 untuk
perdesaan. Sedangkan tingkat pengelolaan persampahan mencapai 74.
B. TANTANGAN B.1. Sosial Budaya