KAK RDTR PURBASARI , Halaman 15 dari 21
o Pertimbangan Umum
Pertimbangan Umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara lain yaitu : kesesuaian dengan arahan dalam rencana tata ruang
kabupatenkota, keseimbangan antara kawasan lindung dan budidaya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan perlindungan dan
pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara dan ruang bawah tanah, toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan
yang ditetapkan, kesesuaian dengan kebijakan pemerintah daerah kabupatenkota diluar rencana tata ruang yang ada.
o Pertimbangan Khusus
Pertimbangan Khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun dan dapat disusun
berdasarkan rujukan terhadap ketentuan maupun standar yang berkait dengan pemanfaatan ruang, rujukan terhadap ketentuan dalam peraturan
bangunan setempat dan rujukan terhadap ketentuan khusus bagi unsur bangunankomponen yang dikembangkan.
2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona berdasarkan
batasan: a.
Koefisien Dasar bangunan Maksimum KDB Maksimum Penetapan Koefisien Dasar Bangunan Maksimum didasarkan pada
pertimbangan tingkat pengisianperesapan air KDH Minimum, kapasi sitas drainase, jenis Penggunaan Lahan.
b. Koefisien Lantai Bangunan Maksimum KLB Maksimum
Penetapan besar KLB Maksimum didasarkan pada pertimbangan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana jalan dampak atau
kebutuhan terhadap prasarana tambahan serta ekonomi dan pembiayaan.
c. Ketinggian Bangunan Maksimum
d. Koefisien Dasar Hijau Minimum KDH Minimum
Koefisien dasar Hijau Minimum adalah koefisien yang dapat digunakan untuk mewujudkan Ruang Terbuka Hijau dan diberlakukan secara umum
pada suatu zonasi. Pertimbangan besar KDH Minimum didasar kan pada pertimbangan tingkat pengisianperesapan air, kapasitas drainase.
Beberapa aturan lain dapat ditambahkan dalam Intensitas Pemanfaatan Ruang, antara lain :
1. Koefisien Tapak Basement Maksimum KTB Maksimum
Koefisien Tapak Basement Maksimum didasarkan pada batas KDH Minimum yang ditetapkan
2. Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum KWT Maksimum
Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB tetapi dalam unit blok bukan persil.
3. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum
Kepadatan Bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan faktor kesehatan ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya mata hari,
aliran udara dan ruang antar bangunan, faktor sosial ruang terbuka privat, privasi, perlindungan dan jarak tempuh terhadap fasilitas
lingkungan, faktor teknis resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk
KAK RDTR PURBASARI , Halaman 16 dari 21
bangunanrumah, faktor ekonomi biaya lahan, ketersedi aan dan ongkos penyediaan pelayanan dasar
4. Kepadatan Penduduk Minimum
3. Ketentuan Tata Masa Bangunan
Ketentuan tata masa bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan dan tampilan bangunan pada suatu zonasi.
Komponen ketentuan tata masa bangunan minimum terdiri atas : garis sempadan bangunan minimum dengan mempertimbangkan keselamatan,
resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan estetika, tinggi bangunan maksimum atau minimum yang ditetapkan dengan mempertimbangkan ke
selamatan, resiko kebakaran, teknologi,estetika dan parasarana dan jarak bebas antar bangunan minimum yang harus memenuhi ketentuan tentang
jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukkan dan ketinggian bangu nan serta tampilan bangunan optional yang mempertimbangkan warna
bangunan, bahan bangunan,tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan serta keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
4. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum
Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman dengan
menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, bongkar muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan serta
kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.
Materi aturan merujuk pada ketentuan prasarana yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait.
5. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri dari: a.
ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kelu wesan aturan yaitu yang mengatur kelonggaran yang diberikan untuk tidak
mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan tanpa perubahan berarti pada peraturan zonasi.
b. ketentuan insentif disinsentif yaitu ketentuan yang memberikan insentif
bagi pembangunan yang sejalan dengan tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas serta ketentuan disinsentif bagi
pembangunan yang menyimpang dan memberikan dampak negatif bagi masyarakat luas.
Altenatif bentuk insentif antara lain adalah kemudahan izin,keringanan pajak, kompensasi, imbalan, pola pengelolaan, subsidi prasarana,
pengalihan hak membangun dan ketentuan teknis lainnya,sedangkan alternatif bentuk disinsentif antara lain adalah perpanjangan prosedur,
perketat persyaratan, pajak tinggi, restribusi tinggi, denda,pembatasan prasarana dan lain sebagainya.
c. ketentuan untuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan
zonasi dimana penggunaan lahan tersebut sudah ada sebelum peraturan
KAK RDTR PURBASARI , Halaman 17 dari 21
zonasi ditetapkan. Ketentuan ini dapat diberlakukan bila penggunaan lahan yang tidak sesuai
tersebut terbukti memiliki izin yang sah, diperbolehkan untuk tidak sesuai untuk jangka waktu tertentu atau dibatasi perkembangannya atau
ditarik izinnya dengan memberikan ganti rugi sesuai dedengan peraturan perundangan yang berlaku.
Komponen dari materi optional yaitu: 1.
Ketentuan Tambahan Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada
suatu zonasi dan belum terakomodasi dalam aturan dasar yang
ditujukan untuk melengkapi aturan dasar yang sudah disusun.Ketentuan tamba han berfungsi memberikan penyelesaian pada kondisi yang spesifik
pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
2. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan
dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Komponen Ketentuan Khusus dapat terdiri dari : a.
Zona Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP; b.
Zona Cagar BudayaAdat; c.
Zona Rawan Bencana; d.
Zona Militer; e.
Zona Pusat Penelitian; f.
Zona Pengembangan Nuklir; g.
Zona PLTA, PLTU; h.
Zona Gardu Induk Listrik; i.
Zona Sumber Air Baku; j.
Zona BTS. Aturan khusus terkait komponen diatas merujuk pada aturan teknis yang
diterbitkan oleh instansi terkait atau peraturan daerah setempat. 3.
Standar Teknis Standar teknis
adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang
ditetapkan berdasarkan peraturan standar ketentuan teknis yang berlaku dan berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan. Tujuan standar teknis adalah memberikan kemudahan dalam menerapkan
ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona. Standar Teknis dirumuskan berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI atau ketentuan-ketentuan lain
yang bersifat sektoral dan lokal serta berdasarkan hasil penelitian untuk aspek yang belum diatur dalam standar.
4. Teknik Pengaturan Zonasi
Teknik pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan keluwesan dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dilapangan
dan penerapan peraturan zonasi dasar.
KAK RDTR PURBASARI , Halaman 18 dari 21
Teknik pengaturan zonasi berfungsi dalam memberikan keluwesan pada penerapan peraturan dasar yang disesuaikan dengan karakteristik, tujuan
pengembangan dan permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu
dan memberikan pilihan penanganan pada lokasi tertentu
sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengembangan zona. Ketentuan yang diberlakukan harus merujuk kepada referensi, literatur,
kesepakatan dan penelitian khusus sesuai kebutuhan. Teknik pengaturan zonasi ini bersifat optional dalam penyusunannya tergantung oleh kebutuhan
daerah masing-masing.
12. Keluaran