4.2.2. Proses Enkripsi
Setelah kunci enkripsi diperoleh maka proses enkripsi dapat dilakukan. Plaintext atau pesan yang akan dikirimkan diinput pada program. Dalam pengujian ini
plaintext yang diinput adalah KRYPTOGRAFI. Program akan melakukan enkripsi dan menghasilkan ciphertext dari plaintext yang diinput. Perhitungan
dilakukan untuk setiap teks yang menjadi plaintext dan dikodekan dalam angka. Perhitungan dapat dilakukan berdasarkan rumus C = m
e
mod n. Dari perhitungan maka didapat ciphertext dari plaintext yang diinput adalah 277, 193, 142, 45, 326,
561, 107, 193, 557, 282, 165. Gambar 4.9. menjelaskan tentang tampilan pengujian proses enkripsi dengan multiple-key.
Gambar 4.9. Tampilan pengujian proses enkripsi dengan multiple-key
Untuk pengujian algoritma Pohlig-Hellman tanpa multiple-key digunakan juga plaintext yang sama yaitu KRYPTOGRAFI. Program melakukan enkripsi
dan menghasilkan ciphertext dari plaintext yang diinput. Perhitungan dilakukan untuk setiap teks yang menjadi plaintext dan dikodekan dalam angka. Perhitungan
ciphertext didapat sesuai dengan rumus dekripsi. Kode ciphertext yang dihasilkan dalam algoritma ini adalah 278, 498, 87, 48, 438, 390, 359, 498, 54, 10, 43.
Gambar 4.10. memperlihatkan tampilan pengujian proses enkripsi tanpa multiple- key.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10. Tampilan pengujian proses enkripsi tanpa multiple-key
Antara kedua algoritma menghasilkan ciphertext yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya kunci enkripsi yang didapat dari perhitungan
sebelumnya. Perhitungan yang lebih besar pada algoritma yang menggunakan multiple-key.
4.2.3. Proses Dekripsi
Pada proses dekripsi baik menggunakan multiple-key atau pun tidak menggunakannya, keduanya sama-sama melakukan proses yang sama yaitu
menginput nilai kunci bilangan prima p dan kunci dekripsi d yang digunakan sebelumnya pada saat enkripsi. Proses dekripsi dilakukan setelah mendapatkan
nilai kunci dekripsi yang sudah dihitung pada proses enkripsi sebelumnya. Dalam hal ini kode ciphertext akan dikembalikan sebagai plaintext.
Untuk mendekripsi maka semua kode ciphertext, terlebih dahulu ditentukan panjang dari ciphertext yang diinput sebelumnya. Panjang ciphertext adalah
banyaknya kode ciphertext yang digunakan. Setelah semua kode ciphertext diinput program akan menampilkan plaintext yang digunakan sebelumnya. Pada
pengujian program didapati kembali plaintext adalah KRYPTOGRAFI yang sesuai dengan plaintext yang diinput pada saat proses enkripsi.
Kedua algoritma sama-sama menghasilkan plaintext yang sama setelah melakukan perhitungan dan penginputan pada setiap langkah-langkah dekripsi
yang ditampilkan pada progam. Namun nilai kunci dekripsi d dan kode ciphertext
Universitas Sumatera Utara
yang diinput berbeda. Hal ini terjadi karena pada algoritma Pohlig- Hellman dengan multiple-key menggunakan nilai kunci dekripsi yang lebih besar dari
algoritma yang tidak menggunakan multiple-key. Untuk melihat hasil dekripsi dari kedua algoritma tersebut dapat dilihat pada gambar 4.11 dan gambar 4.12.
Gambar 4.11. Tampilan Proses Dekripsi dengan Multiple-key
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.12. Tampilan Proses Dekripsi tanpa Multiple-key
4.4. Pembahasan