PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI

KANTOR KEJAKSAAN NEGERI MEDAN C. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan Negeri Medan Setiap upaya penegakan hukum tentu akan menimbulkan kendala tertentu. Begitu pula dalam pemberian sanksi administrasi disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Medan. Setiap pelanggaran yang dilakukan bisa terjadi karena kurangnya kesadaran akan pentingnya kedisiplinan itu sendiri. Karena itulah perlu diadakan briefing atau pertemuan setiap bulannya dimana pimpinan dapat selalu memberikan motivasi kepada para pegawainya agar mereka memiliki kedisiplinan dan semangat kerja yang tinggi. Pemberian motivasi kerja tidak hanya dilakukan oleh pimpinan saja namun dapat dilakukan juga oleh sesama rekan kerja atau bahkan seorang motivator khusus yang sengaja didatangkan untuk memberikan pelatihan motivasi kepada para pegawai. Tidak hanya motivasi kerja yang diberikan tetapi juga sebaiknya diberikan reward and punishment. Reward tidak harus berbentuk uang tetapi dapat juga berupa pujian atau penghargaan sebagai karyawan teladan. Sementara itu bagi pegawai yang tidak disiplin diberikan sanksi. Kendala juga muncul karena sistem yang ada di sipil berbeda dengan sistem di kemiliteran. Di militer, atasan bisa langsung menghukum bawahan bila Universitas Sumatera Utara bawahan tersebut melakukan kesalahan. Namun dalam sistem yang berkembang di sipil harus melalui prosedur yang berlaku sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menghukum seseorang. Hal ini tentu akan memerlukan waktu yang cukup lama dalam memberikan sebuah sanksi administrasi. Pemberian sanksi bagi seorang Pegawai Negeri Sipil sepertinya lebih mengalami kelonggaran dibandingkan dengan Pegawai Swasta. Seorang Pegawai Swasta bisa langsung dijatuhi hukuman berat ketika dia melakukan kesalahan. Namun seorang Pegawai Negeri Sipil harus menunggu prosedur yang cukup lama. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Kepegawaian Kejaksaan Negeri Medan, maka hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan kedisiplinan pegawai adalah hal-hal yang bersifat teknis diantaranya adalah : 1. Kurangnya sarana dan prasarana. Dengan suatu peralatan yang kurang memadaiakan dapat menghambat lancarnya kegiatan atau pegawai dalam melakukan pekerjaannya. 2. Masih rendahnya kesadaran pegawai untuk berbuat dan bersikap disiplin dalam pelaksanaan tugas misalnya ketelambatan masuk kerja. 3. Kurangnya perangkat peraturan kedisiplinan, misalnya kurang tegasnya pimpinan dalam menjatuhkan sanksi pada setiap pelanggaran kedisiplinan. 4. Kurangnya sistem pengawasan, perangkat pengawasan dan upaya tindak lanjut yang kurang akan dapat membuka peluang pegawai untuk melakukan berbagai pelanggaran. 5. Setiap pelanggaran disiplin pegawai selalu berkilah untuk dibina secara Universitas Sumatera Utara administratif. 19 Hal-hal tersebut di atas merupakan hambatan yang ada dalam melaksanakan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan Kejaksaan Negeri Medan. 20 Untuk mengatasi hambatan dalam penegakan disiplin pegawai Kejaksaan Negeri Medan dibentuk suatu tim pengawas. Dengan memahami arti pentingnya kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dalam pembangunan, terutama pada lingkungan Kejaksaan, kiranya menjadi kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan kedisiplinan yaitu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab, dengan demikian kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil akan dapat tercapai. 21 D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan Negeri Medan Tim ini menjadi harapan besar dalam upaya penegakan disiplin karena tim inilah yang akan menjadi andalan dalam pengawasan penegakan disiplin. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah merupakan Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan Bangsa, Negara, dan Masyarakat yang tertib, bersih, makmur dan berkeadilan, jadi dapat ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara Hukum Rechtsstaat, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka Machsstaat. 19 Hasil Wawancara Dengan J. Sipayung Kepala Bagian Umum Kejaksaan Negeri Medan Tanggal 14 November 2011 20 Hasil Wawancara Dengan J. Sipayung Kepala Bagian Umum Kejaksaan Negeri Medan Tanggal 14 November 2011 21 Hasil Wawancara Dengan J. Sipayung Kepala Bagian Umum Kejaksaan Negeri Medan Tanggal 14 November 2011 Universitas Sumatera Utara Negara dalam menjalankan kekuasaannya mempunyai alat untuk mengatur yang disebut Pemerintah Government atau disebut Administrasi. Sementara itu, konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan Negara adalah menyelenggarakan ketertiban Hukum, drngan berdasarkan dan berpedoman pada Hukum. Dalam Negara Hukum segala kekuasaan dari alat–alat pemerintahannya didasar kan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah yang berkuasa dalam Negara itu. Government not by man but by law = the rule of law. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengatur sesuatu dalam Masyarakat baik yang mengatur tentang tugas dan wewenang dalam Aparatur Penyelenggara Pemerintahan di seluruh jajaran Instansi Pemerintahan di Indonesia pada umumnya, tidak terkecuali di lingkungan institusi kejaksaan Republik Indonesia pada khususnya. Kejaksaan Republik Indonesia adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum, wewenang berdasarkan undang-undang. Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional terutama dari ketertiban aparatur pemerintahan yang pada pokoknya tergantung pada dedikasi Pegawai Negeri Sipil dengan memiliki jiwa disiplin. Hal ini diperlukan karena Pegawai Negeri Sipil sebagai penyelenggara tugas pemerintahan dan pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Melihat betapa pentingnya masalah kedisiplinan ini sehingga perlu diatur secara tersendiri. Namun pelaksanaan kedisiplianan itu tidak akan mungkin terlaksana secara baik apabila tidak disokong oleh pengawasan yang baik pula. Pada dasarnya pengawasan ini adalah alat untuk merangsang, membimbing, dan mengontrol supaya dapat tercapai apa yang diinginkan. Kedisiplinan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin adalah : 1. Faktor Peraturan atau Tata Tertib. Salah satu faktor pembentuk kedisiplinan adalah adanya peraturan atau tata tertib yang mengatur hal – hal yang diwajibkan dan larangan yang harus ditinggalkan. Sebuah peraturan akan ditaati bila peraturan tersebut mempunyai sanksi yang tegas. Untuk masalah peraturan sebenarnya sudah cukup memadai dimana kita dapat melihat banyak peraturan yang berhubungan dengan penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Tata tertib atau peraturan membutuhkan elemen lainnya demi kesempurnaan pelaksanaan sebuah peraturan dan pelatihan kedisiplinan secara berkesinambungan. 2. Faktor Kepemimpinan Penegakan disiplin harus dilakukan oleh setiap PNS dan pemimpin harus melakukan pengawasan. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara pegawainya maka atasan yang bersangkutan harus bisa mempertanggungjawabkannya. Atasan bisa dianggap gagal melakukan pembinaan dan pengawasan. Setiap atasan harus memimpin bawahannya dengan arif dan bijaksana. Ia harus menjadi teladan yang baik yang bisa membimbing bawahannya agar tetap berada pada jalur yang benar, memberikan perhatian kepada bawahan, berani mengambil tindakan, dan menciptakan kebiasaan - kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Kepemimpinan merupakan faktor utama yang menentukan baik buruknya dan hidup-matinya suatu bentuk usahaorganisasi. Sepanjang sejarah manusia belum pernah dikenal bentuk masyarakat manusia tanpa ada pimpinan. Dalam tiap-tiap kelompok manusia yang merupakan kemasyarakatan tentu timbul seorang atau beberapa orang pemimpin, yang timbul atau ditimbulkan karena naluri masyarakat untuk selalu memerlukan pimpinan. 22 22 Hadiperwono, Tata Personalia, Djambatan, Bandung, 2002, hal. 104. Dengan demikian faktor kepemimpinan mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkat kedisiplinan para pegawainya. Seorang pimpinan yang cenderung egois dimana ia kurang memperhatikan kesejahteraan bawahannya atau bahkan melakukan tindakan negative maka hal ini sangat berpengaruh terhadap perilaku bawahannya. Hal ini akan menimbulkan tidak adanya rasa hormat kepada atasan, tindakan indisipliner bahkan membenci atasannya. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor Pembinaan dan Pengawasan. Untuk menghindari maraknya pelanggaran disiplin oleh Pegawai Negeri Sipil, sebaiknya dilakukan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan yang baik dan pengawasan yang efektif tentu akan membantu membentuk aparat pemeritah yang baik dan berwibawa. Menurut Musanef, pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk: a. Diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan secara. berdaya guna dan berhasil guna b. Untuk meningkatkan mutu dan ketrampilan serta memupuk kegairahan kerja sehingga dapat menjamin terwujudnya kesempatan berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan secara, menyeluruh. c. Diarahkan kepada terwujudnya suatu komposisi pegawai, baik dalam bentuk jumlah maupun mutu yang memadai, serasi dan harmonis, sehingga mampu menghasilkan prestasi kerja secara optimal. d. Diarahkan kepada terwujudnya pegawai-pegawai yang setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara, pemerintah sehingga pegawai hanya mengabdikan diri kepada kepentingan negara dan masyarakat, demi terwujudnya aparatur yang bersih dan benwibawa. e. Ditujukan pada terwujudnya iklim kerja yang serasi dan menjamin terciptanya kesejahteraan jasmani maupun rohani secara adil dan merata sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. f. Diarahkan kepada penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan pegawai secara teratur, terpadu dan berimbang atas dasar kriteria-kriteria obyektif baik secara kelompok sehingga dapat memberikan manfaat bagi instansiunit organisasi yang bersangkutan. g. Diarahkan pada pembinaan sistem karir dan pembinaan prestasi kerja, yang dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk : 1 Pembinaan tertib adminitrasi. 2 Pembinaan keesejahteraan 3 Pembinaan karir. 23 Pembinaan disiplin memiliki hubungan positif yang dapat mempengaruhi perilaku pegawai. Semakin baik pembinaan disiplin dilakukan maka akan semakin 23 Musanef, Pembinaan dan Pengawasan Pegawai Negeri Sipil, Sinar Grafika,, Jakarta, 2004, hal. 16 Universitas Sumatera Utara baik pula perilaku ketaatan dan kepatuhan pegawai terhadap ketentuan dan tata tertib yang berlaku. Hal ini tentu akan menjadi tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk melakukan pembinaan disiplin kepada para pegawai yang ada di lingkungannya. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 12 ayat 2 UU No. 43 Tahun 1999 dimana dijelaskan bahwa agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negeri Sipil pusat maupun Pegawai Negeri Sipil yang ada ditingkat daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil pusat dengan sendirinya berlaku pula pada Pegawai Negeri yang ada ditingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatur Negara baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah benar benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat, berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang Undang 1945, Negara dan Pemerintah. Sehubungan dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang Undang No.43 tahun 1999 tersebut, maka salah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan aparatur negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan Universitas Sumatera Utara abdi masyarakat. Pegawai Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi suri tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat dapat percaya terhadap peran PNS. Di dalam pembinaan pegawai negeri perlu memperhatikan proses kepegawaian yang terdiri dari tahap-tahap atau unsur-unsur : 1. Penerimaan dan pemilihan yang efektif Unsur pengadaan pegawai yang meliputi usaha mendapatkan pelamar dan memilih calon diantara para pelamar itu haus dapat menjamin tersedianya calon yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 2. Sistem penggolongan dan pembayaran yang baik. Satu pengelompokan jabatan diciptakan dengan jalan menganalisa dan menggolong-golongkan jabatan berdasarkan persamaan-persamaan yang terdapat diantara tugas, tanggungjawab dan persyaratan-persyaratan jabatan tersebut. Pengelompokan yang demikian ini akan bermanfaat dalam penentuan skala gaji dan untuk kegiatan-kegiatan kepegawaian termasuk pembinaan pegawai. 3. Penempatan yang tepat. Hal ini dilakukan agar pegawai dapat menunjukkan ketrampilan, kemampuan kerja, kecerdasan yang dimiliki serta berkesempatan untuk mengembangkan karir dan potensinya. 4. Latihan dan pengembangan yang cocok. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pegawai mengembangkan kecakapan, kecerdasan, pengetahuan, menemukan potensi dan mempersiapkan penugasan yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 5. Kenaikan pangkat dan pemindahan yang adil dan memuaskan. Kenaikan pangkatpromosi dan pemindahan dilaksanakan untuk menaikkan seseorang pegawai dalam arti jabatan atau gaji dengan tugas dan tanggung jawab yang lebih daripada sebelumnya Sistem promosi dan pemindahan perlu dilaksanakan dengan adil dan hati-hati agar sejalan dengan pemeliharaan moril pegawai. 6. Hubungan pegawai dan pimpinan yang lancar. Penciptaan hubungan yang serasi antara. pimpinan dapat ditempuh dengan memberi kesempatan berpartisipasi dalam merumuskan kebijaksanaan dan prosedur kerja 7. Ketentuan yang tepat baik mengenai pemberhentian maupun pensiun. Pemutusan dan penghentian ataupun pensiun didasarkan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku. Pengawasan berarti pengamatan dan pengukuran suatu kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan sasaran dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya Pengawasan dilakukan dalam usaha menjamin bahwa semua kegiatan terlaksana sesuai dengan kebijaksanaan, strategi, keputusan, rencana dan program kerja yang telah dianalisis, dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya dalam wadah yang telah disusun. Pengawasan diperlukan untuk mengukur kemajuan yang telah dicapai, melihat apakah penyimpangan terjadi dan mengambil langkah-langkah perbaikan dalam proses pelaksanaan itu apabila diperlukan. Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain pengawasan berusaha mencegah terjadinya penyimpangan arah yang ditempuh oleh organisasi dari arah yang telah ditetapkan untuk ditempuh. Enam sasaran utama pengawasan adalah : 1. Untuk menjamin bahwa kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan terselenggara sesuai dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi yang dimaksud. 2. Untuk menjamin bahwa anggaran yang tersedia untuk membiayai berbagai kegiatan operasional benar-benar dipergunakan untuk melakukan kegiatan tersebut secara efisien dan efektif. 3. Untuk menjamin bahwa para anggota organisasi benar-benar berorientasi kepada kelangsungan hidup dan kemajuan organisasi sebagai keseluruhan dan bukan kepada kepentingan individu yang sesungguhnya harm ditempatkan dibawah kepentingan yang lebih penting dan luas, yaitu kepentingan organisasi. 4. Untuk menjamin bahwa penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya dari sarana dan prasarana tersebut. 5. Untuk menjamin standar mutu hasil kerja terpenuhi semaksimal mungkin. 6. Untuk menjamin bahwa prosedur kerja ditaati oleh semua pihak. Suatu kesuksesan bukan hanya terletak pada suatu manusia yang baik, tetapi juga terletak pada pengawasannya. Karena pada tahap ini akan dikaji dan dinilai, apakah pengawasan dilaksanakan sesuai dengan prosedurnya yang Universitas Sumatera Utara kemudian akan dirumuskan kembali apakah pengawasan sudah relevan dengan prosedurnya. Kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini di Indonesia belum dapat mengahasilkan mutu tenaga kerja yang mampu bersaing. Hal ini disebabkan salah satunya adalah kurangnya pengawasan dan kesadaran disiplin dalam diri sendiri. Masalah ini jika dibiarkan begitu saja akan menghantarkan Indonesia kegerbang kehancuran yang sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan setiap masyarakat Indonesia. Pada dasarnya mekanisme pengawasan pada lingkungan organisasi pemerintahan maupun non pemerintahan mempunyai kesamaan. Pedoman yang digunakan dalam mengukur hal ini adalah peraturan perundang-undangan, rencana kerja, program kerja serta kebijaksanaan dari organisasi tersebut. Walaupun ada kegiatan inspeksi yang sifatnya terencana berdasarkan program kerja ternyata sampai saat ini belum mampu memantau dengan seksama kinerja di lapangan. Pada umumnya hanya dilakukan pemeriksaan surat-surat atau laporan pengawasan secara tidak langsung. Sistim pengawasan di Kejaksaan juga sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang tersedia. Tidak dapat dipungkiri bahwa efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pengawasan terkait erat dengan sumber daya manusia yang ada, baik dari sudut keahlian maupun integritasnya. 24 24 Hasil Wawancara Dengan J. Sipayung Kepala Bagian Umum Kejaksaan Negeri Medan Tanggal 13 November 2011 Universitas Sumatera Utara Unsur disiplin yang disebutkan di dalam pemaparan di atas adalah ketaatan dan kepatuhan pada aturan-aturan yang telah di tetapkan ataupun kebiasaan-kebiasaan yang berlaku yang mempunyai fungsi untuk menyelamatkan manusia itu sendiri dan seluruh lapisan masyarakat yang terkait di dalamnya. Dengan demikian untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa, negara, dan masyarakat yang tertib, bersih, makmur dan berkeadilan maka sangat perlu kedisiplinan, pengawasan, dan menjalankan peraturan-peraturan yang telah ada sesuai dengan yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah diamanatkan di dalam Garis–Garis Besar Haluan Negara 1999–2004 Bab IV huruf ke 3 tentang Aparatur Negara bahwa, dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan system karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas. Undang – Undang Pokok Kepegawaian yaitu Undang – Undang No. 8 Tahun 1974 telah dirubah melalui UU No.43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil, adalah suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negeri dan dapat di jadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Universitas Sumatera Utara Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung kepada kualitas pegawai negeri dan mutu kerapian organisasi aparatur itu sendiri. Dapat di ketahui bahwa kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting dan menentukan, berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari aparatur negara karena pegawai negeri merupakan aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunann nasional. Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut dapat di capai dengan melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap dan bersungguh – sungguh. Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan antara materiil dan spirituil yang berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawai negeri. Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negeri Universitas Sumatera Utara yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat. Untuk mewujudkan pegawai negeri sebagaimana tersebut di atas maka perlu adanya pembinaan dengan sebaik – baiknya atas dasar sistem karier dan system prestasi kerja. Sistem karir adalah suatu sistem kepegawaian di mana suatu pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan dalam pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa kerja, kesetiaan , pengabdian serta syarat – syarat objektif lainnya. Adapun sistem prestasi kerja adalah sistem kepegawaian, dimana pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan pangkat di dasarkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang di capai oleh pegawai. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasi di buktikan secara nyata dan sistem prestasi kerja ini tidak memberikan penghargaan terhadap masa kerja. Pegawai negeri bukan saja unsur aparat negara tetapi juga merupakan abdi negara dan abdi masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan pegawai negeri bukan saja di lihat dan diperlakukan sebagai Aparatur Negara, tetapi juga di lihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin Universitas Sumatera Utara diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus di utamakan. Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur yang seluruh tindakannya dapat di petanggung jawabkan, baik di lihat dari segi moral dan nilai – nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang – undangan serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tetapi kadang kenyataannnya, berdasarkan pada observasi mengenai pembangunan menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang justru muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri. Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh The Liang Gie adaalah sebagai berikut : Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian – bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu. 25 25 The Liang Gie, Cara Bekerja Efisien, Karya Kencana, Yogyakarta, 1999, hal.38 Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negeri Indonesia dipandang masih banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisienkan tenaga dan kedisiplinan kerja. Universitas Sumatera Utara Kaitannya dengan pembinaan pegawai sebagai mana telah ditegaskan didalam Garis Garis Besar Haluan Negara 1998 didalam bab VI mengenai Pembangunan Lima Tahun KeTujuh terutama dalam bidang aparatur negara yaitu pada angka 9 huruf c, disebutkan antara lain pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan pada peningkatan kualitas, efisien, dan efektif dalam seluruh jajaran administrasi pemerintahan. Sedangkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam pasal 12 ayat 2 UU No. 43 tahun 1999 sebagai berikut : Agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negeri Sipil pusat maupun Pegawai Negeri Sipil yang ada ditingkat daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil pusat, dengan sendirinya berlaku pula pada Pegawai Negeri yang ada ditingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatur Negara baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah benar benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat, berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang Undang 1945, Negara dan Pemerintah” Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang Undang No.43 tahun 1999 tersebut, maka salah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Universitas Sumatera Utara Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, sebenarnya pemerintah telah memberikan suatu kebijaksanaan dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1999 yaitu tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik, Akan tetapi sering terjadi didalam suatu instansi pemerintahan yang pegawainya melakukan pelanggaran disiplin bahkan menjurus kepada penyelewengan jabatan seperti datang terlambat, pulang sebelum waktunya, ketidak hadiran tanpa pemberitahuan, bekerja sambil ngobrol dan yang tak asing didengar adalah KKN yang singkatan dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Penyimpangan-penyimpangan ini menimbulkan kurang atau tidak efektif dan efisiennya pegawai negeri tersebut. Penyimpangan-penyimpangan itu terjadi di sebabkan kurangnya kesejahteraan terhadap pegawai negeri. Lemahnya sistim atau fungsi pengawasan yang memang berperan penting dalam pencapaian visi dan misi dari institusi pemerintahan yang bersangkutan. Dengan demikian maka Pegawai Negeri Sipil yang bukan saja sebagai Aparatur pemerintah tetapi juga adalah abdi negara dan abdi masyarakat, namanya telah tercoreng dengan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku yang tidak perlu terjadi. Universitas Sumatera Utara Tidak terkecuali pegawai yang bertugas dilingkungan kejaksaan Republik Indonesia baik dipusat maupun di daerah. Lewat media massa maupun media elektronik, kerap diberitakan pemberitaan yang mengulas tentang penyimpangan yang tertangkap tangan maupun terbukti melakukan penyelewengan jabatan dari Aparat kejaksaan Republik Indonesia, seperti tertangkap tangan oleh pihak berwajib atau pihak yang berwenang dalam suatu razia pegawai yang tidak berada dikantor pada jam kerja, terlibat narkoba dan terbukti oleh pengadilan dalam kasus korupsi, kolusi dan lain-lainnya. Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut di atas, yang kesemuanya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran tersebut sudah sedemikian membudaya sehingga sulit untuk di adakan pembinaaan atau penertiban sebagaimana telah di atur dalam UU No. 43 Tahun 1999. Kaitannya tentang pelaksanaan disiplin pegawai khususnya di lingkungan Kejaksaan telah diatur dalam petunjuk pelaksana No.00162003 tentang ketentuan–ketentuan penyelenggaraan pengawasan Kejaksaan Republik Indonesia. Adapun kegiatan – kegiatan pengawasan adalah sebagai berikut : 1. Dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur serta setiap perilaku Pegawai Negeri Sipil. 2. Mengadakan penelitian dengan cermat dan seksama terhadap pelaksanaan tugas semua unsur kebijaksanaan serta setiap perilaku pegaewai Kejaksaan. Universitas Sumatera Utara 3. Dengan menguji dan menggunakan tolak ukur tertentu terhadap pelaksanaan tugas semua unsur Kejaksaan serta sikap perilaku pegawai Kejaksaan. 4. Mengadakan Evaluasi semua kegiatan pelaksanaan tugas 5. Mengadakan bimbingan yaitu dengan cara pengarahn, petunjuk dan penjelasan mengenai pelaksanaan tugas. 6. Mengadakan penertiban yaitu kegiatan mengatur, menata dan memperbaiki serta menyempurnakan pelaksanaan tugas semua unsur Kejaksaan. 7. Pengusutan yaitu suatu kegiatan untuk menyelidiki perbuatan pegae\wai Kejaksaan yang di duga melakukan kegiatan tercela. 8. Mengadakan pemeriksaan mengungkap kebenaran perbuatan yang di duga menyimpang yang di tuang ke dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP 9. Mengadakan suatu tindakan penjatuhan hukuman disiplin dan atau hukuman yang sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku. 10. Mengadakan kegiatan pengamatan dan pengecekan kembali pelaksanaan tindak lanjut pengawasan oleh semua unsur kejaksaan. Kemudian berdasarkan hasil penelitian, bahwa pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kejaksaan Negeri Medan, dilakukan dengan cara atau sesuai dengan peraturan perundang –undangan yang berlaku yaitu dengan cara : 1. Melakukan pengawasan melekat sebagai upaya pengawasan preventif, untuk mencegah hal – hal yang melanggar disiplin, yaitu dengan cara pengawasan secara langsung dari pimpinan yang berada di atasnya. 2. Pengawasan fungsional yaitu suatu pengawasan yang dilakukan oleh aparat Universitas Sumatera Utara pengawas secara fungsional baik intern maupun ekstern, yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas kepegawaian. 3. Pengawasan yang di lakukan dengan cara melakukan inspeksi umum yaitu melaksanakan pemeriksaan semua bidang kerja yang telah di susun dalam tahun kerja. 4. Inspeksi pimpinan yaitu inspeksi yang dilakukan oleh Jaksa Agung Muda, pengawasan terhdap tugas dari pimpinan kejaksaan. 5. Melakukan inspeksi khusus yaitu melakukan pemeriksaan andai terjadi penyimpangan atau perbuatan – perbuatan tercela dari pegawai kejaksaan. 26 Pada prinsipnya pengawasan atasan langsung yang di laksanakan dengan menjalankan pengawasan melekat merupakan fungsi manajemen seorang pimpinan yang harus dilakukan di samping perencanaan dan pelaksanaan. Pengawasan melekat di maksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan administrasi pemerintahan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna serta dilaksanakan sesuai denagn bidang tugas masing – masing. Dalam melakukan pengawasan melekat, Kejaksaan Negeri Medan telah melakukan sesuai denagn aturan yang berlaku yaitu berdasarkan Instruksi Presiden No.15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, sedangkan petunjuk pelaksanaannya telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.1 Tahun 1989. Adapun sasaran pengawasan melekat berdasarkan pada Instruksi presiden tersebut adalah : 26 Hasil Wawancara Dengan J. Sipayung Kepala Bagian Umum Kejaksaan Negeri Medan Tanggal 13 November 2011 Universitas Sumatera Utara a. Meningkatkan kedisiplinan pegawai serta prestasi kerja serta pencapaian pelaksanaan tugas. b. Menekan sekecil mungkin penyalah gunaan wewenang c. Mengurangi kebocoran serta pemborosan keuangan negara dan segala bentuk penyimpangan lainnya. d. Mempercepat penyelesaian permasalahan dan meningkatkan pelayanan masyarakat. e. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain daripada itu, pemeriksaan adalah salah satu cara atau bentuk pengawasan dengan jalan mengamati, mencatat, menyelidiki, dan menelaah secara cermat serta mengkaji segala informasi yang berkaitan dengan kedisiplinan pegawai negeri. Sedangkan yang di maksud dengan pemeriksaan yang meliputi 3 tiga jenis kegiatan pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan finansial adalah pemeriksaan yang ditujukan pada masalah keuangan yaitu antara lain untuk memperoleh kepastian bahwa semua bentuk transaksi keuangan sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga didapat suatu laporan yang wajar. 2. Pemeriksaan Operasional adalah pemeriksaan yang ditujukan kepada evaluasi terhadap semua bentuk program, dari pemeriksaan ini diharapkan adanya masukan demi tercapainya sasaran dari program tersebut. 3. Pemeriksaan Program yaitu pemeriksaan yang ditujukan untuk menilai suatu program secara keseluruhan, dalam hal ini dilihat dari segi efektivitasnya aturan yang sudah ada. Universitas Sumatera Utara Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan pegawai di lingkunagn Kejaksaan Negeri, absensi juga merupakan hal yang penting, oleh karena itu dalam pelaksanaan absensi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Medan di adakan dua kali yaitu pagi hari yang diadakan jam 07.00 WIB dan pada waktu siang hari yang dilakukan pada jam 15.00 WIB. 27 Dengan diadakan absensi satu hari 2 dua kali ini diharapkan para pegawai dapat melaksanakan tugas dengan baik dan selalu siap ditempat, dengan itu pula kedisiplinan pegawai akan terwujud. 27 Hasil Wawancara Dengan J. Sipayung Kepala Bagian Umum Kejaksaan Negeri Medan Tanggal 13 November 2011 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN