Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan

(1)

ETOS KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL MUSLIM KANTOR

DEPARTEMEN AGAMA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

SAHRUN JONI HASIBUAN

031301080

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi bidang psikologi perkembangan yang berjudul “Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kator Departemen Agama Kota Medan” ini dengan baik. Penulis sangat bersyukur atas petunjuk dan pertolongan Allah Swt dalam penyelesaian skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa tanpa petunjuk dan pertolongan-Nya, perjuangan dalam penyelesaian skripsi ini akan begitu berat terasa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kesabaran dan kegigihan beliau dapat menjadi contoh teladan bagi penulis dalam hal perjalanan skripsi ini dan kerja-kerja selanjutnya.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, SP.A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Pak Ary Widiyanta, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan atas bantuan, bimbingan dan masukan yang begitu berarti yang telah ibu berikan kepada penulis dalam penyelesaian tugas skripsi ini.


(3)

3. Kepada para dosen penguji, yakni Pak Ferry Novrialdi, M.Si dan Ibu Lili Garliah, M.Si, terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan.

4. Kepada Ayah, Ibu serta adik-adik dan keluarga penulis, yang selama ini telah memberikan dukungan dan doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga hasil yang penulis kerjakan ini dapat memberikan kebanggaan pada keluarga dan kedua orangtua penulis.

5. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung, memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian tugas seminar ini (Hanifa Laura, Ikhwanisifa, Renny Tania, Debi Fadilah, Rizki Hakiki, Citra Suastika, Kerry Desiana, Sukmaya Izzati, Dian Mardiah, Eka Diyah, Kristy Wulan, serta semua teman-teman seperjuangan di Formasi Al-Qalb yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu). Terima kasih penulis ucapkan pada semuanya, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. 6. Rekan-rekan seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi (Maeri,

Ichin Merit, Anita Zahra, Yunita Zahra, Novri Rosalina). Semoga kerja keras dan hasil penelitian kita ini membuahkan hasil yang memuaskan dan dapat bermanfaat bagi orang banyak.

7. Para Staf Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan dan


(4)

bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Psikologi USU ini.

8. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan skripsi penulis. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan kalian sangat berguna bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, September 2008

Penulis

   


(5)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara September 2008

Sahrun Joni Hasibuan : 031301080

Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan X + 74 halaman + 20 Tabel + 12 Grafik + Lampiran

Bibliografi (1978-2007)

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik.

Departemen Agama merupakan salah satu Departemen yang ada dalam struktur pemerintahan Indonesia. Mayoritas PNS pada Departemen Agama Kota Medan adalah beragama Islam, yaitu mencapai 95,74%. Oleh karena itu diharapkan PNS muslim Departemen Agama memiliki etos kerja yang baik.

Etos kerja merupakan karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan (Petty, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan adalah 107 PNS muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan 15 Kantor Urusan Agama yang ada di kota Medan.

Hasil menunjukkan etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan mayoritas berada pada kategori sedang 74 orang (69,2%)

Kata Kunci : Etos kerja, PNS Muslim


(6)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara September 2008

Sahrun Joni Hasibuan : 031301080

Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan X + 74 halaman + 20 Tabel + 12 Grafik + Lampiran

Bibliografi (1978-2007)

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik.

Departemen Agama merupakan salah satu Departemen yang ada dalam struktur pemerintahan Indonesia. Mayoritas PNS pada Departemen Agama Kota Medan adalah beragama Islam, yaitu mencapai 95,74%. Oleh karena itu diharapkan PNS muslim Departemen Agama memiliki etos kerja yang baik.

Etos kerja merupakan karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan (Petty, 1993).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan adalah 107 PNS muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan 15 Kantor Urusan Agama yang ada di kota Medan.

Hasil menunjukkan etos kerja PNS muslim Kantor Departemen Agama Kota Medan mayoritas berada pada kategori sedang 74 orang (69,2%)

Kata Kunci : Etos kerja, PNS Muslim


(7)

BAB I PENDAHULUAN

I. A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (GBHN, 1999). Tujuannya yaitu mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembangunan nasional adalah faktor sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya iptek. Diantara faktor-faktor diatas, faktor sumber daya manusia merupakan faktor terpenting. Banyak negara yang berkeinginan untuk melakukan pembangunan nasional melalui pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya, namun namun ada beberapa negara seperti Indonesia yang mengalami kegagalan walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya alam yang melimpah tidak menjamin kemajuan pembangunan suatu bangsa, melainkan tergantung dari mutu dan jumlah sumber daya manusia yang mengelola sumber daya alam tersebut (Prawirosentono, 1994).


(8)

Sumber daya manusia dalam hal ini harus siap, mau dan mampu memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional. Organisasi dalam defenisi ini tidak hanya organisasi dalam industri atau perusahaan saja, tetapi juga organisasi dalam berbagai bidang lain seperti politik, pemerintahan, hukum, sosial, budaya, lingkungan, dan sebagainya (Ndraha, 1999). Negara, ditinjau dari defenisi ini juga dapat dikategorikan sebagai sebuah organisasi, karena ada suatu usaha yang dilakukan oleh penduduk untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Sebagai sebuah organisasi, negara memerlukan pelaku-pelaku organisasi untuk menjalankan organisasinya. Salah satu pelaku organisasi ini adalah Pegawai Negeri Sipil. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu unsur aparatur negara yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerinthan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu diperlukan adanya


(9)

Pegewai Negeri yang penuh dedikasi, berkualitas, sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Irmayani, 1996). Dengan kata lain diperlukan Pengawai Negeri Sipil yang memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Batubara (dalam Yoana, 2004), salah satu kunci kemajuan dan keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jadi, jika Indonesia ingin mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah membenahi etos kerja manusianya. Etos kerja merupakan komponen primer yang

harus dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkualitas (Sinamo, 2002).

Terdapat banyak definisi tentang etos kerja, salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Hill (1999) yang mendefinisikan etos kerja sebagai suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik. Selanjutnya Harsono dan Santoso (2006) mendefinisikan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu.

Petty (1993) menyatakan etos kerja adalah karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek


(10)

yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja.

Secara umum etos kerja bangsa Indonesia mesih cenderung rendah. Hal ini dapat dilihat dalam hal ketidaktepatan waktu. Seringkali terjadi keterlambatan memulai suatu acara, keterlambatan jam masuk kerja, keterlambatan jadwal pemberangkatan alat transportasi atau keterlambatan-keterlambatan lain yang disebabkan ketidak disiplinan akan waktu. Disiplin kerja luntur, berakibat pula pada hal lain, yaitu adanya penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan uang negara (korupsi) (Fitri, 2006)

Hal senada juga dikatakan oleh Anoraga (2001) namun lebih dispesifikkan kepada Pegawai Negeri Sipil. Anoraga (2001) menyatakan etos kerja Pegawai Negeri Sipil di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dalam penentuan dan pelaksanaan jam kerja untuk instansi pemerintah. Secara resmi badan-badan pemerintah, kecuali beberapa bank dan BUMN, mempunyai jam kerja untuk hari Senin hingga hari Kamis dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00, untuk hari Jum’at mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00, sedangkan untuk hari Sabtu dari pukul 07.00 hingga pukul 13.00. Seluruhnya ada 38 jam per minggu. Namun dalam prakteknya 38 jam itu tidak tercapai. Hal ini karena kebanyakan anggota kantor tidak hadir tepat pada waktu kerja seperti yang telah ditetapkan diatas. Mereka baru mulai bekerja pada pukul 07.30 dan sudah meninggalkan tempat bekerjanya sekitar pukul 13.30, dan pada hari Sabtu bahkan sudah tidak ada di tempat pada


(11)

pukul 12.30. Maka dalam praktek kantor-kantor pemerintah, jam kerja hanya berfungsi sekitar 33 jam dalam seminggu.

Kondisi di atas juga terjadi di Sumaterea Utara. Pada lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, masih banyak Pegawai Negeri Sipil yang tidak mengikuiti apel pagi. Hal ini terlihat dari beberapa inspeksi mendadak yang dilakukan oleh para pimpinan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Seperti pada inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur Sumateta Utara H Samsul Arifin, SE pada 30 juni 2008 ke Dinas Pendidikan Sumut. Tercatat hanya 100 Pegawai Negeri Sipil yang hadir dari 400 PNS yang ada di lingkungan tersebut ((dalam ” Gubsu Sidak ke Disdik Sumut”). Kemudian juga dari hasil inspeksi

mendadak Sekdapropsu RE Nainggolan pada apel pagi tanggal 2 Juli 2008 ke Dinas Kesehatan yang menemukan hanya beberapa puluh orang dari ratusan Pegawai Negeri Sipil Dinkessu yang hadir (dalam ” Sekdapropsu Sidak ke Dinkes

Propsu”).

Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Negara per 31 Desember 2007, jumlah Pegawai Negeri Sipil Indonesia adalah 4.067.201 jiwa. Mayoritas dari Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah beragama Islam, yaitu mencapai 3.348.072 jiwa atau 82,32%. Melihat data diatas, Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam (muslim) merupakan unsur aparatur negara yang penting dan strategis serta memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki departemen pemerntah yang khusus mengangani masalah kehidupan beragama, yaitu Departemen Agama. Visinya yaitu terwujudnya masyarakat agamais yang berakhlak mulia,


(12)

rukun dan damai. Adapun misinya: 1) Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama; 2) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan

dan pengembangan nilai-nilai agama; 3) Memperkokoh kerukunan umat beragama; 4.) Mengembangkan lembaga sosial

keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; 5). Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah; 6) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

Berdasarkan visi dan misi diatas terlihat bahwa tugas yang diemban Depag adalah khusus mengurusi masalah-masalah keagamaan. Urusan yang terkait dengan Agama Islam adalah tugas yang paling banyak diemban oleh depag. Tugas tersebut antara lain pembinaan dan bimbingan keislaman kepada masyarakat, penyelenggaraan Haji dan Umrah, mengurusi Madrasah, pondok pesantran dan pemberdayaan masjid, zakat dan wakaf, dan lain-lain.

Menurut Analis Kepegawaian kantor Departemen Agama kota Medan, bapak Yazib Bustami, jumlah Pegawai Negeri Sipil muslim yang bekerja di Kantor Departemen Agama kota Medan dan pada 21 Kantor Urusan Agama di Kota Medan (seluruhnya beragama Islam) sebanyak yaitu sebanyak 180 orang dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Berdasarkan tugas yang diemban dan jumlahnya peranan Pegawai Negeri Sipil muslim di Departemen agama menjadi sangat penting untuk mencapai visi dan misinya. Sehingga diharapkan Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam memiliki etos kerja yang baik.

Etos kerja sangat erat kaitannya dengan nilai yang dianut oleh seseorang. Hal ini sebagaimana defenisi etos kerja seperti yang dikemukakan oleh Harsono


(13)

dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Salah satu nilai dan norma adalah agama.

Islam sebagai sebuah agama memandang masalah kerja sebagai hal yang penting. Salah satu bagian dari syari’at Islam adalah kewajiban bekerja, dan keharaman berpangku tangan serta bermalas-malasan bagi orang yang berkemampuan untuk bekerja. Firman Allah SWT dalam Qur’an surat At-Taubah: 105:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan, dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (Tasmara, 1995).

Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).

Berdasarkan ayat diatas, terlihat bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja keras di dalam setiap pekerjaan. Hal ini sesuai dengan


(14)

salah satu aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Petty (1993), yaitu keahlian interpersonal. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Salah satu sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal adalah kerja keras. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengejarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan memperkaya jaringan silaturrahmi.

Sebagai seorang muslim seharusnya Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama dapat mengetahui dan mengamalkan etos kerja diatas. Hal ini karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih tentang agama Islam oleh karena pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan agama Islam.

Salah satu kerakteristik etos kerja yang harus dimiliki oleh pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal ialah mengikuti peraturan dan tepat


(15)

waktu (Petty, 1993). Peraturan merupakan rambu-rambu yang mengatur Pegawai Negeri Sipil agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan memperoleh hasil kerja yang diharapkan. Salah satu peraturan yang ada di setiap kantor pemerintahan ialah tentang jam kerja.

Pada kenyataannya, masih banyak dijumpai Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan yang tidak memperhatikan tentang jam kerja. Berdasarkan observasi peneliti pada salah satu Kantor Urusan Agama di kota Medan, terlihat bahwa pegawai di kantor tersebut baru datang pada pukul 10.00 wib. Padahal berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Departemen Agama kota Medan, jadwal masuk kantor yang seharusnya yaitu pukul 07.45-16.00 wib untuk hari senin-kamis dan pukul 07.45-15.30 wib untuk hari jum’at. Kemudian, dari 6 pegawai (seluruhnya muslim) yang bertugas di kantor tersebut, hanya 2 pegawai yang hadir.

Menurut ibu B, salah satu Pegawai Negeri Sipil muslim di kantor tersebut, masalah keterlambatan datang ke kantor merupakan hal yang biasa dan sering terjadi di kantor tersebut.

”Jadwal masuk seharusnya sih memang jam 07.45. Tapi jarang yang datang tepat jam segitu. Apalagi hujan seperti ini” (Komunikasi personal, Agustus 2008).

Hal ini juga terjadi pada Kantor Urusan agama yang lain. Pada Kantor Urusan Agama Medan Deli dijumpai sampai pukul 9 wib terlihat baru satu orang yang datang dari lima orang pegawainya. Pada Kantor Departemen Agama Kota Medan keterlambatan ini dapat dilihat pada saat apel pagi setiap harinya. Banyak ditemui PNS muslim yang terlambat. Kemudian juga pada waktu istirahat. Waktu


(16)

istirahat siang adalah jam 12.00-13.00 wib. Namun pada kenyataannya banyak PNS muslim yang baru balik kekantor diatas jam 13.00 wib, masih berada di kantin atau gobrol-ngobrol di ruang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya gambaran etos kerja Pegawai Negeri Muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan disamping masih sedikitnya penelitian tentang etos kerja pada Pegewai Negeri Sipil muslim.

I. B. Perumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran umum etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan.

2. Bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan berdasarkan aspek-aspek etos kerja.

Masalah tambahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan ditinjau dari usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan lama bekerja.

I. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim bekerja pada Kantor Departemen Agama Kota Medan.


(17)

I. D. Manfaat Penelitian I. D. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan perluasan teori dibidang psikologi industri dan organisasi, yaitu mengenai etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan.

Selain itu juga, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan di bidang psikologi industri dan organisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

I. D. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini akan memberikan gambaran yang sebenarnya tentang etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan sebagai salah satu data untuk melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan peningkatan etos kerja dikalangan Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama kota Medan.

I. E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(18)

Bab I : Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Berisikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, yang meliputi landasan teori dari etos kerja.

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel, uji daya beda item dan metode analisis data.

Bab IV: Analisa Data dan Interpretasi

Berisikan uraian hasil penelitian dan analisa data. Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh.


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. Etos Kerja

II. A. 1. Pengertian Etos Kerja

Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).

Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya ialah Harsono dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukriyanto (2000) yang menyatakan bahwa etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.

Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan:

The work ethic is a cultural norm that advocates being personally accountable and responsible for the work that one does and is based on a belief that work has intrinsic value.

Menurut Hill (1999) etos kerja adalah suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap


(20)

pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh diatas, dapat dilihat bahwa etos kerja erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Hal ini diperkuat oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.

Cherrington (dalam Boatwright dan Slate, 2000) menyimpulkan etos kerja dengan lebih sederhana yaitu etos kerja mengarah kepada sikap positif terhadap pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memiliki etos kerja yang lebih besar daripada seseorang yang tidak menikmati pekerjaannya. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001) yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat teradap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya, jika melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya akan rendah.

Selanjutnya Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Subekti (dalam Kusnan, 2004) menambahkan, suatu individu atau kelompok masyarakat dapat


(21)

dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia.

c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia. d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah sikap atau pandangan positif terhadap pekerjaan untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang didasari oleh nilai dan norma tertentu sebagai panduan tingkah lakunya dalam bekerja.

II. A. 2. Aspek-aspek Etos Kerja

Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik, yaitukeahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

a. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal meliputi kebiasaan, sikap, cara, penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada disekitar orang lain dan mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain.


(22)

Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan konteribusi dalam performansi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan suatu hal yang sangat penting.

Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan.

b. Inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja (Petty, 1993).

Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja (Petty, 1993) yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien, efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan teratur.


(23)

c. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya.

Terdapat 7 hal yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat diandalkan (Petty, 1993), yaitu: mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat tiga aspek etos kerja yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

II. A. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu: a. Usia

Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun (dalam Boatwright dan Slate, 2000)

b. Jenis kelamin

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000), wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pria.


(24)

c. Latar belakang pendidikan

Hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) menyatakan bahwa etos kerja tertinggi dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan terendah dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.

d. Lama bekerja

Menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000) mengungkapkan bahwa pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada yang bekerja dibawah 1 tahun.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan lama bekerja.

II. B. Pegawai Negeri Sipil

II. B. 1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai


(25)

Negeri Sipil terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap di samping Pegawai Negeri (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Pegawai Negeri Sipil muslim adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana pengertian diatas yang beragama Islam.

II. B. 2. Kedudukan dan Tugas Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sangat strategis karena di dalam aktivitasnya memegang peranan yang besar dalam menuju cita-cita bangsa dan negara. Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitasnya, Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)


(26)

II. B. 3. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban Pegawai Negeri adalah setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Ada pun hak Pegawai Negeri adalah:

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya (Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)

2. Memperoleh cuti (Pasal 8 Undang-Undang No. 8 tahun 1974)

II. B. 4. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Koesoemahatmadja (1979) meringkas Kode Etik Pegawai Negeri Sipil menjadi lima butir, yaitu:

a. Bersikap hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan.

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan diri sendiri, seseorang atau golongan.

c. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat Pegawai Negeri Sipil serta menaati segala peraturan perundang-undangan, peraturan


(27)

kedinasan dan perintah-perintah atasan dengan penuh kesadaran, pengabdian, dan tanggung-jawab.

d. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

e. Memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan negara dan bangsa Indonesia serta Korps Pegawai Negeri Sipil.

II. B. 5. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Menurut Bab III Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistim prestasi kerja dan sistim karier yang dititikberatkan pada sistim prestasi kerja.

Kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup penetapan norma, standaar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum.

Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan


(28)

berdasarkan prinsip prosesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat awal ditetapkan berdasarkan tingkat pendidikan formal. Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi kerja.

Badan Kepegawaian Negara dibentuk untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil. Badan Kepegawaian Negara menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

II. C. Departemen Agama Kota Medan

Departemen Agama merupakan salah satu departemen yang ada dalam sturktur pemerintahan Republik Indonesia. Departemen Agama (dahulu Kementerian Agama) dibentuk pada 3 Januari 1946 atau lima bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan. Para founding fathers Indonesia lekas menyadari akan


(29)

perlunya pengaturan dan kebijakan negara yang berkaitan dengan agama melalui suatu departemen khusus (Nasar, 2008).

Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban pemerintah untuk melaksanakan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29. Pasal tersebut berbunyi, ayat (1) Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa, ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu ((Nasar, 2008).

Visi Departemen Agama adalah terwujudnya masyarakat agamais yang berakhlak mulia, rukun dan damai. Adapun misinya yaitu:

1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama.

2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan

nilai-nilai agama.

3. Memperkokoh kerukunan umat beragama

4. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan

keagamaan.

5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah. 6. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

Departemen Agama dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Pada setiap propinsi dan kabupaten/kota memiliki Kantor Wilayah Departemen Agama dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Kantor Depertemen Agama kota Medan memiliki 21 Kantor Urusan Agama yang berada di 21 kecamatan yang ada di kota Medan.


(30)

Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan dapat dilihat pada bagan berikut:

Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi dan Kantor Depaartemen Agama Kabupaten/Kota, Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis dan administrasi perencanaan dan informasi keagamaan, kepegawaian dan ortala, keuangan dan IKN, humas dan kerukunan hidup umat beragama, katatausahaan dan kerumahtanggaan kepada seluruh organisasi dan/atau satuan kerja di lingkungan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

BAGIAN TATA USAHA

SEKSI PENYELENGGARA

HAJI & UMROH

KANTOR DEPARTEMEN

AGAMA

SEKSI MAPENDA

SEKSI PEKAPONTREN

SEKSI BIMAS KRISTEN PENJAB

KEPEGAWAIAN

PENJAB RUMAH TANGGA PENJAB

KEUANGAN

21 KANTOR URUSAN AGAMA SEKSI

URUSAN AGAMA ISLAM

PB. ZAKAT & WAKAF


(31)

Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kepenghuluan, keluarga sakinah, pangan halal, ibadah sosial serta pengembangan kemitraan umat Islam.

Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan pelayanan dan pembinaan di bidang penyuluhan haji dan umrah, bimbingan jemaah dan petugas, dokumen dan perjalanan haji, pembekalan dan akomodasi haji, serta pembinaan KBIH dan pasca haji.

Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapenda) pada Sekolah Umum memiliki tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kurikilum, ketebagaan dan kesiswaan, sarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan serta supervisi dan evaluasi pada pada raudhatul athfal, madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan pendidikan agama Islam pada prasekolah, sekolah umum tingkat dasar dan menengah pertama serta sekolah luar biasa.

Seksi Pendidikan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid mempunyai tugas melakukan pelayanan dan bimbingan teknis penyelanggaraan pendidikan di bidang pendidikan diniyah, pendidikan salafiyah, kerja sama kelembagaan dan pengembangan potensi pondok pesantren, pendidikan agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan Masjid.

Penyelenggaran Zakat dan Wakaf mempunyai tugas memberikan pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang pembinaan lembaga dan pengembangan zakat dan wakaf.


(32)

Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) mempunyai tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang lembaga dan sarana agama, penyuluhan, tenaga teknis keagamaan, pendidikan agama Kristen, dan supervisi pendidikan.

Departemen Agama memiliki kode etik pegawainya, yaiitu: 1. Menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.

2. Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. 3. Bekerja dengan jujur, adil dan amanah

4. Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inovatif. 5. Kesetiakawanan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan Korps.

II. D. Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian). Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan, dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(33)

Batubara (dalam Yoana, 2004) mengatakan salah satu kunci kemajuan dan keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jika Indonesia ingin mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah membenahi etos kerja manusianya.

Menurut Harsono dan Santoso (2006) yang dimaksud dengan etos kerja adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang dimiliki seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.

Menurut Glock dan Stark (dalam Diana, 1997), agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, sistem perilaku yang terlembaga yang semuanya berpusat persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi. Darajat (dalam Jufri, 2004) menambahkan agama akan mempengaruhi cara berfikir, bersikap, bereaksi serta berperilaku.

Islam merupakan salah satu agama yang didalamnya terjandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang bersifat universal dan sempurna. Islam sangat meganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qur’an surat At-Taubah:105).


(34)

Allah SWT juga berfirman:

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Qur’an surat Al-Jumu’ah:10)

Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).

Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang.

Islam mengajarkan kepada umatnya agar menjalin hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas) sebagai wujud nyata dari hubungan yang

baik dengan Allah SWT (hablum minallah). Mampu membina hubungan yang

baik dengan rekan kerja akan meningkatkan performansi seorang pekerja (Tasmara, 1995).

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas


(35)

dengan kinerja yang biasa. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki inisiatif dalam bekerja dan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Sebagaimana sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya Allah menyukai dari kamu orang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (sempurna).” (HR. Bukhari)

Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Salah satu karakteristik dari dapat diandalkan adalah mematuhi peraturan. Dalam ajaran Islam, menaati praturan yang telah dibuat oleh pimpinan adalah sebuah kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT:

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”( Qur’an surat An Nisa’: 59)

Ulil amri dalam pengertian ayat diatas adalah orang-orang yang menjadi pemimpin pada suatu kelompok masyarakat atau pada suatu pemerintahan. Setiap umuat Islam harus patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh pemimpin-pemimpinnya. Hal ini termasuk dalam konteks suatu instansi pemerintahan. Hal-hal yang ditetapkan oleh pemimpin di suatu instansi wajid diikuti oleh seluruh pegawainya. Disebabkan juga para pegawai tersebut telah bersumpah akan menaati seluruh peraturan instansi.

Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu


(36)

manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta, memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan memperkaya jaringan silaturrahmi.

Departemen Agama merupakan salah departemen yang ada di pemerintahan Indonesia. Tujuannya yaitu untuk mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Untuk wilayah kota Medan terdapat Kantor Departemen Agama kota Medan. Kantor Departemen Agama kota Medan membawahi 21 Kantor Urusan Agama yang berada di setiap kecamatan di kota Medan. Mayoritas dari pegawainya adalah beragama Islam, yaitu 180 orang dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Melihat data diatas peranan Pegawai Negeri Sipil muslim sangat penting untuk mencapai visi dan misi Departemen Agama.

Dilihat dari segi tugas-tugas yang diemban, Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama mengurusi masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan agama Islam, seperti pembinaan masyarakat Islam, penyelenggaraan Haji, zakat dan wakaf, pengelolaan madrasah dan pondok pesantren. Oleh karena itu diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki pengetahuan keislaman yang lebih baik dan dapat mengaplikasikannya dalam


(37)

kehidupan kerjanya. Maka diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Anoraga (2001), seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang baik akan memiliki sikap positif pada pekerjaannya, semangat datang ke kantor, jarang absen dan memiliki inisiatif dalam bekerja. Namun berdasarkan obervasi yang peneliti lakukan pada beberapa KUA, banyak Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak masuk kantor. Hal ini seperti yang terjadi pada KUA Medan Kota. Dari 6 Pegawai Negeri Sipil hanya 2 orang yang masuk. Kemudian juga, pada satu KUA setiap hari rata-rata ada saja PNS yang tidak masuk dengan berbagai alasan. Kemudian pada Kantor Departemen Agama kota medan sering dijumpai Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak mengikuti apel pagi karena terlambat.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hal ini karena penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan.

Menurut Azwar (1999) penelitian deskriptif merupakan metode yang menggambarkan dengan sistematik dan akurat fakta dengan tidak bermaksud menjelaskan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun implikasi. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi, tanpa bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum (Hadi, 2000).

III. A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah etos kerja.

III. B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati (Azwar, 2000).

III. B. 1. Etos Kerja

Etos kerja adalah sikap atau pandangan positif terhadap pekerjaan untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang didasari oleh nilai dan norma


(39)

tertentu sebagai panduan tingkah lakunya dalam bekerja. Etos kerja ini diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan teori etos kerja oleh Petty (1993) yang akan mengukur aspek-aspek etos kerja yang terdiri dari aspek kehlian interpersonal, Inisiatif, dan dapat diandalkan.

a. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal berkaitan dengan kemampuan pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan.

b. Inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik pekerja yang tidak merasa puas dengan kinerja yang biasa. Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja, yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien, efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan teratur.

c. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Terdapat 7 hal yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat diandalkan, yaitu: mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.


(40)

Total skor pada skala ini menunjukkan tingkat etos kerja individu. Total skor yang tinggi menunjukkan etos kerja yang tinggi pada individu dan sebaliknya total skor yang rendah pada skala ini menunjukkan etos kerja yang rendah pada individu.

III. B. 2. Pegawai Negeri Sipil Muslim Kantor Departemen Agama kota Medan

Pegawai Negeri Sipil muslim adalah warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang beragama Islam yang bekerja pada Kantor Departemen Agama kota Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan.

III. C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel III. C. 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama Kota Medan dan Kantor Urusan Agama di Kota Medan

Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang beragama Islam


(41)

III. C. 2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger (dalam Hasan, 2002) berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta itu. Teknik Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar mewakili populasi (Hasan, 2002).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik

cluster random sampling. Teknik cluster random sampling merupakan

pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu, dimana semua kelas dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Hadi, 2000).

III.C.3. Jumlah Sampel Penelitian

Tidak ada batasan mengenai berapa jumlah sampel ideal yang harus digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Azwar (2000), secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Hadi (2000) menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 107 orang degan perincian sebagai berikut: 35 orang pada Kantor Departemen Agama kota Medan, 4 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Amplas, 6 pada orang Kantor Urusan Agama Medan Area, 2 pada orang Kantor Urusan Agama Medan Barat, 4 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Baru, 5 orang pada Kantor Urusan Agama Medan


(42)

Deli, 7 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Denai, 4 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Helvetia, 7 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Johor , 6 orang Kantor Urusan Agama Medan Kota, 3 orang Kantor Urusan Agama Medan Perjuangan, 3 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Petisah, 3 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Polonia, 5 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Selayang, 7 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Sunggal, dan 6 orang pada Kantor Urusan Agama Medan Tembung. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat daftar 22 daftar yang terdiri dari 21 Kantor Urusan Agama yang ada di Medan dan pada Kantor Departemen Agama Kota Medan. Kemudian peneliti mengambil 16 daftar dari 22 daftar tersebut.

III. D. Alat Ukur Yang Digunakan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi yang berbentuk skala Likert dengan

beberapa pilihan, yaitu dengan cara menyebarkan skala yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga subjek penelitian dapat mengisi dengan mudah (Azwar, 2000).

Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada laporan-laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki

kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya


(43)

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud peneliti.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Etos Kerja yang disusun berdasarkan teori etos kerja Petty (1993) yang akan mengukur aspek-aspek etos kerja yang terdiri dari aspek-aspek keahlian interpersonal, Inisiatif, dan dapat diandalkan.

Tabel 1

Blue print Skala Etos Kerja sebelum uji coba

No Aspek Etos Kerja Aitem

favorable

Aitem unfavorable

Total

1. Keahlian

interpersonal - Sopan - Bersahabat - Gembira - Perhatian - Menyenangkan - Kerjasama - Menolong - Disenangi - Tekun - Loyal - Rapi - Sabar - Apresiatif - Kerja keras - Rendah hati - Emosi yang stabil - Keras kemauan

5 21 49 32 60 57 72 66 63 45 28 12 3 59 14 35 50 - 24 53 19 69 18 9 64 47 61 - 55 58 31 - 30 26 31 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2

2. Inisiatif

- Cerdik

- Produktif - Banyak ide - Berinisiatif - Ambisius - Efisien - Efektif - Antusias 7 29 13 17 38 46 22 10 - 20 41 4 15 36 - 34 30 1 2 2 2 2 2 1 2


(44)

- Dedikasi

- Daya tahan kerja

- Akurat - Teliti - Mandiri - Mampu beradaptasi - Gigih - Teratur 74 67 40 52 25 51 70 8 68 42 11 62 37 6 73 56 2 2 2 2 2 2 2 2

3. Dapat diandalkan

- Mengikuti petunjuk

- Mematuhi

peraturan

- Dapat diandalkan - Dapat dipercaya - Berhati-hati - Jujur

- Tepat waktu

33 2 1 23 16 44 54 27 71 39 - 48 43 65 13 2 2 2 1 2 2 2

Total 40 34 74

Skala sikap yang digunakan dalam mengukur etos kerja ini menggunakan model skala likert yang berjumlah 74 aitem yang terdiri dari aitem favorable dan

unfavorable, dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor untuk skala ini bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem favorable, sedangkan

untuk aitem unfavorable bergerak dari 1 sampai 4.

Tabel 2

Bobot nilai pernyataan skala etos kerja

Bobot nilai STS TS S SS

Favorable 1 2 3 4


(45)

III. E. Uji Coba Alat Ukur III. E. 1. Validitas Alat Ukur

Untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang akurat yang sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas. Suatu alat tes atau istrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini ádalah

content validity (validitas isi) dimana peneliti meminta pendapat profesional

(profesional judgement) dari dosen pembimbing dalam proses telaah soal baik

dari isinya maupun validitas muka (face validity).

III. E. 2. Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan berbeda. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach melalui bantuan SPSS for Windows 15.0 version.

III. E. 3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 70 Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Pengadilan Tinggi Agam Medan dan Pengadilan Agama Medan. Peneliti menggunakan r ≥ 0,3, dimana semua item yang mencapai koefisien


(46)

korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2000). Hasil uji coba alat ukur diperoleh reliabilitas sebesar 0,95. dari 74 item yang diuji cobakan terdapat 59 item yang memenuhi r ≥ 0,3.

Tabel 3

Blue print Skala Etos Kerja Setelah Uji Coba

No Aspek Etos Kerja Aitem

favorable

Aitem unfavorable

Total

1. Keahlian

interpersonal - Sopan - Bersahabat - Gembira - Perhatian - Menyenangkan - Kerjasama - Menolong - Disenangi - Tekun - Loyal - Rapi - Sabar - Apresiatif - Kerja keras - Rendah hati - Emosi yang stabil - Keras kemauan

5 21 49 32 57 72 66 63 45 28 3 59 14 50 24 53 69 18 9 47 61 55 58 31 30 26 26 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2

2. Inisiatif

- Cerdik

- Produktif - Banyak ide - Berinisiatif - Ambisius - Efisien - Efektif - Antusias - Dedikasi

- Daya tahan kerja

- Akurat - Teliti - Mandiri - Mampu beradaptasi 7 29 13 17 38 46 22 10 74 67 40 52 51 20 36 34 68 11 37 22 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1


(47)

- Gigih - Teratur

70 8

73 2

1

3. Dapat diandalkan

- Mengikuti petunjuk

- Mematuhi

peraturan

- Dapat diandalkan - Dapat dipercaya - Berhati-hati - Jujur

- Tepat waktu

33 2 1 23 16 44 54 27 39 48 65 11 2 1 2 1 2 1 2

Total 36 23 59

Tabel 4

Blue print Skala Etos Kerja yang Akan digunakan Dalam Penelitian

No Aspek Etos Kerja Aitem

favorable

Aitem unfavorable

Total

1. Keahlian

interpersonal - Sopan - Bersahabat - Gembira - Perhatian - Menyenangkan - Kerjasama - Menolong - Disenangi - Tekun - Loyal - Rapi - Sabar - Apresiatif - Kerja keras - Rendah hati - Emosi yang stabil - Keras kemauan

4 16 39 26 46 57 52 50 35 22 3 48 11 40 19 43 55 14 7 37 49 45 47 25 24 20 26 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2

2. Inisiatif

- Cerdik

- Produktif - Banyak ide

5 23 10 15 22 1 2 1


(48)

- Ambisius - Efisien - Efektif - Antusias - Dedikasi

- Daya tahan kerja

- Akurat - Teliti - Mandiri - Mampu beradaptasi - Gigih - Teratur 31 36 17 8 59 53 33 42 41 56 6 29 28 54 9 30 58 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1

3. Dapat diandalkan

- Mengikuti petunjuk

- Mematuhi

peraturan

- Dapat diandalkan - Dapat dipercaya - Berhati-hati - Jujur

- Tepat waktu

27 2 1 18 12 34 44 21 32 38 51 11 2 1 2 1 2 1 2

Total 36 23 59

III. F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

III. F. 1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan alat ukur berupa skala etos kerja sebanyak 74 item yang berupa skala likert. Pada tahap ini, alat ukur berupa skala etos kerja yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori etos kerja Petty (1993) yang akan mengukur aspek-aspek etos kerja yang terdiri dari aspek keahlian interpersonal, Inisiatif, dan dapat diandalkan.. Skala yang dibuat dalam


(49)

bentuk buku yang terdiri dari 4 alternatif jawaban, di mana di samping pernyataan telah disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek dalam memberikan jawaban.

Setelah melakukan persiapan alat ukur, persiapan selanjutnya adalah mengurus perizinan. Proses perizinan dimulai dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, dalam hal ini pihak Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utaramengirimkan surat permohonan izin pengambilan data kepada Kantor Departemen Agama Kota Medan. Setelah mendapatkan izin dari Departemen Agama Kota Medan, peneliti kemudian melakukan pengambilan data

Uji coba penelitian dilakukan pada tanggal 15-22 Agustus 2008 pada Kantor Pengadilan Tinggi Agama Medan dan Kantor Pengadilan Agama Medan. Jumlah item yang digunakan sebanyak 74 item dengan sampel sebanyak 70 orang.

III. F. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data dengan memberikan skala etos kerja kepada Pegawai Negeri Sipil muslim pada kantor Departemen Agama Kota Medan dan pada 15 Kantor Urusan Agama di Kota Medan.

Pengambilan data berlangsung pada tanggal 25 Agustus-2 September 2008 dengan jumlah subjek sebanyak 107 orang.

III. F. 3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor etos kerja masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS for


(50)

III. G. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisa statistik. Pertimbangan penggunaan analisa statistik dalam penelitian ini adalah karena analisa statistik bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif, bersifat universal, dalam arti dapat digunakan pada hampir semua bidang penelitian (Hadi, 2000).

Azwar (1999) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan dapat ditafsirkan (interpretable).

Pengolahan data hasil skala dilakukan dengan menggunakan program SPSS for

windows 15.0 version.

Dalam penelitian ini, analisis statistik yang digunakan ialah statistik deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran atau memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarka data dari variabel yang diperoleh untuk kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.


(51)

BAB IV ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa data penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dilihat pada penelitian ini.

IV. A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 107 orang yang merupakan Pegawai Negeri Sipil muslim pada Kantor Departemen Agama kota Medan dan pada 15 Kantor Urusan Agama di kota Medan. Dari skala yang dibagikan kepada subjek, diperoleh gambaran umum mengenai etos kerja, gambaran aspek-aspek etos kerja, dan gambaran etos kerja ditinjau dari karakteristik subjek penelitian yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan lama kerja.

IV. A. 1. Usia Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Departemen Agama kota Medan dan Kantor Urusan Agama di kota Medan. Usia subjek termuda dalam penelitian ini adalah 21 tahun dan tertua adalah 55 tahun.

Tabel 5

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-25 tahun 2 1,9 1,9 1,9

26-30 tahun 4 3,7 3,7 5,6


(52)

36-40 tahun 27 25,2 25,2 37,4

41-45 tahun 31 29,0 29,0 66,4

46-50 tahun 23 21,5 21,5 87,9

>50 tahun 13 12,1 12,1 100,0

Total 107 100,0 100,0

Tabel 5 menunjukkan bahwa usia subjek penelitian yang paling rendah adalah usia antara 21-25 tahun dan usia yang paling tinggi adalah usia di atas 50 tahun. Usia yang paling banyak menjadi subjek penelitian ini adalah usia antara 41-45 tahun yaitu 31 orang (29%) dan usia yang paling sedikit menjadi subjek penelitian adalah usia antara 21-25 tahun yaitu 2 Orang (1,9%).

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada Grafik 1 berikut:

Grafik 1

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia

>50 tahun 46-50 tahun

41-45 tahun 36-40 tahun

31-35 tahun 26-30 tahun

21-25 tahun 40

30

20

10

0


(53)

IV. A. 2. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu laki-laki dan perempuan, dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 6

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 44 41,1 41,1 41,1

Perempuan 63 58,9 58,9 100,0

Total 107 100,0 100,0

Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah subjek perempuan lebih banyak dari pada subjek laki-laki. Jumlah subjek laki-laki 44 orang (41,1%) sedangkan jumlah subjek perempuan 63 orang (58,9%).

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Grafik 2 berikut:

Grafik 2

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

perempuan Laki-laki

60

40

20

0


(54)

IV. A. 3. Latar Belakang Pendidikan Subjek Penelitian

Berdasarkan latar belakang pendidikan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Latar belakang Pendidikan

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Smu 37 34,6 34,6 34,6

DI/DIII 0 0 0 0

S1 68 63,6 63,6 98,1

S2 2 1,9 1,9 100,0

Total 107 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 7 latar belakang pendidikan terendah subjek penelitian adalah SMU dan tertinggi adalah S2. Subjek penelitian yang paling banyak dalam penelitian ini adalah dengan latar belakang pendidikan S1 yaitu 68 orang (63,6%) dan yang paling sedikit adalah dengan latar belakang pendidikan S2 yaitu 2 orang (1,9%). Subjek dengan latar belakang pendidikan SMU sebanyak 37 orang (34,6%), dan tidak ada subjek dengan latar belakang pendidikan DI/DIII.

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat pada Grafik 3 berikut:


(55)

Grafik 3

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

IV. A. 4. Lama Kerja Subjek Penelitian

Berdasarkan lama kerja, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama bekerja

N Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <1 tahun

1-2 tahun

0 2

0 1,9

0 1,9

0 1,9

3-10 tahun 25 23,4 23,4 25,2

11-20 tahun 59 55,1 55,1 80,4

>20 tahun 21 19,6 19,6 100,0

Total 107 100,0 100,0

Tabel 8 menunjukkan pembagian subjek penelitian berdasarkan lama kerja, yaitu lama kerja 1-2 tahun sebanyak 2 orang (1,9%), 3-10 tahun sebanyak

Latar belakang Pendidikan

S2 S1

DI/DIII smu

60

40

20

0


(56)

25 orang (23,4%), 11-20 tahun sebanyak 59 orang (55,1%), diatas 20 tahun sebanyak 21 orang (19,6%), dan tidak ada subjek penelitian yang bekerja dibawah 1 tahun.

Selanjutnya, penyebaran subjek penelitian berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada Grafik 4 berikut:

Grafik 4

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Kerja

IV. B. Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum Etos Kerja Pegewai Negeri Sipil muslim pada Departemen Agama kota Medan, serta gambaran dari aspek-aspek etos kerja

Lama bekerja

>20 tahun 11-20 tahun

3-10 tahun 1-2 tahun

60

50

40

30

20

10

0

>1 tahun


(57)

IV. B. 1. Gambaran Umum Etos Kerja

Gambaran umum skor etos kerja dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9

Gambaran Umum Etos Kerja

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Etos Kerja 107 146 225 184,99 15,212

Valid N (listwise) 107

Tabel 9 menunjukkan gambaran umum skor etos kerja dengan mean = 184,99, standar deviasi = 15,212, maka diperoleh pengkategorian etos kerja dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 10 Kategori Etos Kerja

Variabel Rentang Nilai Kategori

Skor

Jumlah Persentase

Etos Kerja x < 170 Rendah 11 10,3

170 ≤ x < 200 Sedang 74 69,2

200 ≤ x Tinggi 22 20,6

Berdasarkan Tabel 10 diatas, etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan, yang tergolong ke dalam kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%), tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 74 orang (69,2%) dan tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 22 orang (20,6%).

Selanjutnya, gambaran kategorisasi etos kerja dapat dilihat pada Grafik 5 berikut ini:


(58)

Grafik 5

Kategorisasi Etos Kerja

Kategori Etos Kerja

tinggi sedang

rendah

Frequency

80

60

40

20

0

Kategori Etos Kerja

IV. B. 2. Gambaran Aspek-aspek Etos Kerja

IV. B. 2. a. Gambaran Aspek Keahlian Interpersonal

Gambaran umum skor aspek keahlian interpersonal dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11

Gambaran Umum Skor Aspek Keahlian Interpersonal

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Keahlian Interpersonal 107 64 101 82,68 7,475

Valid N (listwise) 107

Tabel 11 menunjukkan gambaran umum skor aspek keahlian interpersonal dengan mean = 82,68, standar deviasi = 7,475, maka diperoleh pengkategorian aspek keahlian interpersonal dengan perhitungan sebagai berikut:


(59)

Tabel 12

Kategori Keahlian Interpersonal

Variabel Rentang Nilai Kategori

Skor

Jumlah Persentase Keahlian

Interpersonal

X < 75 Rendah 11 10,3

75 ≤ x < 90 Sedang 77 72

90 ≤ x Tinggi 19 17,8

Berdasarkan Tabel 12 diatas, aspek keahlian interpersonal pada Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan, yang tergolong ke dalam kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%), tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 77 orang (72%) dan tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 19 orang (17,8%).

Selanjutnya, gambaran kategorisasi aspek keahlian interpersonal dapat dilihat pada Grafik 6 berikut ini:

Grafik 6

Kategorisasi Aspek Keahlian Interpersonal

Kategori Keahlian Interpersonal

tinggi sedang

rendah

Fr

eq

ue

n

cy

80

60

40

20

0


(60)

IV. B. 2. b. Gambaran Aspek Inisiatif

Gambaran umum skor aspek inisiatif dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13

Gambaran Umum Skor Aspek Inisiatif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Inisiatif 107 44 83 67,58 6,694

Valid N (listwise) 107

Tabel 13 menunjukkan gambaran umum skor aspek inisiatif dengan mean = 67,58, standar deviasi = 6,694, maka diperoleh pengkategorian aspek inisiatif dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 14 Kategori Inisiatif

Variabel Rentang Nilai Kategori

Skor

Jumlah Persentase

Inisiatif X < 61 Rendah 10 9,3

61 ≤ x < 74 Sedang 79 73,8

74 ≤ x Tinggi 18 16,8

Berdasarkan Tabel 14 diatas, aspek inisiatif Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan, yang tergolong ke dalam kategori rendah sebanyak 10 orang (9,3%), tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 79 orang (73,8%) dan tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 18 orang (16,8%).

Selanjutnya, gambaran kategorisasi aspek inisiatif dapat dilihat pada Grafik 7 berikut ini:


(61)

Grafik 7

Kategorisasi Aspek Inisiatif

Kategori Inisiatif

tinggi sedang

rendah

Fr

equ

enc

y

80

60

40

20

0

Kategori Inisiatif

IV. B. 2. c. Gambaran Aspek Dapat diandalkan

Gambaran umum skor aspek dapat diandalkan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:

Tabel 15

Gambaran Umum Skor Aspek Dapat diandalkan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dapat diandalkan 107 30 44 34,73 2,840

Valid N (listwise) 107

Tabel 15 menunjukkan gambaran umum skor aspek dapat diandalkan dengan mean = 34,73, standar deviasi = 2,840, maka diperoleh pengkategorian aspek dapat diandalkan dengan perhitungan sebagai berikut:


(62)

Tabel 16

Kategori Dapat diandalkan

Variabel Rentang Nilai Kategori

Skor

Jumlah Persentase Keahlian

Interpersonal

X < 32 Rendah 11 10,3

32 ≤ x < 38 Sedang 77 72

38 ≤ x Tinggi 19 17,8

Berdasarkan Tabel 16 diatas, aspek dapat diandalkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama kota Medan, yang tergolong ke dalam kategori rendah sebanyak 11 orang (10,3%), tergolong ke dalam kategori sedang sebanyak 77 orang (72%) dan tergolong ke dalam kategori tinggi sebanyak 19 orang (17,8%).

Selanjutnya, gambaran kategorisasi aspek dapat diandalkan dapat dilihat pada Grafik 8 berikut ini:

Grafik 8

Kategorisasi Aspek Dapat diandalkan

Kategori Dapat diandalkan

tinggi sedang

rendah

F

re

q

ue

nc

y

80

60

40

20

0


(1)

nafkah bagi anggota keluarganya. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qur’an surat An Nisa: 34

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...”

Menurut Qutbh (2005) makna menafkahkan sebagian dari harta mereka adalah kaum laki-laki merupakan pihak menafkahi anggota keluarganya dengan bekerja. Nilai ini mengakibatkan laki-laki akan berusaha sebaik-baiknya dalam bekerja karena ini adalah kewajibannya. Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama kota Medan yang menjadi subjek penelitian merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan keislaman yang lebih baik di bandingkan dengan Pegawai Negeri Sipil yang lain oleh karena pekerjaan mereka berhubungan langsung dengan agama Islam. Sehingga etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim laki-laki Kantor Departemen Agama lebih tinggi daripada yang perempuan. Hal ini karena etos kerja didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu (Harsono & Santoso, 2006).

Berdasarkan latar belakng pendidikan, subjek yang memiliki latar belakang pendidikan S2 (195,5) memperoleh skor etos kerja tertinggi. Menurut Loevinger dan Gareth (dalam Sumitro & Anggraeni, 2001) seorang sarjana lebih unggul daripada seorang lulusan SMU dalam beberpa hal, seperti kepercayaan diri terhadap lingkungan, profesionalisme, optimisme, rasional, keuletan, dan kreativitas. Menurut Brogli (dalam Sumitro & Anggraeni, 2001) pendidikan


(2)

seseorang memberikan kontribusi yang esensial pada kapabilitas yang dimilikinya untuk menghadapi tantangan karir.

Kemudian Ancok (1997) menyatakan tingkat pendidikan formal merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat sumberdaya manusia. Makin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin rasional pola berfikirnya, dan daya nalarnya. Pendidikan merupakan sarana belajar untuk meningkatkan pengetahuan, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap dan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat bertindak yang lebih rasional sehingga semakin tinggi penerimaannya terhadap suatu inovasi. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku dan dengan adanya pengetahuan tentang suatu hal juga akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Sikap atau pandangan tersebut juga termasuk sikap atau pandangan tentang kerja.

Berdasarkan lama kerja, etos kerja tertinggi diperoleh subjek yang telah bekerja diatas 20 tahun (187,67). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Boatwright dan Slate (2000) yang menyatakan etos kerja tertinggi terdapat pada pekerja sudah bekerja selama 1-2 tahun. Menurut Hull dan Kolstadz (dalam Sanmustari, 2001), seorang pekerja memiliki sikap dan kepuasan kerja yang meningkat secara relatif pada awal masa kerja, kemudian menurun secara perlahan diatas tahun kelima atau kedelapan, dan meningkat lagi pada tahun berikutnya.


(3)

V. C. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi penelitian selanjutnya dan juga bermanfaat bagi Kantor Departemen Agama kota Medan.

V. C. 1. Saran Metodologis

1. Penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil muslim di instansi yang lain dan dengan sampel yang lebih banyak agar dapat melihat secara menyeluruh bagaimana gambaran etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim khususnya di kota Medan. Hal ini karena penelitian tentang etos kerja Pegawai Negeri Sipil muslim masih jarang dilakukan.

V.C. 2. Saran Praktis

1. Pihak pimpinan Kantor Departemen Agama kota Medan agar lebih sering melakukan pengawasan dan kunjungan ke bagian-bagian yang ada di kantor dan juga ke Kantor Urusan Agama yang ada di Medan agar permasalahan keterlambatan datang ke kantor dapat diatasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (2001). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (1995). Sikap manusia: Sikap dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty ---. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

---. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badan Kepegawaian Negara. (2007). Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut

Agama dan Jenis Kelamin. (http://www.bkn.go.id. Akses tanggal 30 Juli 2008)

Boatwright, J. R. & Slate, J. R. (2000). Work Ethic Measurement of Vocational Students in Georgia. Journal of Vocational Education Research [On-line],

vol.25, issue 4. (http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html. Akses

tanggal 30 Agustus 2007)

Departemen Agama RI. (2007). Al Quran dan Terjemahan. Bandung: Penerbit Diponegoro

Diana, R. (1997). Hubungan Antara Religiusitas dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal PSIKOLOGIKA No.7 Tahun III. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Fitri, R. (2006). Hubungan Antara Religiusitas dan Etos Kerja Pegawai Tetap IAIN Sunan Ampel Surabaya. Laporan Penelitian. Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Surabaya

GBHN. (1999). TAP MPR NO. IV/MPR/1999. bahan Penataran dan Bahan Referensi Penataran. Jakarta

Gubsu Sidak Ke Disdik Sumut.

(www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=1081. Akses tanggal 13

Juli 2008)

Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Jilid 1-4. Yogyakarta: Penerbit Andi Harsono, J dan Santoso, S. (2006). Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di

Kota Ponorogo. Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006: 115-125. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.


(5)

(http://eprints.ums.ac.id/409/01/7._YUSUF_HARSONO.pdf. Akses tanggal 2 Agustus 2007)

Hasan, M. (2002). Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Hill. (1999). What is Work Ethic?. On-Line Lessons [On-line]. (http://www.coe.uga.edu/workethic/less2.htm. Akses tanggal 2 September 2007)

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pegawai Negeri Sipil. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Jakarta: Fokusmedia

Irmayani, T. (1996). Persepsi Mahasiswa Terhadap Pegawai Negeri. Suatu Karya Ilmiah (tidak diterbitkan). Medan: FISIP USU

Jufri, M. (2004). Tingkat Religiusitas Mahasiswa dan penyesuaian dirinya. Jurnal Intelektual. No 2. Vol II. Makassar: Universitas Negeri Makassar

Kusnan, A. (2004). Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja Dan Disiplin Kerja dalam Menentukan Efektivitas Kinerja Organisasi di Garnisun Tetap III Surabaya. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. (http://www.damandiri.or.id/index.php. Akses tanggal 2 Agustus 2007)

Nasar, F. (2008). Peran Depag dalam Bingkai Nation State. (http://www.depag.go.id/index.php?a=artikel&id2=perandepagnationstate. Akses tanggal 15 Juli 2008)

Ndraha, T. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Petty, G. C. (1993). Vocational-Tehnical Education and The Occupational Work Ethic. Journal of Industrial Teacher Education [On-line], vol.32 (3)

Prawirosentono, Ec. S. (1994). Model atas Pendekatan Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sekdapropsu Sidak ke Dinkes Propsu. (www.sumutprov.go.id/ lengkap.php?id=1601. Akses tanggal 13 Juli 2008)

Sinamo, J. (2002). Ethos 21: Etos Kerja Profesional di Era Digital Global. Jakarta: Penerbit Institut Darma Mahardika


(6)

Sukiyanto. (2000). Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi Perah, Studi Kasus Di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang”. Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Tasmara, T. (1995). Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa

Yoana, M. (2004). Gambaran Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkugan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara (studi deskriptif di BKKBN, Badan Diklat, Satpol PP, dan BKD Prop. Sumut). Program Studi Psikologi USU. Skripsi