PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP MUHAMMADIYAH-11 PANGKALAN BERANDAN.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP

MUHAMMADIYAH-11 PANGKALAN BERANDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

FERIA ANDRIANA PUTRI

NIM : 8146172021

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

FERIA ANDRIANA PUTRI. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Self Confidence Siswa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual di SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori, (2) Mengetahui peningkatan self confidence siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori, (3) Mengetahui terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (4) Mengetahui terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan self confidence siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan yang berjumlah 186 siswa, dengan mengambil sampel dua kelas berjumlah 60 siswa. Analisis data dilakukan dengan Anava dua jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori, (2) Peningkatan self confidence siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori, (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan self confidence siswa.

Kata Kunci:Model Pembelajaran Kontekstual, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Confidence


(7)

ii

ABSTRACT

FERIA ANDRIANA PUTRI. Improving on Students’ Mathematical Problem Solving Ability and Self Confidence Taught with Contextual Learning Model in SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan. A Thesis: Medan: Postgraduate Program, State University of Medan, 2016.

The purpose of this study are to: (1) Determine improving on students’ mathematical problem solving ability taught with contexual learning model is higher than expository learning, (2) Determine improving on students’ self confidence taught with contexual learning model is higher than expository learning, (3) Determine whether there is an interaction between the learning model with the students’ ability of early mathematics towards improving the students’mathematical problem solving ability, (4) Determine whether there is an interaction between the learning model with the students’ ability of early mathematic towards improving the students’ self confidence. This study is a quasi-experimental research. The population in this study consists of 186 students in class VIII SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan, by taking two classes as sample which are consists of 60 students. The analysis data was analyzed using Anova two lanes. The results showed that (1) improving on students’ mathematical problem solving ability taught with contextual learning model is higher than expository learning, (2) Improving on students’ self confidence taught with contextual learning model is higher than expository learning, (3) There is an interaction between the learning model with thestudents’ ability of early mathematics towards improvimg the students’ mathematical problem solving ability, (4) There is an interaction between the learning model with the students’ ability of early mathematics towards the improving the students’self confidence.

Keywords: Contextual Learning Model, Mathematical Problem Solving Ability and Self Confidence


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan anugerah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.

Tesis ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Self Confidence Siswa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual di SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan” sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Ucapan terima kasih dan penghargaan ditujukan khusus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Dr. Martua Manullang, M.Pd, dan Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

iv

4. Direktur, Asisten I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna selama menjalani pendidikan.

6. Ibu Nurbaiti, S.Pd, selaku Kepala SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan yang telah memberi kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Teristimewa kepada Ayahanda (Alm) Iriadi dan Ibunda Salamah YS, S.Pd, yang telah memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah penulis untuk menyelesaikan perkuliahan. Abang Budi Jaka Sumarna, S.E. dan istrinya Dela Komala Sari, Kakak Fatrika Ulfa Irsal, Am.Keb. dan suaminya Fendi Berutu, Adik Fakhrunisa Ananda Irsal yang telah mendoakan dan memberi dukungan moril bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.

8. Kakak-kakak terkasih Triana Gusti Ulina Sarumpaet, M.Pd dan Yunita, M.Pd yang telah memberikan masukan dan semangat bagi penulis.

9. Sahabat seperjuangan angkatan XXIII kelas B-3 Eksekutif terima kasih atas kerja samanya selama perkuliahan.

10. Abangda Tersayang Joko Santoso, S.Kom yang telah banyak memberi dukungan moril, ide dan doa demi kesuksesan penulisan tesis ini.

11. Dan kepada seluruh keluarga dan Teman-teman yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.


(10)

v

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Februari 2016 Penulis

Feria Andriana Putri NIM : 8146172021


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 9

1.3. Pembatasan Masalah... 10

1.4. Rumusan Masalah... 11

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1. Kerangka Teoritis ... 14

2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 14

2.1.2. Self Confidence... 19

2.1.3. Model Pembelajaran Kontekstual ... 25

2.1.4. Model Pembelajaran Ekspositori ... 38

2.1.5. Kemampuan Awal Matematika... 40

2.1.6. Penelitian yang Relevan ... 41

2.2. Kerangka Konseptual... 42

2.3. Hipotesis Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 48

3.2. Populasi dan Sampel ... 48

3.3. Desain Penelitian ... 49

3.4. Defenisi Operasional... 50

3.5. Instrumen Penelitian ... 51

3.6. Uji Coba Instrumen... 57

3.7. Prosedur Penelitian ... 62

3.8. Teknik Pengumpulan Data... 64

3.9. Teknik Analisis Data ... 64

3.10. Pengujian Statistik ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 73

4.1. Hasil Penelitian ... 73

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ...107

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...118

5.1. Simpulan ...118

5.2. Implikasi ...118


(12)

vii

5.3. Saran ...120


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 49

Tabel 3.2. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa ... 52

Tabel 3.3. Tabel Weiner Tentang Keterkaitan antara Model Pembelajaran, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Confidence Siswa dan Kemampuan Awal Siswa ... 53

Tabel 3.4. Penskoran untuk Perangkat Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 55

Tabel 3.5. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 58

Tabel 3.6. Hasil Uji Coba Pree Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 61

Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 61

Tabel 3.8. Hasil Uji Coba Skala Self Confidence ... 62

Tabel 3.9. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis, dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 71

Tabel 4.1. Hasil Rata-rata dan Simpangan Baku KAM... 74

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa... 75

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Siswa... 76

Tabel 4.4. Sebaran Sampel Penelitian... 77

Tabel 4.5. Deskripsi Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran... 77

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 79

Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 80

Tabel 4.8. Deskripsi Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran... 80

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 82

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 83

Tabel 4.11. Deskripsi N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran Untuk Kategori KAM ... 84

Tabel 4.12. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-1... 85

Tabel 4.13. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-2... 86

Tabel 4.14. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-3... 86

Tabel 4.15. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-4... 86

Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 88

Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 89


(14)

Tabel 4.18. Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 89

Tabel 4.19. Deskripsi Pretest Self Confidence Siswa Berdasarkan Pembelajaran... 93

Tabel 4.20. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Self Confidence Siswa ... 94

Tabel 4.21. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Self Confidence Siswa ... 95

Tabel 4.22. Deskripsi Posttest Self Confidence Siswa Berdasarkan Pembelajaran... 96

Tabel 4.23. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Self Confidence Siswa ... 97

Tabel 4.24. Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Self Confidence Siswa... 98

Tabel 4.25. Deskripsi N-Gain Self Confidence Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran Untuk Kategori KAM ... 99

Tabel 4.26. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-1...100

Tabel 4.27. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-2...101

Tabel 4.28. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-3...101

Tabel 4.29. Deskripsi Data untuk Indikator Ke-4...101

Tabel 4.30. Hasil Uji Normalitas N-Gain Self Confidence Siswa ...103

Tabel 4.31. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Self Confidence Siswa...104

Tabel 4.32. Hasil Uji Anava Dua Jalur ...104


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hasil Jawaban Salah Satu Siswa ... 6 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ... 63 Gambar 4.1. Grafik Kemampuan Awal Matematika ... 74 Gambar 4.2. Peningkatan N-Gain Kemampuan

Pemecahan Matematis Berdasarkan Kategori KAM... 84 Gambar 4.3. Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Untuk Setiap Indikator ... 87 Gambar 4.4. Interaksi antara Pembelajaran dan

KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 92 Gambar 4.5. Peningkatan N-Gain Self Confidence

Berdasarkan Kategori KAM... 99 Gambar 4.6. Data Peningkatan Self Confidence Untuk Setiap Indikator ... 102 Gambar 4.7. Interaksi antara Pembelajaran dan KAM

Terhadap Peningkatan Self Confidence Siswa ... 107


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh

“kesempatan”, “harapan”, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik.

Besarnya kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik. Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan.

Dengan meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkemampuan unggul, sehingga sumber daya manusia unggul tersebut akan mampu menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Dengan demikian semakin ada tuntutan untuk mengimbangi kemajuan tersebut, tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

Simmers (2011) mengatakan bahwa matematika sering dialami sebagai sesuatu yang sulit. Matematika merupakan salah satu ilmu bantu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Coockroft (Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan beberapa alasan mengapa matematika perlu diajarkan kepada siswa, diantaranya karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana


(17)

2

komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran dan tujuan tersebut utamanya untuk keberhasilan siswa dalam belajar, baik pada suatu mata pelajaran tertentu maupun pendidikan pada umumnya. Dalam upaya mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana peningkatan sumber daya manusia perlu dikembangkan belajar mengajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik.

Sesuai dengan tujuan formal tersebut, pendidikan matematika dapat menata nalar siswa agar mereka menjadi siswa yang berpikir kritis karena dalam proses pembelajaran matematika daya nalar siswa senantiasa diasah. Dengan tujuan yang bersifat material tersebut siswa dapat menerapkan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan mereka dapat memecahkan soal-soal matematika.

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan bagian yang utama yang hendak dicapai dalam tujuan pembelajaran matematika. NCTM (Pehkonen dkk, 2013) mengemukakan bahwa pemecahan masalah diartikan sebagai metode pengajaran yang dapat meningkatkan kualitas mengajar matematika di sekolah. Pentingnya pemecahan masalah juga diungkapkan oleh Beigie (2008) yang mengatakan bahwa melalui pemecahan masalah siswa dapat belajar tentang memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep matematika dengan bekerja melalui masalah yang dipilih dengan cermat yang


(18)

3

menggunakan aplikasi matematika untuk masalah yang nyata. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematis dapat membekali siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Suatu masalah akan memberikan tantangan kepada siswa untuk berfikir dalam mencari solusi penyelesaiannya. Masalah yang diberikan tentu saja tidak langsung dapat ditentukan solusinya dengan segera melalui suatu prosedur atau algoritma yang telah tersedia, akan tetapi masalah ini menuntut siswa untuk mengembangkan kreatifitas dalam memecahkannya. Faktanya, keinginan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa di sekolah masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Kadir (2009) yang mengemukakan bahwa banyak siswa SMP di daerah pesisir yang mengalami kesulitan dalam memahami maksud dari soal yang diberikan, merumuskan apa yang diketahui dari soal tersebut dan strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar.

Beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut NCTM (dalam Widjajanti dan Wahyudin, 2011:402) adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan; (2) merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik; (3) menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika; (4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal; (5) menggunakan matematika secara bermakna.

Disamping banyaknya penelitian dalam aspek kognitif dalam beberapa tahun terakhir ini aspek afektif pun mulai banyak diteliti, antara lain self


(19)

4

confidence (kepercayaan diri) yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa.

Jika seseorang memiliki self confidence yang tinggi, maka ia akan selalu berusaha untuk mengembangkan segala sesuatu yang menjadi potensinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Afiatin (1998:23), self confidence merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi atau kemampuan yang dimilikinya. Self confidence yang baik akan memberikan kesuksesan siswa dalam belajar matematika, karena jika siswa memiliki hal tersebut, mereka cenderung selalu memperjuangkan keinginannya untuk meraih suatu prestasi, dengan demikian akan sukses dalam belajar matematika.

Menurut McPheat (2010) menyimpulkan bahwa kepercayaan diri dapat berproses pada keyakinan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk berhasil di dalam tugas, berdasarkan ada atau tidak mereka telah mampu untuk melakukan tugas yang terdahulu. Seseorang dengan kepercayaan diri memiliki keyakinan bahwa mereka akan dapat memulihkan, mengurangi sikap negatif, dan mengalami sikap positif.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan didapatkan informasi bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah belum sepenuhnya dapat mengembangkan kemampuan tingkat tinggi matematis siswa seperti kemampuan pemecahan masalah matematis. Pembelajaran matematika yang biasanya dilakukan di sekolah-sekolah terbatas pada tujuan untuk meningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa tanpa memperhatikan aspek lainnya, yaitu aspek-aspek matematika yang saling berhubungan. Padahal, apabila guru dapat


(20)

5

menghubungkan gagasan matematis terhadap siswa, maka pemahaman siswa akan lebih dalam dan bertahan lama. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terletak pada faktor model pembelajarannya. Penggunaan model pembelajaran ekspositori yang selama ini digunakan lebih menitikberatkan pada keaktifan guru dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang didapatnya hanya terbatas pada apa yang ia pelajari sehingga kemampuan berpikirnya tidak berkembang secara optimal, termasuk kemampuan koneksi matematisnya.

Model pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal. Dalam pembelajaran ini materi disampaikan langsung oleh guru. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena itu model pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur.

Pada saat peneliti observasi di SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan, peneliti mewawancarai beberapa siswa tentang pembelajaran matematika di sekolah tersebut. Siswa-siswa di sekolah tersebut cenderung melihat jawaban temannya yang dianggap mereka lebih pintar matematika daripada percaya dengan hasil jawaban mereka, bahkan untuk mengungkapkan jawaban mereka sendiri ke depan kelas mereka tidak berani padahal jawaban mereka sudah benar. Siswa cenderung malu tampil ke depan kelas. Siswa juga menganggap matematika adalah pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Sementara itu guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengkontruksikan pengetahuan matematika yang akan menjadi milik siswa. Kurangnya motivasi guru juga dapat menyebabkan siswa menjadi tidak percaya diri. Hal ini dapat


(21)

6

disimpulkan bahwa masih kurangnya self confidence siswa di sekolah tersebut terutama pada pelajaran matematika.

Hal ini sejalan dengan tes yang diberikan peneliti kepada siswa kelas VIII-1 di sekolah tersebut. Soal diambil dari soal pemecahan masalah yang mencakup indikator-indikator pemecahan masalah. Banyak siswa masih melakukan kesalahan misalnya tidak memahami konsep dan tidak mampu memecahkan masalah pada soal tersebut. Salah satu soal yang peneliti berikan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada saat melakukan studi pendahuluan di kelas VIII SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan adalah sebagai berikut:

Pada atraksi ikan lumba-lumba digunakan lingkaran yang terbuat dari rotan. Hitunglah diameter lingkaran tersebut dengan π 3,14, jika keliling tersebut 5,04 m!

Gambar 1.1

Hasil Jawaban Salah Satu Siswa

Dari salah satu jawaban siswa pada materi lingkaran di atas tampak jelas bahwa jawaban siswa tersebut belum memenuhi indikator-indikator pemecahan masalah matematis. Siswa tersebut belum dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis.

Berdasarkan hasil studi tersebut peneliti dapat mengetahui bahwa kelemahan siswa berada pada indikator kemampuan pemecahan masalah berada


(22)

7

pada indikator mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik dan kurangnya kepercayaan diri siswa dalam memngemukakan jawaban. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis dan self

confidence siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan

masih tergolong rendah.

Dari masalah di atas dapat disimpulkan bahwa cara pembelajaran matematika harus diperbaharui guna meningkatkan pemecahan masalah matematis siswa menjadi lebih baik dan menimbulkan kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, untuk meningkatkan hal tersebut diperlukan sebuah model pembelajaran yang aktif dan inovatif.

Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut.

Berdasarkan penelitian Cobb & Bowers (1999); Kumar & Voldrich (1994)

menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual didasarkan pada penelitian kognisi telah menemukan bahwa proses konstruktivis seperti berpikir kritis, pembelajaran inquiry, dan pemecahan masalah harus terletak dalam konteks fisik, intelektual,


(23)

8

dan sosial yang relevan (Glynn, 2004). Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar.

Selain model pembelajaran, terdapat faktor lain yang diduga berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self

confidence siswa yaitu kemampuan awal matematis siswa. Pembelajaran yang

dilaksanakan dikatakan berhasil seandainya kemampuan awal siswa tersebut rendah menjadi tinggi setelah dilaksanakan pembelajaran. Pengetahuan awal akan memberikan dampak pada proses perolehan belajar yang memadai sehingga menjadikan belajar lebih bermakna dengan menyediakan peluang bagi siswa untuk menyeleksi fakta-fakta.

Kemampuan awal matematis siswa juga penting untuk perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence, hal ini dikarenakan kemampuan awal matematis merupakan prestasi siswa yang didapat pada materi sebelumnya. Setiap siswa mempunyai kemampuana awal yang berlainan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian guru sebelum melaksanakan pembelajaran, karena proses pembelajaran sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan siswa tersebut dapat


(24)

9

diklasifikasi dalam tiga kategori yaitu: kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini senada dengan Sanjaya (2008:54) yang menyatakan tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Kemampuan awal matematis siswa dijadikan modal awal siswa dalam melakukan aktifitas pembelajaran sehingga siswa yang berada pada kelompok atas lebih mudah memahami pembelajaran daripada kelompok lainnya (menengah dan bawah). Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awal matematis dimaksud untuk melihat ada atau tidaknya interaksi bersama antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematis siswa terhadap perkembangan kemampuan awal matematis siswa terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self

Confidence Siswa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual di SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, dapat dilakukan identifikasi masalah :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran matematika.

3. Dalam belajar matematika siswa terkesan belajar menghapal (mengingat rumus-rumus).


(25)

10

4. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan ekspositori menjadi pilihan utama pendekatan belajar.

5. Dalam proses pembelajaran guru kurang mampu memotivasi siswa belajar lebih aktif dan lebih bermakna.

6. Guru belum mengaitkan masalah kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran matematika.

7. Pembelajaran kontekstual belum diterapkan di kelas terutama pada materi lingkaran.

8. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis terutama dalam menyelesaikan materi lingkaran.

9. Siswa cenderung tidak mau tampil ke depan kelas.

10. Rendahnya self confidence siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. 11. Pembelajaran yang diterapkan guru belum sesuai dengan kemampuan awal

siswa.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang teridentifikasi dan terbatasnya kemampuan peneliti, maka perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini : 1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP masih rendah,

menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika.

2. Self confidence siswa SMP terhadap pelajaran matematika masih

rendah.

3. Penggunaan model pembelajaran kontekstual belum dipahami dan dilaksanakan oleh guru matematika SMP.


(26)

11

4. Pembelajaran yang diterapkan guru belum sesuai dengan kemampuan awal siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diteliti dan dicari jawabannya hanya berfokus pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah-11 Pangkalan Berandan dengan model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran ekspositori. Secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar melalui model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mendapat model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah peningkatan self confidence siswa yang memperoleh model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada self confidence siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan self confidence siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang diajukan dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:


(27)

12

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar melalui model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mendapat model pembelajaran ekspositori.

2. Untuk mengetahui peningkatan self confidence siswa yang memperoleh model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada self confidence siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori.

3. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

4. Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan self confidence siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Teoritis : Memperkaya ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran.

2. Praktis

a. Bagi guru : Sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya pada mata pelajaran matematika sebagai salah satu strategi alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran.

b. Bagi siswa : Sebagai bahan masukan bagi siswa agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa.


(28)

13

c. Bagi pengelola sekolah : Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual.

d. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca atau penulis lain yang berminat melakukan penelitian sejenis.


(29)

118

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran ekspositori, kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Peningkatan kemampuan self confidence siswa yang diajar dengan model pembelajaran kontekstuallebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori.

3. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. 4. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika

siswa terhadap peningkatan kemampuan self confidence siswa.

5.2 Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa melalui model pembelajaran kontekstual. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa yang diajarkan dengan


(30)

119

Model Pembelajaran Kontekstual dan Model Pembelajaran Ekspositori secara signifikan. Ditinjau dari interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa, hasilnya dapat dilihat dari model pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dengan kategori KAM siswa.

Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari pelaksanaan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual antara lain :

1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan dilapangan terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu memperoleh soal-soal yang langsung dalam bentuk model matematika, sehingga ketika diminta untuk untuk memunculkan ide mereka sendiri siswa masih merasa sulit. Ditinjau ke indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa dalam menarik kesimpulan masih kurang.

2. Diskusi dalam model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu sarana bagi siswa untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan

self confidence siswa yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan suasana kelas menjadi lebih nyaman, dan menimbulkan rasa keinginan dalam belajar matematika.

3. Model pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada kategori KAM (Tinggi, Sedang dan Rendah) pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa. Adapun model pembelajaran kontekstual


(31)

120

mendapatkan keuntungan lebih besar terhadap siswa dengan kategori KAM tinggi.

5.3 Saran

Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual ini, masih merupakan langkah awal dari upaya meningkatkan kompetensi dari guru, maupun kompetensi siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini dipandang perlu agar rekomendasi-rekomendasi berikutnya dilaksanakan oleh guru matematika SMP, lembaga dan peneliti lain yang berminat.

1. Kepada Guru

Model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif bagi guru matematika dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan

self confidence pada materi pokok lingkaran. Oleh karena itu hendaknya model

pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan yang membuat siswa terlatih dalam menyelesaikan masalah melalui proses pemecahan masalah matematis dan self confidence.

Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta kemampuan dalam menyimpulkan. Dalam pemilihan anggota kelompok selain memperhatikan keragaman anggota kelompok, hendaknya guru juga memperhatikan kecocokkan antara anggota agar kegiatan diskusi dalam menyelesaikan masalah dapat berjalan dengan baik. Sebaiknya guru membiasakan siswanya untuk memecahkan masalah


(32)

121

dengan memberi masalah menantang, sehingga siswa mengkontruksi dengan memikirkan sendiri konsep matematika yang akan digunakan.

Dalam setiap pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka tersendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani berargumentasi, lebih self confidence. Pembelajaran dengan kontekstual hendaknya memberikan masalah yang menyangkut benda-benda yang nyata disekitar tempat belajar bukan hanya memberikan gambar melalui media pembelajaran agar siswa lebih cepat memahami pelajaran yang sedang dipelajari.

Disamping itu kemampuan menguasai bahan ajar sebagai syarat yang harus dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan implementasi model pembelajaran kontekstual diperlukan bahan ajar yang lebih menarik. Guru harus menyesuaikan waktu pembelajaran dengan waktu pada RPP yang telah dirancang, seperti pada saat berlangsungnya kegiatan diskusi kelompok dan persentase ke depan kelas sangat banyak kekurangan waktu. Untuk itu disarankan kepada guru untuk mengefektifkan waktu. Selain itu LAS dan tes yang dirancang oleh guru harus menarik agar siswa dapat menguasai bahan ajar oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dalam membuat LAS dan tes.

2. Kepada lembaga terkait

Pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual, masih sangat asing bagi guru dan siswa terutama pada guru dan siswa di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, khususnya meningkatkan


(33)

122

kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini, misalnya : a) Penelitian ini hanya pada satu pokok bahasan yaitu Lingkaran kelas VIII dan terbatas pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematis yang lain dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual; (b) Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang lain yaitu kemampuan komunikasi, pemahaman, pemecahan masalah, koneksi, dan representasi matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat sekolah yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini.


(34)

123

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Afiatin, T. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling.

Jurnal Psikologi. Nomor 6.

Akinmola, E. A. 2014. Developing Mathematical Problem Solving Ability: A Panace For A Sustainable Development in The 21st Century. International

Journal of Education and Research. Volume 2, Nomor 2.

Al-Hebaish, S. M. 2012. The Correlation between General Self-Confidence and Academic Achievement in the Oral Presentation Course. Theory and

Practice in Language Studies. Volume 2, Nomor 1, pp. 60-65. ISSN

1799-2591.

Aminah, N. 2014. Analisis Kemampuan Pedagogik dan Self Confidence Calon Guru Matematika dalam Menghadapi Praktek Pengalaman Lapangan.

Jurnal Euclid. Volume 1, Nomor 1. ISSN 235517101.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Asmin dan Abil Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA Indonesia.

Aydoǧdu, M. Z. 2014. A Research On Geometry Problem Solving Strategies Used by Elementary Mathematics Teacher Candidates. Journal of

Education and Instructional Studies. Volume 4. ISSN 2146-7463.

Beigie, D. 2008. Integrating Content to Create Problem-Solving Opportunities.

NCTM: Journal Mathematics Teaching in the Middle School. Februari,

Volume 6.

Bern, R. G. dan Patricia M. Erickson. 2001. Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy. The Highlight Zone. Nomor 5. Febrihariyanti, D. N dan Suharnan. 2013. Pengaruh Pelatihan Dasar

Kepemimpinan terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan Problem

Solving Anggota Pramuka. Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 2, Nomor 2.

Fitriani, N. 2014. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Secara Berkelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Matematis dan

Self Confidence Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1.


(35)

124

Gafur, A. 1989. Disain Instruksional. Surakarta: Tiga Serangkai.

Glynn, S. M. 2004. Contextual Teaching and Learning of Science in Elementary Schools. Journal of Elementary Science Education, Vol 16, No.2. Western Illionis University.

Hapsari, M. J. 2011. Upaya Meningkatkan Self-Confidence Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Prosiding

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Yogyakarta.

ISBN : 978–979–16353–6–3.

Hartono, B. 1994. Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hendriana, H. 2012. Pembelajaran Matematika Humanis dengan Metaphorical

Thinking untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Volume 1, Nomor 1.

. 2013. Membangun Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Humanis. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1, ISSN

977-2338831.

Hendriana, H dan Utari Soemarmo. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran

Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hudson, C. C. dan Vesta R. Wishler. 2008. Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Journal Systemics, Cybernetics and Informatics. Volume 6, Nomor 4. ISSN 1690-4524.

Hull, D. 1999. Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech

Prep. USA: CORD Communications.

Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Terjemahan oleh Ibnu Setiawan. Bandung: MLC.

Kadir. 2009. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pesisir. Prosiding

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN : 978-979-16353-3-2.

. 2015. Statistika Terapan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.


(36)

125

Kumalasari, E. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Matematika Model Core. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

Volume 1, ISBN 978-602-19541-0-2.

Kurniawan, R. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Model Core Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Melalui Kolaborasi Pendekatan Kontekstual dengan Jigsaw II Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1, ISBN 978-602-19541-0-2.

Manning, P dan George Ray Source. 1993. Shyness, Self-Confidence, and Social Interaction Author. Journal Social Psychology Quarterly. Published by: American Sociological Association. Volume 56, Nomor 3, pp. 178-192. McPheat, S. 2010. Personal Confidence and Motivaton. Inggris: Mtd Training &

Ventus Publishing APS. ISBN 978-87-7681-665-0.

Mundilarto. 2004. Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Sains.

Cakrawala Pendidikan. Februari Tahun XXIII, Nomor 1.

Novotna, J., Petr Eisenmann, Jifri Pribyl, Jirina Ondrusova, dan Jiri Brehovsky. 2014. Problem Solving in School Mathematics Based on Heuristic Strategies. Journal on Efficiency and Responsibility in Education and

Science. Volume 7, Nomor 1. ISSN 1803-1617.

Nurhadi, B. Y. dan Agus Gerrad Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Pehkonen, E., Liisa Naveri, dan Anu Laine. 2013. On Teaching Problem Solving in School Mathematics. C E P S Journal. Volume 3, Nomor 4.

Priyatni, E. T 2013. Internalisasi Karakter Percaya Diri Dengan Teknik

Scaffolding.Jurnal Pendidikan Karakter. Juni, Tahun III, Nomor 2.

Rombe, S. 2014. Hubungan Body Image dan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Samarinda. Ejournal

Psikologi. Volume 2, Nomor 1.

Rosli, R., Dianne Goldsby, dan Marry Margaret Caprapto. 2013. Assesing Students Mathematical Problem-Solving and Problem-Posing Skills.

Journal Asian Social Science. Volume 9, Nomor 16. ISSN 1911-2017.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesioanalisme


(37)

126

Sajadi, M., Parvaneh Amiripour, dan Mohsen Rostamy-Malkhaifeh. 2013. The Examining Mathematical Word Problems Solving Ability Under Efficient Representation Aspect. International Scientific Publication and Consulting

Services. Volume 2013.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Sariningsih, R. 2014. Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program Studi

Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 3, Nomor 2.

Sari, N. T., M. Ikhsan, Hajidin. 2014. Implementasi Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTsN.

Jurnal Didaktik Matematika. Volume 1, Nomor 1. ISSN : 2355-4185

Schoenfeld, A. H. 1992. Learning to think mathematically: Problem solving,

metacognition, and sense-making in mathematics. In D. Grouws (Ed.),

Handbook for Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-370). New York: MacMillan.

Schultz, D. P. 2005. Theories Of Personality. Amerika Serikat: Wadworth.

Simmers, M. J. 2011. It’s Not the Math They Hate. HUIC Hawaii University International Conferences On Mathematics and Engineering. June 13–15.

Siregar, I. 2013. Menerapkan Pembelajaran Matematika Menggunakan

Model-Eliciting Activities Untuk Meningkatkan Self-Confidence Siswa SMP. KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Szetela, W. dan Cyhthia Nicol. 1992. Evaluating Problem Solving in Mathematics. Article Essential Educational Research. New York,

Cambridge University Press. Halaman 42-45.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.

Yudha, C. B. dan Suwarjo. 2014. Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Proses Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan Realistik Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Prima Edukasia. Volume 2, Nomor 1.

Waini, I., Khairum Hamzah, Rahaini Mohd Said, Nor Hamizah Miswa, Nurul Amira Zainal, dan Aminah Ahmad. 2014. Self-Confidence in Mathematizs:


(38)

127

A case Study on Engineering Technology Students in FTK, UTeM.

International Journal for Innovation Education and Research. Volume

2-11.

Widjajanti, D. B. dan Wahyudin. 2011. Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Belief Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif. Cakrawala Pendidikan. November, Tahun XXX, Nomor 3.

Woodward, J., Sybilla Beckmann, Mark Driscoll, Megan Franke, Patricia Herzig, Asha Jitendra, Kenneth R. Koedinger, dan Philip Ogbuehi. 2012. Improving

mathematical problem solving in grades 4 through 8: A practice guide

(NCEE 2012-4055). USA: National Center for Education Evaluation and Regional Assistance, Institute of Education Sciences, U.S. Department of Education.


(1)

122

kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini, misalnya : a) Penelitian ini hanya pada satu pokok bahasan yaitu Lingkaran kelas VIII dan terbatas pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan self confidence siswa oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematis yang lain dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual; (b) Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang lain yaitu kemampuan komunikasi, pemahaman, pemecahan masalah, koneksi, dan representasi matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat sekolah yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini.


(2)

123

Afiatin, T. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling. Jurnal Psikologi. Nomor 6.

Akinmola, E. A. 2014. Developing Mathematical Problem Solving Ability: A Panace For A Sustainable Development in The 21st Century. International Journal of Education and Research. Volume 2, Nomor 2.

Al-Hebaish, S. M. 2012. The Correlation between General Self-Confidence and Academic Achievement in the Oral Presentation Course. Theory and Practice in Language Studies. Volume 2, Nomor 1, pp. 60-65. ISSN 1799-2591.

Aminah, N. 2014. Analisis Kemampuan Pedagogik dan Self Confidence Calon Guru Matematika dalam Menghadapi Praktek Pengalaman Lapangan. Jurnal Euclid. Volume 1, Nomor 1. ISSN 235517101.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Asmin dan Abil Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA Indonesia.

Aydoǧdu, M. Z. 2014. A Research On Geometry Problem Solving Strategies Used by Elementary Mathematics Teacher Candidates. Journal of Education and Instructional Studies. Volume 4. ISSN 2146-7463.

Beigie, D. 2008. Integrating Content to Create Problem-Solving Opportunities. NCTM: Journal Mathematics Teaching in the Middle School. Februari, Volume 6.

Bern, R. G. dan Patricia M. Erickson. 2001. Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy. The Highlight Zone. Nomor 5. Febrihariyanti, D. N dan Suharnan. 2013. Pengaruh Pelatihan Dasar

Kepemimpinan terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan Problem Solving Anggota Pramuka. Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 2, Nomor 2. Fitriani, N. 2014. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Secara Berkelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Matematis dan Self Confidence Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1. ISSN 2355-0473.


(3)

124

Gafur, A. 1989. Disain Instruksional. Surakarta: Tiga Serangkai.

Glynn, S. M. 2004. Contextual Teaching and Learning of Science in Elementary Schools. Journal of Elementary Science Education, Vol 16, No.2. Western Illionis University.

Hapsari, M. J. 2011. Upaya Meningkatkan Self-Confidence Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Yogyakarta. ISBN : 978–979–16353–6–3.

Hartono, B. 1994. Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hendriana, H. 2012. Pembelajaran Matematika Humanis dengan Metaphorical

Thinking untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Volume 1, Nomor 1.

. 2013. Membangun Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Humanis. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1, ISSN 977-2338831.

Hendriana, H dan Utari Soemarmo. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hudson, C. C. dan Vesta R. Wishler. 2008. Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Journal Systemics, Cybernetics and Informatics. Volume 6, Nomor 4. ISSN 1690-4524.

Hull, D. 1999. Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. USA: CORD Communications.

Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Terjemahan oleh Ibnu Setiawan. Bandung: MLC.

Kadir. 2009. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pesisir. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN : 978-979-16353-3-2.

. 2015. Statistika Terapan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.


(4)

Siswa Smp Melalui Pembelajaran Matematika Model Core. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1, ISBN 978-602-19541-0-2.

Kurniawan, R. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Model Core Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Melalui Kolaborasi Pendekatan Kontekstual dengan Jigsaw II Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 1, ISBN 978-602-19541-0-2.

Manning, P dan George Ray Source. 1993. Shyness, Self-Confidence, and Social Interaction Author. Journal Social Psychology Quarterly. Published by: American Sociological Association. Volume 56, Nomor 3, pp. 178-192. McPheat, S. 2010. Personal Confidence and Motivaton. Inggris: Mtd Training &

Ventus Publishing APS. ISBN 978-87-7681-665-0.

Mundilarto. 2004. Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Sains. Cakrawala Pendidikan. Februari Tahun XXIII, Nomor 1.

Novotna, J., Petr Eisenmann, Jifri Pribyl, Jirina Ondrusova, dan Jiri Brehovsky. 2014. Problem Solving in School Mathematics Based on Heuristic Strategies. Journal on Efficiency and Responsibility in Education and Science. Volume 7, Nomor 1. ISSN 1803-1617.

Nurhadi, B. Y. dan Agus Gerrad Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Pehkonen, E., Liisa Naveri, dan Anu Laine. 2013. On Teaching Problem Solving in School Mathematics. C E P S Journal. Volume 3, Nomor 4.

Priyatni, E. T 2013. Internalisasi Karakter Percaya Diri Dengan Teknik Scaffolding.Jurnal Pendidikan Karakter. Juni, Tahun III, Nomor 2.

Rombe, S. 2014. Hubungan Body Image dan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Samarinda. Ejournal Psikologi. Volume 2, Nomor 1.

Rosli, R., Dianne Goldsby, dan Marry Margaret Caprapto. 2013. Assesing Students Mathematical Problem-Solving and Problem-Posing Skills. Journal Asian Social Science. Volume 9, Nomor 16. ISSN 1911-2017. Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesioanalisme


(5)

126

Sajadi, M., Parvaneh Amiripour, dan Mohsen Rostamy-Malkhaifeh. 2013. The Examining Mathematical Word Problems Solving Ability Under Efficient Representation Aspect. International Scientific Publication and Consulting Services. Volume 2013.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Sariningsih, R. 2014. Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Volume 3, Nomor 2.

Sari, N. T., M. Ikhsan, Hajidin. 2014. Implementasi Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTsN. Jurnal Didaktik Matematika. Volume 1, Nomor 1. ISSN : 2355-4185

Schoenfeld, A. H. 1992. Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense-making in mathematics. In D. Grouws (Ed.), Handbook for Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-370). New York: MacMillan.

Schultz, D. P. 2005. Theories Of Personality. Amerika Serikat: Wadworth.

Simmers, M. J. 2011. It’s Not the Math They Hate. HUIC Hawaii University

International Conferences On Mathematics and Engineering. June 13–15. Siregar, I. 2013. Menerapkan Pembelajaran Matematika Menggunakan

Model-Eliciting Activities Untuk Meningkatkan Self-Confidence Siswa SMP. KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Szetela, W. dan Cyhthia Nicol. 1992. Evaluating Problem Solving in Mathematics. Article Essential Educational Research. New York, Cambridge University Press. Halaman 42-45.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.

Yudha, C. B. dan Suwarjo. 2014. Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Proses Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan Realistik Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Prima Edukasia. Volume 2, Nomor 1.

Waini, I., Khairum Hamzah, Rahaini Mohd Said, Nor Hamizah Miswa, Nurul Amira Zainal, dan Aminah Ahmad. 2014. Self-Confidence in Mathematizs:


(6)

11.

Widjajanti, D. B. dan Wahyudin. 2011. Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Belief Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif. Cakrawala Pendidikan. November, Tahun XXX, Nomor 3.

Woodward, J., Sybilla Beckmann, Mark Driscoll, Megan Franke, Patricia Herzig, Asha Jitendra, Kenneth R. Koedinger, dan Philip Ogbuehi. 2012. Improving mathematical problem solving in grades 4 through 8: A practice guide (NCEE 2012-4055). USA: National Center for Education Evaluation and Regional Assistance, Institute of Education Sciences, U.S. Department of Education.