ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB SEKTOR PERTANIAN SUMATERA UTARA.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PDRB SEKTOR PERTANIAN SUMATERA UTARA

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:
ROSNIDAH SIREGAR
NIM: 8146162017

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016

ABSTRAK
Rosnidah Siregar: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB Sektor
Pertanian Sumatera Utara. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, 2016.

Salah satu indikator dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu
wilayah/provinsi dalam satu periode tertentu adalah PDRB baik atas harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. Pertumbuhan PDRB khususnya di sektor
pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya luas lahan pertanian,
pekerja sektor pertanian dan kebutuhan pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh pekerja sektor pertanian, luas lahan
pertanian, dan konsumsi pupuk terhadap PDRB sektor pertanian di Sumatera
Utara. Data yang digunakan adalah data tahunan mulai tahun 1995 sampai tahun
2013 yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara. Data dianalisis dengan metode regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, variabel luas lahan pertanian,
pekerja sektor pertanian dan kebutuhan pupuk secara signifikan berpengaruh
inelastis terhadap PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara. Elastisitas yang
paling besar mempengaruhi PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara adalah
variabel kebutuhan pupuk dengan nilai elastisitas sebesar 0,59 dan diikuti
berturut-turut yaitu variabel pekerja sektor pertanian dengan nilai elastisitas
sebesar 0,39 dan variabel luas lahan pertanian dengan nilai elastisitas sebesar
0,26. Dengan demikian tampak bahwa kebutuhan pupuk berpengaruh lebih besar
terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara. Secara simultan
luas lahan pertanian, pekerja sektor pertanian dan kebutuhan pupuk berpengaruh

signifikan terhadap PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara dan hasil estimasi
regresi berganda (0,26 + 0,39 + 0,59 = 1,24) adalah Incresing Return to Scale atau
artinya jika kita bisa menambahi input (luas lahan, pekerja dan kebutuhan pupuk)
maka pertumbuhan PDRB sektor pertanian bisa ditingkatkan.
Kata Kunci: PDRB, Luas Lahan, Pekerja, Pupuk.

i

ABSTRACT
Rosnidah Siregar: Analysis of Factors Affecting Agricultural Sector GRDP of
North Sumatra. Thesis. Medan: Postgraduate Program of UNIMED, 2016.
One indicator to measure the economic development of a region / province
within a certain time period is the GRDP, well above the price at current and
constant prices. GRDP growth, especially in the agricultural sector is influenced
by several factors, including agricultural land, agricultural workers and fertilizer
requirements. This study aims to identify and analyze the influence of agricultural
workers, agricultural land, and the consumption of fertilizers to the agricultural
sector GRDP in North Sumatra. The data used are annual data from 1995 to 2013
obtained from Central Bureau of Statistics and Agriculture Office of North
Sumatra Provincial. Data were analyzed with multiple linear regression method.

The results showed a partial, variable area of agricultural land, agricultural
workers and fertilizer requirements significantly the effect of inelastic to the
agricultural sector GRDP in North Sumatra. The greatest elasticity affects the
agricultural sector GRDP in North Sumatra is variable fertilizer requirement with
the elasticity of 0.59, followed consecutively variable agricultural workers with
the elasticity of 0.39 and a variable area of agricultural land with the elasticity of
0, 26. Simultaneously, agricultural land, agricultural workers and fertilizer
requirements significantly influence the agricultural sector GDP in North Sumatra
and the results of multiple regression estimation (0.26 + 0.39 + 0.59 = 1.24) is
Increasing Return to Scale or means if we could add to inputs (land, labor and
fertilizer requirements), the GRDP growth in the agriculture sector can be
improved.

Keyword: GDRP, Agricultural land, Worker, Fertilizer..

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt

yang telah memberi rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB
Sektor Pertanian Sumatera Utara” dengan baik dan sesuai waktu yang
direncanakan. Tesis ini disusun guna memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak dapat diselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dengan
kerendahan hati mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih
secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, dan
Bapak Dr. Zahari Zen, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan motivasi, saran, arahan dan bimbingan kepada penulis sejak awal
penulisan hingga selesainya tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si., Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D., dan
Bapak Dr. Rahmanta Ginting, M.Si selaku nara sumber atau tim penguji yang
telah memberikan kritik, saran dan masukan untuk kesempurnan penulisan tesis
ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Dinas dan pegawai di
Kantor Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara atas bantuan dan kerjasamanya.
Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada

kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendoakan penulis agar dapat
menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan dengan memperoleh gelar

iii

Magister Sains. Teristimewa terimakasih yang sedalam-dalamnya juga diucapkan
kepada suami dan anak-anakku tercinta yang telah menjadi motivator selama
penulis menempuh studi hingga selesai. Terimakasih juga diucapkan kepada
rekan-rekan Pascasarjana Prodi Ilmu Ekonomi yang telah memberikan motivasi
kepada penulis selama menyelesaikan tesis ini.
Kiranya seluruh perhatian, kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
pada penulis mendapat balasan rahmat, hidayah dan limpahan rezeki di dunia dan
akhirat. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari
segi isi maupun tata bahasa, karena itu penulis sangat berterimakasih untuk setiap
kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya isi tesis ini
dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah berpikir bagi pembaca. Amin.

Medan,
Penulis,


Juni 2016

Rosnidah Siregar

iv

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
i
ABSTRACT ......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I


PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1. Latar Belakang ..........................................................................
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................

1
1
12
12
13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
2.1. Landasan Teori ..........................................................................
2.1.1. PDRB Sektor Pertanian ........................................................
2.1.2. Teori Produksi .......................................................................
2.1.3. Fungsi Produksi .....................................................................
2.1.4. Fungsi Produksi Cobb-Douglas .............................................
2.1.5. Pekerja Sektor Pertanian ........................................................

2.1.6. Luas Lahan Pertanian ............................................................
2.1.7. Subsidi Pupuk ........................................................................
2.1.8. Teori Elastisitas .....................................................................
2.1.9. Keterkaitan Variabel yang Mempengaruhi PDRB Sektor
Pertanian ................................................................................
2.2. Penelitian Relevan .....................................................................
2.3. Kerangka Konseptual ................................................................
2.4. Hipotesis ....................................................................................

14
14
14
18
20
22
26
31
33
41


BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
3.1. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................
3.2. Jenis dan Sumber Data ..............................................................
3.3. Model Analisis ..............................................................................
3.4. Pengujian Parameter Model Regresi Linier Berganda ..............
3.5. Definisi Operasional .................................................................
3.6. Analisis Asumsi Klasik .............................................................
3.6.1. Uji Normalitas .......................................................................
3.6.2. Uji Multikolinieritas ..............................................................
3.6.3. Uji Autokorelasi .....................................................................
3.7. Uji Hipotesis .............................................................................
3.7.1. Uji Statistik F .........................................................................
3.7.2. Uji Statistik t ..........................................................................
3.7.3. Uji Koefisien Determinan (R2) ..............................................

48
48
48
48
50

51
52
52
52
52
53
53
54
54

v

44
46
47
47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
4.1. Hasil Penelitian .........................................................................
4.1.1. Deskripsi Data PDRB Sektor Pertanian ................................

4.1.2. Deskripsi Data Luas Lahan Sektor Pertanian ........................
4.1.3. Deskripsi Data Pekerja Sektor Pertanian ...............................
4.1.4. Deskripsi Data Kebutuhan Pupuk ..........................................
4.1.5. Uji Asumsi Klasik ..................................................................
4.1.5.1. Uji Normalitas ....................................................................
4.1.5.2. Uji Multikolinieritas ...........................................................
4.1.5.3. Uji Autokorelasi ..................................................................
4.1.6. Analisis Model Regresi ..........................................................
4.1.7. Pengujian Hipotesis ...............................................................
4.1.7.1. Analisis Secara Simultan (Uji-F) ........................................
4.1.7.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ..........................................
4.1.7.3. Analisis Secara Parsial (Uji-t) ............................................
4.2. Pembahasan ..............................................................................

55
55
55
57
59
61
62
62
63
64
65
67
67
68
68
70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
5.1. Simpulan ...................................................................................
5.2. Saran ..........................................................................................

74
74
75

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

77

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 serta Laju Pertumbuhan Riil di Sumatera Utara
Tahun 2009-2013 ...........................................................................

2

Tabel 1.2. Pekerja Sektor Pertanian, Luas Lahan Pertanian dan
Konsumsi Pupuk di Sumatera Utara Tahun 2009-2013 ................

8

Tabel 2.1. Jenis Elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisien Elastisitas (e) .........

43

Tabel 3.1. Kriteria dari Statistik DW dan Keputusannya ...................................

53

Tabel 4.1. Ringkasan Hasil Uji Regresi Multikolinieritas ..............................

63

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Autokorelasi (LM Test) .......................................

64

Tabel 4.3. Hasil Estimasi Regresi Berganda ...................................................

65

Tabel 4.4. Hasil Uji-F (Uji Simultan) .............................................................

67

Tabel 4.5. Hasil Uji-t (Uji Parsial) ..................................................................

69

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Riil Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Menurut Lapangan Usaha di Sumatera Utara Tahun
2009-2013 (Persen) ....................................................................

4

Gambar 2.1. Diagram Ketenagakerjaan ..........................................................

27

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual .................................................................

47

Gambar 4.1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian Tahun
1995-2013 ..................................................................................

55

Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara
Tahun 1996-2013 .......................................................................

56

Gambar 4.3. Luas Lahan Sektor Pertanian Sumatera Utara Tahun
1995-2013 ..................................................................................

58

Gambar 4.4. Pekerja Sektor Pertanian Sumatera Utara Tahun 1995-2013 .....

60

Gambar 4.5. Kebutuhan Pupuk di Provinsi Sumatera Utara Tahun
1995-2013 ..................................................................................

61

Gambar 4.6. Uji Normalitas JB-Test .............................................................

62

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Penelitian ...........................................................................

80

Lampiran 2. Data Transformasi Logaritma Natural (ln) ................................

81

Lampiran 3. Hasil Estimasi Model Regresi ....................................................

82

Lampiran 4. Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi .......................

85

Lampiran 5. Surat Undangan Seminar Proposal Tesis ...................................

86

Lampiran 6. Surat Undangan Ujian Tesis .......................................................

87

Lampiran 7. Riwayat Hidup ...........................................................................

88

ix

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan
kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial
ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan bangsa diperlukan pilar yang kuat
dari segi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses dimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi tersebut (Arsyad, 1999).
Berhasilnya pembangunan nasional tidak lepas dari peran seluruh
Pemerintah Daerah yang telah berhasil memanfaatkan segala sumber daya yang
tersedia di daerah masing-masing. Sebagai upaya memperbesar peran dan
kemampuan daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih
mandiri dalam membiayai kegiatan operasional rumah tangga. Terlebih dengan
diberlakukannya

otonomi

daerah,

maka

pemerintah

daerah

harus

bisa

mengoptimalkan pemberdayaan semua potensi yang dimiliki tanpa terlalu
mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat seperti pada tahun-tahun
sebelumnya.
Dengan diberlakukanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang
No.12 Tahun 2008 mengenai pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah
untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka

1

2

pembangunan nasional Negara Republik Indonesia dan pemberlakuan Undangundang Republik Indonesia No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan bisa memotivasi
peningkatan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah, dan dilaksanakan secara
terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan disetiap daerah dapat benar-benar
sesuai dengan prioritas dan potensi daerah.
Beberapa indikator dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu wilayah
atau daerah dalam satu periode tertentu diantaranya adalah Produk Domestik
Bruto (PDB) untuk nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk
wilayah propinsi atau kabupaten/ kota, baik atas harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan.
Perkembangan pembangunan ekonomi di Sumatera Utara yang diukur dari
PDRB selama tahun 2009 hingga tahun 2013 disajikan dalam Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
serta Laju Pertumbuhan Riil di Sumatera Utara Tahun 2009-2013
Tahun
(1)
2009
2010
2011
2012
2013

Atas Dasar Harga
Berlaku
(2)
236.353,62
275.700,21
314.372,44
351.118,16
403.933,05

Atas Dasar Harga
Konstan 2000
(3)
111.559,22
118.640,90
126.587,62
134.463,95
142.537,12

Laju
Pertumbuhan Riil
(4)
5,07
6,42
6,63
6,22
6,01

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Dari Tabel 1.1 di atas dapat terlihat bahwa perkembangan PDRB Sumatera
Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan riil di
Sumatera Utara dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pertumbuhan yang

3

positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila
negatif menunjukkan penurunan. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun
2009 sebesar 5,07 persen meningkat di tahun 2010 menjadi sebesar 6,42 persen.
Kondisi ini menunjukkan kinerja perekonomian di Sumatera Utara
semakin membaik pasca krisis ekonomi global yang terjadi di tahun 2008.
Peningkatan yang cukup dignifikan ini juga menunjukkan sektor-sektor lapangan
usaha menunjukkan pertumbuhan yang positif disamping tentu saja iklim
perekonomian di Sumatera Utara yang kondusif.
Tahun 2011 laju pertumbuhan rill semakin meningkat hingga mencapai
6,63 persen, dimana semua sektor produktif menjadi pendorong bagi peningkatan
pertumbuhan secara agregat, disamping iklim usaha yang terus tumbuh, kondisi
wilayah yang kondusif serta indikator makro ekonomi-sosial lainnya, yang
merupakan faktor dominan dalam menggerakkan perekonomian.
Krisis politik serta kondisi yang kurang kondusif yang terjadi di tahun
2012 berdampak pada kinerja perekonomian secara makro, khususnya di Propinsi
Sumatera Utara yang berimbas pada laju pertumbuhan riil yang harus mengalami
penurunan hingga mencapai 6,22 persen di tahun 2012. Bahkan dampak tersebut
masih menyebabkan menurunya laju pertumbuhan riil di tahun 2013 yang menjadi
sebesar 6,01 persen, meskipun secara agregat, total PDRB baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 setiap tahunnya meningkat..
Pertumbuhan sektor-sektor lapangan usaha pada struktur perekonomian di
Sumatera Utara yang terdiri dari 9 sektor disajikan dalam Gambar 1.1 berikut.

4

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Riil Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Menurut Lapangan Usaha di Sumatera Utara Tahun
2009-2013 (Persen)
Keterangan :
1 = Pertanian
2 = Pertambangan & Penggalian
3 = Industri Pengolahan
4 = Listrik, Air Minum & Gas
5 = Konstruksi/Bangunan
6 = Perdagangan, Perhotelan & Restoran
7 = Transportasi & Komunikasi
8 = Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan
9 = Jasa-Jasa

5

Gambar 1.1, menjelaskan bahwa tiap sektor lapangan usaha dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2013 berfluktuatif. Pada tahun 2013, pertumbuhan
terbesar berasal dari sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan yang tumbuh
sebesar 8,31 persen diikuti oleh sektor perdagangan, perhotelan dan restoran
sebesar 7,78 persen dan transportasi dan komunikasi sebesar 7,60 persen.
Selanjutnya diikuti oleh sektor konstruksi/bangunan yang tumbuh sebesar 7,17
persen. Sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh 7,13 persen, sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 5,48 persen, sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta
sektor listrik, air dan gas tumbuh masing-masing sebesar 4,01 persen untuk sektor
industri pengolahan, 4,01 persen untuk sektor pertanian dan sebesar 3,95 persen
sektor listrik, air dan gas.
Dari ke-9 sektor perekonomian di Sumatera Utara, sektor pertanian
mengalami pertumbuhan terendah kedua setelah sektor listrik, air minum dan gas,
yaitu sebesar 4,00 persen. Dari data BPS, tercatat pertumbuhan sektor pertanian di
tahun 2009 mencapai 4,85 persen dan meningkat signifikan ke level 5,70 persen
di tahun 2010. Hal ini disebabkan setor pertanian yang didukung oleh subsektorsubsektor pendorong utama sektor pertanian seperti subsektor perkebunan,
subsektor perikanan dan lain-lain, mengalami pertumbuhan yang signifikan
meskipun secara makro ekonomi dan sosial kondisi ini disebabkan oleh kinerja
perekonomian Propinsi Sumatera Utara yang mengalami pertumbuhan positif.
Tahun 2011 hingga tahun 2013 laju pertumbuhan riil di sektor pertanian
mengalami penurunan, tercatat di tahun 2011 laju pertumbuhan riil sebesar 4,82
persen, tahun 2012 sebesar 4,72 persen dan tahun 2013 menjadi sebesar 4,00
persen.

6

Turunnya laju pertumbuhan riil sektor pertanian disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah semakin berkurangnya lahan pertanian sehingga
produktifitas sektor pertanian semakin menurun, tenaga kerja sektor pertanian
juga beralih yang dulunya sebagai petani, peladang dan sebagainya yang bergerak
di sektor pertanian beralih ke sektor selain pertanian seperti sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan ataupun sektor jasa.
Secara umum kondisi ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian di
Sumatera Utara telah bergeser (transformation) dari sektor primer (sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, sektor listrik, air
minum dan gas dan sektor konstruksi) kesektor sekunder (sektor perdagangan dan
perhotelan, sektortransportasi dan komunikasi, sektor perbankan dan keuangan
serta sektor jasa-jasa).
Transformasi tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya pangsa
relatif sektor industri dan jasa terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) dari waktu ke waktu, sementara pangsa relatif sektor pertanian semakin
menurun walaupun pangsa absolutnya tetap meningkat. Hal ini sejalan dengan
Teori Pambangunan Clark-Fisher (Tambunan, 2003).
Dampak yang timbul dari perubahan struktur ekonomi tersebut dapat
bersifat positif maupun negatif. Dampak positif antara lain ditunjukkan dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Dampak negatif timbul jika perubahan
pangsa relatif sektor terhadap PDB tidak diikuti oleh perubahan pangsa tenaga
kerja sektor-sektor tersebut secara proporsional. Dampak negatif dapat berupa
penurunan produktifitas tenaga kerja sektor pertanian, pengangguran di pedesaan
maupun perkotaan, kemiskinan pedesaan maupun perkotaan, beban kota yang
semakin berat, dan lain-lain (Winoto, 1996).

7

Adam Smith (dalam Arsyad, 1999), dengan bukunya yang berjudul An
Inquiry Into the Nature and Cause of the Wealth Nation, menyatakan bahwa ada
empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk,
jumlah barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat
teknologi yang digunakan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada sektor-sektor
perekonomian di Sumatera Utara khususnya sektor pertanian, seperti peningkatan
jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah, kualitas, dan keragaman mengenai permintaan akan
produk pertanian. Demikian juga terhadap perubahan komposisi umur, proporsi
angkatan kerja, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi tidak lagi suka
bekerja di sektor pertanian yang masih tradisional. Pembangunan perumahan,
sarana transportasi, industri dan lain lain mengakibatkan beralihnya fungsi lahan
pertanian. Akibatnya sektor pertanian mengalami pengurangan faktor produksi
dan implikasinya dengan output yang menurun.
Pada penelitian ini akan dikaji dan dianalisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan PDRB Sumatera Utara pada sektor pertanian,
diantaranya adalah luas lahan pertanian, pekerja sektor pertanian, dan konsumsi
pupuk. Untuk melihat perkembangan pekerja sektor pertanian, luas lahan
pertanian dan konsumsi pupuk di Sumatera Utara selama tahun 2009 hingga tahun
2013, disajikan dalam Tabel 1.2.

8

Tabel 1.2. Pekerja Sektor Pertanian, Luas Lahan Pertanian dan Konsumsi
Pupuk di Sumatera Utara Tahun 2009-2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Pekerja Sektor
Pertanian
(Jiwa)
2.690.571
2.843.708
2.895.343
2.755.418
2.563.358

Luas Lahan
Pertanian
(Hektare)
4.403.076
4.520.061
4.921.682
5.295.911
5.421.653

Konsumsi Pupuk
(Ton)
312.921,08
324.575,24
330.303,35
349.297,77
393.611,68

Sumber: BPS & Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara (2010-2014)

Tabel 1.2 di atas, menunjukkan bahwa selama tahun 2010-2013 di
Sumatera Utara pekerja di sektor pertanian semakin menurun, tercatat di tahun
2009 jumlah pekerja di sektor pertanian berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera
Utara sebanyak 2.690.571 jiwa, mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi
2.843.708, hingga akhir tahun 2013 menurun menjadi sebesar 2.563.358 jiwa.
Kondisi ini disebabkan banyaknya pekerja sektor pertanian beralih menjadi
pekerja di sektor lain seperti perdagangan, industri, dan sebagainya.
Dalam struktur perekonomian di Sumtera Utara, tercatat sektor pertanian
merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebesar
43,45 persen di tahun 2013. (BPS, 2014). Kondisi ini menunjukkan bahwa
masyarakat di Sumatera Utara sebagian besar adalah bekerja sebagai petani yang
notabene adalah pekerjaan yang sudah menjadi darah daging bagi penduduk di
daerah ini.
Kondisi di mana pekerja sektor pertanian beralih ke sektor lainnya yang
menjanjikan

kesejahteraan

yang

lebih

layak

ditambah

dengan

makin

berkurangnya lahan pertanian, menyebabkan semakin termarginalnya pekerja
sektor pertanian dibandingkan dengan pekerja pada sektor non pertanian.

9

Sementara luas lahan pertanian menunjukkan pola peningkatan selama
tahun 2009-2013, dimana luas lahan pertanian di Sumatera Utara di tahun 2009
sebesar 4.403.076 Ha. Tahun 2010 luas lahan pertanian meningkat terutama pada
sektor perkebunan, di mana luas lahan pertanian di tahun 2010 sebesar 4.520.061
Ha. Sementara di tahun 2011 luas lahan pertanian kembali meningkat yang juga
pada sub sektor perkebunan sehingga luas lahan secara keseluruhan menjadi
sebesar 4.921.682. Luas lahan pertanian kembali meningkat di tahun 2012
sehingga luas lahan pertanian menjadi sebesar 5.295.911 Ha, sedangkan di tahun
2013 luas lahan pertanian sebesar 5.421.653 Ha. Luas lahan pertanian yang
semakin meningkat disebabkan terutama pada sub sektor perkebunan yang
semakin luas serta semakin banyak investor yang mengusahakan sektor
perkebunan menjadi sektor unggulan.
Konsumsi pupuk sebagai variabel yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi pada sektor pertanian, ZA, SP76, NPK dan pupuk organik. Data yang
diperoleh dari Dinas Pertanian RI merupakan konsumsi pupuk bersubsidi yang
dialokasikan pada setiap Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Tercatat konsumsi
pupuk di Sumatera Utara untuk sektor pertanian di tahun 2009 sebesar 312.921,08
ton. Tahun 2010 konsumsi pupuk meningkat menjadi sebesar 324.575,24 ton dan
kembali meningkat di tahun 2011 menjadi sebesar 330.303,35 ton.
Konsumsi pupuk yang semakin meningkat menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih sangat tergantung dengan ketersediaan pupuk untuk tanaman
sektor pertanian. Kebutuhan pupuk di tahun 2012 lebih tinggi dari tahun
sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 349.297,77 ton sementara di akhir tahun 2013
konsumsi akan pupuk kembali meningkat menjadi sebesar 393.611,68 ton.

10

Sebagai salah satu faktor produksi yang penting bagi sektor pertanian,
keberadaan dan konsumsi pupuk secara tepat baik dalam jumlah, jenis, mutu,
harga, tempat dan waktu akan menentukan kuantitas dan kualitas produk pertanian
yang dihasilkan. Pupuk juga dapat menyumbangkan 20 persen terhadap
keberhasilan peningkatan produksi sektor pertanian, diantaranya produk pertanian
beras yang mencapai swasembada di tahun 1984. Disamping itu, sektor pertanian
hingga sekarang ditopang oleh pupuk anorganik yang konsumsinya menigkat dari
waktu ke waktu sejalan dengan semakin mahalnya pupuk organik (Setneg, 2009).
Konsumsi pupuk anorganik terbesar selama ini adalah pupuk urea. Tingkat
konsumsi paling tinggi dibandingkan jenis pupuk lainnya menjadikan permintaan
terhadap pupuk jenis urea sensitif terhadap harga dan sering mengalami
kelangkaan.
Kelancarana dalam pemenuhan pupuk pada usaha pertanian, menjadikan
usaha ini semakin berdaya saing, tetapi kenyataannya permasalahan yang sering
dihadapi petani adalah kelangkaan pasokan pupuk dan harga yang tidak
terjangkau di tingkat petani. Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal sehingga menurunkan hasil panen
petani atau bahkan terjadi gagal panen. Gagal panen inilah yang selanjutnya
menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan dan lebih jauh akan menurunkan
tingkat pendapatan petani.
Kondisi permasalahan yang dihadapi perpupukan Nasional saat ini
semakin serius, antara lain disebabkan oleh:
1) Terbatasnya pasokan gas sebagai bahan baku bagi industri pupuk
2) Ketidakseimbangan antara konsumsi real pupuk yang semakin meningkat,
sementara produksinya terbatas.

11

3) Sistem distribusi yang berdistorsi sehingga menyebabkan kelangkaan pupuk di
pasaran.
4) Pola subsidi pupuk yang mengikuti pola subsidi gas.

Dengan semakin meningkatnya konsumsi pupuk, sementara produksinya
terbatas menyebabkan jumlah konsumsi pupuk Indonesia yang ditetapkan melalui
Peraturan Menteri Pertanian lebih kecil dari konsumsi lapangan. Dalam
menghitung konsumsi pupuk setiap daerah, Deparemen Pertanian menggunakan
dasar luas lahan dan pemakaian pupuk normal setiap hektarenya, namun data yang
digunakan dalam menentukan luas lahan masih simpang siur baik dari Deptan
maupun BPS, selain itu perhitungan jumlah pemakaian pupuk normal yang
ditentukan Deptan berbeda dengan kebiasaan petani yang cenderung kelebihan
dosis dalam penggunaan pupuk (Arifin, 2009).
Sementara itu sistem distribusi dilakukan dengan sistem rayonisasi
sehingga berpotensi terjadi distorsi. Selama ini Departemen Perdagangan
(Depdag) berwenang menentukan tata niaga pupuk tentang penyaluran atau
rayonisasi pemasaran pupuk bersubsidi dengan tujuan menjaga kepastian harga,
konsumsi, serta wilayah pemasaran pupuk bersubsidi. Namun sistem rayonisasi
ini juga dapat menimbulkan jalur birokrasi yang rumit, apabila terdapat daerah
yang mengalami kekurangan pasokan tidak dapat langsung ditangani oleh
produsen lain, dikarenakan pupuk merupakan barang dalam pengawasan negara
dalam pengalihan alokasi pupuk bersubsidi ke bukan daerah pemasaran yang
ditentukan pemerintah dapat terjerat pidana. Selain itu penerapan sistem distribusi
tertutup untuk pupuk bersubsidi yang diterapkan tahun 2009 dinilai berhasil
menekan terjadinya penyelewengan, namun masih tetap berpotensi terjadi

12

kelangkaan. Kelangkaan tersebut disebabkan sistem penerimaan di tingkat lini 4
belum optimal (Deptan, 2010).
Dari uraian sebelumnya menjelaskan bahwa pertumbuhan sektor pertanian
yang semakin menurun disebabkan oleh pekerja di sektor pertanian yang juga
menurun, sementara itu luas lahan pertanian yang beralih fungsi serta konsumsi
pupuk yang semakin meningkat. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mengkaji dan meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
PDRB di Sumatera Utara khususnya sektor pertanian.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan
masalah-masalah yang akan dianalisis, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh pekerja di sektor pertanian, luas lahan pertanian dan
konsumsi pupuk terhadap PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara?.
2. Bagaimana elastisitas variabel luas lahan pertanian, pekerja di sektor
pertanian, dan konsumsi pupuk yang paling besar yang mempengaruhi PDRB
sektor pertanian di Sumatera Utara?.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pekerja di sektor pertanian, luas
lahan pertanian dan konsumsi pupuk terhadap PDRB sektor pertanian di
Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis elastisitas variabel luas lahan pertanian,
pekerja di sektor pertanian, dan konsumsi pupuk yang paling besar
mempengaruhi PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara.

13

1.4. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan
manfaat antara lain:
1. Untuk menambah perbendaharaan kajian ilmu ekonomi pembangunan yang
berkaitan dengan perencanaan pembangunan perekonomian suatu wilayah
khususnya di sektor pertanian .
2. Dapat menjadi bahan masukan dalam perencanaan pembangunan ekonomi
wilayah Provinsi Sumatera Utara khususnya di sektor pertanian.
3. Sebagai bahan rujukan dan referensi bagi peneliti-peneliti yang melakukan
penelitian yang sejenis.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan luas lahan pertanian, pekerja sektor pertanian dan kebutuhan
pupuk secara signifikan mempengaruhi PDRB sektor pertanian di Sumatera
Utara. Penafsiran secara ekonomi model Cobb-Douglas mengindikasikan
Contant Return to Scale (β1 + β2 + β3 = 1) dalam hal ini hasil estimasi regresi
berganda (0,26 + 0,39 + 0,59 = 1,24) adalah Incresing Return to Scale atau
artinya jika kita bisa menambahi input (luas lahan, pekerja dan kebutuhan
pupuk) maka pertumbuhan PDRB sektor pertanian bisa ditingkatkan.
2. Hasil regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,995107. Hal
ini menunjukan bahwa sebesar 99,51 persen variasi variabel terikat dalam hal
ini PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variabel
bebas yang terdiri dari luas lahan pertanian, pekerja sektor pertanian dan
kebutuhan pupuk. Sedangkan 0,49% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model ini.
3. Secara parsial, menunjukkan bahwa masing-masing variabel luas lahan
pertanian, pekerja sektor pertanian dan kebutuhan pupuk secara signifikan dan
inelastis mempengaruhi PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara dan
elastisitas PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara bersifat inelastis terhadap
luas lahan pertanian, pekerja sektor pertanian maupun terhadap kebutuhan
pupuk.

74

75

4. Elastisitas yang paling besar mempengaruhi PDRB sektor pertanian di
Sumatera Utara adalah variabel kebutuhan pupuk dengan nilai elastisitas
sebesar 0,59 dan diikuti berturut-turut yaitu variabel pekerja sektor pertanian
dengan nilai elastisitas sebesar 0,39 dan variabel luas lahan pertanian dengan
nilai elastisitas sebesar 0,26. Dengan demikian tampak bahwa kebutuhan
pupuk berpengaruh lebih besar terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian
di Sumatera Utara.

5.2. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan simpulan di atas, diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1.

Untuk meningkatkan PDRB sektor pertanian, selayaknya pemerintah terus
mengupayakan, mengusahakan dan menggali potensi daerah di sektor
pertanian secara umum dan sub sektor tanaman pangan khususnya. Dari hasil
estimasi menunjukkan bahwa elastisitas yang paling besar mempengaruhi
PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara adalah kebutuhan pupuk, diikuti
pekerja sektor pertanian dan luas lahan pertanian. Oleh karena itu diharapkan
kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan produksi dan subsidi pupuk
sehingga tercapai pasokan yang cukup dan juga dengan harga yang dapat
dijangkau oleh petani.

2.

Pemerintah selayaknya memberikan bantuan berupa pendidikan dan pelatihan
teknologi usahatani (teknologi modern) termasuk penggunaan pupuk untuk
meningkatkan produktifitas pekerja yang berusaha di sektor pertanian,
sehingga pekerja di sektor pertanian memiliki SDM yang paham dan
mengerti serta melaksanakannya dalam upaya meningkatkan produktifitas.

76

Dengan meningkatnya produktifitas pekerja di sektor pertanian akan
meningkatkan PDRB sektor pertanian di Propinsi Sumatera Utara.
3.

Kepada peneliti lainnya disarankan untuk mempertimbangkan atau
menambah determinan lain PDRB sektor pertanian, klasifikasi yang lebih
konprehensif dan perluasan penelitian baik dari segi objek maupun runtut
waktu penelitian.