24
Keterangan: A Jumlah media kertas 1-1 lembar, B Jumlah media kertas 1-2, dan C Jumlah media kertas 2-2 lembar. Garis warna merah menunjukkan panjang kertas mengering
.
Gambar 3. Hasil Percobaan Pendahuluan Metode Tingkat Kekeringan pada Media Kertas Stensil Daur Ulang
Pengujian lanjut ini merupakan metode terpilih karena menunjukkan penurunan daya berkecambah yang signifikan sudah mengalami gejala tercekam. Nilai
tengah padi sawah dengan ketinggian 3 cm sebesar 82.22 menurun menjadi 22.67 pada ketinggian 2 cm. Nilai tengah padi gogo sebesar 86.67 pada
ketinggian 3 cm dan 49.78 pada ketinggian 2 cm, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya Berkecambah Benih Padi Sawah dan Padi Gogo pada Perlakuan V
KT kekeringan ketinggian
dengan Ketinggian Air dalam Wadah 3 cm dan 2 cm
Genotipe Padi Ketinggian Air
3 cm 2 cm
Padi Sawah Aek Sibundong
73.33 26.67
B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 84.44 22.22
B11844-7-17-3 93.33 46.67
BP-1002E-MR-2 91.11 6.67
Ciherang 88.89 11.11
Nilai Tengah
86.22 a 22.67 b
Padi Gogo Batu Tegi
84.44 62.22
Jati Luhur 77.78
13.33 Inpago 5
93.33 48.89
Limboto 88.89 51.11
Situpatenggang 88.89 73.33
Nilai Tengah
86.67 a 49.78b
Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5
A B
C
25 Pengujian V
KT salin NaCl
menggunakan benih padi rawa, menunjukkan bahwa konsentrasi NaCl 0 ppm kontrol tidak berbeda nyata terhadap konsentrasi
NaCl 3000 ppm, dan 4000 ppm, sedangkan terhadap konsentrasi 5000 ppm berbeda nyata Tabel 5. Konsentrasi NaCl 4000 ppm merupakan konsentrasi
terpilih pada metode pengujian vigor kekuatan tumbuh pada kondisi salinitas, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah banyak menggunakan
konsentrasi NaCl 4000 ppm untuk membedakan varietas tahan dan yang peka terhadap cekaman salinitas. Penelitian Sulaiman 1980, menyatakan bahwa
penampilan tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot berisi tanah Latosol Bogor sebanyak 5 kg per pot dan diberi 4 liter larutan garam 4000 ppm NaCl per
pot merupakan konsentrasi NaCl yang baik untuk menilai toleransi tanaman terhadap kadar garam tinggi salinitas, dinilai secara visual, bobot kering bagian
atas tanaman dan akar maupun persentasi nekrosis atau mati. Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Daya Berkecambah
Benih Padi Rawa untuk Pengujian Vigor terhadap Kondidi Salin Konsentrasi NaCl ppm
Daya Berkecambah 0 88.4
a 3000 84.4
a 4000 80.4
ab 5000 74.8
b
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5
Hasil penelitian Fatimah 2010, menyatakan bahwa metode dengan menggunakan kertas tisu towel pada konsentrasi NaCl 4000 ppm dengan cara
penanaman uji diatas kertas UDK dapat memperlihatkan perbedaan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap salinitas. Hal ini terlihat dari perbedaan
antara kontrol dan yang diberi perlakuan garam 4000 ppm yaitu ujung daun nekrosis lebih banyak pada tanaman yang diberi perlakuan NaCl.Tanaman kontrol
lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan perlakuan. Tanaman toleran lebih tinggi dan daun yang nekrosis lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman
peka.
26
Percobaan Utama
Hasil pengujian viabilitas awal benih menunjukkan bahwa secara keseluruhan benih yang diuji memiliki daya berkecambah awal
≥ 80. Nilai tengah daya berkecambah pada benih padi sawah berkisar 81.33 - 94.67, padi
gogo 80.00 - 90.67, dan padi rawa 81.33 - 94.67. Nilai tengah untuk setiap genotipe padi sawah dapat dilihat pada Lampiran 5 dan nilai tengah untuk
genotipe padi gogo dan padi rawa pada Lampiran 6. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu pengujian vigor daya
simpan V
DS
benih melalui metode pengusangan cepat MPC secara fisik, dan pengujian vigor kekuatan tumbuh V
KT
benih pada kondisi sub-optimum cekaman kekeringan dan salinitas.
Pengujian Vigor Daya Simpan V
DS
menggunakan Metode Pengusangan Cepat MPC Fisik
Pengusangan benih dilakukan dengan perlakuan suhu dan kelembaban tinggi 40-45
C dan RH 100 dengan mesin pengusangan cepat. Lama pengusangan yang digunakan untuk setiap jenis genotipe padi berbeda-beda,
sesuai dengan hasil percobaan pendahuluan sebelumnya untuk genotipe padi sawah diusangkan selama 40 jam, benih padi gogo diusangkan 61 jam, dan benih
padi rawa selama 48 jam. Metode pengusangan cepat fisik ini menduga vigor daya simpan secara kualitatif, hanya dapat membandingkan antar genotipe yang
mempunyai vigor daya simpan lebih lama atau lebih pendek dibandingkan genotipe lainnya. Genotipe padi yang telah mengalami penderaan tetapi memiliki
persentase daya berkecambah tinggi mengindikasikan bahwa benih tersebut mempunyai vigor daya simpan yang tinggi.
Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keadaan benih setelah mengalami penderaan beragam. Genotipe berpengaruh
sangat nyata terhadap daya berkecambah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor dan berat kering kecambah normal pada benih padi sawah.
Genotipe sangat berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati pada benih padi gogo, sedangkan pada benih padi rawa genotipe tidak berbeda nyata
terhadap semua tolok ukur yang diamati.
27 Tabel 6. Rekapitulasi F-Hitung Pengaruh Genotipe Padi setelah
Diusangkan terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah DB, Indeks Vigor IV, dan Berat Kering Kecambah Normal
BKKN.
Kelompok Sumber
Keragaman Derajat
Bebas F-Hitung
DB IV
BKKN g Padi Sawah
Ulangan 2
0.74
tn
0.26
tn
0.28 Genotipe
9 3.69 1.10
1.85 Padi Gogo
Ulangan 2
2.28
tn
2.12
tn
5.26
tn
Genotipe 19
8.55 3.46
tn
4.54
tn
Padi Rawa Ulangan
2 10.72 4.2
5.55 Genotipe
19 1.67
tn
0.65
tn
1.08
tn
Keterangan: = sangat nyata, = nyata, tn = tidak nyata,
Kondisi pada mesin pengusangan cepat MPC fisik dengan suhu dan kelembaban tinggi, menyebabkan terjadinya penguapan air. Upaya yang
dilakukan untuk menghindarkan benih dari tetesan air yang terjadi, maka dipasang tray yang telah dilapisi kain handuk. Posisi benih dalam mesin pengusangan
terlihat pada Gambar 4. Upaya ini cukup menekan adanya tetesan air yang terjadi pada benih namun beberapa genotipe masih terkena tetesan, diantaranya genotipe
padi gogo B12799E-TB-1-1-4, B11592F-MR-23-2-7, B11592F-MR-14-3-6-1, dan B11787E-MR-2-9-6, serta pada genotipe padi rawa B13134-4-MR-1-KA-1,
B13135-1-MR-2-KA-1, B13136-3-MR-2-KA-1, dan B10528P-KN-35-2-2. Kondisi benih yang basah menyebabkan meningkatnya kadar air benih yang
berakibat penurunan vigor semakin cepat. Penelitian Wafiroh 2010, menyatakan bahwa penurunan vigor benih pada pengusangan cepat terkontrol benih wijen
mengikuti peningkatan kadar air benih dan lama penderaan benih. Benih semakin kehilangan vigornya ketika benih didera pada kadar air yang semakin tinggi dan
periode yang semakin lama.
Gambar 4. Posisi Benih dalam Mesin Pengusangan Cepat Benih
Kain towel Air
28 Pada Tabel 7 terlihat bahwa genotipe padi sawah yang diduga memiliki
vigor daya simpan yang tinggi, yaitu genotipe B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1, B12653-MR-8-2-PN-3-1, B11742-RS2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4,
B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2, dan B12653-MR-8-2-PN-2-3 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah
≥ 60. Genotipe-genotipe yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi selain memiliki daya berkecambah tinggi
juga memiliki indeks vigor dan berat kering kecambah normal yang tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe B12653-MR-8-2-PN-3-3 dan
B12653-MR-8-2-PN-2-2 berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan tidak berbeda nyata dengan genotipe yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi,
karena genotipe ini daya berkecambahnya kurang dari P
40
. Sidik ragam V
DS
benih padi sawah secara rinci tercantum pada Lampiran 7.
Tabel 7. Vigor Daya Simpan V
DS
Benih Padi Sawah yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 40 Jam
Genotipe Padi Sawah Tolok ukur
DB IV
BKKN g
B12539-7-SI-1-1-MR-2-PN-3-1 82.67 a
12.00 0.13 a
B12653-MR-8-2-PN-3-1 81.33 a
13.33 0.11 a
B11742-RS2-4-MR-16-3-2-SI-4-4-MR-3-PN-2-4
73.33 ab 18.67
0.11 a B12512-18-SI-2-2-MR-3-PN-3-2
68.00 ab 14.67
0.12 a B12653-MR-8-2-PN-2-3
62.67 a-c 9.33 0.09 ab
B12653-MR-8-2-PN-3-3 54.67 a-d
4.00 0.08 ab
B12653-MR-8-2-PN-2-2 42.67 a-d
5.33 0.06 ab
B12328D-PN-49-3-2-4 33.33b-d 8.00
0.06 ab Sintanur
22.67 cd 2.67
0.03 ab Ciherang
12.00 d 0.00
0.01 b
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5
Genotipe padi gogo yang diduga memiliki vigor daya simpan lebih tinggi, adalah B12154D-MR-22-8, B12165D-MR-8-1, B12492C-MR-21-2-5, B12492C-
MR-21-2-4, B11604E-TB-2-4-1-5, SMD9-1D-MR-9, dan B12476E-MR-19-2 dengan persentase nilai tengah daya berkecambah
≥ 60 Tabel 8. Daya berkecambah yang tinggi tidak selalu menggambarkan nilai indeks vigor benih
juga tinggi, seperti pada genotipe B12492C-MR-21-2-5 dan B12492C-MR-21-2-4 yang memiliki daya berkecambah 73.33 dan 70.67 dengan indeks vigor 0.
29 Nilai indeks vigor yang rendah dikarenakan adanya perbedaan kemampuan
tumbuh kecambah normal pada pengamatan hari ke-5 setelah tanam. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh vigor awal dan faktor genetik setiap genotipe benih.
Sidik ragam genotipe padi gogo setelah mengalami pengusangan dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 8. Vigor Daya Simpan V
DS
Benih Padi Gogo yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 61 Jam
Genotipe Padi Gogo Tolok Ukur
DB IV
BKKN g B12154D-MR-22-8
82.67 a 12 ab
0.13 a B12165D-MR-8-1
80.00 a 14.67 a
0.12 ab B12492C-MR-21-2-5
73.33 ab 0.00 c
0.09 a-c B12492C-MR-21-2-4
70.67 ab 0.00 c
0.08 a-d B11604E-TB-2-4-1-5
66.67 ab 4.00 bc
0.09 a-c SMD9-1D-MR-9
62.67 a-c 14.67 a
0.09 a-c B12476E-MR-19-2
60.00 a-c 2.67 b-c
0.08 a-d B12490C-MR-24-4-4
57.33 a-d 2.67 bc
0.07 b-d B12160D-MR-11-3-3
57.33 a-d 9.33 a-c
0.09 a-c B12492C-MR-21-2-1
57.33 a-d 0.00 c
0.06 b-d B12161D-MR-1-4-2
56.00 a-d 8.00 a-c
0.08 a-d B11908F-TB-1-16-3
44.00 b-e 6.67 a-c
0.06 b-d SMD9-5D-MR-9
42.67 b-e 2.67 bc
0.10 a-c B11592F-MR-23-2-7
29.33 c-f 0.00 c
0.03 de B11787E-MR-2-9-7
25.33 d-f 0.00 c
0.05 c-e B11592F-MR-16-1-5-6
20.00 ef 0.00 c
0.03 de B11787E-MR-2-9-6
20.00 ef 1.33 c
0.05 c-e BP1351D-1-5-2-PK-3-3-7
18.67 ef 0.00 c
0 e B11592F-MR-14-3-6-1
6.67 f 0.00 c
0 e B12799E-TB-1-1-4
0.00 f 0.00 c
0 e
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5
Tabel 9 menunjukkan bahwa semua genotipe padi rawa memiliki vigor daya simpan rendah karena nilai tengah daya berkecambahnya
≤ 60, nilai terbesar hanya 57.33 pada genotipe B13109-5-MR-3-KA-1. Nilai terkecil daya
berkecambah adalah 0 pada genotipe B12799E-TB-1-1-4, sehingga dapat dikatakan genotipe ini memiliki V
DS
sangat rendah karena berdasarkan tidak adanya kecambah yang normal setelah benih mengalami penderaan selama 48
jam. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau innate factor, induced
30 factor
yaitu faktor lapang mulai benih ditanam sampai siap simpan, factor enforced
atau kondisi penyimpanan. Tabel sidik ragam genotipe padi rawa pengujian V
DS
dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 9. Vigor Daya Simpan V
DS
Benih Padi Rawa yang di Uji dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik Selama 48 Jam
Genotipe Padi Rawa Tolok Ukur
DB IV
BKKN g B13109-5-MR-3-KA-1
57.33 4.00 ab
0.08 ab B13120-19-MR-2-KA-1
44.00 1.33 b
0.06 ab B13100-3-MR-1-KA-2
41.33 0.00 b
0.06 ab B13109-5-MR-KA-2
37.33 2.67 b
0.04 b B13100-2-MR-1-KA-2
37.33 4.00 ab
0.10 ab B10528P-KN-35-2-2
33.33 0.00 b
0.07 ab B13117-5-MR-2-KA-1
32.00 0.00 b
0.03 b B13135-1-MR-2-KA-1
28.00 14.67 a
0.17 a B13135-1-MR-2-KA-2
26.67 2.67 b
0.11 ab B13144-1-MR-2-KA-1
25.33 2.67 b
0.03 b B13117-5-MR-2-KA-2
24.00 1.33 b
0.04 b B13134-4-MR-1-KA-1
21.33 1.33 b
0.11 ab B13120-19-MR-2-KA-1
24.00 0.00 b
0.10 ab B13121-4-MR-1-KA-1
21.33 2.67 b
0.10 ab BP1031F-PN-25-2-4-KN-2
21.33 0.00 b
0.04 b B13100-2-MR-1-KA-1
18.67 0.00 b
0.04 b B13136-3-MR-2-KA-1
17.33 1.33 b
0.06 ab B13136-3-MR-2-KN-2
14.67 1.33 b
0.04 b B13144-1-MR-3-KA-7
10.67 0.00 b
0.04 b B13144-1-MR-2-KA-2
6.67 0.00 b
0.01 b
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5
Daya berkecambah benih padi setelah mengalami pengusangan ditunjukkan pada Gambar 5. Genotipe yang memiliki vigor tinggi, persentase
kecambah normal tinggi seperti terlihat pada Gambar 5A, sedangkan genotipe yang vigornya rendah persentase kecambah normal rendah, kecambah abnormal
dan benih mati meningkat seperti pada Gambar 5B .
31
A B
Keterangan: A Genotipe padi yang memiliki vigor tinggi, B Genotipe padi yang memiliki vigor rendah
Gambar 5. Vigor Benih setelah Pengusangan
Menurut Pian 1981, vigor benih pada awal penyimpanan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap daya simpan. Vigor benih pada awal
penyimpanan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain kondisi hidup tanaman induk dan pengolahan benih sehingga terdapat keragaman daya simpan walaupun
kondisi penyimpanan sama, oleh karena itu pengujian vigor daya simpan sangat diperlukan untuk menduga periode simpan sekelompok benih dapat disimpan
dalam kondisi simpan tertentu.
Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh V
KT
pada Kondisi Sub-optimum a.
Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh V
KT
pada Kondisi Sub-optimum Kekeringan
Pengujian V
KT
pada kondisi sub-optimum kekeringan pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu cekaman kekeringan dengan larutan PEG-6000
dan metode tingkat ketinggian posisi benih. Tolok ukur yang diamati pada kedua metode ini sama, kecuali tolok ukur indeks vigor tidak diamati pada metode
pengujian V
KT kekeringan ketinggian
. Tabel 10 menunjukkan rekapitulasi hasil sidik ragam pengujian V
KT kekeringan PEG
dan V
KT kekeringan ketinggian
. Pengujian V
KT kekeringanPEG
pada benih padi sawah, menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan berat
kering kecambah normal. Pada perlakuan ini genotipe juga berpengaruh nyata terhadap panjang plumula, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur panjang
32 kecambah dan panjang akar. Pada benih padi gogo pengujian V
KT kekeringanPEG
, menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap daya
berkecambah dan berat kering kecambah normal, serta berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang kecambah dan panjang akar. Namun, genotipe tidak
berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor dan panjang plumula. Tabel 10. Rekapitulasi Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh V
KT
pada Kondisi Sub-optimum Kekeringan dengan Metode PEG-6000 -2
Bar V
KT kekeringanPEG
dan Metode Tingkat Ketinggian V
KT kekeringanketinggian
Tolok Ukur Perlakuan
V
KT kekeringanPEG
V
KT kekeringanketinggian
Padi Sawah Padi Gogo
Padi Sawah Padi Gogo
DB IV
tn -
- BKKN g
tn PK cm
tn PP cm
tn tn tn
PA cm tn
Keterangan: = sangat nyata, = nyata, tn = tidak nyata, - tidak di uji
Nilai tertinggi daya berkecambah dengan perlakuan V
KT kekeringan PEG
pada padi gogo, yaitu sebesar 62.67 pada genotipe B12154D-MR-22-8 dan nilai
terendah pada genotipe B12492C-MR-21-2-5 sebesar 1.33. Rendahnya jumlah kecambah normal karena konsentrasi PEG dapat menghambat pertumbuhan
plumula pada fase perkecambahan, selain itu beberapa genotipe dengan perlakuan PEG-6000 terserang cendawan. Contoh kecambah yang terserang cendawan dapat
dilihat pada Gambar 6. Penelitian Asfiruka 2010, menyatakan bahwa konsentrasi PEG-6000 dengan tekanan osmotik -2 bar dapat menghambat pertumbuhan
plumula pada perkecambahan padi gogo.
33
Gambar 6. Kecambah yang Terserang Cendawan pada Perlakuan PEG-6000
Perlakuan V
KT kekeringan ketinggian
pada benih padi sawah, genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap
tolok ukur daya berkecambah dan panjang kecambah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering kecambah normal dan panjang plumula. Pada benih
padi gogo, genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah, berat kering kecambah
normal, dan panjang kecambah berpengaruh nyata, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang plumula.
Persentase daya berkecambah perlakuan V
KT kekeringan ketinggian
sangat rendah, berkisar 57.78-20.00 pada benih padi sawah dan 44.45-22.22
benih padi gogo. Hal ini dikarenakan media pada bagian atas mengering dengan tingkat kekeringan tidak merata, seperti genotipe B12653-MR-8-2-PN-2-2 terlihat
pada Gambar 7. Media pada gulungan terluar memiliki tingkat kekeringan yang tinggi, sehingga benih yang ditanam pada posisi tersebut sebagian besar tumbuh
abnormal bahkan pada beberapa genotipe tidak menunjukkan adanya pertumbuhan. Adanya cekaman air pada saat benih berkecambah maka
metabolisme benih terganggu akibat air yang diperlukan tidak cukup, oleh karena itu hanya benih yang toleran kekeringan saja yang mampu berkecambah Lestari
dan Mariska, 2006.
34
Gambar 7. Perbedaan Penyerapan Air oleh Media Kertas pada perlakuan V
KT kekeringan ketinggian
Pengujian V
KT kekeringan PEG
pada benih padi sawah dapat diamati cukup dengan tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, dan berat kering kecambah
normal, sedangkan pada benih padi gogo tolok ukur yang diamati adalah daya berkecambah dan berat kering kecambah normal. Berbeda dengan pangujian
V
KT kekeringan ketinggian
, baik pada benih padi sawah maupun padi gogo hanya dengan mengamati tolok ukur panjang akar telah dapat membedakan genotipe tahan
cekaman kekeringan, tetapi untuk mendapatkan informasi lebih dapat digunakan tolok ukur lainnya kecuali panjang plumula karena tolok ukur panjang plumula
pada kedua metode tidak berpengaruh nyata. Pengujian V
KT kekeringan ketinggian
lebih mudah dan cepat dalam aplikasi serta secara ekonomis lebih murah digunakan untuk pengujian V
KT
pada kondisi sub- optimum kekeringan dibandingkan pengujian V
KT kekeringan PEG
. Secara visual pengujian V
KT kekeringan ketinggian
terlihat seperti Gambar 8. Tolok ukur yang diamati cukup panjang akar sudah dapat memberikan informasi untuk membedakan
genotipe toleran kekeringan. Benih yang memiliki nilai panjang akar tertinggi dapat dikatakan benih tersebut tahan terhadap cekaman kekeringan. Menurut
Suardi 2000, akar sangat berperan dalam penyerapan dan mencari air dari dalam lapisan tanah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tanaman.
Bagian dalam gulungan
Bagian terluar gulungan
35
Keterangan: A Pengujian V
KT kekeringan ketinggian
1 HST, B Pengujian V
KT kekeringan ketinggian
7 HST
Gambar 8. Pengujian Vigor Kekuatan Tumbuh dengan Metode Tingkat Ketinggian V