Regenerasi kalus membentuk umbi dan daun lili

menghitung banyaknya akar yang terbentuk. Data dianalisis menggunakan program IBM SPSS Statistics 19. Hasil dan Pembahasan Regenerasi kalus merupakan bagian penting dalam perbanyakan lili secara in vitro. Kalus berkembang membentuk tunas, daun, akar dan umbi. Salah satu faktor yang berperan penting dalam regenerasi kalus ialah zat pengatur tumbuh. Jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh berperan dalam morfogenesis tanaman. Pada tanaman lili, interaksi auksin NAA dan sitokinin kinetin berperan dalam pembentukan umbi dan akar Takayama dan Misawa 1979. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh NAA dapat mendorong pembentukan akar lili. Media B6 yaitu MS yang mengandung NAA 2 mgl -1 merupakan media yang menghasilkan jumlah akar terbanyak. Penelitian Tan Nhut et al. 2001 menyatakan bahwa NAA dan IBA efisien dalam menginduksi perakaran lili longiflorum dari kuncup bunga. Jumlah akar pada media B6 dan B7 tidak berbeda nyata Tabel 3.2, hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi NAA 2 mgl -1 dengan 3 mgl -1 memberikan respon yang sama terhadap pembentukan akar. Namun, kedua media tersebut berbeda nyata dengan perlakuan B1, B2, B3, B4 dan B5. Pembentukan akar lebih dipengaruhi oleh NAA. Zat pengatur tumbuh NAA termasuk dalam kelompok auksin yang berperan dalam pembesaran sel, pembentukan dan pertumbuhan akar Wattimena 1988. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ming Chen et al. 2002 bahwa NAA merupakan auksin sintetik yang dapat mendorong pembentukan perakaran pada kedelai Glycine max. Di samping itu NAA juga berfungsi menentukan regenerasi tunas bunga pada tembakau Smulders et al. 1990. NAA meningkatkan hasil biji per tanaman pada 20 ppm. NAA juga mampu menurunkan fatty acid pada kapas Zakaria et al. 1989. Tabel 3.2 Rerata jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar lili pada beberapa media 2 minggu setelah kultur. Media Jumlah tunas Panjang tunas cm Jumlah daun Jumlah akar B1 2.00 a 2.31 a 2.00 a 2.81 a B2 2.27 a 3.21 a 1.44 a 4.00 a B3 2.25 a 3.22 a 1.72 a 6.00 a B4 1.08 a 1.97 a 1.94 a 3.64 a B5 2.19 a 2.91 a 1.00 a 3.19 a B6 2.75 a 2.84 a 1.83 a 10.03 b B7 1.33 a 1.56 a 2.00 a 8.17 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5. B1= MS + 10 gl -1 sukrosa, B2= MS+ 20 gl -1 sukrosa, B3= MS+ 30 gl -1 sukrosa, B4= MS+ 40 gl -1 sukrosa, B5= MS+ 1 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa, B6= MS+ 2 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa, B7= MS+ 3 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa. Namun demikian pemberian NAA tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas, panjang tunas serta jumlah daun. Penelitian Mizuguchi et al. 1994 menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh NAA menghambat regenerasi tunas dari kalus L. japonicum. Hasil ini menunjukkan bahwa pembentukan tunas dan daun lebih dipengaruhi zat pengatur tumbuh sitokinin dan tidak dipengaruhi oleh NAA Arteca 1995. Tabel 3.3 Rerata jumlah umbi dan diameter umbi lili pada beberapa media 2 minggu setelah kultur. Media Jumlah umbi Diameter umbi cm B1 4.25 a 0.80 a B2 1.72 b 0.57 ab B3 2.08 b 0.66 ab B4 2.30 b 0.65 ab B5 1.92 b 0.27 b B6 1.94 b 0.67 ab B7 2.33 b 0.42 ab Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5. B1= MS + 10 gl -1 sukrosa, B2= MS+ 20 gl -1 sukrosa, B3= MS+ 30 gl -1 sukrosa, B4= MS+ 40 gl -1 sukrosa, B5= MS+ 1 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa, B6= MS+ 2 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa, B7= MS+ 3 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa. Regenerasi kalus lili pada beberapa media menunjukkan bahwa umbi lili dapat terbentuk secara langsung pada semua media yang diujikan. Kalus dapat berkembang langsung membentuk umbi 2 bulan setelah kultur Tabel 3.3. Media MS yang mengandung sukrosa 10 gl -1 menghasilkan jumlah dan diameter umbi tertinggi. Faktor yang mempengaruhi pembentukan umbi antara lain konsentrasi metabolit hasil fotosintesa, khususnya rasio karbohidrat dan nitrogen Arteca 1995. Kombinasi sukrosa dan manosa juga dapat memacu pertumbuhan umbi Yamagishi 1995. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti suhu tinggi, intensitas cahaya rendah, serta asimilat yang digunakan untuk pertumbuhan tunas dan akar dalam jumlah banyak menjadi penghambat dalam pembentukan umbi Arteca 1995. Gambar 3.6 merupakan perkembangan kalus pada media regenerasi, 4 bulan setelah kultur. Kalus mulai berkembang membentuk daun Gambar 3.6A - D dan umbi 3.6 E. Planlet secara sempurna terbentuk 8 bulan setelah kultur. Gambar 3.6 Perkembangan kalus lili pada media regenerasi 4 bulan setelah kultur. Media B1= MS + 10 gl -1 sukrosa A, Media B2= MS+ 20 gl -1 sukrosa B, Media B3= MS+ 30 gl -1 sukrosa C, Media B6= MS+ 2 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa D dan Media B7= MS+ 3 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa E. A B C D E Gambar 3.7 . Respon kalus lili dan regenerasinya pada beberapa media 8 bulan setelah kultur. Planlet pada media B1= MS + 10 gl -1 sukrosa A, media B2= MS+ 20 gl -1 sukrosa B, media B3= MS+ 30 gl -1 sukrosa C, media B4= MS+ 40 gl -1 sukrosa D, media B5= MS+ 1 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa E, media B6= MS+ 2 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa F, media B7= MS+ 3 mgl -1 NAA+ 30 gl -1 sukrosa G. Gambar 3.7 menunjukkan respon pertumbuhan kalus lili pada beberapa media regenerasi, 8 bulan setelah kultur. Media yang mengandung NAA 2 mgl -1 dan 3 mgl -1 mendorong pembentukan akar, sedangkan media yang mengandung sukrosa tanpa NAA lebih memacu pembentukan umbi. Simpulan 1. Media B1 yaitu media MS yang mengandung sukrosa 10 gl -1 merupakan media terbaik untuk pembentukan umbi lili secara langsung dari kalus. 2. Media B6 yaitu media MS yang mengandung NAA 2 mgl -1 merupakan media terbaik untuk induksi perakaran lili dari kalus. A B C D E F G

3.2 Pembesaran umbi pada beberapa media serta aklimatisasi lili

Tanaman lili dikembangkan untuk produksi bunga dan umbi. Untuk memaksimalkan produksi umbi lili secara in vitro diperlukan media yang sesuai. Perbesaran umbi pada media dengan beberapa konsentrasi gula merupakan bagian teknologi perbanyakan lili secara in vitro. Abstrak Umbi merupakan eksplan yang sering digunakan untuk perbanyakan vegetatif tanaman lili. Produksi umbi lili secara optimal dapat diperoleh pada media pengumbian yang sesuai. Tujuan penelitian ialah mendapatkan konsentrasi gula yang sesuai untuk produksi umbi terbaik serta kondisi kultur yang sesuai. Bahan yang digunakan yaitu kalus lili yang diinduksi dari tangkai sari bunga. Konsentrasi gula yang digunakan antara lain 0, 15, 30, 45, 60 dan 75 gl -1 . Kondisi kultur dengan cahaya dan tanpa cahaya digunakan dalam menginduksi pengumbian lili dari kalus. Media MS dengan konsentrasi gula 45 gl -1 merupakan media terbaik untuk pengumbian lili dari kalus. Kondisi kultur tanpa cahaya menunjukkan kondisi kultur terbaik untuk pengumbian lili. Kata kunci : umbi lili, gula, kalus, cahaya. Abstract Bulbs is usually for vegetatively propagation on lilium. This explants is more favorable than other explants in lilium. Bulbs were obtained on favorable media. The objectives of this study were to find out the best concentration of sugar and the best culture condition for bulbs formation in lilium. Callus from filaments were used as material. The sugar concentrations were 0, 15, 30, 45, 60 and 75 gl -1 . The best concentration of sugar was 45 gl -1 and culture without light was the best culture condition for bulbs formation. Keywords : lilium bulbs, sugar, callus, light. Pendahuluan Perbanyakan lili umumnya menggunakan umbi. Umbi merupakan eksplan yang potensial dan menguntungkan untuk perbanyakan dibandingkan jenis eksplan lili yang lain seperti daun, akar, biji maupun anther Tan Nhut et al. 2001; Kumar et al. 2008. Potensi ini dapat dikembangkan dengan melakukan peningkatan kualitas serta kuantitas umbi lili. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pembentukan umbi terjadi karena adanya surplus karbohidrat dan konsentrasi metabolit hasil fotosintesis. Dalam kondisi yang tidak sesuai seperti suhu tinggi, dan jumlah asimilat tinggi yang digunakan untuk pertumbuhan akar dan tunas dapat menghambat pembentukan umbi. Disamping itu, pembentukan umbi juga dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh, nutrisi, lingkungan, induk umbi, dan faktor genetik Arteca 1995.