Pengujian Produksi Enzim Fosfatase oleh Azotobacter sp. Pengujian Produksi Nitrogenase oleh Azotobacter sp. dengan Metode

Meskipun masih terlihat adanya inkonsistensi kuantitas zat pengatur tumbuh yang diekskresikan, rizobakteri ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber zat pengatur tumbuh eksogen tanaman. Kemampuan ini penting untuk dieksplorasi karena memiliki peran sebagai zat pengatur tumbuh yang sangat penting bagi perkecambahan dan perkembangan akar di awal pertumbuhan tanaman. Penambahan triptofan dapat meningkatkan produksi AIA karena diketahui triptofan merupakan prekursor bagi jalur AIA. Menurut Ahmad et al. 2004, isolat Azotobacter tanpa penambahan triptofan dapat memproduksi AIA sebesar 0.00268 - 0.0108 ppm 2.68 - 10.8 mgmL, sedangkan isolat Azotobacter yang ditambah dengan triptofan dengan konsentrasi 1-5 ppm 0.001 - 0.005 mgml 0.0001 - 0.0005 dapat memproduksi AIA mencapai 0.0328 ppm 32.8 mgmL, atau tiga kali lebih besar daripada produksi AIA tanpa penambahan triptofan. Produksi zat pengatur tumbuh AIA oleh bakteri tidak berfungsi sebagai hormon bagi sel bakteri itu sendiri, namun lebih mengarah kepada perkembangan hubungan interaksi antara bakteri dengan tanaman. Tanaman menggunakan zat pengatur tumbuh AIA untuk mendukung proses pertumbuhan, sedangkan bakteri memanfaatkan senyawa metabolit hasil fiksasi karbon yang dilakukan tanaman. Produk metabolit tersebut dilepaskan ke rizosfer sebagai eksudat, lisat, dan getah Patten and Glick, 2002.

4.1.2 Pengujian Produksi Enzim Fosfatase oleh Azotobacter sp.

Selain pengujian dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh, pemilihan untuk isolat terpilih juga dilakukan melalui kemampuan Azotobacter menghasilkan enzim fosfatase, karena berhubungan dengan kemampuan Azotobacter dalam melarutkan fosfat. Dari hasil penapisan kemampuan 26 isolat dalam melarutkan P pada media Pikovskaya padat, diketahui ada 15 isolat Azotobacter yang menghasilkan zona bening di sekeliling koloni. Zona bening ini mengindikasikan kemampuan isolat Azotobacter tersebut melarutkan P pada media tersebut. Fosfatase di dalam zona rizosfer berperan penting membantu akar menyerap hara, terutama unsur fosfor ke dalam jaringan tanaman. Produksi fosfatase di dalam rizosfer dapat berasal dari akar-akar tanaman, jamur tanah pada umumnya, jenis-jenis jamur mikoriza ekto dan endo atau dari bakteri, yang distimulasi oleh adanya bahan-bahan organik dan senyawa fosfat organik Tarafdar dan Marschner, 1994. Enzim fosfatase dari isolat-isolat yang menghasilkan zona bening selanjutnya diukur menggunakan spektrofotometer. Pada Tabel 3 terlihat isolat- isolat Azotobacter yang paling tinggi menghasilkan enzim fosfatase, yaitu 7 NTB yaitu sebesar 95.2 ppm, kemudian berturut-turut diikuti 18 CK sebesar 78.8 ppm, 19 CK sebesar 66 ppm dan 1 CM sebesar 52.2 ppm sedangkan yang terkecil adalah 24 GP yaitu 1 ppm. Tabel 3. Produksi Enzim Fosfatase Beberapa Isolat Azotobacter sp. 72 Jam setelah Inokulasi No. Isolat Konsentrasi Fosfatase ppm 1 1 CM 52.2 2 1 NTT 24 3 3 NTT 40 4 6 NTB 17 5 7 NTB 95.2 6 23 GP 15.8 7 24 GP 1 8 26 GP 26.8 9 32 CT 19.2 10 33 CT 34.8 11 35 CT 49 12 36 CT 18.8 13 18 CK 78.8 14 19 CK 66 15 37 SP 26.4 Keterangan: Konsentrasi enzim fosfatase diperoleh dengan mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan standar Y = 0.005X + 0.027 R 2 = 0.971

4.1.3 Pengujian Produksi Nitrogenase oleh Azotobacter sp. dengan Metode

Acetylene Reduction Assay ARA Abidin, 2005 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi nitrogenase Lampiran 4 yang dihasilkan oleh Azotobacter.

4.1.4 Pemilihan Tiga Isolat Terbaik untuk Pengujian Perakaran Jagung