Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan
KEEFEKTIVAN KELEMBAGAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN
KAWASAN PESISIR DALAM PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PROGRAM PEMBERDAYAAN
TANTI NINGSIH
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keefektivan
Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir dalam Partisipasi
Masyarakat terhadap Program Pembedayaan adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Tanti Ningsih
NIM I34090105
iv
ABSTRAK
TANTI NINGSIH. Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan.
Dibawah bimbingan SUMARDJO.
Keterlibatan masyarakat pesisir dalam beberapa program pemberdayaan
menentukan keberlanjutan program dan keberhasilan program. Partisipasi
masyarakat seringkali terabaikan disebabkan oleh lemahnya akses masyarakat
dalam memanfaatkan kelembagaan setempat. Selain itu, partisipasi dalam suatu
program pembangunan mengindikasikan keefektivan kelembagaan yang ada di
masyarakat tersebut sehingga kelembagaan yang ada tetap dapat dipatuhi dan
dipertahankan. Partisipasi masyarakat pesisir di Nagari Sasak dalam kegiatan
pemberdayaan oleh PNPM Mandiri Perdesaan bersifat tokenism. Fungsi PNPM
Mandiri Perdesaan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di Nagari Sasak kurang terlaksana. Kegiatan
PNPM Mandiri telah terlaksana sebagaimana mestinya namun lebih menekankan
pada pemberdayaan nagari secara fisik seperti pembangunan jalan, gedung
pertemuan, penambahan kelas/gedung sekolah, peminjaman modal. Kritisi
terhadap strategi pemberdayaan oleh PNPM Mandiri Perdesaan ditekankan pada
implementasi di lapangan sebagai upaya untuk mengenal dan memahami
kebiasaan masyarakat. Selain itu, tindakan bersama bertujuan untuk menghasilkan
komitmen yang lebih baik antara pelaku PNPM Mandiri dan masyarakat penerima
manfaat program.
Kata kunci: keefektivan kelembagaan, masyarakat pesisir, partisipasi, program
pemberdayaan dan strategi pemberdayaan.
ABSTRACT
TANTI NINGSIH. Institution’s Effectiveness of PNPM Mandiri Perdesaan
Coastal area through Participation in Empowerment Program. Supervised by
SUMARDJO.
Involvement of coastal communities in several empowerment programs
determined the program’s success and sustainability. Frequently, participation is
overlooked due to the lack of public access in utilizing local institutions. In
addition, the participation in the empowerment program indicate the effectiveness
of existing institutions in the society, so that existing institutions can still be
obeyed and maintained. Participation of Coastal community in Sasak village in
empowerment program by PNPM is tokenism. PNPM function as a means to
improve employment opportunities and poor communities’s welfare in Nagari
Sasak less accomplished. PNPM Mandiri has implemented as it should, but more
emphasis on empowering physically villages such as building roads, meeting
houses, the addition of classroom/school building, borrowing capital. Critics of
the existing strategy focused on the implementation on the field. It is performed
more intensive to socialization activities in the community to recognize and
understand the habits of program beneficiaries who are mostly young people.
Joint action aims to produce better commitment between the actors and the
PNPM Mandiri program beneficiaries.
Key word: effectiveness of institution, coastal community, participation,
empowerment program and empowerment strategy.
KEEFEKTIVAN KELEMBAGAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN
KAWASAN PESISIR DALAM PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PROGRAM PEMBERDAYAAN
TANTI NINGSIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
Judul skripsi
Nama
NIM
Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan
Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program
Pemberdayaan
Tanti Ningsih
134090105
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS
Pembimbing
MS
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan:
1
SEP 2013
vii
Judul skripsi
:
Nama
NIM
:
:
Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan
Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program
Pemberdayaan
Tanti Ningsih
I34090105
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir .Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan:
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
kelembagaan, dengan judul Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sumardjo selaku
pembimbing dan Bapak Arsyad dari PKSPL IPB serta Bapak Ferdinand Yose dari
PNPM Mandiri Perdesaan kawasan Padang Pariaman yang telah banyak memberi
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada masyarakat Nagari
Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera
Barat yang telah bersedia bekerja sama dalam memperlancar kegiatan penelitian
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta teman-teman yang selalu
memberikan dukungan moral pada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan PNPM Mandiri
Perdesaan Kawasan Pesisir di masa depan, meski kritik dan saran tetap diperlukan
untuk karya yang lebih baik.
Bogor, September 2013
Tanti Ningsih
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Masyarakat Pesisir
Desa Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir
Pelatihan Keterampilan Masyarakat
Partisipasi dalam Program Pemberdayaan
Kelembagaan
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Teknik Pengumpulan Data
PARTISIPASI MASYARAKAT NAGARI SASAK DALAM KEGIATAN
PNPM MANDIRI PERDESAAN KAWASAN PESISIR
FUNGSI PNPM MANDIRI PERDESAAN KAWASAN PESISIR DALAM
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PESISIR
Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Musyawarah dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir
Tingkat Keberdayaan Masyarakat Kawasan Pesisir
Hubungan tingkat keberdayaan masyarakat Nagari Sasak dengan
keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Keefektivan Fungsi Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir dalam Memberdayakan Masyarakat
iv
vii
viii
ix
x
xvi
xvi
1
3
3
3
5
5
5
6
7
12
16
18
20
21
21
27
28
35
41
41
42
50
64
x
Tingkat keteraturan kolektif berdasarkan
Partisipasi
Tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan oleh Tim Pengawas di
Nagari Sasak
Tingkat pengawasan kegiatan berdasarkan karakteristik
Individu
STRATEGI PENGEMBANGAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DI
KAWASAN PESISIR
Strategi pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri
di Jorong Berhasil
Strategi pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri
di Jorong Kurang Berhasil
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
76
77
77
89
91
92
95
95
97
108
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan
Pemikiran tentang program pemberdayaan dan kemampuan fasilitator
program pemberdayaan
Tangga partisipasi masyarakat menurut tangga partisipasi Arnstein
Kategori tingkat pendidikan
Rekapitulasi jawaban responden tentang partisipasi dalam PNPM
Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir
Jumlah rumah tangga dan penduduk Nagari Sasak tahun 2011
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2011
Jenis, luas lahan, dan produksi areal perikanan Nagari Sasak tahun
2011
Tabel 9 Luas lahan dan produksi pertanian di Nagari Sasak tahun
2011
Jumlah fasilitas pendidikan di Nagari Sasak tahun 2011
Persentase responden menurut tingkat partisipasi dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara partisipasi masyarakat dengan kategori umur
berdasarkan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat partisipasi, kategori umur dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara partisipasi masyarakat dan tingkat
pendidikan berdasarkan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut tingkat partisipasi, pendidikan, dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien kontingensi antara partisipasi masyarakat dengan jenis
pekerjaan berdasarkan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut jenis pekerjaan, tingkat partisipasi dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien kontingensi antara partisipasi masyarakat dengan akses
terhadap informasi pemberdayaan berdasarkan tingkat keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat partisipasi, akses informasi
pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase pengguna media informasi menurut sebaran akses
masyarakat terhadap informasi dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut keikutsertaan dalam program
pelatihan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik keberdayaan,
karakteristik individu dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
8
10
17
21
29
31
32
32
32
33
35
35
36
36
37
38
38
39
39
41
42
43
xii
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Koefisien korelasi antara kemampuan memahami diri sendiri dengan
intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami
diri sendiri, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan
tingkat keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan mengarahkan diri sendiri
dengan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase
masyarakat
menurut
karakteristik
kemampuan
mengarahkan diri sendiri, intervensi terhadap intensitas kegiatan
pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan berunding dengan intervensi
terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan berunding,
intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan bertanggung jawab dan
intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan bertanggung
jawab, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan memahami diri sendiri dan
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program pemberdayaan, karakteristik kemampuan memahami diri
sendiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi kemampuan mengarahkan diri sendiri dan
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program, karakteristik kemampuan mengarahkan diri dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan berunding dan intervensi
terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteriktik kemampuan berunding,
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan bertanggung jawab dan
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan bertanggung
jawab, intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
44
44
44
45
45
46
46
46
47
47
48
48
48
49
49
50
xiii
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan dengan kemampuan memahami diri sendiri di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami
diri sendiri, tingkat kepemilikan masyarakat terhadap kelembagaan
PNPM Mandiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami
diri sendiri, tingkat proporsi manfaat dengan biaya dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan memahami diri sendiri,
tingkat keteraturan kolektif kegiatan dan tingkat keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan memahami diri sendiri,
tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kemampuan memahami diri sendiri dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan dan kemampuan mengarahkan diri sendiri di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri sendiri,
tingkat kepemilikan terhadap kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri, tingkat
proporsi manfaat dengan biaya dan tingkat keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri, tingkat
keteraturan kolektif dan tingkat keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri sendiri,
tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri, tingkat
kesesuaian pemberian sanksi dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
Koefisien korelasi keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan dan kemampuan berunding masyarakat di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan terhadap
kelembagaan PNPM Mandiri, kemampuan berunding dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat proporsi manfaat dengan biaya,
kemampuan berunding dan tingkat keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut, tingkat keteraturan kolektif,
kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
51
51
52
52
53
54
54
55
55
56
56
57
58
58
59
59
xiv
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan,
kemampuan berunding dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kemampuan berunding dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan dan kemampuan
bertanggung jawab masyarakat di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan bertanggung jawab,
tingkat kepemilikan kelembagaan PNPM Mandiri dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat proporsi manfaat dengan biaya,
kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan bertanggung jawab,
tingkat keteraturan kolektif kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan
pemberdayaan, kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Koefisien
korelasi/kontingensi
antara
tingkat
kepemilikan
kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan dengan karakteristik individu
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase responden menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri, kategori umur dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan, pendidikan dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan, jenis pekerjaan dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan, akses terhadap informasi pemberdayaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat kepemilikan terhadap kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan dan partisipasi di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan,
partisipasi dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat kepemilikan kelembagaan dan
intervensi dari luar di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri, intervensi dari luar terhadap intensitas kegiatan
program pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
60
61
61
62
62
63
63
64
65
65
66
67
67
68
68
69
69
xv
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
Persentase masyarakat menurut intervensi dari luar terhadap tingkat
dukungan program pemberdayaan, tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak 2013
Koefisien korelasi/kontingensi antara tingkat proporsi manfaat dan
biaya dengan karakteristik individu di Nagari Sasak, tahun 2013
Persentase masyarakat menurut proporsi manfaat dan biaya kegiatan
pemberdayaan, kategori umur dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat proporsi manfaat dan biaya
kegiatan PNPM Mandiri, pendidikan dan tingkat keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase responden menurut tingkat proporsi manfaat dan biaya,
akses terhadap informasi pemberdayaan dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara partisipasi dan tingkat proporsi manfaat
dengan biaya di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut partisipasi, tingkat proporsi manfaat
dan biaya dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara intervensi dari luar dan tingkat proporsi
manfaat dan biaya di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program, proporsi manfaat dan biaya, dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat keteraturan kolektif kegiatan dengan
karakteristik individu di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat keteraturan kolektif, kategori
umur dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat keteraturan kolektif kegiatan dengan
partisipasi masyarakat di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat keteraturan kolektif kegiatan dengan
intervensi dari luar di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program, tingkat keteraturan kolektif kegiatan dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi/kontingensi antara tingkat pengawasan kegiatan
dengan karakteristik individu di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kategori umur, tingkat pengawasan
kegiatan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut pendidikan, tingkat pengawasan
kegiatan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan, jenis
pekerjaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan, akses
informasi pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan
dengan partisipasi masyarakat Nagari Sasak tahun 2013
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
81
xvi
Koefisien korelasi antara tingkat pengawasan kegiatan dengan
intervensi dari luar di Nagari Sasak tahun 2013
81
93. Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan
pemberdayaan, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
82
94. Persentase masyarakat menurut proporsi manfaat dan biaya kegiatan,
intervensi dalam tingkat dukungan program dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
82
95. Koefisien korelasi/kontingensi karakteristik individu dengan tingkat
kesesuaian pemberian sanksi di Nagari Sasak tahun 2013
83
96. Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kategori umur dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
84
97. Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
pendidikan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
84
98. Persentase masyarakat menurut ketepatan pemberian sanksi, akses
informasi pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
85
99. Koefisien korelasi antara partisipasi dengan tingkat kesesuaian
pemberian sanksi di Nagari Sasak tahun 2013
85
100. Koefisien korelasi antara intervensi dari luar dengan tingkat
kesesuaian pemberian sanksi di Nagari Sasak tahun 2013
86
101. Persentase masyarakat menurut kesesuaian pemberian sanksi, tingkat
intervensi terhadap intensitas kegiatan program dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
86
102. Musyawarah dalam Proses Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di
Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir
101
92.
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bagan Alir Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
9
Alur Penulisan Usulan
14
Kerangka berpikir keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan Kawasan Pesisir dalam partisipasi masyarakat terhadap
program pemberdayaan tahun 2013
20
Metode pengambilan sampel di Jorong Padang Halaban
27
Metode pengambilan sampel di Jorong Sialang
28
Desain pelembagaan kerja dikaitkan dengan dukungan program
89
Desain kritisi strategi pengembangan kelembagaan kerja PNPM
Mandiri Perdesaan berdasarkan desain kerja kelembagaan PNPM
Mandiri
90
Peta Kabupaten Pasaman Barat
106
Peta Kabupaten Pasaman Barat berdasarkan potensi daerah
106
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Persiapan Sosialisasi Tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan
2.
3.
4.
5.
Nagari
99
Informasi PNPM Mandiri Perdesaan untuk disampaikan dalam
pertemuan sosialisasi
10000
Musyawarah dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari
Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir
101
Peta lokasi penelitian
106
Dokumentasi Lokasi Penelitian
107
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Implementasi pendekatan top down dalam pembangunan menyebabkan
partisipasi masyarakat kurang terwujud. Faktanya, program pemberdayaan yang
dilaksanakan di masa lalu cenderung dilakukan secara top down dan sentralistik
(Mukhlis 2009). Tampaknya, partisipasi merupakan kunci dari pembangunan.
Oleh karena itu keberdayaan masyarakat kurang terwujud. Hal tersebut
memunculkan ide untuk melanjutkan program pembangunan yang memiliki
prinsip bottom up dan disentralistik dengan mengutamakan partisipasi masyarakat
yang sesungguhnya. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan
merupakan kunci dari pemberdayaan. Untuk mengembangkan model
pembangunan yang mampu membangkitkan partisipasi masyarakat, diperlukan
beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut menurut Soetrisno (1995) meliputi: (1)
mendorong pemikiran yang kreatif, (2) mengembangkan toleransi yang besar
terhadap kritikan, (3) membudayakan sikap mau mengakui kesalahan dalam
merencanakan pembangunan daerah, dan (4) mendorong kemampuan untuk
merancang dasar skenario. Melalui persyaratan tersebut, gradasi peran serta
masyarakat akan bergerak secara logis.
Beberapa dekade terakhir, pengembangan budaya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) sudah menjadi tema penting dalam diskusi-diskusi tentang
proses pembangunan di Indonesia (Masyuri dan Herdikiagung 2010). Penguasaan
dan pemanfaatan IPTEK dipandang sebagai faktor yang menentukan kemajuan
peradaban manusia. Di beberapa negara, IPTEK dijadikan sebagai bagian dari
acuan sikap, pola tanggap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
terbukti memberikan andil yang cukup besar dalam pencapaian kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan. Dewasa ini, pengembangan budaya IPTEK
dianggap kurang optimal dilakukan di Indonesia. Pembangunan berbudaya IPTEK
bersifat kompleks, multidimensi, bersifat holibis, serta menghadapi banyak
kendala. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang bersifat lintas sektoral
sehingga kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun non
pemerintah dapat dilakukan secara lebih terintegrasi.
Pembangunan pedesaan merupakan bagian yang penting dari pembangunan
nasional. Kawasan Indonesia merupakan kawasan pedesaan yakni 82 persen dari
kawasan yang ada dan sekitar 50 persen penduduk tinggal di pedesaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 51 tahun 2007 tentang
Pembangunan Pedesaan Berbasis Masyarakat, pembangunan pedesaan haruslah
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan
keberlanjutan SDA. Untuk itu, pembangunan desa harus memperhatikan
kepentingan antar dan dalam kawasan pedesaan secara partisipatif, produktif, dan
berkelanjutan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Salah satu wilayah perdesaan yang dijadikan fokus pembangunan desa
adalah pedesaan wilayah pesisir. Sebagian besar dari wilayah pesisir didiami oleh
komunitas yang subsisten dan melakukan kegiatan ekonomi dengan skala kecil
untuk menghidupi keluarganya. Keterbatasan masyarakat pesisir terutama dalam
hal peningkatan kesejahteraan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
2
antara lain keadaan sumber daya yang semakin menipis, kurangnya budaya
menabung dan mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata
niaga yang belum kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan (Dahuri dan
Ginting 2001). Permasalahan kesejahteraan kawasan pesisir tidak saja dialami
oleh nelayan kecil tapi juga masyarakat sekitar kawasan pesisir lainnya. Oleh
karena itu, diselenggarakan program pemberdayaan khusus untuk masyarakat
kawasan pesisir.
Berbagai program pemberdayaan di kawasan pesisir telah dilakukan. Salah
satunya adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).
Program ini dilaksanakan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Penanggung jawab dan pembina
program ditingkat nasional adalah Direktur Jenderal kelautan,pesisir dan pulaupulau kecil (Dirjen KP3K). Dinas kelautan dan perikanan kabupaten/Propinsi
merupakan penanggung jawab operasional program tersebut. Kegiatan PEMP
diinisasi untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat krisis ekonomi, kenaikan
BBM, kesenjangan, kemiskinan, dan rendahnya kapasitas sumberdaya manusia
(masyarakat) pesisir serta upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan. Program ini dirancang untuk tiga periode
yakni periode inisiasi (2001-2003), periode institusionalisasi (2004-2006), periode
diversifikasi usaha (2007-2009). Kelemahan dari program ini menurut
laboratorium sosiologi UNJ adalah program ini telah mengesampingkan potensipotensi lokal.
Sejak tahun 2009, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah
meresmikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Pesisir
(PNPM KP) yang terintegrasi dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dibawah koordinasi Kementrian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Departemen Dalam Negeri Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 2008). Untuk pedesaan kawasan
pesisir, dilaksanakan juga program pemberdayaan serupa yakni PNPM Mandiri
Pedesaan Kawasan Pesisir. Program PNPM dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Terdapat beberapa kegiatan dalam
PNPM
Mandiri.
Kegiatan
tersebut
antara
lain
pemberdayaan
masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana bantuan
langsung untuk masyarakat kepada masyarakat secara langsung. Pelaksanaan
PNPM Mandiri Pedesaan berada dibawah binaan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementrian Dalam Negeri.
Pemberdayaan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan. Salah satunya adalah pendekatan kelembagaan. Terdapat beberapa
alasan yang mendasari pelaksanaan program pemberdayaan cenderung lebih baik
bila dilakukan dengan pendekatan kelembagaan. Alasan yang pertama adalah
pendekatan kelembagaan mampu memperbesar kemampuan sumber daya dan
meningkatkan skala usaha ekonomi kolektif masyarakat. Kedua, pendekatan
kelembagaan mampu meningkatkan posisi tawar kolektif dalam mengakses modal,
pasar, teknologi, dan kebijakan. Ketiga, pendekatan kelembagaan dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi dan kerjasama kemitraan dalam
pengelolaan kegiatan ekonomi kolektif untuk mendukung dinamika ekonomi
kawasan. Terakhir, pendekatan kelembagaan dapat memudahkan pengontrolan
perjalanan ekonomi bersama (Kutani et al 2011).
3
Perumusan Masalah
Kelembagaan memiliki peranan yang cukup penting dalam menampung
bentuk partisipasi masyarakat pesisir. Untuk itu, bagaimana efektivitas
kelembagaan mendapatkan partisipasi masyarakat pesisir dan memberdayakan
masyarakat secara berkelanjutan menjadi penting untuk dikaji. Pertanyaan khusus
yang menarik untuk diteliti adalah:
(1) Sejauh mana partisipasi masyarakat Nagari Sasak dalam kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Persisir?
(2) Sejauh mana PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir berfungsi
untuk memberdayakan masyarakat Nagari Sasak, Kecamatan Sasak
Ranah Pesisir?
(3) Bagaimana strategi PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir di
Nagari Sasak dalam memberdayakan masyarakat?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
(1) Menganalisis partisipasi masyarakat Nagari Sasak dalam kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir.
(2) Menganalisis fungsi PNPM Mandiri dalam pemberdayaan masyarakat
Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir
(3) Merumuskan strategi pengembangan PNPM Mandiri Pedesaan
Kawasan Pesisir Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir melalui
pendekatan kelembagaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan manfaat bagi mahasiswa
selaku akademisi, pemerintah, dan masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini diantaranya sebagai berikut
(1) Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai program
pemberdayaan kawasan perdesaan.
(2) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menjembatani program-program pemberdayaan
untuk mewujudkan masyarakat yang lebih maju dan berdaya
(3) Bagi masyarakat sebagai referensi mengenai program pemberdayaan
yang dilakukan oleh berbagai pihak pemberdaya.
4
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan individu yang menggantungkan
hidupnya pada sumberdaya laut dan area pantai. Menurut Satria (2009),
Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan individu yang hidup bersama-sama
mendiami suatu wilayah pantai, membentuk dan memiliki kebudayaan khas yang
terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Berdasarkan definisi tersebut, masyarakat pesisir tidak hanya terbatas pada
kelompok nelayan namun juga kelompok lainnya yang secara tidak langsung
memperoleh/mengelola sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir pada umumnya
merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara sosial, ekonomi,
dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Ketertinggalan
masyarakat pesisir ini menjadi hambatan potensial dalam pembangunan seperti
yang diungkapkan oleh Kusnadi (2006):
“Keterbelakangan sosial ekonomi pada masyarakat pesisir merupakan
hambatan potensial bagi mereka untuk mendorong dinamika
pembangunan di wilayahnya. Akibatnya sering terjadi kelemahan
bargaining position dengan pihak-pihak lain di luar kawasan pesisir,
sehingga mereka kurang memiliki kemampuan mengembangkan
kapasitas dirinya dan organisasi atau kelembagaan sosial yang dimiliki
sebagai sarana aktualisasi dalam membangun wilayahnya.”
Persepsi demikian didasarkan pada hasil pengamatan langsung terhadap
realitas kehidupan masyarakat pesisir atau melalui pemahaman terhadap hasil
kajian akademis. Keterbatasan masyarakat pesisir terutama dalam hal peningkatan
kesejahteraan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain
keadaan sumber daya yang semakin menipis, kurangnya budaya menabung dan
mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata niaga yang belum
kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan. (Dahuri dan Ginting 2001)
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir disebabkan oleh tidak
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Hak-hak dasar tersebut mencakup
kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur
(Zamzami 2011). Faktor lainnya yakni kurangnya kesempatan berusaha,
kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya
hidup yang cenderung boros menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin
semakin lemah.
Desa Pesisir
Desa (atau yang disebut dengan nama lain di beberapa daerah di Indonesia)
merupakan suatu wilayah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah untuk mengatur kepentingan penghuninya dengan landasan adat istiadat
atau peraturan setempat. Berdasarkan PP No. 72 tahun 2005 tentang desa,
peraturan tersebut telah diakui dan dihormati oleh Negara. Desa pesisir
merupakan suatu kawasan berpenduduk yang berada disekitar garis pantai dan
6
memiliki ketergantungan terhadap sumber daya laut baik langsung maupun tidak
langsung. Pengertian tersebut merujuk pada beberapa sumber.
Menurut BPS, desa pesisir merupakan kelurahan/nagari/sebutan lainnya
yang berbatasan langsung dengan garis pantai atau merupakan desa pulau dengan
corak kehidupan masyarakat yang bergantung ataupun tidak bergantung pada
potensi laut. Berdasarkan UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, batas administratif wilayah pesisir adalah 12 mil
kearah laut. Dengan demikian seluruh desa yang berada di dalam batas tersebut
merupakan desa pesisir.
Badan Pusat Statistik membagi desa menjadi dua jenis. Dua jenis desa
tersebut yakni desa perkotaan dan desa perdesaan. Pembagian tersebut terkait
dengan karakteristik sosial ekonomi desa menurut status perkotaan dan perdesaan
secara statistik. Definisi desa perkotaan adalah suatu wilayah administratif
setingkat kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan
penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan
serta aksesnya. Desa perdesaan adalah suatu wilayah administratif setingkat
kelurahan yang belum memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan
penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan
dan aksesnya. Hal tersebut menjelaskan bahwa desa pesisir dapat diklasifikasikan
ke dalam desa perkotaan atau desa perdesaan tergantung pada kondisi persyaratan
desa pesisir itu sendiri.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk membina sekelompok
individu yang dianggap belum memiliki kompetensi menjadi lebih berkompetensi.
Pada kondisi ini, masyarakat dianggap sebagai pihak yang berada dalam
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan bukan merujuk pada ketidakberdayaan sama
sekali. Realitasnya, masyarakat yang terlihat lemah justru mampu bertahan
dengan kondisi keterbatasan yang ada. Oleh karenanya kemampuan tersebut perlu
lebih dikembangkan.
Menurut Chambers (1983), pemberdayaan masyarakat adalah “sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan nilai-nilai sosial”. Konsep ini
mencerminkan paradigma basis pembangunan yang bersifat people centered
development, participatory, empowering dan sustainable (Kartasasmita 1996).
Menurut Sidu (2006), pemberdayaan merupakan proses memperoleh dan
memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar mampu
mengenali potensi yang dimiliki, menentukan kebutuhan dan memilih alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi secara mandiri.
Menurut Amanah (2005), pemberdayaan dapat dikaji dari program
pemberdayaan itu sendiri dan fasilitator program pemberdayaan tersebut. Program
pemberdayaan dapat dikaji dari aspek inisiasi dan tujuan program, materi program,
dan proses. Fasilitator program dapat dikaji dari aspek peran fasilitator,
kompetensi fasilitator, pengawasan dan evaluasi, serta keberlanjutannya. Terdapat
tiga proses dalam pemberdayaan (Kartasasmita 1996). Proses pertama adalah
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat
berkembang. Proses kedua yakni memperkuat potensi atau daya upaya yang
dimiliki oleh masyarakat. Proses ketiga, pemberdayaan dapat juga diartikan
sebagai perlindungan yakni mencegah pihak yang lemah bertambah lemah.
7
Menurut Sumardjo (1999), terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukan bahwa
suatu masyarakat telah berdaya. Ciri-ciri tersebut yaitu: (1) mampu memahami
diri dan potensinya, (2) mampu mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki
kekuatan untuk berunding, (4) memiliki bargaining power yang memadai dalam
melakukan kerja sama, dan (5) bertanggung jawab atas tindakannya.
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah
satu kegiatan pengembangan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam
upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya
mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah
dilaksanakan sejak 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh
Presiden RI pada 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Departemen
Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa 2008).
Sejak tahun 2009, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah
meresmikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Pesisir
(PNPM KP) yang terintegrasi dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dibawah koordinasi Kementrian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Selain itu, untuk pedesaan kawasan pesisir,
dilakukan program pemberdayaan serupa yakni PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir (PNPM Mandiri Perdesaan). Program PNPM dapat dikatakan
sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Terdapat
beberapa
kegiatan
dalam
PNPM
antara
lain
pemberdayaan
masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana bantuan
langsung untuk masyarakat kepada masyarakat secara langsung. Pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan berada dibawah binaan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementrian Dalam Negeri.
Fungsi PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan. Upaya tersebut dilakukan
dengan menciptaan kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan, partisipasi seluruh anggota masyarakat merupakan prioritas utama.
Partisipasi tersebut mencakup dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan
penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya
hingga pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
PNPM Mandiri menekankan pada prinsip-prinsip pokok yang terdiri dari
transparansi
dan
akuntabilitas,
desentralisasi,
keberpihakan
pada
orang/masyarakat miskin, otonomi, partisipasi/pelibatan masyarakat, prioritas
unggulan, kesetaraan atau keadilan jender, kolaborasi, dan keberlanjutan
(Depatemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa 2008). Penjelasan mengenai prinsip-prinsip pokok tersebut disajikan dalam
Tabel 1.
8
Tabel 1 Prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan
Prinsip PNPM Mandiri
Perdesaan
Transparansi dan
akuntabilitas
Desentralisasi
Keberpihakan pada
orang/masyarakat miskin
Otonomi
Partisipasi/pelibatan
masyarakat
Prioritas unggulan
Kesetaraan atau keadilan
gender
Bertumpu pada
pembangunan manusia
Keberlanjutan
Penjelasan
Prinsip ini menempatkan masyarakat sebagai
pemilik akses terhadap seluruh informasi
pemberdayaan, proses pengambilan keputusan dan
pengelolaan kegiatan secara terbuka serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, teknis, legal
dan administratif.
Memberikan ruang gerak masyarakat yang lebih
luas dalam mengelola pembangunan sektoral dan
kewilayahan sesuai dengan kapasitas masyarakat.
Segala keputusan yang diambil merupakan
keputusan yan gberpihak pada masyarakat miskin.
Masyarakat memiliki hak dan wewenak dalam
mengatur diri secara mandiri dan bertanggung
jawab.
Masyarakat berperan serta secara aktif dalam
proses kegiatan program pemberdayaan
Masyarakat memilih program yang diutamakan.
Laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak
dan kewajiban dalam proses kegiatan program
pemberdayaan.
Pemilihan program berdasarkan pada dampaknya
secara langsung terhadap pembangunan manusia,
bukan semata pembangunan fisik.
Memiliki pertimbangan mengenai pelestarian
program atau dampak program.
Sumber: Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa
2008
PNPM Mandiri melakukan sosialisasi kegiatan pemberdayaan pada
masyarakat sasaran kegiatan. Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan
menyebarluaskan informasi program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
kepada masyarakat. Sosialisasi PNPM Mandiri mencakup konsep, prinsip,
prosedur, kebijakan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
kepada masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah pihak
penerima manfaat langsung kegiatan, yakni Rumah Tangga Miskin; para pelaku
program; instansi atau lembaga pendudukung pelaksana PNPM Mandiri
Perdesaan lainnya baik dari kalangan pemerintah dan swasta; serta kelompok
masyarakat umum lainnya. Pelaku-pelaku sosialisasi dan penyebaran informasi
PNPM Mandiri Perdesan berasal dari para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan serta
kader masyarakat secara partisipatif dan swadaya yang kemudian disebut sebagai
Tim Sosialisasi di setiap tingkatan seperti Tim Sosialisasi Nasional, Tim
Sosialisasi Daerah, dan Pelaksana Teknis Sosialisasi di Lapangan. Media
sosialisasi dapat dilakukan melalui dua cara yakni pertemuan langsung dan media
9
informasi dengan menggunakan media komunikasi/informasi alternatif lainnya,
termasuk kegiatan promosi yang sifatnya terbuka untuk umum (poster, spanduk,
buletin, surat kabar, situs web/Blog, radio dan media alternatif lainnya seperti
pameran/bazaar, pentas seni dan budaya/Pekan Olah raga dan Kesenian, dan
perpustakaan). Persiapan pertemuan sosialisasi dapat dilihat pada Lampiran 1,
Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tujuan
Sosialisasi
Materi
Sosialisasi
- Prasarana
- Waktu
- Biaya
Pelaksanaan Sosialisasi
Evaluasi
Sosialisasi
Metode
Sosialisasi
Sasaran
Sosialisasi
Gambar 1 Bagan Alir Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Sumber: Depatemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa 2008
Pada prinsipnya, sosialisasi dilakukan secara berkesinambungan, tidak
hanya melalui forum resmi untuk PNPM Mandiri Perdesaan tetapi juga dalam
pertemuan-pertemuan lain secara formal maupun informal. Secara bertahap,
sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilakukan mulai dari sosialisasi di
provinsi hingga di tingkat kabupaten. Sosialisasi juga dilakukan di kalangan
akademisi. Dilakukannya sosialisasi di kalangan tersebut bertujuan untuk
diperolehnya saran/masukan demi perbaikan pelaksanaan program, juga bantuan
upaya peningkatan kapasitas masyarakat dan pelaku program di lapangan.
Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, terdapat orang yang bertugas
sebagai fasilitator. Fasilitator merupakan pemandu dalam pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Fungsi fasilitator yaitu: (1) menyampaikan
tujuan dan memandu jalannya pertemuan; (2) memotivasi peserta untuk
mengemukakan pendapat; dan (3) memandu dan mendampingi peserta dalam
mengambil keputusan. Seorang fasilitator perlu dibekali dengan beberapa
kemampuan yakni kemampuan dalam kepemimpinan, kemampuan konseptual
atau menerjemahkan pemikiran yang rumit menjadi lebih mudah dipahami, dan
menimbulkan ide baru, kemampuan komunikasi, kemampuan dalam
pengembangan masyarakat, dan kemampuan menjalin hubungan sosial. Proses
fasilitasi di masyarakat dilakukan dengan dua tahap yaitu: (1) tahap identifikasi
dan penjajakan awal; dan (2) penyebarluasan dan pendampingan.
Menurut Amanah (2005), pemberdayaan dapat dikaji dari program
pemberdayaan itu sendiri dan fasilitator program pemberdayaan tersebut. Program
pemberdayaan dapat dikaji dari aspek inisiasi dan tujuan program, materi program,
dan proses. Fasilitator program dapat dikaji dari aspek peran fasilitator,
kompotensi fasilitator, pengawasan dan evaluasi, dan keberlanjutannya. Berikut
tabel perbandingan tingkat dukungan dari segi program pemberdayaan dan
fasilitator menurut Amanah (2005).
10
Tabel 2 Pemikiran tentang program pemberdayaan dan kemampuan fasilitator
program pemberdayaan
Kriteria
Kurang Memberdayakan
Memberdayakan
A. Program pemberdayaan
Inisiasi dan
- Inisiasi oleh pihak
. tujuan program
luar/diusulkan oleh
pihak luar
.
Materi
program
Kegiatan
.
Proses
.
- Fokus hanya pada
masalah cara atau
teknologi produksi
- Donasi (pembagian
sumbangan)
- Berpusat pada
pemerintah atau
sponsor
- Pendekatan searah
- Bias pada
kepentingan pihak
luar
B.
1.
Fasilitator program
Peran fasilitator
- Menggurui
2.
Kompetensi
fasilitator
3.
4.
-
Program diinisiasi dari
sistem sosial masyarakat
(kebutuhan), penetapan
tujuan oleh masyarakat,
difasilitasi oleh lembaga
terkait.
-
Program dirancang dengan
mengakomodasi kebutuhan
nelayan (klien).
Penguatan kapasitas
-
Berpusat pada individu,
kelompok, dan masyarakat
lokal
Multi pendekatan, sesuai
dengan kesiapan masyarakat
Melibatkan berbagai
stakeholder
-
-
- Lemah dalam
berkomunikasi,
memotivasi, dan
memberdayakan
masyarakat
Pengawasan dan - Supervisi oleh
evaluasi
pihak luar kurang
-
Keberlanjutan
-
- Rendah/kurang
inovatif
-
Belajar bersama, Suasana
demokratis, berbagi
pengalaman
Kemampuan teknis dan
non teknis yang memadai,
serta memberdayakan
masyarakat
Terprogram dengan
melibatkan masyarakat,
tolak ukur keBerhasilan
jelas
Tinggi, masyarakat
memiliki kreatifitas dan
daya inovatif yang tinggi
Sumber: Amanah 2005
PNPM Mandiri Perdesaan memiliki dua jenis kegiatan yang dilakukan di
wilayah kerjanya yakni fasilitasi dan pelatihan. Program fasilitasi dilakukan
sebagai salah satu sarana untuk menyediakan kebutuhan fisik maupun non fisik
masyarakat. Kebutuhan fisik mencakup pembuatan jalan, jembatan, pasar, tempat
pelelangan ikan, MCK, air bersih, tambatan perahu, rakit penyeberangan, listrik,
pompa air, pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah, posyandu, dan Taman
11
Kanak-kanak, TPT (Tembok Penahan Tanah) dan irigasi. Program non fisik
termasuk dalam Program Peningkatan Kapasitas masyarakat dan pemerintahan
lokal. Program peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal
merupakan kegiatan yang ditujukan pada pengembangan bakat, potensi dan minat
yang dimiliki individu sehingga mampu menciptakan daya saing, peluang tenaga
kerja dan mampu meningkatkan kapasitas individu. Program ini direalisasikan
dalam bentuk pelatihan. Pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan
terdiri dari pelatihan pelaku dan pelatihan keterampilan masyarakat. Pelatihan
pelaku yang dimaksud adalah pelatihan untuk para calon kader/KPM-D/K.
Pelatihan ini dilaksanakan di tingkat RW/Komunitas dan dilakukan dengan
wawancara semi terstruktur terhadap warga yang diusulkan oleh aparat ataupun
komunitas. Pelatihan ini dilaksanakan setelah pembentukan tim pelaku yang
diputuskan melalui Musyawarah Antar Nagari Sosialisasi. Pembentukan tim
pelaku memliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain yakni: (1)
tersosialisasikannya gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan; (2)
terbentukanya
tim
KPM-D/N/K
Kader
Pemberdayaan
Masyarakat
Desa/Nagari/Kelurahan) disetiap dusun/RW; dan (3) diperolehnya gambaran
umum kondisi masyarakat.Tahapan musyawarah yang diadakan selama kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilihat di Lampiran 3.
Pelatihan keterampilan adalah kegiatan pengembangan bakat dan potensi
masyarakat. Kedua pelatihan tersebut termasuk dalam kegiatan di bidang
pelayanan pendidikan non formal. Pelatihan ini bertujuan untuk mempercepat
peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan menitikberatkan pada
pemerataan kesempatan pendidi
KAWASAN PESISIR DALAM PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PROGRAM PEMBERDAYAAN
TANTI NINGSIH
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keefektivan
Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir dalam Partisipasi
Masyarakat terhadap Program Pembedayaan adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Tanti Ningsih
NIM I34090105
iv
ABSTRAK
TANTI NINGSIH. Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan.
Dibawah bimbingan SUMARDJO.
Keterlibatan masyarakat pesisir dalam beberapa program pemberdayaan
menentukan keberlanjutan program dan keberhasilan program. Partisipasi
masyarakat seringkali terabaikan disebabkan oleh lemahnya akses masyarakat
dalam memanfaatkan kelembagaan setempat. Selain itu, partisipasi dalam suatu
program pembangunan mengindikasikan keefektivan kelembagaan yang ada di
masyarakat tersebut sehingga kelembagaan yang ada tetap dapat dipatuhi dan
dipertahankan. Partisipasi masyarakat pesisir di Nagari Sasak dalam kegiatan
pemberdayaan oleh PNPM Mandiri Perdesaan bersifat tokenism. Fungsi PNPM
Mandiri Perdesaan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di Nagari Sasak kurang terlaksana. Kegiatan
PNPM Mandiri telah terlaksana sebagaimana mestinya namun lebih menekankan
pada pemberdayaan nagari secara fisik seperti pembangunan jalan, gedung
pertemuan, penambahan kelas/gedung sekolah, peminjaman modal. Kritisi
terhadap strategi pemberdayaan oleh PNPM Mandiri Perdesaan ditekankan pada
implementasi di lapangan sebagai upaya untuk mengenal dan memahami
kebiasaan masyarakat. Selain itu, tindakan bersama bertujuan untuk menghasilkan
komitmen yang lebih baik antara pelaku PNPM Mandiri dan masyarakat penerima
manfaat program.
Kata kunci: keefektivan kelembagaan, masyarakat pesisir, partisipasi, program
pemberdayaan dan strategi pemberdayaan.
ABSTRACT
TANTI NINGSIH. Institution’s Effectiveness of PNPM Mandiri Perdesaan
Coastal area through Participation in Empowerment Program. Supervised by
SUMARDJO.
Involvement of coastal communities in several empowerment programs
determined the program’s success and sustainability. Frequently, participation is
overlooked due to the lack of public access in utilizing local institutions. In
addition, the participation in the empowerment program indicate the effectiveness
of existing institutions in the society, so that existing institutions can still be
obeyed and maintained. Participation of Coastal community in Sasak village in
empowerment program by PNPM is tokenism. PNPM function as a means to
improve employment opportunities and poor communities’s welfare in Nagari
Sasak less accomplished. PNPM Mandiri has implemented as it should, but more
emphasis on empowering physically villages such as building roads, meeting
houses, the addition of classroom/school building, borrowing capital. Critics of
the existing strategy focused on the implementation on the field. It is performed
more intensive to socialization activities in the community to recognize and
understand the habits of program beneficiaries who are mostly young people.
Joint action aims to produce better commitment between the actors and the
PNPM Mandiri program beneficiaries.
Key word: effectiveness of institution, coastal community, participation,
empowerment program and empowerment strategy.
KEEFEKTIVAN KELEMBAGAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN
KAWASAN PESISIR DALAM PARTISIPASI MASYARAKAT
TERHADAP PROGRAM PEMBERDAYAAN
TANTI NINGSIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
Judul skripsi
Nama
NIM
Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan
Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program
Pemberdayaan
Tanti Ningsih
134090105
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS
Pembimbing
MS
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan:
1
SEP 2013
vii
Judul skripsi
:
Nama
NIM
:
:
Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan
Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program
Pemberdayaan
Tanti Ningsih
I34090105
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir .Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan:
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
kelembagaan, dengan judul Keefektivan Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir dalam Partisipasi Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sumardjo selaku
pembimbing dan Bapak Arsyad dari PKSPL IPB serta Bapak Ferdinand Yose dari
PNPM Mandiri Perdesaan kawasan Padang Pariaman yang telah banyak memberi
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada masyarakat Nagari
Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera
Barat yang telah bersedia bekerja sama dalam memperlancar kegiatan penelitian
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta teman-teman yang selalu
memberikan dukungan moral pada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan PNPM Mandiri
Perdesaan Kawasan Pesisir di masa depan, meski kritik dan saran tetap diperlukan
untuk karya yang lebih baik.
Bogor, September 2013
Tanti Ningsih
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Masyarakat Pesisir
Desa Pesisir
Pemberdayaan Masyarakat
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir
Pelatihan Keterampilan Masyarakat
Partisipasi dalam Program Pemberdayaan
Kelembagaan
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Teknik Pengumpulan Data
PARTISIPASI MASYARAKAT NAGARI SASAK DALAM KEGIATAN
PNPM MANDIRI PERDESAAN KAWASAN PESISIR
FUNGSI PNPM MANDIRI PERDESAAN KAWASAN PESISIR DALAM
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PESISIR
Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Musyawarah dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir
Tingkat Keberdayaan Masyarakat Kawasan Pesisir
Hubungan tingkat keberdayaan masyarakat Nagari Sasak dengan
keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Keefektivan Fungsi Kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir dalam Memberdayakan Masyarakat
iv
vii
viii
ix
x
xvi
xvi
1
3
3
3
5
5
5
6
7
12
16
18
20
21
21
27
28
35
41
41
42
50
64
x
Tingkat keteraturan kolektif berdasarkan
Partisipasi
Tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan oleh Tim Pengawas di
Nagari Sasak
Tingkat pengawasan kegiatan berdasarkan karakteristik
Individu
STRATEGI PENGEMBANGAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DI
KAWASAN PESISIR
Strategi pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri
di Jorong Berhasil
Strategi pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri
di Jorong Kurang Berhasil
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
76
77
77
89
91
92
95
95
97
108
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan
Pemikiran tentang program pemberdayaan dan kemampuan fasilitator
program pemberdayaan
Tangga partisipasi masyarakat menurut tangga partisipasi Arnstein
Kategori tingkat pendidikan
Rekapitulasi jawaban responden tentang partisipasi dalam PNPM
Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir
Jumlah rumah tangga dan penduduk Nagari Sasak tahun 2011
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2011
Jenis, luas lahan, dan produksi areal perikanan Nagari Sasak tahun
2011
Tabel 9 Luas lahan dan produksi pertanian di Nagari Sasak tahun
2011
Jumlah fasilitas pendidikan di Nagari Sasak tahun 2011
Persentase responden menurut tingkat partisipasi dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara partisipasi masyarakat dengan kategori umur
berdasarkan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat partisipasi, kategori umur dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara partisipasi masyarakat dan tingkat
pendidikan berdasarkan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut tingkat partisipasi, pendidikan, dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien kontingensi antara partisipasi masyarakat dengan jenis
pekerjaan berdasarkan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut jenis pekerjaan, tingkat partisipasi dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien kontingensi antara partisipasi masyarakat dengan akses
terhadap informasi pemberdayaan berdasarkan tingkat keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat partisipasi, akses informasi
pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase pengguna media informasi menurut sebaran akses
masyarakat terhadap informasi dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut keikutsertaan dalam program
pelatihan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik keberdayaan,
karakteristik individu dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
8
10
17
21
29
31
32
32
32
33
35
35
36
36
37
38
38
39
39
41
42
43
xii
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Koefisien korelasi antara kemampuan memahami diri sendiri dengan
intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami
diri sendiri, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan
tingkat keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan mengarahkan diri sendiri
dengan intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase
masyarakat
menurut
karakteristik
kemampuan
mengarahkan diri sendiri, intervensi terhadap intensitas kegiatan
pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan berunding dengan intervensi
terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan berunding,
intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan bertanggung jawab dan
intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan bertanggung
jawab, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan memahami diri sendiri dan
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program pemberdayaan, karakteristik kemampuan memahami diri
sendiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi kemampuan mengarahkan diri sendiri dan
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program, karakteristik kemampuan mengarahkan diri dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan berunding dan intervensi
terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteriktik kemampuan berunding,
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara kemampuan bertanggung jawab dan
intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan bertanggung
jawab, intervensi terhadap tingkat dukungan program pemberdayaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
44
44
44
45
45
46
46
46
47
47
48
48
48
49
49
50
xiii
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan dengan kemampuan memahami diri sendiri di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami
diri sendiri, tingkat kepemilikan masyarakat terhadap kelembagaan
PNPM Mandiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut karakteristik kemampuan memahami
diri sendiri, tingkat proporsi manfaat dengan biaya dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan memahami diri sendiri,
tingkat keteraturan kolektif kegiatan dan tingkat keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan memahami diri sendiri,
tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kemampuan memahami diri sendiri dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan dan kemampuan mengarahkan diri sendiri di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri sendiri,
tingkat kepemilikan terhadap kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri, tingkat
proporsi manfaat dengan biaya dan tingkat keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri, tingkat
keteraturan kolektif dan tingkat keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri sendiri,
tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan mengarahkan diri, tingkat
kesesuaian pemberian sanksi dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
Koefisien korelasi keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan dan kemampuan berunding masyarakat di Nagari Sasak
tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan terhadap
kelembagaan PNPM Mandiri, kemampuan berunding dan
keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat proporsi manfaat dengan biaya,
kemampuan berunding dan tingkat keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut, tingkat keteraturan kolektif,
kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
51
51
52
52
53
54
54
55
55
56
56
57
58
58
59
59
xiv
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan,
kemampuan berunding dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kemampuan berunding dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun
2013
Koefisien korelasi antara keefektivan kelembagaan dan kemampuan
bertanggung jawab masyarakat di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan bertanggung jawab,
tingkat kepemilikan kelembagaan PNPM Mandiri dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat proporsi manfaat dengan biaya,
kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kemampuan bertanggung jawab,
tingkat keteraturan kolektif kegiatan pemberdayaan dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan
pemberdayaan, kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kemampuan bertanggung jawab dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Koefisien
korelasi/kontingensi
antara
tingkat
kepemilikan
kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan dengan karakteristik individu
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase responden menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri, kategori umur dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan, pendidikan dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan, jenis pekerjaan dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan, akses terhadap informasi pemberdayaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat kepemilikan terhadap kelembagaan
PNPM Mandiri Perdesaan dan partisipasi di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan,
partisipasi dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat kepemilikan kelembagaan dan
intervensi dari luar di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri, intervensi dari luar terhadap intensitas kegiatan
program pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
60
61
61
62
62
63
63
64
65
65
66
67
67
68
68
69
69
xv
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
Persentase masyarakat menurut intervensi dari luar terhadap tingkat
dukungan program pemberdayaan, tingkat kepemilikan kelembagaan
PNPM Mandiri dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak 2013
Koefisien korelasi/kontingensi antara tingkat proporsi manfaat dan
biaya dengan karakteristik individu di Nagari Sasak, tahun 2013
Persentase masyarakat menurut proporsi manfaat dan biaya kegiatan
pemberdayaan, kategori umur dan keberhasilan jorong di Nagari
Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat proporsi manfaat dan biaya
kegiatan PNPM Mandiri, pendidikan dan tingkat keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase responden menurut tingkat proporsi manfaat dan biaya,
akses terhadap informasi pemberdayaan dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara partisipasi dan tingkat proporsi manfaat
dengan biaya di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut partisipasi, tingkat proporsi manfaat
dan biaya dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara intervensi dari luar dan tingkat proporsi
manfaat dan biaya di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program, proporsi manfaat dan biaya, dan keberhasilan jorong di
Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat keteraturan kolektif kegiatan dengan
karakteristik individu di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat keteraturan kolektif, kategori
umur dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat keteraturan kolektif kegiatan dengan
partisipasi masyarakat di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat keteraturan kolektif kegiatan dengan
intervensi dari luar di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut intervensi terhadap tingkat dukungan
program, tingkat keteraturan kolektif kegiatan dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
Koefisien korelasi/kontingensi antara tingkat pengawasan kegiatan
dengan karakteristik individu di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut kategori umur, tingkat pengawasan
kegiatan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut pendidikan, tingkat pengawasan
kegiatan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan, jenis
pekerjaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan, akses
informasi pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
Koefisien korelasi antara tingkat pengawasan kegiatan pemberdayaan
dengan partisipasi masyarakat Nagari Sasak tahun 2013
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
81
xvi
Koefisien korelasi antara tingkat pengawasan kegiatan dengan
intervensi dari luar di Nagari Sasak tahun 2013
81
93. Persentase masyarakat menurut tingkat pengawasan kegiatan
pemberdayaan, intervensi terhadap intensitas kegiatan pemberdayaan
dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
82
94. Persentase masyarakat menurut proporsi manfaat dan biaya kegiatan,
intervensi dalam tingkat dukungan program dan keberhasilan jorong
di Nagari Sasak tahun 2013
82
95. Koefisien korelasi/kontingensi karakteristik individu dengan tingkat
kesesuaian pemberian sanksi di Nagari Sasak tahun 2013
83
96. Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
kategori umur dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
84
97. Persentase masyarakat menurut tingkat kesesuaian pemberian sanksi,
pendidikan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak tahun 2013
84
98. Persentase masyarakat menurut ketepatan pemberian sanksi, akses
informasi pemberdayaan dan keberhasilan jorong di Nagari Sasak
tahun 2013
85
99. Koefisien korelasi antara partisipasi dengan tingkat kesesuaian
pemberian sanksi di Nagari Sasak tahun 2013
85
100. Koefisien korelasi antara intervensi dari luar dengan tingkat
kesesuaian pemberian sanksi di Nagari Sasak tahun 2013
86
101. Persentase masyarakat menurut kesesuaian pemberian sanksi, tingkat
intervensi terhadap intensitas kegiatan program dan keberhasilan
jorong di Nagari Sasak tahun 2013
86
102. Musyawarah dalam Proses Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di
Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir
101
92.
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bagan Alir Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
9
Alur Penulisan Usulan
14
Kerangka berpikir keefektivan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan Kawasan Pesisir dalam partisipasi masyarakat terhadap
program pemberdayaan tahun 2013
20
Metode pengambilan sampel di Jorong Padang Halaban
27
Metode pengambilan sampel di Jorong Sialang
28
Desain pelembagaan kerja dikaitkan dengan dukungan program
89
Desain kritisi strategi pengembangan kelembagaan kerja PNPM
Mandiri Perdesaan berdasarkan desain kerja kelembagaan PNPM
Mandiri
90
Peta Kabupaten Pasaman Barat
106
Peta Kabupaten Pasaman Barat berdasarkan potensi daerah
106
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Persiapan Sosialisasi Tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan
2.
3.
4.
5.
Nagari
99
Informasi PNPM Mandiri Perdesaan untuk disampaikan dalam
pertemuan sosialisasi
10000
Musyawarah dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Nagari
Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir
101
Peta lokasi penelitian
106
Dokumentasi Lokasi Penelitian
107
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Implementasi pendekatan top down dalam pembangunan menyebabkan
partisipasi masyarakat kurang terwujud. Faktanya, program pemberdayaan yang
dilaksanakan di masa lalu cenderung dilakukan secara top down dan sentralistik
(Mukhlis 2009). Tampaknya, partisipasi merupakan kunci dari pembangunan.
Oleh karena itu keberdayaan masyarakat kurang terwujud. Hal tersebut
memunculkan ide untuk melanjutkan program pembangunan yang memiliki
prinsip bottom up dan disentralistik dengan mengutamakan partisipasi masyarakat
yang sesungguhnya. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan
merupakan kunci dari pemberdayaan. Untuk mengembangkan model
pembangunan yang mampu membangkitkan partisipasi masyarakat, diperlukan
beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut menurut Soetrisno (1995) meliputi: (1)
mendorong pemikiran yang kreatif, (2) mengembangkan toleransi yang besar
terhadap kritikan, (3) membudayakan sikap mau mengakui kesalahan dalam
merencanakan pembangunan daerah, dan (4) mendorong kemampuan untuk
merancang dasar skenario. Melalui persyaratan tersebut, gradasi peran serta
masyarakat akan bergerak secara logis.
Beberapa dekade terakhir, pengembangan budaya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) sudah menjadi tema penting dalam diskusi-diskusi tentang
proses pembangunan di Indonesia (Masyuri dan Herdikiagung 2010). Penguasaan
dan pemanfaatan IPTEK dipandang sebagai faktor yang menentukan kemajuan
peradaban manusia. Di beberapa negara, IPTEK dijadikan sebagai bagian dari
acuan sikap, pola tanggap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
terbukti memberikan andil yang cukup besar dalam pencapaian kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan. Dewasa ini, pengembangan budaya IPTEK
dianggap kurang optimal dilakukan di Indonesia. Pembangunan berbudaya IPTEK
bersifat kompleks, multidimensi, bersifat holibis, serta menghadapi banyak
kendala. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang bersifat lintas sektoral
sehingga kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun non
pemerintah dapat dilakukan secara lebih terintegrasi.
Pembangunan pedesaan merupakan bagian yang penting dari pembangunan
nasional. Kawasan Indonesia merupakan kawasan pedesaan yakni 82 persen dari
kawasan yang ada dan sekitar 50 persen penduduk tinggal di pedesaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 51 tahun 2007 tentang
Pembangunan Pedesaan Berbasis Masyarakat, pembangunan pedesaan haruslah
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan
keberlanjutan SDA. Untuk itu, pembangunan desa harus memperhatikan
kepentingan antar dan dalam kawasan pedesaan secara partisipatif, produktif, dan
berkelanjutan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Salah satu wilayah perdesaan yang dijadikan fokus pembangunan desa
adalah pedesaan wilayah pesisir. Sebagian besar dari wilayah pesisir didiami oleh
komunitas yang subsisten dan melakukan kegiatan ekonomi dengan skala kecil
untuk menghidupi keluarganya. Keterbatasan masyarakat pesisir terutama dalam
hal peningkatan kesejahteraan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
2
antara lain keadaan sumber daya yang semakin menipis, kurangnya budaya
menabung dan mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata
niaga yang belum kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan (Dahuri dan
Ginting 2001). Permasalahan kesejahteraan kawasan pesisir tidak saja dialami
oleh nelayan kecil tapi juga masyarakat sekitar kawasan pesisir lainnya. Oleh
karena itu, diselenggarakan program pemberdayaan khusus untuk masyarakat
kawasan pesisir.
Berbagai program pemberdayaan di kawasan pesisir telah dilakukan. Salah
satunya adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).
Program ini dilaksanakan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Penanggung jawab dan pembina
program ditingkat nasional adalah Direktur Jenderal kelautan,pesisir dan pulaupulau kecil (Dirjen KP3K). Dinas kelautan dan perikanan kabupaten/Propinsi
merupakan penanggung jawab operasional program tersebut. Kegiatan PEMP
diinisasi untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat krisis ekonomi, kenaikan
BBM, kesenjangan, kemiskinan, dan rendahnya kapasitas sumberdaya manusia
(masyarakat) pesisir serta upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan. Program ini dirancang untuk tiga periode
yakni periode inisiasi (2001-2003), periode institusionalisasi (2004-2006), periode
diversifikasi usaha (2007-2009). Kelemahan dari program ini menurut
laboratorium sosiologi UNJ adalah program ini telah mengesampingkan potensipotensi lokal.
Sejak tahun 2009, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah
meresmikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Pesisir
(PNPM KP) yang terintegrasi dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dibawah koordinasi Kementrian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Departemen Dalam Negeri Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 2008). Untuk pedesaan kawasan
pesisir, dilaksanakan juga program pemberdayaan serupa yakni PNPM Mandiri
Pedesaan Kawasan Pesisir. Program PNPM dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Terdapat beberapa kegiatan dalam
PNPM
Mandiri.
Kegiatan
tersebut
antara
lain
pemberdayaan
masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana bantuan
langsung untuk masyarakat kepada masyarakat secara langsung. Pelaksanaan
PNPM Mandiri Pedesaan berada dibawah binaan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementrian Dalam Negeri.
Pemberdayaan masyarakat pesisir dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan. Salah satunya adalah pendekatan kelembagaan. Terdapat beberapa
alasan yang mendasari pelaksanaan program pemberdayaan cenderung lebih baik
bila dilakukan dengan pendekatan kelembagaan. Alasan yang pertama adalah
pendekatan kelembagaan mampu memperbesar kemampuan sumber daya dan
meningkatkan skala usaha ekonomi kolektif masyarakat. Kedua, pendekatan
kelembagaan mampu meningkatkan posisi tawar kolektif dalam mengakses modal,
pasar, teknologi, dan kebijakan. Ketiga, pendekatan kelembagaan dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi dan kerjasama kemitraan dalam
pengelolaan kegiatan ekonomi kolektif untuk mendukung dinamika ekonomi
kawasan. Terakhir, pendekatan kelembagaan dapat memudahkan pengontrolan
perjalanan ekonomi bersama (Kutani et al 2011).
3
Perumusan Masalah
Kelembagaan memiliki peranan yang cukup penting dalam menampung
bentuk partisipasi masyarakat pesisir. Untuk itu, bagaimana efektivitas
kelembagaan mendapatkan partisipasi masyarakat pesisir dan memberdayakan
masyarakat secara berkelanjutan menjadi penting untuk dikaji. Pertanyaan khusus
yang menarik untuk diteliti adalah:
(1) Sejauh mana partisipasi masyarakat Nagari Sasak dalam kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Persisir?
(2) Sejauh mana PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir berfungsi
untuk memberdayakan masyarakat Nagari Sasak, Kecamatan Sasak
Ranah Pesisir?
(3) Bagaimana strategi PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir di
Nagari Sasak dalam memberdayakan masyarakat?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
(1) Menganalisis partisipasi masyarakat Nagari Sasak dalam kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir.
(2) Menganalisis fungsi PNPM Mandiri dalam pemberdayaan masyarakat
Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir
(3) Merumuskan strategi pengembangan PNPM Mandiri Pedesaan
Kawasan Pesisir Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pesisir melalui
pendekatan kelembagaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan manfaat bagi mahasiswa
selaku akademisi, pemerintah, dan masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini diantaranya sebagai berikut
(1) Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai program
pemberdayaan kawasan perdesaan.
(2) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menjembatani program-program pemberdayaan
untuk mewujudkan masyarakat yang lebih maju dan berdaya
(3) Bagi masyarakat sebagai referensi mengenai program pemberdayaan
yang dilakukan oleh berbagai pihak pemberdaya.
4
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan individu yang menggantungkan
hidupnya pada sumberdaya laut dan area pantai. Menurut Satria (2009),
Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan individu yang hidup bersama-sama
mendiami suatu wilayah pantai, membentuk dan memiliki kebudayaan khas yang
terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Berdasarkan definisi tersebut, masyarakat pesisir tidak hanya terbatas pada
kelompok nelayan namun juga kelompok lainnya yang secara tidak langsung
memperoleh/mengelola sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir pada umumnya
merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara sosial, ekonomi,
dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Ketertinggalan
masyarakat pesisir ini menjadi hambatan potensial dalam pembangunan seperti
yang diungkapkan oleh Kusnadi (2006):
“Keterbelakangan sosial ekonomi pada masyarakat pesisir merupakan
hambatan potensial bagi mereka untuk mendorong dinamika
pembangunan di wilayahnya. Akibatnya sering terjadi kelemahan
bargaining position dengan pihak-pihak lain di luar kawasan pesisir,
sehingga mereka kurang memiliki kemampuan mengembangkan
kapasitas dirinya dan organisasi atau kelembagaan sosial yang dimiliki
sebagai sarana aktualisasi dalam membangun wilayahnya.”
Persepsi demikian didasarkan pada hasil pengamatan langsung terhadap
realitas kehidupan masyarakat pesisir atau melalui pemahaman terhadap hasil
kajian akademis. Keterbatasan masyarakat pesisir terutama dalam hal peningkatan
kesejahteraan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain
keadaan sumber daya yang semakin menipis, kurangnya budaya menabung dan
mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata niaga yang belum
kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan. (Dahuri dan Ginting 2001)
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir disebabkan oleh tidak
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Hak-hak dasar tersebut mencakup
kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur
(Zamzami 2011). Faktor lainnya yakni kurangnya kesempatan berusaha,
kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya
hidup yang cenderung boros menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin
semakin lemah.
Desa Pesisir
Desa (atau yang disebut dengan nama lain di beberapa daerah di Indonesia)
merupakan suatu wilayah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah untuk mengatur kepentingan penghuninya dengan landasan adat istiadat
atau peraturan setempat. Berdasarkan PP No. 72 tahun 2005 tentang desa,
peraturan tersebut telah diakui dan dihormati oleh Negara. Desa pesisir
merupakan suatu kawasan berpenduduk yang berada disekitar garis pantai dan
6
memiliki ketergantungan terhadap sumber daya laut baik langsung maupun tidak
langsung. Pengertian tersebut merujuk pada beberapa sumber.
Menurut BPS, desa pesisir merupakan kelurahan/nagari/sebutan lainnya
yang berbatasan langsung dengan garis pantai atau merupakan desa pulau dengan
corak kehidupan masyarakat yang bergantung ataupun tidak bergantung pada
potensi laut. Berdasarkan UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, batas administratif wilayah pesisir adalah 12 mil
kearah laut. Dengan demikian seluruh desa yang berada di dalam batas tersebut
merupakan desa pesisir.
Badan Pusat Statistik membagi desa menjadi dua jenis. Dua jenis desa
tersebut yakni desa perkotaan dan desa perdesaan. Pembagian tersebut terkait
dengan karakteristik sosial ekonomi desa menurut status perkotaan dan perdesaan
secara statistik. Definisi desa perkotaan adalah suatu wilayah administratif
setingkat kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan
penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan
serta aksesnya. Desa perdesaan adalah suatu wilayah administratif setingkat
kelurahan yang belum memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan
penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan
dan aksesnya. Hal tersebut menjelaskan bahwa desa pesisir dapat diklasifikasikan
ke dalam desa perkotaan atau desa perdesaan tergantung pada kondisi persyaratan
desa pesisir itu sendiri.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk membina sekelompok
individu yang dianggap belum memiliki kompetensi menjadi lebih berkompetensi.
Pada kondisi ini, masyarakat dianggap sebagai pihak yang berada dalam
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan bukan merujuk pada ketidakberdayaan sama
sekali. Realitasnya, masyarakat yang terlihat lemah justru mampu bertahan
dengan kondisi keterbatasan yang ada. Oleh karenanya kemampuan tersebut perlu
lebih dikembangkan.
Menurut Chambers (1983), pemberdayaan masyarakat adalah “sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan nilai-nilai sosial”. Konsep ini
mencerminkan paradigma basis pembangunan yang bersifat people centered
development, participatory, empowering dan sustainable (Kartasasmita 1996).
Menurut Sidu (2006), pemberdayaan merupakan proses memperoleh dan
memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar mampu
mengenali potensi yang dimiliki, menentukan kebutuhan dan memilih alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi secara mandiri.
Menurut Amanah (2005), pemberdayaan dapat dikaji dari program
pemberdayaan itu sendiri dan fasilitator program pemberdayaan tersebut. Program
pemberdayaan dapat dikaji dari aspek inisiasi dan tujuan program, materi program,
dan proses. Fasilitator program dapat dikaji dari aspek peran fasilitator,
kompetensi fasilitator, pengawasan dan evaluasi, serta keberlanjutannya. Terdapat
tiga proses dalam pemberdayaan (Kartasasmita 1996). Proses pertama adalah
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat
berkembang. Proses kedua yakni memperkuat potensi atau daya upaya yang
dimiliki oleh masyarakat. Proses ketiga, pemberdayaan dapat juga diartikan
sebagai perlindungan yakni mencegah pihak yang lemah bertambah lemah.
7
Menurut Sumardjo (1999), terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukan bahwa
suatu masyarakat telah berdaya. Ciri-ciri tersebut yaitu: (1) mampu memahami
diri dan potensinya, (2) mampu mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki
kekuatan untuk berunding, (4) memiliki bargaining power yang memadai dalam
melakukan kerja sama, dan (5) bertanggung jawab atas tindakannya.
PNPM Mandiri Perdesaan Kawasan Pesisir
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah
satu kegiatan pengembangan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam
upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya
mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah
dilaksanakan sejak 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh
Presiden RI pada 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Departemen
Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa 2008).
Sejak tahun 2009, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah
meresmikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Pesisir
(PNPM KP) yang terintegrasi dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dibawah koordinasi Kementrian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Selain itu, untuk pedesaan kawasan pesisir,
dilakukan program pemberdayaan serupa yakni PNPM Mandiri Perdesaan
Kawasan Pesisir (PNPM Mandiri Perdesaan). Program PNPM dapat dikatakan
sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Terdapat
beberapa
kegiatan
dalam
PNPM
antara
lain
pemberdayaan
masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana bantuan
langsung untuk masyarakat kepada masyarakat secara langsung. Pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan berada dibawah binaan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementrian Dalam Negeri.
Fungsi PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan. Upaya tersebut dilakukan
dengan menciptaan kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan, partisipasi seluruh anggota masyarakat merupakan prioritas utama.
Partisipasi tersebut mencakup dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan
penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya
hingga pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
PNPM Mandiri menekankan pada prinsip-prinsip pokok yang terdiri dari
transparansi
dan
akuntabilitas,
desentralisasi,
keberpihakan
pada
orang/masyarakat miskin, otonomi, partisipasi/pelibatan masyarakat, prioritas
unggulan, kesetaraan atau keadilan jender, kolaborasi, dan keberlanjutan
(Depatemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa 2008). Penjelasan mengenai prinsip-prinsip pokok tersebut disajikan dalam
Tabel 1.
8
Tabel 1 Prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan
Prinsip PNPM Mandiri
Perdesaan
Transparansi dan
akuntabilitas
Desentralisasi
Keberpihakan pada
orang/masyarakat miskin
Otonomi
Partisipasi/pelibatan
masyarakat
Prioritas unggulan
Kesetaraan atau keadilan
gender
Bertumpu pada
pembangunan manusia
Keberlanjutan
Penjelasan
Prinsip ini menempatkan masyarakat sebagai
pemilik akses terhadap seluruh informasi
pemberdayaan, proses pengambilan keputusan dan
pengelolaan kegiatan secara terbuka serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, teknis, legal
dan administratif.
Memberikan ruang gerak masyarakat yang lebih
luas dalam mengelola pembangunan sektoral dan
kewilayahan sesuai dengan kapasitas masyarakat.
Segala keputusan yang diambil merupakan
keputusan yan gberpihak pada masyarakat miskin.
Masyarakat memiliki hak dan wewenak dalam
mengatur diri secara mandiri dan bertanggung
jawab.
Masyarakat berperan serta secara aktif dalam
proses kegiatan program pemberdayaan
Masyarakat memilih program yang diutamakan.
Laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak
dan kewajiban dalam proses kegiatan program
pemberdayaan.
Pemilihan program berdasarkan pada dampaknya
secara langsung terhadap pembangunan manusia,
bukan semata pembangunan fisik.
Memiliki pertimbangan mengenai pelestarian
program atau dampak program.
Sumber: Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa
2008
PNPM Mandiri melakukan sosialisasi kegiatan pemberdayaan pada
masyarakat sasaran kegiatan. Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan
menyebarluaskan informasi program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
kepada masyarakat. Sosialisasi PNPM Mandiri mencakup konsep, prinsip,
prosedur, kebijakan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
kepada masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah pihak
penerima manfaat langsung kegiatan, yakni Rumah Tangga Miskin; para pelaku
program; instansi atau lembaga pendudukung pelaksana PNPM Mandiri
Perdesaan lainnya baik dari kalangan pemerintah dan swasta; serta kelompok
masyarakat umum lainnya. Pelaku-pelaku sosialisasi dan penyebaran informasi
PNPM Mandiri Perdesan berasal dari para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan serta
kader masyarakat secara partisipatif dan swadaya yang kemudian disebut sebagai
Tim Sosialisasi di setiap tingkatan seperti Tim Sosialisasi Nasional, Tim
Sosialisasi Daerah, dan Pelaksana Teknis Sosialisasi di Lapangan. Media
sosialisasi dapat dilakukan melalui dua cara yakni pertemuan langsung dan media
9
informasi dengan menggunakan media komunikasi/informasi alternatif lainnya,
termasuk kegiatan promosi yang sifatnya terbuka untuk umum (poster, spanduk,
buletin, surat kabar, situs web/Blog, radio dan media alternatif lainnya seperti
pameran/bazaar, pentas seni dan budaya/Pekan Olah raga dan Kesenian, dan
perpustakaan). Persiapan pertemuan sosialisasi dapat dilihat pada Lampiran 1,
Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tujuan
Sosialisasi
Materi
Sosialisasi
- Prasarana
- Waktu
- Biaya
Pelaksanaan Sosialisasi
Evaluasi
Sosialisasi
Metode
Sosialisasi
Sasaran
Sosialisasi
Gambar 1 Bagan Alir Sosialisasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
Sumber: Depatemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengembangan Masyarakat dan Desa 2008
Pada prinsipnya, sosialisasi dilakukan secara berkesinambungan, tidak
hanya melalui forum resmi untuk PNPM Mandiri Perdesaan tetapi juga dalam
pertemuan-pertemuan lain secara formal maupun informal. Secara bertahap,
sosialisasi PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilakukan mulai dari sosialisasi di
provinsi hingga di tingkat kabupaten. Sosialisasi juga dilakukan di kalangan
akademisi. Dilakukannya sosialisasi di kalangan tersebut bertujuan untuk
diperolehnya saran/masukan demi perbaikan pelaksanaan program, juga bantuan
upaya peningkatan kapasitas masyarakat dan pelaku program di lapangan.
Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, terdapat orang yang bertugas
sebagai fasilitator. Fasilitator merupakan pemandu dalam pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Fungsi fasilitator yaitu: (1) menyampaikan
tujuan dan memandu jalannya pertemuan; (2) memotivasi peserta untuk
mengemukakan pendapat; dan (3) memandu dan mendampingi peserta dalam
mengambil keputusan. Seorang fasilitator perlu dibekali dengan beberapa
kemampuan yakni kemampuan dalam kepemimpinan, kemampuan konseptual
atau menerjemahkan pemikiran yang rumit menjadi lebih mudah dipahami, dan
menimbulkan ide baru, kemampuan komunikasi, kemampuan dalam
pengembangan masyarakat, dan kemampuan menjalin hubungan sosial. Proses
fasilitasi di masyarakat dilakukan dengan dua tahap yaitu: (1) tahap identifikasi
dan penjajakan awal; dan (2) penyebarluasan dan pendampingan.
Menurut Amanah (2005), pemberdayaan dapat dikaji dari program
pemberdayaan itu sendiri dan fasilitator program pemberdayaan tersebut. Program
pemberdayaan dapat dikaji dari aspek inisiasi dan tujuan program, materi program,
dan proses. Fasilitator program dapat dikaji dari aspek peran fasilitator,
kompotensi fasilitator, pengawasan dan evaluasi, dan keberlanjutannya. Berikut
tabel perbandingan tingkat dukungan dari segi program pemberdayaan dan
fasilitator menurut Amanah (2005).
10
Tabel 2 Pemikiran tentang program pemberdayaan dan kemampuan fasilitator
program pemberdayaan
Kriteria
Kurang Memberdayakan
Memberdayakan
A. Program pemberdayaan
Inisiasi dan
- Inisiasi oleh pihak
. tujuan program
luar/diusulkan oleh
pihak luar
.
Materi
program
Kegiatan
.
Proses
.
- Fokus hanya pada
masalah cara atau
teknologi produksi
- Donasi (pembagian
sumbangan)
- Berpusat pada
pemerintah atau
sponsor
- Pendekatan searah
- Bias pada
kepentingan pihak
luar
B.
1.
Fasilitator program
Peran fasilitator
- Menggurui
2.
Kompetensi
fasilitator
3.
4.
-
Program diinisiasi dari
sistem sosial masyarakat
(kebutuhan), penetapan
tujuan oleh masyarakat,
difasilitasi oleh lembaga
terkait.
-
Program dirancang dengan
mengakomodasi kebutuhan
nelayan (klien).
Penguatan kapasitas
-
Berpusat pada individu,
kelompok, dan masyarakat
lokal
Multi pendekatan, sesuai
dengan kesiapan masyarakat
Melibatkan berbagai
stakeholder
-
-
- Lemah dalam
berkomunikasi,
memotivasi, dan
memberdayakan
masyarakat
Pengawasan dan - Supervisi oleh
evaluasi
pihak luar kurang
-
Keberlanjutan
-
- Rendah/kurang
inovatif
-
Belajar bersama, Suasana
demokratis, berbagi
pengalaman
Kemampuan teknis dan
non teknis yang memadai,
serta memberdayakan
masyarakat
Terprogram dengan
melibatkan masyarakat,
tolak ukur keBerhasilan
jelas
Tinggi, masyarakat
memiliki kreatifitas dan
daya inovatif yang tinggi
Sumber: Amanah 2005
PNPM Mandiri Perdesaan memiliki dua jenis kegiatan yang dilakukan di
wilayah kerjanya yakni fasilitasi dan pelatihan. Program fasilitasi dilakukan
sebagai salah satu sarana untuk menyediakan kebutuhan fisik maupun non fisik
masyarakat. Kebutuhan fisik mencakup pembuatan jalan, jembatan, pasar, tempat
pelelangan ikan, MCK, air bersih, tambatan perahu, rakit penyeberangan, listrik,
pompa air, pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah, posyandu, dan Taman
11
Kanak-kanak, TPT (Tembok Penahan Tanah) dan irigasi. Program non fisik
termasuk dalam Program Peningkatan Kapasitas masyarakat dan pemerintahan
lokal. Program peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal
merupakan kegiatan yang ditujukan pada pengembangan bakat, potensi dan minat
yang dimiliki individu sehingga mampu menciptakan daya saing, peluang tenaga
kerja dan mampu meningkatkan kapasitas individu. Program ini direalisasikan
dalam bentuk pelatihan. Pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan
terdiri dari pelatihan pelaku dan pelatihan keterampilan masyarakat. Pelatihan
pelaku yang dimaksud adalah pelatihan untuk para calon kader/KPM-D/K.
Pelatihan ini dilaksanakan di tingkat RW/Komunitas dan dilakukan dengan
wawancara semi terstruktur terhadap warga yang diusulkan oleh aparat ataupun
komunitas. Pelatihan ini dilaksanakan setelah pembentukan tim pelaku yang
diputuskan melalui Musyawarah Antar Nagari Sosialisasi. Pembentukan tim
pelaku memliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain yakni: (1)
tersosialisasikannya gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan; (2)
terbentukanya
tim
KPM-D/N/K
Kader
Pemberdayaan
Masyarakat
Desa/Nagari/Kelurahan) disetiap dusun/RW; dan (3) diperolehnya gambaran
umum kondisi masyarakat.Tahapan musyawarah yang diadakan selama kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan dapat dilihat di Lampiran 3.
Pelatihan keterampilan adalah kegiatan pengembangan bakat dan potensi
masyarakat. Kedua pelatihan tersebut termasuk dalam kegiatan di bidang
pelayanan pendidikan non formal. Pelatihan ini bertujuan untuk mempercepat
peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan menitikberatkan pada
pemerataan kesempatan pendidi