Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(PNPM) MANDIRI PERDESAAN
(Studi Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)
SKRIPSI DIAJUKAN OLEH
LEO M PURBA 070901002
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Meperoleh Gelar Sarjana
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk di pertahankan oleh: Nama : Leo M. Purba
Nim : 070901002 Departemen : Sosiologi
Judul : Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
DTO DTO
(Drs. Junjungan Simanjuntak, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si) NIP.196006141986011002 NIP. 196603181989032001
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik DTO
(Prof.Dr.Badaruddin, M.Si) NIP.196805251992031002
(4)
ABSTRAK
Program penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa dapat diselesaikan akar permasalahannya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas yang utama, khususnya terhadap masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan diperdesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui berbagai pendirian fasilitas pembangunan di perdesaan. Dengan adanya pendirian berbagai macam fasilitas PNPM-Mandiri Perdesaan perlu dibarengi dengan yang namanya sosialisasi, sehingga nantinya pemanfaatan dari pada fasilitas tersebut benar-benar berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan selama ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaaan di Desa Purbadolok serta kekurangan-kekurangan apa saja yang timbul didalam pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Kepala Desa sebagai sumber informan kunci dan masyarakat biasa sebagai sumber informan biasa dalam meperoleh data-data, dan informasi yang didapat dilapangan yang pada akhirnya di analisis sehingga mendapatkan kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sampai kepada interpretasi dan analisi data dapat diketahui bahwa sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan memang sudah benar-benar dilakukan oleh tim yang memiliki kewajiban yang sudah dipilih oleh masyarakat Desa Purbadolok pada saat musyawarah dalam desa, namun pada kenyataannya masyarakat Desa Purbadolok yang lebih memilih atau lebih disibukkan oleh pekerjaan pertaniannya sehingga membuat tidak sebahagian besar masyarakat mengikuti rapat musyawarah dalam mensosialisasikan pemanfaatan fasilitas PNPM-MP dan hanya orang-orang yang memiliki waktu luang sajalah yang mengikuti rapat musyawarah sosialisasi tersebut. Sehingga kenyataannnya dilapangan keefektivan dari pada fasilitas tersebut masih benar-benar kurang maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat dan belum memenuhi konsep pembangunan fasilitas tersebut yang mengatakan Tapature Ma Hutatta.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur yang teramat dalam Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juruselamat yang selalu memberikan Pertolongan dan Kasih Karunia serta Kekuatan yang tidak terhitung kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN (Studi Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan, dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sangat mengucapkan terima kasih banyak terhadap segala pihak yang telah membantu dan selalu memberikan dukungan sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Junjungan Simanjuntak S.B.P, selaku dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan, saran serta sumbangan pemikiran dan ide-ide dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sismudjito M.Si, selaku dosen wali penulis yang selalu memberikan nasehat mulai dari semester awal hingga akhir study.
(6)
5. Seluruh staf pengajar Departemen Sosiologi, Pak Junjungan, Pak Henry, Buk Lina, Buk Ria, Pak Sismudjito, Pak Rizabuana, Pak Muba, Buk Marhaeni, Buk Rosmiani, Bang Bisruhanafi, Pak Syahrul Humaidi (statistika), Kak Feny dan Kak Betti terimakasih penulis ucapkan atas segalanya.
6. Seluruh staf pengajar FISIP USU terimakasih buat semuanya.
7. Kepada seluruh keluarga penulis yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terimakasih atas segala doa dan motivasinya.
8. Kepada seluruh staf birokrasi Kecamatan Doloksanggul dan Desa Purbadolok, yang memberikan izin bagi penulis dalam melakukan penelitian.
9. Kepada seluruh informan yang telah memberikan waktu dan dengan baik menerima penulis dalam meneliti di Desa Purbadolok.
10.Kepada abang dan kakak senior stambuk 06 (Debora,eka, fadly), 05,04, Bang Ilham 03, terimakasih atas motivasinya. Dan seluruh abang dan kakak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas semuanya.
11.Kepada teman-teman seperjuangan Departemen Sosiologi Stambuk 2007 Uberallez: Jefri, Martin, Dini, Tia, Tari, Helen, Martogi, Oslen, Abet, Hadi, Ridwan, Ayu, Emby, Neko, Santi, Irna, Evi, Dino, Adrian, Ester, Lona, Rini, Popie, Mutiara, Aini, Royan, kawan-kawan PKL sijago-jago ( Rozi, Nanda, Atikah, Desti, Yani, Maya, Tina, Ninda, Lya, Itoq) dan
(7)
semuanya teman-teman seperjuangan yang sudah selalu memberikan semangat buat penulis thanks yah maaf tidak semua disebutin.
12.Kepada teman-teman satu kostan Wawan, B. Haggai, Bram, Silvi, Eli, Roma, K. lisha, Ruth, Wahman, sudung, Halim, Agus, Nur, Sangal, Dicky, Fadly, Rajes, Alez, Edy, Jacky, teman diluar sana (Johanes, Rio, Tety, Elsi, Loly, Lamhot, Ronald, Joshua) B. Jhan, B. Hanca teman-teman anak IMHU dan yang lainnya thanks yah.
Medan, Juli 2011 Penulis ( LEO M. PURBA)
(8)
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
ABSTRAK………...………...i
KATA PENGANTAR………...………ii
DAFTAR ISI………..………..iii
DAFTAR TABEL……….………..iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...……….1
1.2. Perumusan Masalah………...………...9
1.3. Tujuan Penelitian………...………...9
1.4. Manfaat Penelitian………..…………10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka………...………...…11
2.1.1. Sosialisasi………..……...….11
2.1.2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder………....……..11
2.1.3. Agen Sosialisasi…………...………..12
2.1.4. Tipe Sosialisasi………...………....…...12
2.1.5. Pola Sosialisasi………...………...…13
2.1.6. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan...14
(9)
2.1.8. Teori Fungsional………...………..17
2.1.9. Prinsip-prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan……...……...17
2.2. Defenisi Konsep………...….…19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………...……...20
3.2. Lokasi Penelitian………...………...21
3.3. Unit Analisis dan Informan………...……...21
3.4. Teknik Pengumpulan Data………...…………22
3.5. Interpretasi Data………...……....………24
3.6. Jadwal Penelitian………...…………...26
3.7. Keterbatasan Penelitian………...….26
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian………...………...29
4.1.1. Sejarah Desa Purbadolok………...…...29
4.1.2. Keadaan Geografis………...………....31
4.1.3. Pembagian Dusun Desa Purbadolok…………...………….…32
4.1.4. Keadaan Penduduk………...……...34
4.1.5. Sarana atau Fasilitas Umum………...……….36
4.1.6. Bidang Pemerintahan………...………....…41
4.1.7. Profil Informan………...…………...42
4.2. Interpretasi Data………...……….54
(10)
4.2.2. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM -MP di Desa
Purbadolok...60 4.2.3. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder Pemanfaatan Fasilitas
PNPM mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok………..61 4.2.4. Agen Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan
di Desa Purbadolok………....………...………...62 4.2.5. Pola Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok………...………...64 4.3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok…...67 4.4. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok………....….71 4.5. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok…...75 4.5.1. Swadaya Masyarakat di Desa Purbadolok…...………...77 4.5.2. Keberpihakan Kepada Perempuan di Desa Purbadolok……...…78 4.5.3. Sanksi pelanggaran kesepakatan yang dibuat dalam PNPM
Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok….………..79 4.5.4. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa Purbadolok……...…...80 4.5.5. Pendampingan Masyarakat dan Pemerintah Lokal
di Desa Purbadolok...81 4.6. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok…..……..82 BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan………...……….90 5.2. Saran………...………...91
(11)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
ABSTRAK
Program penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa dapat diselesaikan akar permasalahannya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas yang utama, khususnya terhadap masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan diperdesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui berbagai pendirian fasilitas pembangunan di perdesaan. Dengan adanya pendirian berbagai macam fasilitas PNPM-Mandiri Perdesaan perlu dibarengi dengan yang namanya sosialisasi, sehingga nantinya pemanfaatan dari pada fasilitas tersebut benar-benar berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan selama ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaaan di Desa Purbadolok serta kekurangan-kekurangan apa saja yang timbul didalam pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Kepala Desa sebagai sumber informan kunci dan masyarakat biasa sebagai sumber informan biasa dalam meperoleh data-data, dan informasi yang didapat dilapangan yang pada akhirnya di analisis sehingga mendapatkan kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sampai kepada interpretasi dan analisi data dapat diketahui bahwa sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan memang sudah benar-benar dilakukan oleh tim yang memiliki kewajiban yang sudah dipilih oleh masyarakat Desa Purbadolok pada saat musyawarah dalam desa, namun pada kenyataannya masyarakat Desa Purbadolok yang lebih memilih atau lebih disibukkan oleh pekerjaan pertaniannya sehingga membuat tidak sebahagian besar masyarakat mengikuti rapat musyawarah dalam mensosialisasikan pemanfaatan fasilitas PNPM-MP dan hanya orang-orang yang memiliki waktu luang sajalah yang mengikuti rapat musyawarah sosialisasi tersebut. Sehingga kenyataannnya dilapangan keefektivan dari pada fasilitas tersebut masih benar-benar kurang maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat dan belum memenuhi konsep pembangunan fasilitas tersebut yang mengatakan Tapature Ma Hutatta.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi, terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Dalam struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya dapat dipastikan apapun bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara kedesa.
Meskipun demikian, pembangunan desa masih memiliki berbagai permasalahan, seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat pembangunan (center of excellent), masih minimnya prasarana sosial ekonomi serta penyebaran jumlah tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat produktivitas, tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat
(14)
pendidikan yang relatif masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk.
Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Namun demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten, 1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai objek/sasaran yang akan dibangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subjek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa sebagi objek/sasaran pembangunan (Kartasasmita, 1996:144). Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan serta mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan khususnya di perdesaan.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan). PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM mandiri
(15)
perdesaan merupakan kelanjutan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Diantara keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat (PTO PNPM mandiri, 2007).
Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1957, ditingkat pusat, penyelenggaraan pembangunan masyarakat desa dilakukan sebuah badan, dengan sebutan Dewan Koordinasi Pembangunan Masyarakat Desa (DK-PMD). Adapun tugas DK-PMD, yaitu: (a) menentukan politik kebijaksanaan umum tentang urusan pembangunan masyarakat desa dan menentukan prinsip-prinsip pembangunan masyarakat desa; (b) mengadakan koordinasi usaha-usaha pembangunan masyarakat desa antar kementrian dan jawaban yang bersangkutan; dan (c) mengatur bahan materi dari badan-badan pemerintah sehingga merupakan kebulatan bantuan dan bermanfaat untuk ekonomi dan masyarakat desa pada khususnya (Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2008:21).
Apapun bentuk pembangunan, secara substantive akan selalu diartikan mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah masyarakat itulah maka sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan pembangunan. Hal ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang yang diketahui dan sebenarnya yang
(16)
dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan.
Dengan adanya peraturan pemerintah ditingkat pusat yang menyelenggarakan pembangunan masyarakat desa Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam desa tersebut, salah satunya adalah Desa Purbadolok.
Oleh karena itu Desa Purbadolok merupakan salah satu daerah sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang memiliki masyarakat yang homogen, Desa Purbadolok ini sangat banyak memiliki yang namanya keterbatasan baik dari segi fasilitas rumah dan keadaan rumah yang apa adanya, misalnya dalam bentuk rumah, sebahagian warga masih memiliki rumah panggung tanpa dibarengi dengan kamar mandi, bahkan ada juga rumah yang terpisah dari kamar mandi yang berjarak 5 m dari rumah, aliran sungai yang tidak baik, jalanan menuju desa tersebut masih banyak yang menggunakan jalanan yang terbuat dari tanah, selain itu juga kondisi pertanian yang sangat memprihatinkan para petani misalnya seperti
(17)
irigasi persawahan yang tidak lancar, banyaknya jebol aliran sungai sehingga menimbulkan lahan petani yang lainnya tidak kebagian air dalam mengairi perladangan mereka dan hal ini mengakibatkan hasil pertanian menjadi semakin menurun yang terkadang hanya sebatas cukup untuk makanan sehari-hari, dan juga kondisi penghubung desa yang satu dengan yang lainnya tidak berjalan dengan lancar, hal ini disebabkan karena terputusnya jembatan atau banyaknya jembatan yang mengalami kerusakan, hal ini sangat jelas mendukung untuk dirikannya berbagai macam fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut.
Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten,1988:378).
Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil satu dimensi yang lebih khusus yaitu membahas tentang sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.
Berdasarkan ketentuan kebijakan pemerintah tersebut untuk mendirikan PNPM sebagai lanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Desa Purbadolok merupakan salah satu daerah sasaran Program
(18)
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang menerima dari hasil program tersebut. Yaitu didirikannya berbagai macam fasilitas dari PNPM tersebut yaitu: Mandi Cuci Kakus (MCK), pembuatan jalan dari rabat beton, membangun jembatan, irigasi persawahan, dam pengendali yang bertujuan mencegah erosi dan yang lainnya. Dimana tujuan dari didirikannya fasilitas tersebut tidak lain adalah untuk mensejahterakan masyarakat Purbadolok dan juga disisi lain adalah untuk menenggulangi kemiskinan. Misalnya seperti pendirian Mandi Cuci Kakus (MCK) dimana hampir disetiap desa pendirian Mandi Cuci Kakus (MCK) tersebut benar-benar dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Selain itu juga pembangunan dari tali air persawahan juga telah benar-benar terealisasi kepada tiap-tiap petani yang memiliki lahan persawahan, jembatan yang dibangun juga sudah merupakan salah satu sarana dalam mempercepat interaksi warga masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, apalagi pada akhir-akhir ini masyarakat Desa Purbadolok sudah banyak yang mengalami kemajuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Sumber: Kantor Kepala Desa Purbadolok).
Dengan adanya program PNPM Mandiri Perdesaan masyarakat perlu dibarengi dengan sosialisasi yang baik dan tepat, karena dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar dalam menerapkan berbagai macam hal yang baru maka secara otomatis aktor dalam menggunakan fasilitas tersebut tidak merasa canggung atau merasa dirugikan dan jauh akan lebih mapan dalam memanfaatkan hal tersebut sehingga fasilitas PNPM mandiri tersebut
(19)
benar-benar efektif dipergunakan oleh masyarakat. Selain itu juga proses sosialisasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat apalagi masyarakat yang tergolong masih rendah pengetahuannya terhadap hal yang baru seperti masyarakat desa Purbadolok yang lebih mementingkan memilih untuk bekerja keladang dan kesawah.
Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan meyebarluaskan informasi mengenai program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat. Upaya ini juga diharapkan menjadi media pembelajaran mengenai konsep, prinsip, prosedur, kebijakan, tahapan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat luas.
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat penerima manfaat langsung kegiatan, yakni rumah tangga miskin, para pelaku program, instansi atau lembaga pendukung pelaksanaan pnpm mandiri perdesaan lainnya, baik dari kalangan pemerintah dan swasta, serta kelompok masyarakat umum lainnya.
Hasil yang diharapkan dari proses sosialisasi dan penyebaran informasi adalah dimengerti dan dipahaminya konsep, prinsip prosedur, kebijakan dan tahapan pelaksanaan pnpm mandiri perdesaan secara utuh khususnya masyarakat dilokasi program sebagai pelaku sekaligus sasaran penerima program, masyarakat umum, instansi atau lembaga lainnya. Dengan demikian upaya pelembagaan dan pengintegrasian prinsip serta prosedur
(20)
program dalam masyarakat dan system pemerintahan regular, dapat berjalan optimal.
Guna mencapai pemahaman yang utuh tentang PNPM Mandiri Perdesaan di lokasi program, serta dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat luas terhadap keberadaan program, maka dalam pelaksanaannya, proses sosialisasi dan penyebaran informasi ini harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan oleh berbagai pihak. Baik dalam berbagai kesempatan dan kegiatan yang khusus dibuat oleh program maupun kesempatan dan kegiatan lain terdapat disetiap lokasi program (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008).
Dari pemaparan diatas dimana masyarakat Desa Purbadolok yang lebih memilih untuk disibukkan bekerja di lahan pertanian dan kurang memberikan perhatian terhadap program pembangunan sekaligus kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di desanya sendiri sehingga menimbulkan adanya kekurangan terhadap pemanfaatan fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok. Berangkat dari asumsi tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “sosialisasi pemanfaatan fasilitas program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan”.
(21)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok?
2. Siapa saja yang melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok?
1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah (Sudarwan Danim, 2002:91). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok.
2. Untuk mengetahui aktor (Pelaku) sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok.
(22)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu sosiologi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan analisis peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini dapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Dalam hal ini dengan adanya sosialisasi, masyarakat ditanamkan yang namanya nilai dan norma serta diajarkan peran-peran bagaimana dalam pemanfaatkan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). (Kamanto Sunarto, 1993:23).
2.1.2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi primer didefenisikan Peter L. Berger dan Luckman sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Dalam hal ini masyarakat perlu diberikan sosialisasi yang baik dan benar oleh pihak yang berkewajiban, apalagi program tersebut adalah salah satu program pertama kalinya didirikan di perdesaan sehingga secara bertahap masyarakat mampu dalam menerima bagaimana fasilitas program tersebut bisa
(24)
didirikan. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi primer masyarakat mengetahui dengan sendirinya bagaimana pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru yang selama ini mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh masyarakat perdesaan dalam meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat baik dari segi pembangunan infrastruktur, ekonomi dan yang lainnya. (Kamanto Sunarto, 1993:31).
2.1.3. Agen sosialisasi
Fuuler dan Jacobs dalam (Kamanto Sunarto 1993;30-35) mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan system pendidikan. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Namun dalam permasalahan ini pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri perdesaan adalah Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Badan Pengawas Desa (BPD), Kepala Desa (Kades)
2.1.4. Tipe Sosialisasi
Agar sosialisasi dapat berjalan dengan lancar tertib dan berlangsung terus menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu sosialisasi formal dan sosialisasi informal. Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang terbentuk melalui lembaga yang
(25)
dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Artinya adalah dalam menjalankan sebuah pembangunan perlu ada yang namanya lembaga yang memiliki aktor sebagai pensosialisasi terhadap masyarakat, dan aktor tersebut berfungsi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaimana dalam menjalankan nilai dan norma dalam pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, dan memberitahu kapada masyarakat seperti apa peranan dari pada pembangunan program tersebut. Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya adalah bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat, yang melakukan diskusi tentang bagaimana pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut.
2.1.5. Pola Sosialisasi
Bronfrenbrenner, Kohn dan Jaeger dalam (Kamanto Sunarto 1993;33) meyebutkan ada dua pola sosialisasi yaitu pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, menekankan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Dalam hal ini yang dimaksud dari pengertian tersebut adalah apabila masyarakat gagal dalam menjalankan pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut pasti akan mendapat yang namanya ganjaran misalnya seperti: dalam jangka waktu beberapa tahun kemudian masyarakat desa tersebut tidak akan mendapat bantuan dari
(26)
pemerintah. Sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila masyarakat yang menerima program PNPM mandiri tersebut berhasil dalam memanfaatkan fasilitas program tersebut secara otomatis akan mendapat yang namanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari pemerintah.
2.1.6. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan
Sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat dalam mewujudkan pembangunan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat perdesaan demi untuk menunjang kesejahteraan masyarakat untuk mengarah kepada tujuan yang lebih baik sesuai dengan keinginan pemerintah yaitu untuk mengentaskan kemiskinan secara struktural. Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan dalam mendorong bagaimana cara masyarakat perdesaan dalam menggunakan berbagai macam fasilitas program yang didirikan ditiap-tiap dusun, sehingga kegunaan atau manfaat dari fasilitas program tersebut benar-benar efektif di tengah-tengah masyarakat, mulai dari cara menggunakan Mandi Cuci Kakus (MCK) yang baik dan benar, penggunaan jalan dari rabat beton, pemanfaatan jembatan sebagai sarana penghubung, dan penggunaan irigasi persawahan.
(27)
Pensosialisasian cara-cara tersebut sangat perlu di berikan kepada masyarakat perdesaan, karena tanpa adanya sosialisasi yang diberikan, secara otomatis program yang didirikan tidak akan benar-benar efektif penggunaannya di dalam masyarakat. Dan pastinya akan banyak mengalami kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat perdesaan tersebut akan tetap mengalami stagnan yang begitu susah untuk dirubah.
Pada dasarnya masyarakat yang baru-baru mengenal yang namanya konsep pembangunan demi untuk mensejahterakan kehidupannya dengan cara memberikan bantuan dalam bentuk pendirian berbagai macam pembangunan seharusnya perlu diberikan sosialisasi yang baik serta mematangkan pola pemikiran masyarakat bagaimana caranya dalam menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tersebut. Karena dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar yang diberikan kepada masyarakat tentunya akan mendapatkan imbalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah selama ini.
Sosialisasi yang tepat dan benar akan memacu pikiran masyarakat perdesaan untuk lebih kritis terhadap hal-hal yang baru yang sedang mereka alami dalam menggali lebih dalam seperti apa kegunaan dari fasilitas tersebut dan tujuan dari fasilitas yang didirikan, dan pastinya akan ada niat dalam masyarakat perdesaan untuk lebih mempertanggungjawabkan bahwasanya pembangunan fasilitas tersebut akan dapat dalam mengubah pola kehidupannya pada masa sebelum dan sesudah didirikannya fasilitas tersebut, dan bahkan mungkin lebih dari pada apa yang diharapkan pemerintah selama ini. Untuk itulah kegunaan dari pada sosialisasi itu sangat penting dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan dalam
(28)
pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, sehingga pada akhirnya kegunaan dari pada fasilitas tersebut benar-benar efektif di dalam masyarakat perdesaan.
2.1.7. Teori Peran (Role Theory)
Sesuai dengan lanjutan teori sosialisasi, teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannnya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi social dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini masyarakat yang dibarengi dengan yang namanya pemahaman tentang peran-peran secara otomatis akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, karena segala sesuatu yang diajarkan dengan peran adalah salah satu fakor utama dalam mencapai kepuasan tersendiri bagi individu untuk menjalankan sebuah fungsi. Hal ini dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau masyarakat memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi. Oleh karena itu diperlukan peran yang aktif dalam proses pensosialisasian atas individu atau masyarakat agar tercapai keinginan yang disepakati.
(29)
2.1.8. Teori Fungsional
Dengan adanya pemahaman tentang peranan dalam sebuah pembangunan akan saling melengkapai apabila dengan adanya konsep AGIL Suatu fungsi (function) adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan defenisi ini, Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua system Adaptation (Penyesuaian) A, Goal attainment (pencapaian tujuan) G, Integration (penyatuan) I, dan Latensi L atau pemeliharaan pola. Dengan adanya pola diatas dapat disimpulkan bahwa teori peran dalam konsep AGIL mendukung kajian tulisan peneliti melalui subbab sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.
2.1.9. Prinsip-prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam pelaksanaannya, PNPM mandiri perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok, yang terdiri dari:
1. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif.
2. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya
(30)
3. Keberpihakan pada orang/ masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 5. Partisipasi/ pelibatan masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam
setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.
6. Prioritas usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
7. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.
8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
9. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, 2008 : 4)
(31)
2.2. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai beriku:
1. Sosialisasi adalah proses yang di transferkan atau di berikan oleh sebuah lembaga secara struktural kepada individu atau masyarakat yang bertujuan untuk menjalankan fungsi demi mencapai tujuan tertentu.
2. PNPM mandiri perdesaan adalah kebijakan atau program yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang dikhususkan kepada masyarakat perdesaan dengan berbasis memberdayakan masyarakat dan pembangunan partisipatif dengan tujuan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.
3. Masyarakat adalah sekumpulan individu atau kelompok yang mendiami sebuah permukiman dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berladang, bersawah dan yang lainnya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Pemanfaatan fasilitas adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan
(berdaya guna) untuk menunjang kegiatan masyarakat.
(32)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Taylor dan Bogman (1984) dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (2005 : 116) bahwa penelitan kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:203). Metode penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sesuatu masalah (Danandjaja, 2005:30).
Alasan peneliti melakukan penelitian kualitatif adalah karena penelitian kualitatif dapat memberikan keleluasaan dan kesempatan peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terutama permasalahan yang akan diangkat tergolong hal yang sensitif. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.
(33)
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara.
a. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu daerah sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.
b.Lokasi ini merupakan asal daerah peniliti sehingga memudahkan sipeneliti untuk mendapatkan data-data yang akan diperoleh secara benar dan akurat.
3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2002 : 121). Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial (social scientific research) adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analysis”. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial, yaitu individu, kelompok dan sosial (Danandjaja, 2005 : 31).
Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.
3.3.2. Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini dibedakan atas 2
(34)
(dua) jenis informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi 2 (dua), yaitu:
1. Informan Kunci
Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key informan) adalah Fasilitator Kecamatan (F-Kec), Kepala Desa (Kades), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Alasannya adalah didirikannya suatu program disebuah desa adalah karena persetujuan dari kepala desa, dan kepala desa adalah sebagai pokok utama dalam permasalahan ini.
2. Informan Biasa
Informan biasa adalah orang-orang yang dapat dijadikan sebagai pelengkap dari sumber informasi yang akan dicari. Yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah masyarakat biasa yang menggunakan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut. Alasannya adalah karena masyarakat biasalah yang menggunakan dari fasilitas program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok tersebut.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: A. Data Primer
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu:
(35)
1. Metode Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi atau data dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka atau face to face. Namun, teknik wawancara dapt juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet ( Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005 : 69). Wawancara merupakan sebuah percakapan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab (Sudarwan Danim, 2002 :130). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan wawancara tentang sosialisai pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.
2. Metode Observasi
Pengamatan atau observasi dalam kamus, berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam hal pengamatan, apa yang diamati , siapa yang mengamati, kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui oleh peneliti sebelum melakukan tahap-tahap penelitian (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005 : 81-82). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian
(36)
atau fenomena pada situasi yang tamapak bahkan harus melakukan perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik penampakan itu. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian seperti masyarakat dan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. Hal ini ditujukan utuk mendapatkan data yang mendukung hasil penelitian tentang sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi dokumen majalah, jurnal, internet, laporan penelitian, artikel, dokumentasi, seta sumber-sumber lain yang dianggap relevan dan berkaitan dengan sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaan setelah data dan informasi yang dibutuhkan atau diharapkan sudah terkumpul. Data-data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka.
(37)
Interpretasi mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, dalam pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan-penemuan lainnya. 2. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menerangkan
atau menjelaskan.
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan penulis adalah teknik analisa kualitatif. Analisa data kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam mengumpulkan fakta, data, dan informasi sehingga sampai pada akhirnya akan disusun laporan akhir penelitian.
(38)
3.6. Jadwal penelitian
No Jenis Kegiatan
Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Pra observasi √
2 ACC judul √
3 Penyusunan proposal penelitian √ √
4 Seminar penelitian √
5 Revisi proposal penelitian √
6 PenyerahanHasil seminar proposal √
7 Operasional Penelitian √
8 Bimbingan √ √ √
9 Penulisan Laporan Akhir √ √
10 Sidang Meja Hijau √
3.7. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian sejatinya sering mengalami hambatan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Demikian halnya dengan penelitian ini. Adapun keterbatasan yang penulis hadapi antara lain:
(39)
a. Faktor internal
Faktor internal adalah factor-faktor yang muncul dari dalam, yaitu factor-faktor dari penulis itu sendiri. Kendala-kendala tersebut meliputi keterbatasan waktu dan dan juga jarak lokasi penelitian yang sangat jauh sehingga memerlukan waktu yang lama dalam pengambilan data. Kendala lain adalah keterbatasan biaya dalam penulis dalam mengumpulkan data dilapangan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah kendala-kendala yang muncul dari luar, yaitu kendala yang diluar dari penulis itu sendiri. Kendala tersebut adalah kesulitan mendapatkan data atau informasi di desa karena Desa Purbadolok belum mempunyai data yang begitu lengkap secara tertulis. Penulis harus bekerja keras untuk mendapatkan data-data atau informasi secara lisan dari informan dari pihak Desa Purbadolok. Selain itu, penulis mengalami kesulitan dalam mewawancarai sebagian informan. Hal ini disebabkan karena sebagian dari informan tersebut memiliki aktifitas rutin setiap hari sehingga sulit mendapatkan waktu yang tepat untuk melakukan wawncara. Penulis harus pandai mencari kesempatan disisi kesibukan informan tersebut karena tidak mungkin untuk memaksakan informan tersebut untuk melakukan wawancara. Di samping itu juga, sebagian dari informan tidak terlalu paham dengan topik atau bahan yang ditanyakan sehingga data atau informasi yang diharapkan tidak maksimal. Perbedaan tingkat pendidikan informan juga mempengaruhi dalam penerimaan informasi dari mereka karena perbedaan tingkat pendidikan ini mengakibatkan perbedaan pemahaman mereka juga sehingga penulis harus bias menjelaskan apa yang
(40)
sebenarnya yang menjadi tujuan dari pertanyaan. Kendala lain yaitu ada sebagian dari informan yang takut untuk diwawancarai sehingga penulis harus mampu untuk meyakkinkan mereka.
(41)
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1.Sejarah Desa Purbadolok
Desa Purbadolok terbentuk pada jaman penjajahan belanda dan sudah ditetapkan nama-nama desa yang ada di Kecamatan Doloksanggul serta disesuaikan dengan siapa pemilik tanah desa tersebut misalnya Desa Purbadolok dimana pemilik tanah tersebut merupakan marga purba, selain itu juga masing-masing nama desa yang ada di Kecamatan Doloksanggul masih disesuaikan dengan marga yang mayoritas bertempat tinggal di desa tersebut seperti desa sihite, desa pasaribu dan desa-desa yang lainnya begitu juga halnya dengan Desa Purbadolok. Desa Purbadolok merupakan bagian dari Kecamatan Doloksanggul, yang berjarak 2 km dari ibukota kecamatan yaitu Doloksanggul. Desa Purbadolok pada awalnya merupakan permukiman penduduk yang didirikan sekaligus didiami oleh kelompok marga purba. Pada awalnya Desa Purbadolok didiami oleh beberapa rumah tangga, dan terdiri dari satu jenis marga yaitu marga purba yang sampai pada saat ini merupakan sebagai tuan tanah atas wilayah Desa Purbadolok. Oleh karena waktu yang terus berjalan maka perubahan juga dialami oleh wilayah Desa Purbadolok yaitu penduduknya yang semakin bertambah, masyarakatnya yang berbeda marga juga sudah menjadi mengalami perubahan dan begitu juga dengan keadaan tata letak perumahan warga. Di Desa Purbadolok masih banyak terdapat areal perladangan dan
(42)
persawahan penduduk, dan sebahagian terdapat lahan kosong yang sama sekali belum pernah dijamah oleh masyarakat Desa Purbadolok, kondisi tanah datar dan bergelombang sebahagian besar Warga Desa Purbadolok memiliki mata pencaharian bertani dengan komoditas pertanian padi, kopi, sayur-mayur dan sebahagian kecil masyarakat sebagai pedagang / wiraswasta.
Pada tahun 2010 di Desa Purbadolok telah didirikan berbagai macam perkantoran yaitu: Kantor Kebersihan, Kantor Departemen Agama (Depag), Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Kantor Pekerjaan Umum (PU), Kantor Badan Pusat Statistika (BPS), dan Kantor Samsat yang pada saat ini telah beroperasi aktif dan sudah dinikmati oleh masyarakat pada umumnya. Dan para pekerja yang ditempatkan di kantor tersebut sebagian berasal dari luar Kabupaten Humbanghasundutan.
Desa Purbadolok terbagi atas tiga dusun yaitu Dusun Tarajuang, Dusun Sosortapian, dan Dusun Lumbangorat dengan kondisi permukiman yang berbeda-beda serta tidak memiliki sarana dan prasarana jalan / transportasi yang memadai sehingga membuat masyarakat kesulitan untuk membawa hasil panen dari ladang ke rumah untuk dijual maupun untuk dikonsumsi. Desa Purbadolok sangat rutin dalam melakukan pemilihan kepala desa sekali dalam lima tuhun, dan pada saat ini di pimpin oleh Rimson Eledon Purba. Kepala desa ini juga sebelumnya sering menangani berbagai macam kegiatan seperti kelompok masyarakat yang bersifat pengembangan masyarakat di Desa Purbadolok.
(43)
4.1.2. Keadaan Geografis
Desa Purbadolok beriklim dingin, dengan curah hujan 1.819 mm, dengan ketinggian 1.000 – 1.500 m diatas permukaan laut. Letak Astronomis: Lintang Utara = 2° 09' - 2° 25' dan Bujur Timur = 98° 35' - 98° 49' dengan luas wilayah 1000 Ha. Dengan perincian dan jenis penggunaan tanah sebagai berikut: tanah sawah (88 Ha), tanah kering (503 Ha), bangunan pekarangan (70 Ha), lainnya (339 Ha), dan dengan jumlah (1000 Ha). (Sumber Kantor Camat Doloksanggul, 2009)
Adapun yang menjadi batas-batas Desa Purbadolok adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Lumbantobing
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Lumbanluhut Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Sihite
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Purbamanalu
Pekarangan penduduk umumnya dimanfaatkan dengan tanaman muda seperti sayur-mayur, dan lebih banyak lahan di manfaatkan dengan tanaman tua seperti kopi bisa dikatakan disekeliling permukiman penduduk dan hal inilah yang menyebabkan komoditas utama hasil pertanian dari Desa Purbadolok adalah salah satunya kopi. Dan sebahagian lagi lahan digunakan sebagai pekarangan untuk peternakan, dimana masyarakat Desa Purbadolok masing-masing memiliki hewan peliharaan meskipun dengan jumlah yang tidak begitu banyak seperti, kerbau, ayam, bebek, babi, dan yang lainnya.
Kegiatan beternak tersebut sengaja dilakukan masyarakat purbadolok adalah untuk sebagai kerja sampingan selain bertani, mengingat hasil pertanian penduduknya adalah sebahagian merupakan ubi-ubian jelas dapat dikonsumsi oleh ternak dan juga
(44)
hasil peternakan tersebut dapat juga menambah pendapatan rumah tangga yaitu dengan menjual telur dari ayam maupun telur bebek tersebut.
4.1.3. Pembagian Dusun Desa Purbadolok
Desa Purbadolok di bagi menjadi 3 (tiga) dusun, yang awalnya adalah merupakan permukiman penduduk yang didirikan diatas lahan pribadi dan kemudian menjadi satu dusun, yaitu sebagai berikut:
1. Dusun I : Tarajuang
Dusun ini terletak disepanjang jalan utama sebelah timur menuju Desa Purbadolok yang bersebelahan dengan Desa Purbamanalu dengan posisi permukiman penduduk yang berhadap-hadapan dan dibatasi oleh pasar hitam. Salah satu SD (Sekolah Dasar) terdapat ditempat ini sehingga dipagi hari sampai siang dusun ini bisa dikatakan ramai dan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Kegiatan penduduk di dusun ini adalah sebagai petani dan wiraswasta, dan didusun ini masih banyak terdapat lahan kosong yang belum sama sekali dijamah oleh penduduk Dusun Tarajuang, sebahagian lagi arealnya adalah lahan tanaman kopi dan sayur-mayur yang secara langsung untuk dikonsumsi oleh penduduk sehari-hari mengingat pekan hanya buka satu kali dalam seminggu. Penduduk dusun ini mayoritas beragama Kristen protestan, hanya sebahagian kecil yang beragama muslim.
2. Dusun II : Sosortapian
Seperti halnya dengan dusun I, penduduk dusun II ini lebih banyak memilih untuk bertani karena sebahagian besar lahan diareal ini lebih banyak terdapat
(45)
lahan perladangan dan persawahan yang hampir setiap penduduk memiliki berbagai macam tanaman pribadi. Dusun ini tepat berada di pertengahan Desa Purbadolok yang memiliki jalan lintas menuju dusun I dan dusun III. Penduduk dusun II jauh lebih banyak dari pada penduduk dusun I dan dusun III karena selain memiliki jalan lintas juga sebagai pusat Desa Purbadolok, dan dusun ini juga didiami oleh kepala desa (Kades) dan juga sebahagian kecil didiami oleh pedagang / wiraswasta. Didusun ini sudah ada yang namanya terdapat sarana umum yaitu balai desa dan juga berbagai perkantoran yang secara umumnya digunakan oleh masyarakat Desa Purbadolok bahkan sampai kepada masyarakat kecamatan doloksanggul. Didusun ini juga sudah beragam jenis bangunan yang kita temukan seperti bangunan rumah yang pada dulunya hanya terdapat dari non permanen dan permanen bahkan sampai pada rumah yang terbuat dari papan, namun pada saat sekarang ini sudah banyak terdapat rumah yang memiliki model baru. Dan aktivitas masyarakat di dusun ini sudah bervariasi mulai dari berdagang, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan petani. Hal tersebutlah yang membuat penduduk dusun ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan dusun satu dan dusun tiga. Dusun II ini mayoritas beragama Kristen protestan dengan bersukukan Batak Toba.
3. Dusun III : Lumbangorat
Kondisi letak dusun III ini sedikit jauh dari Desa Purbadolok dan masuk kepedalaman yang diantarai oleh hutan pribadi milik penduduk dan jalanan yang lumayan kecil. Penduduk dusun III ini bermata pencaharian sebagai
(46)
petani, dan jenis pertaniannya adalah padi, sayur-mayur, cabai, dan meskipun komoditas utamanya tetap dari hasil pertanian kopi serta yang lainnya. Hasil pertanian tersebut akan dijual ke pasar doloksanggul setiap hari jumatnya dan sebahagian hasil penjualannya akan sekaligus dibelanjakan untuk kebutuhan keluarga dalam seminggu. Permukiman penduduk didusun ini sangat berbeda dengan dusun satu dan dusun dua, karena faktor kerataan tanah yang tidak sama dan masih banyak terdapat permukiman yang berbukit-bukit. Jarak dari dusun dua kedusun ini bisa ditempuh sekitar 20 menit. Kondisi masyarakat di dusun ini sangat lengakap dengan ketersediaan air dalam mendukung aktivitas pertanian sehingga masyarakat tidak kesusahan dalam mengairi perladangan mereka masing-masing. Hasil pertanian juga jauh lebih baik dari pada hasil pertanian di dusun satu maupun dusun dua selain tanahnya yang subur juga dilengakapi dengan pupuk kompos yang terdapat dari hewan peliharaan masyarakat di dusun tiga. Dusun III ini sama halnya dengan dusun II mayoritas beragama Kristen protestan dan sebahagian kecil beragama Islam serta bersukukan batak batak toba.
4.1.4. Keadaan Penduduk
Penduduk yang menempati Desa Purbadolok berdasarkan data tahun 2010 yang didapat dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Humbanghasundutan tahun 2010 berjumlah 1.769 jiwa dengan kepadatan penduduk 176,90 (jiwa/km²) yang terdiri atas 898 orang laki-laki dan 871 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebayak 379 kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
(47)
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut ini:
Table 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Nama dusun Laki-laki Perempuan Jumlah/KK 1.
2. 3.
Dusun I Dusun II Dusun III
198 orang 308 orang 392 orang
200 orang 300 orang 371 orang
54 67 258 898 jiwa 871 jiwa
Total 1.769 jiwa 379
Sumber: BPS Kabupaten Humbanghasundutan, Desa Purbadolok, 2010 Dari tabel diatas penulis juga dapat memberikan keterangan mengenai keadaan penduduk Desa Purbadolok, dimana seperti yang kita ketahui masyarakat batak merupakan masyarakat yang tertarik dengan merantau ke daerah orang lain misalnya seperti kekota-kota besar yang ada di Indonesia, dan hal tersebut sudah merupakan adat bagi orang batak. Selain dari pada factor ekonomi yang menuntut untuk pergi merantau juga merupakan karena factor skill atau pendidikan yang masih rendah. Oleh karena itu masyarakat Desa Purbadolok yang memiliki tanggungan anak bersekolah tidak jauh adalah hanya sebatas tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan selebihnya sudah membuat pilihan untuk berangkat merantau.
(48)
4.1.5. Sarana atau Fasilitas Umum
Sarana atau fasilitas umum di Desa Purbadolok belum dapat dikatakan lengkap bahkan bisa dikatakan masih sangat kurang. Kondisi ini disebabkan karena perkembangan desa sendiri belum berkembang dengan pesat dan baik. Dengan harus menempuh jarak 2 km dari Desa Purbadolok ke Ibukota Kecamatan Doloksanggul, mengingat transportasi masih sangat sulit sehingga jarak tersebut terasa sangat jauh. Hal inilah yang membuat susahnya masyarakat dalam memperoleh sesuatu seperti dalam mendapatkan berbagai macam bantuan dari pemerintah setempat, dan harus memperoleh bantuan tersebut dengan menempuh jarak yang jauh kekota Kecamatan Doloksanggul. Meskipun dengan keadaan fasilitas yang masih terbilang kurang lengkap akan tetapi masyarakat Desa Purbadolok masih mampu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan tidak harus serba berketergantungan dengan fasilitas yang ingin dibutuhkan akan tetapi masih mampu mempergunakan dengan apa yang ada di tengah-tengah alamnya sendiri, hingga pada saat ini masyarakat Desa Purbadolok masih banyak terdapat yang menggunakan alat-alat tradisional dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
4.1.5.1. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi setiap individu dan masyarakat, karena pendidikan sangat berkaitan erat dengan pemberdayaan dan mempengaruhi tingkat kemiskinan. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan memberi tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi pula serta dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Demikian sebaliknya, semakin rendah
(49)
pendidikan cenderung akan menambah tingkat kemiskinan. Oleh sebab itu, pendidikan adalah salah satu metode yang sangat penting dalam menjalankan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Purbadolok adalah sebagai berikut :
Table 2. Fasilitas Pendidikan di Desa Purbadolok
No Keterangan Jumlah/unit Jumlah murid
1 2 3
TK SD SLTA
1 2 2
50 orang 300 orang 1.800 orang
Jumlah 5 unit 2.150 orang
Sumber: Data diolah penulis, 2011
Berdasarkan tabel diatas penulis tidak mencantumkan fasilitas pendidikan untuk SLTP karena di Desa Purbadolok tidak terdapat yang namanya fasilitas tersebut. Dan masyarakat Desa Purbadolok yang ingin melanjutkan pendidikannya ke tingkat SLTP harus menempuh jarak yang cukup begitu terjangkau ke Kecamatan Doloksanggul.
(50)
4.1.5.2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di desa purbadolok masih sangat minim atau bisa dikatakan tidak sesuai dengan jumlah penduduk baik dari segi peralatan medis, maupun tenaga kesehatannya. Seperti yang kita lihat dilapangan jumlah ibu-ibu yang sedang hamil masih sangat besar, sementara hal tersebut sangat membutuhkan yang namanya pemeriksaan yang rutin ke bidang yang bersangkutan. Selain itu juga dokter spesialis juga tidak ada didapat di Desa Purbadolok, sehingga sebagian masyarakat masih melakukan pengobatan alternative yaitu memilih orang pintar atau dengan sebutan lain yaitu dukun untuk melakukan penyembuhan terhadap penyakit yang dialami oleh masyarakat Desa Purbadolok. Hal inilah yang mengakibatkan bahwasanya yang namanya tenaga kesehatan tersebut sangat perlu ditambah di setiap desa-desa yang lainnya. Adapun sarana atau fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Purbadolok adalah sebagai berikut:
Table 3. Sarana atau Fasilitas Kesehatan di Desa Purbadolok
No keterangan Jumlah/unit
1 2
Bidan desa Toko obat
3 1 Sumber: Data diolah penulis, 2011
(51)
4.1.5.3. Fasilitas Keagamaan di Desa Purbadolok
Fasilitas atau sarana keagamaan di Desa Purbadolok juga tidak lengkap. Hal ini dapat penulis paparkan bahwasanya masyarakat Desa Purbadolok yang mayoritas beragama Kristen Protestan harus melakukan peribadatan kegereja yang berada di Ibukota Kecamatan Doloksanggul dengan menempuh jarak ± 2 km. Disana dapat kita melihat bahwasanya masyarakat yang ingin melakukan ibadah harus dengan menggunakan jalan kaki dan sebahagian warga Desa Purbadolok ada juga yang menggunakan kendaraan pribadi seperti: sepeda motor, mobil, dan angkutan lainnya. Seperti halnya di perdesaan masyarakat Desa Purbadolok tidak begitu sering dalam melakukan ibadah, bahkan sebahagian masyarakat ada yang lebih memilih untuk tinggal di warung dan melakukan aktivitas yang lainnya. Dan yang penulis temukan adalah anak-anak atau remajalah dan sebahagian orang dewasa sajalah yang sering melakukan ibadah kegereja, hal ini mungkin disebabkan karena faktor jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah menuju tempat peribadatan.
Sama halnya dengan masyarakat yang beragama Islam, dimana masyarakat yang beragama islam juga melakukan ibadah ke masjid harus menempuh jarak 2 km dari rumah ke Ibukota Kecamatan Doloksanggul dengan jumlah masjid 1 unit. Sama halnya dengan masyarakat yang beragama Kristen Protestan, masyarakat yang beragama muslim juga jarang dalam melakukan peribadatan ke masjid hal ini disebabkan karena faktor utamanya adalah jarak yang begitu jauh dari rumah. Dengan adanya perbedaan agama di Desa Purbadolok tidak membuat hubungan antara masyarakat yang beragama Kristen protestan dengan masyarakat yang beragama islam menjadi pecah namun justru sebaliknya hubungan persaudaraan sangat erat
(52)
terjaga. Hal ini dapat kita lihat pada saat penulis melakukan wawancara dengan informan yang keduanya adalah berbeda agama.
Meskipun sarana dan prasarana keagamaan yang begitu kurang lengkap di Desa Purbadolok akan tetapi masyarakatnya masih memiliki yang namanya kelompok yang dinamakan kumpulan doa antara sesama marga yaitu ada kumpulan doa keluarga besar purba, dan kumpulan doa marga-marga yang lainnya. Di Desa Purbadolok masih sering kita temukan yang namanya kebaktian dari gereja atau lebih akrab disebutkan dalam bahasa batak toba yaitu (partamiangan lingkungan) yang masing-masing lingkungan dipimpin oleh penatua dari gereja yang berasal dari lingkungannya sendiri. Dan hal ini juga dilakukan bukan hanya merupakan dari satu gereja saja melainkan tiap-tiap gereja yang dikunjungi oleh masyarakat Desa Purbadolok. Selain itu juga masyarakat Desa Purbadolok sebagian warganya merupakan anggota dari kelompok ina par hari kamis di dalam gereja yang mereka jadikan sebagai tempat peribadatan. Begitu juga halnya dengan masyarakat Desa Purbadolok yang menganut agama islam, dimana masyarakatnya juga memiliki yang namanya perkumpulan perwiritan dan kelompok doa mengaji dan kedua perbedaan keyakinan tersebut saling menjaga yang namanya rasa saling menghormati.
Namun dengan demikian penulis dapat memberikan gambaran sesuai dengan data yang didapat dilapangan ada beberapa jenis gereja yang dikunjungi sekaligus sebagai tempat peribadatan oleh masyarakat Desa Purbadolok dalam melakukan aktivitas kerohaniannya yang bertepatan berada di Kecamatan Doloksanggul diantaranya adalah gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) dengan jumlah pengunjung sekitar 650 jiwa, GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) dengan
(53)
jumlah pengunjung sekitar 520 jiwa, GBI (Gereja Bethel Indonesia) dengan jumlah pengunjung sekitar 156 jiwa. Sama halnya dengan penduduk masyarakat Desa Purbadolok yang beragama islam, dimana mereka melakukan peribadatan di masjid yang mana jumlah dari masjid yang penulis temukan dilapangan adalah satu unit dengan jumlah pengunjung sekitar 443 jiwa.
4.1.6. Bidang Pemerintahan
Desa Purbadolok merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan. Desa ini letaknya tidak begitu jauh dari ibukota kecamatan yaitu Doloksanggul dan bisa ditempuh dengan berbagai macam kendaran. Keberadaan desa ini sudah cukup lama di Kecamatan Doloksanggul, dan desa ini juga bisa dikatakan kuat akan yang namanya pemerintahan desa dan memiliki badan permusyawarahan yang lengkap serta kelompok-kelompok lainnya. Desa Purbadolok secara rutin melakukan pemilihan kepala desa setiap sekali dalam lima tahun, dimana pemimpin yang pertama di Desa Purbadolok adalah Bapak Lukkas Purba dengan masa jabatan kurang lebih dari 40 tahun, hal ini disebabkan karena pada saat itu masyarakat desa purba dolok masih jarang terdapat yang memiliki pendidikan setara dengan SLTA sehingga dimungkinkan untuk menambah masa jabatan dalam memimpin masyarakat Desa Purbadolok, selanjutnya adalah Bapak Paulus Purba, beliau juga memiliki pengalaman yang sama dalam kepemimpinan masyarakat Desa Purbadolok dengan pemimpin yang pertama, selanjutnya adalah Bapak Mangandar Purba, dimulai dari kepemimpinan beliau masa pemerintahan tersebut sudah dijalankan sesuai dengan
(54)
peraturan yang ada yaitu sekali dalam lima tahun, selanjutnya adalah Bapak Tohap Purba, Lordminto Simatupang, dan hingga pada saat ini yang dipimpin oleh Bapak Rimson Eledon Purba. Dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, kepala desa tetap menjalin kerjasama yang baik antar unsur pemerintahan kepala desa dengan masyarakat desa yaitu seperti antara sekretaris desa, tim desa, dan kelompok yang ada di desa tersebut. Selain itu juga kepala desa sangat menjaga yang namanya hubungan atau kerja sama yang baik antara lembaga desa seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Perangkat Desa, Program Pengembangan Desa (PPD), dan tokoh masyarakat desa setempat maupun tokoh antar dusun. Karena dengan adanya roda pemerintahan yang visi dan misinya menjalin hubungan yang baik, maka segala sesuatunya kegiatan di dalam desa tersebut akan dapat diselesaikan dengan baik dan penuh dengan manfaat bagi masyarakat desa. Terlebih-lebih dalam menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan salah satunya adalaha program PNPM-MP, dimana pola hubungan yang erat antar masyaraka sangat dibutuhkan demi menunjang tercapainya fungsi yang tampak bermanfaat bagi masyarakat Desa Purbadolok.
4.1.7. Profil Informan
4.1.7.1. Profil Informan Kunci
4.1.7.1.1.Fasilitator Kecamatan (F-Kec) : Sahata Purba S.H
Masyarakat dan pemerintah lokal dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan mendapatkan pendampingan dari fasilitator. Peran pendampingan ditujukan bagi penguatan atau peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan
(55)
lokal dalam mengelola pembangunan secara mandiri diwilayahnya. Salah satu dari pendampingan dari fasilitator tersebut adalah Fasilitator Kecamatan (F-Kec). Fasilitator Kecamatan (F-Kec) yang bertugas dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok bernama Sahata Purba S.H Bertugas sejak tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun 2010 yang dulunya menjabat sebagai PjOK (Pejabat Operasional Kabupaten). Beliau pada awalnya merupakan Pejabat Operasional Kabupaten (PjOK) yang bertugas di tingkat kabupaten yang menangani program PNPM-MP di tingkat kabupaten dan pada akhirnya diangkat sebagai fasilitator kecamatan (F-Kec) yang menangani program PNPM-MP di tingkat kecamatan dan desa.
Beliau berumur 41 tahun, dan lahir di sebuah desa kecil yaitu desa sosorgonting yang terletak di Kecamatan Doloksanggul dan sekarang beliau sudah bekerja sebagai kepala bagian di Kantor BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa) yang terletak di Desa Purbadolok. Beliau bersukukan batak toba dan menganut agama Kristen protestan. Fasilitator Kecamatan (F-Kec) ini berpendidikan Strata-1 (S1) dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Medan. Kesehariannya menghabiskan waktu di kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan yang berada tepat di Desa Purbadolok sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebelum beliau menjabat sebagai pegawai negeri sipil di doloksanggul, beliau juga mempunyai banyak pengalaman kerja di Medan dan Jakarta diantaranya yaitu: beliau pernah menjadi dosen di Politeknik Kesehatan (Poltekes) Medan, dan selainnya adalah memiliki pengalaman kerja di Jakarta yang sama-sama memiliki latar belakang sebagai tenaga pengajar di
(56)
lembaga pendidikan formal. Alasan beliau mengatakan perlunya ada sosialisasi yang baik dan benar terhadap masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas PNPM-MP adalah untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam memanfaatkan fasilitas program PNPM-MP nantinya. Dan beliau juga mengatakan dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar besar kemungkinan fasilitas program akan bermanfaat bagi masyarakat Desa Purbadolok.
4.1.7.1.2 Tim Pengelola Kegiatan : M. Purba
Tim pengelola kegiatan (TPK) terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa secara jujur dan adil, sosialisasi yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi, serta keuangan PNPM Mandiri Perdesaan. TPK sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Dalam hal ini di Desa Purbadolok, yang terpilih menjadi ketua TPK adalah Bapak M. Purba, beliau sangat mempunyai yang namanya peran yang sangat penting dalam program tersebut, beliau bertugas dan berperan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan. Bapak M. Purba berumur 63 tahun dan sudah berumah tangga, memiliki 6 (enam) orang anak. Lima orang diantaranya sudah menikah dan berumahtangga sedangkan anak terahir masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Medan. Dan istri beliau bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga.
Bapak M. Purba hanya bisa menamatkan pendidikannya sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai petani kopi. Beliau merupakan penduduk asli Desa Purbadolok dengan bersukukan
(57)
Batak Toba dan Beragama Kristen protestan. Di Desa Purbadolok beliau cukup dikenal dengan sosok yang ramah dan pandai bergaul, oleh karena itu masyarakat sangat mengenal dekat dengan karakter beliau. Selain itu juga beliau selalu mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak-anaknya dan juga kepada pemuda-pemudi di Desa Purbadolok dan selalu menanamkan kepada anak-anaknya dan pemuda-pemudi setempat apa itu yang disebut dengan pantun yang berisikan hal ajakan “ Pantun Hangoluan Tois Hamatean” yang artinya jika seseorang itu baik pasti akan mendapat kemudahan dalam segala hal dan sebaliknya.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh bapak ini adalah program PNPM Mandiri Perdesaan sangat bermanfaat besar terhadap masyarakat tertinggal atau masyarakat perdesaan karena disisi lain program ini memiliki potensi besar bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Dan oleh sebab itu perlu didukung oleh sosialisasi terhadap masyarakat bagaimana dalam memanfaatkan fasilitas itu nantinya. Sehingga kedatangan dari pada program tersebut tidak sia-sia terhadap masyarakat.
4.1.7.1.3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) : AH. Purba
Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, BPD berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa. Selain itu juga berperan dalam melegalisasi atau mengesahkan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian PNPM Mandiri Perdesaan di desa. BPD juga bertugas mewakili masyarakat bersama kepala desa dalam membuat persetujuan
(58)
pembentukan badan kerja sama antar desa. Di Desa Purbadolok yang terpilih menjadi BPD nya adalah Bapak AH. Purba. Beliau berumur 50 tahun dan sudah berumah tangga, bapak ini merupakan penduduk asli di Desa Purbadolok yaitu tepatnya di dusun tiga. Pekerjaan bapak ini sehari-hari merupakan wiraswasta, dengan pendidikan terakhirnya adalah tamatan Diploma Tiga (D-3) sementara istri beliau merupakan seorang petani.
Beliau sebelum menetap di Desa Purbadolok pada awalnya berada di Jakarta membuka usaha kecil-kecilan, namun pada akhirnya memilih untuk kembali kekampung halaman dan menetap di dusun tiga yaitu Lumbangorat. Bapak ini memiliki 2 (dua) orang anak diantaranya satu orang perempuan dan satu orang laki-laki dan anak perempuan bapak ini sudah menikah dan memiliki satu orang anak, sementara anak terakhir beliau masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Selain memiliki lahan perladangan, beliau juga memiliki hewan ternak diantaranya seperti ayam, babi, dan bebek. Hal ini beliau lakukan adalah untuk keinginan semata dengan memanfaatkan kondisi lingkungan tempat tinggal yang merupakan pemukiman pertanian. Selain itu juga beliau terkenal sebagai orang yang ramah terhadap masyarakat lainnya dan selalu penuh dengan sifat kerendahan hati yang membuat masyarakat setempat merasa senang melakukan pembicaraan dengan beliau.
4.1.7.1.4. Kepala Desa (Kades) : Rimson Eledon Purba
Peran kepala desa adalah sebagai Pembina dan penegendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa. Bersama BPD, kepala desa menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung terjadinya proses
(59)
pelembagaan prinsip dan prosedur PNPM Mandiri Perdesaan sebagai pola pengembangan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset PNPM Mandiri Perdesaan yang telah ada di desa. Kepala desa juga berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawarah atau badan kerja sama antar desa. Kepala Desa (Kades) di Desa Purbadolok ini adalah Bapak Rimson Eledon Purba dan Beliau merupakan penduduk asli Desa Purbadolok. Bapak ini berumur 46 tahun dan sudah berumah tangga serta memiliki 3 (tiga) orang anak. Bapak ini bersukukan Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan. Pendidikan terakhir beliau adalah Strata-1 (S1), tamatan dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Surabaya dan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan sehari-hari adalah sebagai Kepala Desa di Desa Purbadolok.
Sebelum menjabat sebagai Kepala desa beliau sangat aktif dalam Kelompok Masyarakat (Pokmas). Selain itu juga beliau sangat sering memantau yang namanya aktifitas masyarakat Desa Purbadolok misalnya seperti memantau keadaan hasil pertanian penduduk, keadaan ternak penduduk, dan kegiatan yang lainnya. Bahkan beliau juga tidak segan-segan membuat forum diskusi dengan masyarakat Desa Purbadolok menangani tentang bagaimana caranya dalam melakukan berbagai hal dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan hasil pertanian. Kepala Desa Purbadolok juga mengatakan keberhasilan daripada sebuah program tidak bisa berjalan dengan baik tanpa adanya pembelajaran atau pentransferan nilai-nilai terhadap masyarakat, sama halnya dengan kegiatan ini harus didukung dengan yang namanya sosialisasi yang baik dan benar kepada masyarakat
(60)
supaya kiranya nanti berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah pada saat ini.
4.1.7.2. Profil Informan Biasa 4.1.7.2.1. A. Situmorang
Masyarakat biasa pada umumnya tidak semuanya mengetahui dalam pelaksanaan tahapan program PNPM Mandiri Perdesaan bahkan sampai pada penggunaan fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, karena masyarakat mungkin bisa jadi disibukkan oleh pekerjaan mereka sebagai petani dan lebih memilih atau mengutamakan pertanian mereka dari pada rasa keingin tahuan mereka terhadap adanya berbagai macam program yang ingin di dirikan di setiap dusun di Desa Purbadolok. Salah satunya adalah Bapak A. Situmorang. Bapak ini berumur 50 tahun, sudah berumah tangga dan memiliki 6 (enam) orang anak tiga diantaranya sudah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sudah merantau ke Kota Medan dan Jakarta sementara anak keempat, kelima, dan keenam masih duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat atas dan lanjutan tingkat pertama. Beliau merupakan penduduk asli di Desa Purbadolok dengan pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai petani beserta istrinya. Agama yang dianut bapak ini adalah Agama Kristen protestan dengan bersukukan Batak Toba.
Bisa dikatakan bapak ini merupakan petani yang sangat rajin pergi ke lahan pertanian baik sawah maupun perladangan setiap harinya kecuali hari minggu. Beliau bisa dikatakan seorang sosok yang pendiam dan tidak mau banyak berbicara baik terhadap tetangga satu dusun maupun diluar dari pada dusunnya. Jika ingin bertemu
(61)
dengan bapak ini sangat begitu mudah tidak ada tempat yang lain selain dari pada rumah dan ladangnya. Pendidikan terakhir beliau adalah tamatan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Selain dari pada bertani beliau juga memiliki hewan ternak diantaranya adalah kerbau,babi, dan ayam. Selain memiliki hawan ternak beliau juga memiliki kebun kopi yang cukup luas dan bisa dikatakan setengah pendapatan rumah tangga merupakan dari hasil penjualan kopi.
4.1.7.2.2. M. Purba
Bapak M. Purba merupakan penduduk asli Desa Purbadolok. Beliau berumur 32 tahun, sudah berumah tangga dan memiliki 2 (dua) orang anak dimana anak pertama beliau sudah duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan anak kedua masih berumur 1 (satu) tahun. Beliau ini bisa dikatakan masih berjiwa muda dalam arti masih peka serta aktif terhadap hal-hal apa saja yang terjadi di Desa Purbadolok. Pekerjaan beliau sehari-hari adalah merupakan petani dan disekeliling rumah bapak ini masih sangat banyak terdapat tanaman kopi baik di depan, samping, maupun belakang rumahnya. Istri beliau juga bekerja sebagai petani dan tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tanggayang baik. Sama halnya dengan penduduk yang lainnya bapak ini juga memiliki ternak seperti ayam, bebek, anjing, dan babi. Luas lahan perladangan yang dimiliki bapak ini cukup bagitu luas baik berupa tanah kosong maupun tanah yang sudah di olah menjadi tanah pertanian. Sebelum berumah tangga beliau sempat merantau ke Batam setelah tamat dari sekolahnya. Pendidikan terakhir bapak ini adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan beliau menganut agama Kristen protestan dengan bersukukan Batak Toba.
(62)
4.1.7.2.3. B. Purba
Bapak B. Purba merupakan seorang petani kopi, sayur mayur, dan padi. Beliau merupakan penduduk asli Desa Purbadolok dan bapak ini berumur 45 tahun. Beliau tinggal di dusun 3 (tiga) dan sudah berumah tanggga serta memiliki 6 (enam) orang anak dan anaknya tersebut masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), istri beliau bekerja sebagai petani dan mereka sudah memiliki rumah tersendiri dan ukuran rumahnya tersebut sudah cukup besar dilengkapi dengan peralatan rumah tangga yang lengkap. Beliau merupakan penduduk yang bersukukan Batak Toba dan beragama Kristen protestan. Pendidikan terakhir bapak ini adalah tamatan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Kegiatan sehari-hari bapak ini yaitu dihabiskan dengan mengurus berbagai macam jenis tanamanya yaitu seperti tanaman cabai, tomat, dan kopi. Bapak ini dikenal dengan sosok yang tidak mau terlibat dengan berbagai macam urusan lainnya dan hanya berfokus kepada urusan pertaniannya, didusun tersebut beliau tinggal satu dusun dengan orang tuanya sendiri karena di pemukiman penduduk apalagi yang masih tinggal di desa hal tersebut memang merupakan hal yang masih biasa, dan kembali seperti yang penulis katakan sebelumnya bahwasanya dalam dusun tersebut tinggal satu keturunan atau yang disebut dengan namarhaha anggi . sehingga apabila bapak ini pergi kesawah bersama istrinya tidak merepotkan dengan membawa anak-anaknya keladang dan mereka sudah bisa menitipkan anak-anaknya tersebut ketempat orangtuanya.
(1)
Rosdakarya
Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Pedoman Umum. 2008. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Medan : Pmd Propsu. Petunjuk Teknis Operasional. 2008. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan. Jakarta: Draft Bumi Wiyata.
Soenarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suyanto, Bagong, dan Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Penerbit Kencana.
Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Sumber Lain:
(2)
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW QUIDE) PENELITIAN SKRIPSI
NAMA : LEO M PURBA
NIM : 070901002
JUDUL PENELITIAN :SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN
(Studi Deskriptif di Desa Pubadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)
PEMBIMBING : DRS. Junjungan Simanjuntak, M.Si I. Profil Informan Kunci
1. Nama : 2. Usia : 3. Alamat : 4. Pekerjaan : 5. Pendidikan :
6. Apa yang anda ketahui tentang PNPM mandiri Perdesaan?
7. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), dan Kepala Desa (Kades)? 8. Materi atau hal apa sajakah yang anda berikan sebagai Kepala desa,
(3)
terhadap masyarakat dalam mensosialisasikan pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut terhadap masyarakat?
9. Sejauh ini bagaimana hubungan antara kepala desa dengan masyarakat dalam mengontrol keberadaan fasilitas PNPM tersebut?
10.Dimana anda melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut terhadap masyarakat?
11.Apa manfaat PNPM bagi Desa Purbadolok?
12.Hal apa sajakah yang dilakukan untuk menunjang PNPM?
13.Sebelum program PNPM, adakah program lain yang disalurkan ke desa ini?
Kalau ada dalam bentuk apa?
14. Sejauh mana peran lembaga atau aparat desa dalam mengelola kegiatan PNPM?
Jika ada siapa penanggung jawab program tersebut?
15.Bagaimana peran masyarakat dalam memanfaatkanfasilitas PNPM? 16.Apa sajakah faktor pendorong pelaksanan kegiatan PNPM di desa
ini?
17.Apa sajakah faktor penghambat pelaksanaan kegiatan PNPM di desa ini?
18.Fasilitas apa sajakah yang didirikan oleh PNPM di desa ini?
19.Menurut anda sejauh mana manfaat PNPM ini dalam menunjang kegiatan sehari-hari di desa ini?
(4)
PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW QUIDE) PENELITIAN SKRIPSI
NAMA : LEO M PURBA
NIM : 070901002
JUDUL PENELITIAN :SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN (Studi Deskriptif di Desa Pubadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)
PEMBIMBING : DRS. Junjungan Simanjuntak, M.Si II. Profil Informan Biasa
21.Nama : 22.Usia : 23.Alamat : 24.Pekerjaan : 25.Pendidikan :
26.Apa yang anda ketahui tentang PNPM mandiri perdesaan?
27.Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), dan Kepala Desa (Kades) dalam memanfaatkan fasilitas tersebut?
28.Siapa sajakah yang melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan di Desa Purbadolok ini?
(5)
29.Kapan sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut dilakukan di desa ini?
30.Dimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Unit Pelaksana Kegiatan (UPK), dan Kepala Desa terhadap masyarakat? 31.Materi atau hal-hal apa sajakah yang diberikan oleh Kepala Desa,
UPK, dan TPK, dalam mensosialisasikan pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut terhadap masyarakat?
32.Sejauh ini bagaimana hubungan antara kepala desa dengan masyarakat dalam mengontrol keberadaan fasilitas PNPM tersebut? 33.Sebelum program PNPM, adakah program lain yang disalurkan ke
desa ini?
34.Bagimana tanggapan anda dengan adanya program PNPM?
35.Menurut anda, apakah program PNPM ini sangat membantu dalam menunjang aktivitas kegiatan anda sehari-hari?
36.Fasilitas apa sajakah yang didirikan oleh PNPM di Desa ini?
37.Fasilitas apa saja yang sering anda gunakan dalam kegiatan sehari-hari?
38.Sudah berapa lama program ini berjalan di desa ini?
39.Menurut anda sejauh mana manfaat PNPM ini dalam menunjang kegiatan sehari-hari di desa ini?
(6)
40.Sejauh mana Sosialisasi yang dilakukan Kepala Desa (Kades), Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) terhadap anda dalam memanfaatkan fasilitas tersebut?
41.Apa sajakah faktor penghambat pelaksanaan kegiatan PNPM di desa ini?
42.Masalah apa sajakah yang anda hadapi dalam memanfaatkan fasilitas program ini?