“Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung di Langsa Timur.

(1)

KETERLIBATAN YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ALUE PINEUNG KECAMATAN

LANGSA TIMUR KABUPATEN ACEH TIMUR

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera utara

Oleh

MEILYA NANDA 050902020

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI DIPERTAHANKAN OLEH: Nama : Meilya Nanda

NIM : 050902020

Departemen : Ilmu Kesejateraan Sosial

Judul : Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Aleu Pineung Kecamatan langsa Timur Kabupaten Aceh Timur

Medan, 30 September 2009 PEMBIMBING

( Husni Thamrin, S. Sos, M. Sp ) NIP: 132 308 603

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

( Drs. Matias Siagian, M. Si ) NIP: 132 054 339 DEKAN FISIP USU

( Prof. DR. M. Arif Nasution, M. A ) NIP: 131 757 010


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL MEILYA NANDA

050902020

ABSTRAK

KETERLIBATAN YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ALUE PINEUNG DI LANGSA

TIMUR

Yayasan dayah Bustanul Ulum merupakan sebuah pondok pesantren disamping berfungsi sebagai lembaga pendidikan islam juga memiliki peran sebagai motor penggerak perubahan masyarakat. Mencermati fenomenal tumbuh suburnya lembaga pesantren terutama di wilayah pedesaan secara nyata mampu berperan sebagai pengembangan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Aktivitas nyata pondok pesantren dalam memberdayakan kehidupan masyarakat dapat dilihat dari kemampuan dalam kegiatan lapangan kerja yang bertujuan menggali, merangsang dan meningkatkan social ekonomi masyarakat dan mengupayakan kesempatan bagi masyarakat memperoleh kehidupan yang layak dengan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia.

Penelitian ini dilakukan dilokasi Yayasan tersebut dan sekitar Yayasan Bustanul Ulum yang menjadi tempat aktivitas orang yang diberdayakan yaitu di Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa Timur Kabupaten Aceh Timur. Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan populasi 110 orang, dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah 20% dari 110 orang yaitu 22 orang. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan yaitu: observasi, wawancara, dan kuesioner. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel frekuensi tunggal setelah itu dicari persentasinya lalu dijelaskan secara terperenci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Bustanul Ulum sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Alue pinenug karena sangat membantu masyarakat dalam kegiatan ekonominya, ilmu pengetahuannya serta jalinan silahturahim yang sangat erat antara kedua belah pihak.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung di Langsa Timur”

Tanpa disadari dalam penulisan skripsi ini begitu banyak pihak-pihak yang membantu penulis baik berupa materi dan moril guna menyelesaikannya, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. arif Nasution, M.A selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Bapak Drs. Matias Siagan, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis baik itu berupa saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen FISIP USU terkhusus dosen-dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah begitu baik dan sabar membimbing penulis bisa menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

5. Kedua Orangtua penulis yang telah membesarkan, mendidik dan menyanyangi penulis Bapak Waluyo dan Ibu Herawati. Tanpa kalian aku tidak bisa seperti ini.


(5)

6. Kepada temen-temen penulis, Tika, Fitri, Fanny, Eliza yang dengan semangat dan selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga selesailah penulis ini.

7. Kepada Karyawan dan orang Yang diberdayakan oleh Yayasan Dayah Bustanul Ulum yang sudah bersedia mengisi kuesioner penelitian.

8. Kepada Bapak, Ibu dan seluruh staff-staff Yayasan dayah Bustanul Ulum yang telah bersedia menerima penulis untuk mengambil data-data yang diperlukan oleh penulis.

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan penulis ucapkan terima kasih. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengaku masih banyak kekurangan yang ada dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran yang tujuannya untuk memperbaiki skripsi ini

Hormat Saya,


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ...i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ...iv

Daftar Tabel ...vi

Daftar Gambar ...x

Daftar Lampiran ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah...4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...4

1.3.1 Tujuan Penelitian ...4

1.3.2. Manfaat Penelitian ...5

1.4 Sistematika Penulisan ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Pengertian Yayasan ...7

2.2 Pengertian Pemberdayaan ...8

2.3 Pengertian Masyarakat Desa ...20

2.4 Program Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Bustanul Ulum ...22

2.5 Kerangka Pemikiran ...25

2.6 Defenisi Konsep dan Operasional ...28

2.6.1 Defenisi Konsep ...28

2.6.2 Defenisi Operasional...29

BAB III METODE PENELITIAN ...32


(7)

3.2 Lokasi Penelitian ...32

3.3 Populasi dan Sampel ...33

3.3.1 Populasi ...33

3.3.2 Sampel...33

3.4 Teknik Pengumpulan Data...34

3.5 Teknik Analisa Data ...35

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...36

4.1 Latar Belakang Yayasan Dayah Bustanul Ulum...36

4.2 Sejarah Berdirinya ...37

4.3 Visi dan Misi ...40

4.4 Tujuan Pendidikan...41

4.5 Penyelengara Pendidikan ...42

4.6 Kegiatan Ekonomi ...44

4.7 Profil Yayasan Dayah Bustanul Ulum ...45

4.8 Struktur Yayasan Dayah Bustanul Ulum ...47

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ...48

BAB VI PENUTUP ...78

6.1 Kesimpulan ...78

6.2 Saran ...79


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...48

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...49

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ...50

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ...50

Tabel 5.5 Distribusi responden Berdasarkan Pendidikan ...51

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Diberdayakan ...51

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sesudah Diberdayakan ...52

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Sebelum Diberdayakan ...53

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Sesudah Diberdayakan ...53

Tabel 5.10 Distribusi Responden Tentang Informasi Program Peberdayaan ...54

Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang Bentuk Sosialisasi yang diberikan ...54

Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Siapa Saja yang Terlibat Sosialisasi ..55

Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Sosialisasi Dilaksanakan ...55

Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Materi Sosialisasi Yang Diberikan ....56

Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang Proses Sosialisasi menciptakan Komunikasi ...57

Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Sosialisasi yang dilakukan Yayasan Bustanul Ulum...58


(9)

Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang Dimana Tempat Konsultasi

Diadakan ...58 Tabel 5.18 Distribusi Responden Tentang Materi Konsultasi Yang Diberikan ....59 Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang Siapa Saja yang Terlibat Konsultasi ..60 Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang pengetahuan dan wawasan yang

luas dengan konsultasi ...60 Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Kelayakan Dalam Menjalankan

Usaha ...61 Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Hasil dari konsultasi yang diberikan..61 Tabel 5.23 Distribusi Responden Tentang Siapa Saja Yang Menjadi Tenaga

Pendamping ...62 Tabel 5.24 Distribusi Responden Tentang Orang Yang Diberdayakan Dalam Satu Pendamping ...63 Tabel 5.25 Distribusi Responden Tentang Tenaga Pendamping Bisa Beradaptasi Dengan Lingkungan ...63 Tabel 5.26 Distribusi Responden Tentang Tenaga Pendamping Memiliki

Pengetahuan dan Keterampilan ...64 Tabel 5.27 Distribusi Responden Tentang Tenaga Pendamping Memiliki

Motivasi Dalam Melaksanakan Pekerjaan ...64 Tabel 5.28 Distribusi Responden Tentang Tenaga Pendamping Yang Disediakan Oleh Yayasan Bustanul Ulum Sangat Membantu ...65 Tabel 5.29 Distribusi Responden Tentang Sikap Tenaga Pendamping Dalam


(10)

Tabel 5.30 Distribusi Responden Tentang Sikap Pendamping Ketika Membantu Melakukan Usaha ...66 Tabel 5.31 Distribusi Responden Tentang Cara Pendampingan ...67 Tabel 5.32 Distribusi Responden Tentang Materi Pelatihan ...67 Tabel 5.33 Distribusi Responden Tentang Lamanya Pelatihan Itu Berlangsung ..68 Tabel 5.34 Distribusi Responden Tentang Pelatihan Dapat Dipahami...69 Tabel 5.35 Distribusi Responden Tentang Pelatihan Dapat Memotivasi Dalam Bekerja ...69 Tabel 5.36 Distribusi Responden Tentang Pelatihan Yang Diberikan Oleh

Yayasan ...70 Tabel 5.37 Distribusi Responden Tentang Program Pemberdayaan Yang Paling Dominan Dalam Memberdayakan Masyarakat ...70 Tabel 5.38 Distribusi Responden Tentang Program Pemberdayaan Sangat

Membantu ...71 Tabel 5.39 Distribusi Responden Tentang Upaya Yang Paling Dominan Yang Dilakukan Oleh Yayasan Dalam Memberdayakan Masyarakat ...72 Tabel 5.40 Distribusi Responden Tentang Program Pemberdayaan Telah Tepat Sasaran ...73 Tabel 5.41 Distribusi Responden Tentang Berpengaruhnya Program

Pemberdayaan Terhadap Kehidupan Masyarakat ...73 Tabel 5.42 Distribusi Responden Tentang Penghasilan Setelah Adanya Kegiatan

Pemberdayaan Masyarakat ...74 Tabel 5.43 Distribusi Responden Tentang Jalinan Silaturahmi Setelah Adanya


(11)

Program Pemberdayaan Masyarakat ...74 Tabel 5.44 Distribusi Responden Tentang Sektor Pertanian Bisa

Mensejahterakan Masyarakat ...75 Tabel 5.45 Distribusi Responden Tentang Tersedianya Lahan Untuk Bekerja ....75 Tabel 5.46 Distribusi Responden Tentang Keberadaan Yayasan Bustanul Ulum 76 Tabel 5.47 Distribusi Responden Tentang Siapa Yang Lebih Berperan Dalam

Memberdayakan Masyarakat ...77 Tabel 5.48 Distribusi Responden Tentang Tanggapan Terhadap Pemberdayaan Yang Dilakukan Yayasan ...78 Tabel 5.49 Distribusi Responden Tentang Sambutan Masyarakat Tentang


(12)

Daftar Gambar

Gambar 4.1 STRUKTUR PERSONALIA YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM LANGSA ...47


(13)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Daftar Kuesoiner

Lampiran 2 Surat Keputusan Komisi Pembimbing

Lampiran 3 Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/Penulisan Skripsi


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL MEILYA NANDA

050902020

ABSTRAK

KETERLIBATAN YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ALUE PINEUNG DI LANGSA

TIMUR

Yayasan dayah Bustanul Ulum merupakan sebuah pondok pesantren disamping berfungsi sebagai lembaga pendidikan islam juga memiliki peran sebagai motor penggerak perubahan masyarakat. Mencermati fenomenal tumbuh suburnya lembaga pesantren terutama di wilayah pedesaan secara nyata mampu berperan sebagai pengembangan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Aktivitas nyata pondok pesantren dalam memberdayakan kehidupan masyarakat dapat dilihat dari kemampuan dalam kegiatan lapangan kerja yang bertujuan menggali, merangsang dan meningkatkan social ekonomi masyarakat dan mengupayakan kesempatan bagi masyarakat memperoleh kehidupan yang layak dengan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia.

Penelitian ini dilakukan dilokasi Yayasan tersebut dan sekitar Yayasan Bustanul Ulum yang menjadi tempat aktivitas orang yang diberdayakan yaitu di Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa Timur Kabupaten Aceh Timur. Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan populasi 110 orang, dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah 20% dari 110 orang yaitu 22 orang. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan yaitu: observasi, wawancara, dan kuesioner. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel frekuensi tunggal setelah itu dicari persentasinya lalu dijelaskan secara terperenci.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Bustanul Ulum sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Alue pinenug karena sangat membantu masyarakat dalam kegiatan ekonominya, ilmu pengetahuannya serta jalinan silahturahim yang sangat erat antara kedua belah pihak.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang berjiwa religius, tentunya tidak mengherankan apabila memiliki banyak warisan budaya keagamaan yang sejak dahulu hingga sekarang masih terjaga dan terpelihara. Salah satu warisan lembaga tradisional keagamaan masayarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam, ialah Pondok Pesantren. Diperkirakan lembaga Pondok Pesantren muncul pada abad ke 9 atau ke 10, dan merupakan lembaga tertua yang monumental sebagai lembaga warisan tradisi keagamaan umat Islam di masa itu hingga sekarang. Sehingga tidaklah mengherankan apabila Pondok Pesantren akhirnya menjadi sebuah lembaga yang benar- benar telah mengakar dan dikenal masayarakat Islam di Indonesia.

Pesantren sebagai salah satu lembaga yang telah mengakar pada masyarakat kita dan merupakan asset nasional dalam pembinaan sumber daya manusia dimasa lalu, pada saat ini pun sangat dituntut peranannya untuk mampu mengantisipasi dan berpartisipasi dalam pengembangan sumber daya manusia sejalan dengan tuntutan kebutuhan abad modern.

Pondok pesantren yang cukup besar jumlahnya dan tersebar di wilayah pedesaan, menjadikan lembaga ini memiliki posisi yang strategis dalam mengemban peran-peran pengembangna pendidikan maupun social ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Terlebih lagi dewasa ini pondok pesantren telah


(16)

mengalami berbagai pengembangan internal yang memungkinkan besarnya peluang pondok pesantren untuk berperan sebagai agen pembangunan dalam rangka menjembatani dan memecahkan persoalan social ekonomi masyarakat pedesaan.

Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang berperan aktif dalam menopang pembangunan nasional terutama dalam bidang pendidikan agama. Disamping pesantren sebagai lembaga dakwah, pesantren juga mempunyai peran besar dalam pembinaan masyarakat. Sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pondok pesantren mewakili dua peran sekaligus, yaitu pengembangan pendidikan dan peran pemberdayaan masyarakat (Zuhri, 1999: 3).

Peran sebagai pengembangan pendidikan dilihat dari misi utama pondik pesantren, yaitu untuk menyebarluaskan ajaran dan universalitas islam ke seluruh pelosok nusantara. Peran tersebut dalam konteks sekarang ini telah menempatkan lembaga pesantren sebagai penerjemah dan penyebar ajaran Islam di tengah kehidupan masyarakat. Sedangkan peran sebagai pemberdayaan masyarakat dilihat dari transformasi nilai yang ditawarkannya. Dalam hal ini segenap potensi pondok pesantren telah berhasil membawa perubahan serta transformasi kehidupan masyarakat yang beriman dan menuju pada kesejahteraan masyarakat. Cakupan kegiatan pondok pesantren semakin luas dan mendalam, kegiatan tidak lagi terbatas pada pendidikan agama, dakwah, pembinaan umat dan kegiatan social lainnya, tetapi juga telah merambah pada kegiatan ekonomi.

Azra dalam Madjid mengatakan pada saat ini pondok pesantren telah menjadi alternative pembangunan yang berpusat pada masyarakat (people


(17)

centered development) dan sekaligus sebagai pusat pengembangan pembangunan yang berorientasi pada nilai (value oriented development). Aktivitas pondok pesantren dalam bidang ekonomi cukup membanggakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah pedesaan. Aktivitas-aktivitas vocational yang telah dilakukan pondok pesantern dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat di pedesaan sangat menonjil. Satu hal yang paling pokok tampak dalam bidang kemampuan merangsang masyarakat dalam membuka lapangan kerja bukan mencari kerja (Madjid, 1997; 14).

Yayasan Bustanul Ulum merupakan sebuah lembaga pondok pesantren yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam juga memiliki peran sebagai motor penggerak pembangunan dan perubahan masyarakat. Aktifitas nyata dari Yayasan Bustanul Ulum tersebut dalam memberdayakan kehidupan masyarakat Desa Alue Pineung dapat dilihat dari kemampuannya dalam kegiatan vocational yang bertujuan menggali, merangsang, dan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat. Pengembangan usaha produktif serta mengupayakan kesempatan bagi masyarakat Desa Alue Pineung memperoleh kehidupan yang layak dengan pemanfaatan sumber daya yang ada.

Masyarakat Desa Alue Pineung rata-rata mata pencahariannya adalah petani, pembersih, dan buruh cuci santri dari Yayasan Bustanul Ulum. Dengan demikian Yayasan Bustanul Ulum menjadi suatu jawaban untuk menjawab kebutuhan masyarakat Desa Alue Pineung. Kedua potensi diatas selanjutnya melahirkan peluang kerjasama antara Yayasan Bustanul Ulum dengan masyarakat Desa Alue Pineung yang bersifat saling membutuhkan. Tujuannya adalah untuk


(18)

membantu perekonomian masyarakat Desa Alue Pineung serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin lebih meneliti bagaimana keterlibatan Yayasan Bustanul Ulum dalam pemberdayaan masyarakat Desa Alue Pineung. Atas dasar inilah, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa Timur Kabupaten Aceh Timur”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang masalah yang ada maka perumus merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum, dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung?”

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keterlibatan langsung Yayasan Bustanul Ulum dalam pemberdayaan masyarakat Desa Alue Pineung.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori, terutama model masalah pemberdayaan masyarakat Desa Alue Pineung oleh Yayasan Bustanul Ulum


(19)

secara khusus dan bagi instansi yang terkait yaitu pemerintah maupun pihak-pihak luas

1.4Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang diteliti.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.


(20)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilaksanakan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Yayasan

Pendiriaan sebuah yayasan diIndonesia sampai saat ini hanya berdasar pada kebiasaan dalam masyarakat dan Yurenpudensi Mahkamah Agung, karena belum ada undang-undang yang mengaturnya. Namun dalam Undang-undang No.16 Tahun 2001 Republik Indonesia tentang yayasan, bahwa pendirian sebuah yayasan dilakukan dengan akte notaris dan memperoleh status badan hukum. Setelah akte pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk.

Yayasan merupakan suatu hunian dan perkumpulan yang berbentuk badan hukum dengan pengertian yang dinyatakan dalam pasal 1 butir 1 Undang-undang No.16 Tahun 2001 tentang yayasan yaitu suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Berdasarkan defenesi tersebut yayasan memiliki ciri-ciri khas, yaitu :

1. Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

2. Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau mencuri penghasilan yang sebesar-besarnya.


(22)

Yayasan sebagai badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan hukum bersifat permanent, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya. Yayasan juga memiliki hak dan kewajiban, yaitu :

1. Hak yaitu hak untuk mengajukan gugatan

2. Kewajiban yaitu wajib mendaftarkan yayasan tersebut pada instansi yang berwenang untuk mendapatkan status badan hukum.

Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan social, keagamaan dan kemanusiaan, yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, pengurus dan pengawas. Yayasan dilakukan sepenuhnyha oleh pengurus, oleh karena itu pengurus wajib memberikan laporan tahunan yang disampaikan pada Pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan. Selanjutnya terhadap yayasan yang kekayaannya berasal dari Negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kekayaan wajib diaudit oleh akuntan public dan laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini dalam rangka penerapan prinsip keterbukaan dab akuntabilitas pada masyarakat.

2.2 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut Merriam Webster dan


(23)

Oxford English Dictionary (dalam Sedarmayanti, 2002: 37) kata empower mengandung dua pengertian, yaitu:

a. To give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan

kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain

b. To give ability to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau

keperdayaan.

Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan sebuah konsep yang fokusnya adalah hal kekuasaan. Pemberdayaan secara substansial merupakan proses memutuskan atau breakdown dari hubungan antara subyek dan obyek. Proses ini mementingkan pengakuan subyek akan kemampuan atau daya (power) yang dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat penting mengalirnya daya dari subyek ke obyek. Hasil akhir dari proses pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yang semula jadi obyek menjadi subyek (yang baru), sehingga realisasi sosial yang ada nantinya akan dicirikan dengan realisasi antar subjek dengan subjek yang lain. Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaannya. Oleh karena itu pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan (Tjandraningsih, 1996; 3).

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadarann akan potensi yang dimiliknya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh seseorang.


(24)

Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Penguatan ini meliputi langkah-langkah yang nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat individu menjadi lebih berdaya (Kartasasmita, 1996; 48). Dengan demikian pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan bagian pokok upaya pemberdayaan itu sendiri.

Menurut Shardlow bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka (“such a

definition of empowerment is centrally about people taking control of their own lives and having the power to shape their own future”). Dalam kesimpulannya,

Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama “Self Determination”, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang pekerja sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya (Adi, 2007; 32).


(25)

a. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.

b. Proses pemberdayaan memandang system klien sebagai kompenen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.

c. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi d. Kompetensi yang diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup,

pengalaman khusus yang kuat daripada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan.

e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.

f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, selalu berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

g. Pemberdayaan adalah pencapaian struktur-struktur parallel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat (Sumodingrat, 1991; 52).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses aktif antara motifator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses system sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga proses pemberdayaan hendaknya meliputi penciptaan suasana kondusif (enabling), penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat (empowering), perlindungan dan ketidakadilan


(26)

(protecting), bimbingan dan dukungan (supporting), dan memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang (foresting).

Pemberdayaan itu sendiri adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah proses instant. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan: penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.

1. Penyadaran

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu.

2. Pengkapasitasan

Pengkapasitasan (capacity building), atau dalam bahasa yang lebih sederhana memampukan (enabling).

3. Pendayaan

Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Pemberian keterampilan dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan pendidikan. 2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Chambers Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable (Kartasasmita, 1996; 63). Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak


(27)

mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Menurut Sumodiningrat bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.

Menurut Mubyarto menekankan bahwa adanya keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia, penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat ynag bersangkutan. Suatu masyarakat sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentu memiliki keberdayaan yang tinggi (Somudiningrat, 1991; 41).

2.2.2 Upaya Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pembangunan nasional pada dasarnya merupakan suatu pemberdayaan masyarakat. Bagi pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap klien mereka baik ditingkat individu, kelompok, ataupun komunitas adalah upaya memberdayakan dan mengembangkan klien dari yang tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik.


(28)

Menurut Payne mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya ditujukan guna:

To help client gain power ofdecision and action over own lives by reducing the effect of social or personel blocks to exercising exiting power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients.

Pemberdayaan (empowerment), pada intinya demi membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan (Adi, 2003:54)

Kartasasmita menyatakan bahwa upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu:

a) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat yang tanpa daya. Karena kalau demikian masyarakat akan punah. Pemberdayaan adalah menbangun daya itu, dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya

b) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering), sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim dan suasana. Upaya ini meliputi langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses pada berbagai peluang (opportunities) yang


(29)

membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam langkah pemberdayaan ini upaya utamanya adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, dan akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti: modal, teknologi, informasi, lapangan pekerjaan dan pasar.

c) Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat. Sehubungan dengan hal tersebut, perlindungan dan pemihakkan sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat (Kartasasmita, 1996; 39).

2.2.3 Strategi Program dan Keberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosialbudaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidaksaja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi,tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya.

Pemberdayaan masyarakat telah menjadi konsep yang banyak dipakai oleh para pengambil keputusan untuk menunjukkan bahwa ada perubahan tujuan program pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat. Hasil penelaahan dokumen kebijakan, program dan proyek-proyek pembangunan di sektor sosial dan ekonomi banyak mencantumkan istilah ,pemberdayaan masyarakat.,

pemberdayaan rakyat, pemberdayaan daerah, pemberdayaan kelompok. Istilah pemberdayaan juga ditujukan pada kelompok sasaran tertentu, seperti


(30)

pemberdayaan fakir miskin, pemberdayaan anak, pemberdayaan keluarga. Dalam

Rencana Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial, yang dijadikan landasan dalam perencanaan pembangunan kesejahteraan sosial, secara nyata telah mencantumkan istilah pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dalam pembangunan, seperti yang tercantum sebagai berikut :

Strategi dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran serta kebijakan yang telah ditetapkan yaitu :

(1) Pemberdayaan: peningkatan profesionalisme dan kinerja aparatur dan pelaku

pembangunan kesejahteraan sosial untuk memberikan kepercayaan dan peluang kepada masyarakat., Organisasi Sosial, LSM, dunia usaha dan penyandang masalah sosial dalam mencegah dan mengatasi masalah yang ada di lingkungannya serta merealisasikan aspirasi dan harapan mereka dalam mewujudkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosialnya;

(2) Kemitraan: kerjasama, kepedulian, kesetaraan, kebersamaan, kolaborasi dan pelaksanaan jaringan kerja yang menumbuh kembangkan kemanfaatan timbal balik antara pihak-pihak yang bermitra dan mengoptimalkan pelayanan-pelayanan yang bersifat terpadu;

(3) Partisipasi: prakarsa, peranan dan keterlibatan semua pihak pelaku

pembangunan dan penerima pelayanan, lingkungan sosial dan penyedia pelayanan dalam pengambilan keputusan, perumusan rencana, pelaksanaan kegiatan dan pemantauan pelaksanaan serta melakukan pilihan terbaik untuk peningkatan kesejahteraan sosial. Namun demikian, makna pemberdayaan dan implikasinya terhadap proses pelaksanaan program yang menggunakan


(31)

strategi pemberdayaan belum sepenuhnya dipahami. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap para pengambil keputusan dari tingkat nasional sampai tingkat kecamatan. Beberapa informasi diperoleh dari hasil diskusi kelompok terarah dan pertemuan nasional dalam rangka forum konsultasi Exit Strategy JPS antara Pusat dan Daerah Jawa Barat di Bandung yang difasilitasi oleh Bappenas bulan Agustus 2002 (Hikmat, 2000. Makna Pemberdayaan, Strategi Program dan pemberdayaan masyarakat.

pukul 14:32 WIB).

Makna pemberdayaan bagi kalangan pemerintah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Upaya pembinaan, bahwa masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya harus dibina karena mereka dalam kondisi tidak mampu. Pembinaan menjadikan program pemberdayaan tetap dalam kerangka ada pembina dan ada yang dibina. Hal ini berimplikasi adanya hubungan patron klien, hubungan atas bawah, hubungan penguasa dan yang dikuasai. Salah satu pernyataan dikemukakan oleh salah seorang kepala bagian di lingkungan “pembinaan penduduk miskin dilakukan dengan pemberian modal usaha agar mereka dapat meningkatkan usahanya. Kami sebagai pembina berusaha agar bantuan modal usaha itu dapat tepat sasaran.

2. Upaya pemberian bantuan sosial, bahwa masyarakat.harus dibantu karena ketidakpunyaan sumber untuk kehidupannya. Bantuan sosial ini ibarat “sinterkelas” yang dapat menyelesaikan masalah dengan sesaat dan


(32)

seolah-olah tugas yang memberikan bantuan selesai, ketika bantuan itu sudah diberikan kepada klien.

3. Upaya rehabilitasi sosial, bahwa masyarakat.harus direhabilitasi karena telah mengalami “cacat” secara sosial dalam kehidupannya. Pandangan bahwa penyandang masalah sosial dan fakir miskin adalah kelompok yang telah memberikan aib bagi wilayah pembangunan, sehingga mereka harus direhabilitasi. Konsep ini nampak ketika sasaran program dikategorikan pada tuna sosial, seperti gelandangan pengemis, tuna susila, anak jalanan dan keluarganya. Pemberdayaan diartikan sebagai proses pemulihan (rehabilitasi) agar mereka dapat kembali pada norma-norma yang berlaku umum di masyarakat.

4. Upaya penertiban, bahwa masyarakat.harus ditertibkan karena telah mengganggu keindahan dan kenyamanan kota. Komunitas yang tinggal di daerah kumuh harus ditertibkan, karena tinggal di tanah ilegal dan tidak perlu dianggap atau diakui sebagai warga setempat (dicatat oleh RT)

5. Upaya pengembangan, bahwa masyarakat miskin harus dikembangkan karena ketertinggalan dalam kehidupannya. Makna pengembangan menunjukkan bahwa ada power, kemampuan, keahlian yang dimiliki pemrakarsa program dan masyarakat.dalam keadaan “kecil” sehingga harus dibesarkan.

6. Upaya peningkatan, bahwa masyarakat.harus ditingkatkan kesejahteraannya karena dalam kondisi dibawah taraf kesejahteraan masyarakat.padaumumnya. Makna ditingkatkan diwarnai oleh ukuran-ukuran kesejahteraan masyarakat.yang ditentukan oleh pembuat program (services provider).


(33)

Muncul istilah dibawah batas ambang garis kemiskinan atas dasar indikator tertentu (Adi, 2007; 73).

Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosialbudaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Kajian strategis pemberdayaan masyarakat.,baik ekonomi, sosial, budaya dan politik menjadi penting sebagai input untuk reformulasi pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang memberikan peluang bagi masyarakat.untuk membangun secara partisipatif. Dalam pembangunan partisipatif, pemberdayaan merupakan salah satu strategi yang dianggap tepat jika elemen-elemen makro dikondisikan sedemikian rupa agar esensi pemberdayaan tidak menjadi terdistorsi. Menurut Kusnaka Adimihardja & Harry Hikmat menjelaskan sebagai berikut: Latar belakang pemikiran partisipasi yaitu program atau proyek atau kegiatan pembangunan masyarakat.yang datang dari atas atau dari luar komunitas sering gagal dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.lokal. Praktisi pembangunan juga sering mengalami frustasi terhadap kegagalan program tersebut. Oleh karena itu, reorientasi ulang terhadap strategi pembangunan masyarakat. muncul dengan lebih mengedepankan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dalam pembangunan masyarakat (Hikmat, 2000. Makna Pemberdayaan, Strategi


(34)

Program dan pemberdayaan masyarakat. akses pada tanggal 28 Februari 2009 pukul 15:13).

2.3 Pengertian Masyarakat Desa

Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur- unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri (Aisriska, 2007. Defenisi Masyarakat. juni 2009 pukul 11.37).

Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain (Aisriska, 2007. Defenisi Masyarakat. pada tanggal 15 juni 2009 pukul 11.52).

Sedang menurut Paul H. Landis: desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa. b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan


(35)

c. Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan (Aisriska, 2007. Defenisi Masyarakat. 15 juni 2009 pukul 12:07).

Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition artinya Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertin desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No.57 Tahun 2005 Tentang Desa. tanggal 15 juni 2009 pukul 13:52)

Berdasarkan defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil


(36)

dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.

Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut hanya tertulis diatas kertas.

Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh aktor yang melaksanakan pembangunan di desa tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. memang benar bahwa yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah “Pembangunan didesa” dan bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama Indonesia.

Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep :”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.


(37)

2.4 Program pemberdayaan masyarakat oleh Yayasan Bustanul Ulum.

Mengingat Yayasan Bustanul Ulum terdapat di daerah pedesaan dengan usaha pokok di bidang pertanian dan buruh cuci santri maka pengembangan kewirausahaan yang terkoordinasi diantara instansi yang berkepentingan sangat perlu.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh Yayasan Bustanul Ulum meliputi: sosialisasi, konsultasi, pendampingan, penyusunan rencana usaha, dan pelatihan.

1. Sosialisasi

Sosialisasi kegiatan Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat sasaran. Sosialisasi ini akan membantu meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak terkait tentang kegiatan. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat di dalam kegiatan.

Sosialisasi kegiatan pemberdayaan masyarakat pada pondok pesantren adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat pondok pesantren. Sosialisasi ini akan membantu meningkatkan pengertian masyarakat pondok pesantren dan pihak terkait tentang kegiatan. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat pondok pesantren untuk terlibat di dalam kegiatan.

2. Konsultasi

Konsultasi yang dapat dilakukan dalam kegiatan pemberdayaan di luar pondok pesantren juga dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap I merupakan


(38)

kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peserta sasaran dalam hal ini masyarakat dengan aparat setempat/aparat pusat atau aparat setempat/aparat pusat dengan para tokoh masyarakat tentang kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan.

Konsultasi tahap II merupakan kegiatan konsultasi masyarakat sasaran dengan para tokoh masyarakat atau dengan tenaga pendamping tentang kegiatan usaha yang akan dilaksanakan apakah telah sesuai dan memiliki kelayakan usaha atau tidak.

Konsultasi tersebut dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peserta sasaran tentang kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan di pondok pesantren tersebut. Konsultasi juga dilakukan agar kegiatan ynag dilakukan dapat sejalan dengan tujuan pondok pesantren sehingga pemberdayaan yang dilaksanakan akan lebih optimal

3. Pendampingan

Untuk mencapai tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah tersedianya SDM tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan, merupakan hal yang sangat penting. Tenaga pendamping dalam pemberdayaan masyarakat di luar pondok pesantren merupakan para santri yang telah dibina dan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dibidang pemberdayaan, manajemen, kewirausahaan dan pengetahuan teknis sebagai hasil kegiatan pemberdayaan pada tahap sebelumnya (kegiatan pemberdayaan di dalam pondok pesantren).


(39)

Para santri diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya tersebut dilingkungan masyarakat dimana mereka menetap di samping melakukan kegiatan dakwah.

4. Pelatihan

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan keterampilan anggota masyarakat sasaran maka dilakukan kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dibagi menjadi dua tahap.

Tahap I terdiri dari :

- Pelatihan Pemberdayaan - Pelatihan Manajemen - Pelatihan Kewirausahaan

Pelatihan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang pemberdayaan, manajemen dan kewirausahaan.

Tahap II, yaitu pelatihan teknis. Pelatihan ini dilaksanakan setelah para peserta sasaran telah menyusun rencana usaha. Kegiatan pelatihan disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan.

2.5 Kerangka Pemikiran

Yayasan Bustanul Ulum memilki potensi untuk ikut mendukung pembangunan agama dan tingkah laku bangsa sehingga yaysan tersebut memiliki dua peran sekaligus yaitu pengembangan dan pemberdayaan.

Peran sebagai pengembangan dilihat dari nilai utama yayasan tersebut yakni mencerdaskan anak bangsa serta menyebarluaskan ajaran dan universalitas


(40)

keseluruh pelosok nusantara yang berwatak pluris, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi social ekonomi rakyat.

Sedangkan peran sebagai pemberdayaan masyarakat dilihat dari taranformasi nilai yang ditawarkan serta menciptakan lapangan kerja. Dalam hal ini segenap potensi Yayasan Bustanul Ulumtelah berhasil membawa perubahan serta transformasi kehidupan masyarakat yang beriman dan bertaqwa serta dari kemiskinan menuju kesejahteraan. Kehadiran yayasan tersebut menjadi suatu jawaban dari kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu, kedua potensi diatas melakukan kerja sama antara Yayasan Bustanul Ulum dengan masyarakat sekitarnya (Desa Alue Pineung). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama masyarakar agar memiliki bekal pengetahuan agama islam yang lebih luas dan berakhlak baik serta menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian generasi muda yang dibina melalui Yayasan Bustanul Ulum dapat diandalkan dalam dunia pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.


(41)

Bagan Kerangka Pemikiran

Program memberdayakan masyarakat disekitarnya : 1. Sosialisasi

- terciptanya komunikasi yang lancer - adanya dialog antar sesamanya - adanya kesepakatan wilayah kerja 2. Konsultasi

- bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pemberdayaan - adanya konsultasi antara aparat setempat dengan tokoh yayasan

- adanya kelayakan usaha 3. Pendampingan

- mitra kerja yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan - memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat 4. Pelatihan

- pelatihan pemberdayaan - pelatihan manajemen

- pelatihan kewirausahaan dan teknis

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas keterlibatan Yayasan Bustanul Ulum, yaitu: 1. Masyarakat yang beriman, bertaqwa serta berpendidikan, yaitu :

- terdapat llmu-ilmu agama

- terdapat ilmu-ilmu budaya dan ilmu social

- terjalinannya silaturahmi yang erat antar sesamanya 2. Masyaraklat yang mempunyai penghasilan, yaitu : - tersedianya tempat atau lahan untuk bekerja

- menjadikan sector pertanian sebagai lapangan pekerjaan yang bias mensejahterakan masyarakat

- memberikan jasa timbal balik antara yayasan dengan masyarakat yang bekerja 3. Masyarakat yang sudah mempunyai pelayanan kesehatan, yaitu :

- tersedianya klinik untuk berobat - tersedianya obat-obat yang berkualitas

Keterlibatan langsung Yayasan Bustanul Ulum dengan Masyarakat Desa Alue Pineung


(42)

2. 6 Defenisi Konsep dan operasional 2.6.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan unsure penting dalam penelitian. Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk mengambarkan cara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat pusat perhatian (Singarimbun, 1989; 32). Untuk memperjelas penelitian ini, konsep-konsep yang dibatasi adalah sebagai berikut :

a. Yayasan yaitu suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yayasan Bustanul Ulum adalah sebuah yayasan pendidikan agama islam (lebih dikenal dengan pondok pesantren) yang mewakili dua peran sekaligus yaitu pengembangan pendidikan dan peran pemberdayaan masyarakat.

b. Pemberdayaan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, dimana usaha yang dilakukan meliputi pengetahuan, kemandirian, pengembangan diri dan keterampilan. Dalam hal ini kualitas sumber daya manusia dari yang tak berdaya (masyarakat Desa Alue Pineung) menjadi berdaya dan berfungsi social dalam masyarakat..

c. Masyarakat adalah perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Masyarakat Desa Alue Pineung adalah masyarakat desa yang menetap atau bertempat tinggal disekitar


(43)

Yayasan Bustanul Ulum. Tapi dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat Alue Pineung yang bekerja di yayasan tersebut.

2.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi Operasinal adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur variable (Singarimbun, 1989; 33). Adapun variable yang terkandung dlam penelitian ini adalah sebagai berikut :

I. Keterlibatan Yayasan Bustanul Ulum dalam program pemberdayaan masyarakat, kegiatan program meliputi :

1. Sosialisasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat.

Tahapan proses sosialisasi meliputi :

a) pertemuan formal dengan tokoh pada yayasan tersebut b) menyepakati wilayah kerja

c) pertemuan formal dengan santri

Maka dari itu sosialisasi dalam kegiatan pemberdayaan dengan indicator :

a) terciptanya komunikasi yang lancer b) adanya dialog antar sesamanya

c) adanya kesepakatan wilayah atau tempat kerja

2. Konsultasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang kegiatan pemberdayaan yang dilakukan yayasan tersebut sehingga kegiatan itu sejalan dan lebih optimal dengan tujuan yayasan.


(44)

Maka sebagai indikatornya :

a) bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pemberdayaan

b) adanya konsultasi antara aparat setempat dengan tokoh yayasan. c) Adanya kelayakan usaha yang akan dilaksanakan

3. Pendampingan adalah mitra kerja yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tenaga pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat merupakan para santri yang telah dibina dan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan.

Untuk mendapatkan tenaga pendamping yang diinginkan harus memenuhi kriteria, yaitu :

a) memilki kompetensi dan pengetahuan yang dalam dan luas dibidangnya

b) memilki komitmen, professional serta motivasi dalam pelaksanaan pekerjaan

c) memilki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa yang dianggap baik bagi sesamanya

d) memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi hubungan dengan masyarakat.

4. Pelatihan yaitu kegiatan usaha yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan.


(45)

a) pelatihan pemberdayaan yaitu pelatihan bagaimana cara untuk memberdayakan masyarakat.

b) Pelatihan manajemen yaitu pelatihan bagaimana cara mengatur bahwa program pemberdayaan itu sesuai dengan harapan.

c) Pelatihan kewirausahaan yaitu pelatihan bagaimana cara untuk berdiri sendiri dalam melaksanakan usaha.

II. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas keterlibatan Yayasan Bustanul Ulum, indikatornya :

1. masyarakat yang berpendidikan, beriman dan bertaqwa, yaitu : a) terdapatnya ilmu-ilmu agama

b) terdapat ilmu-ilmu budaya dan ilmu social

c) terjalinnya silaturahmi yang erat antar sesamanya 2. masyarakat yang mempunyai penghasilan, yaitu :

a) tersedianya tempat atau lahan bekerja untuk masyarakat

b) menjadikan sector pertanian sebagai lapangan kerja yang bias mensejahterakan masyarakat

c) memberikan jasa timbal balik antara yayasan dengan masyarakat yang bekerja

3.. masyarakat yang sudah mempunyai pelayanan kesehatan, yaitu : a) tersedianya klinik untuk berobat

b) tersedianya obat-obatan yang berkualitas


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Adapun penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,1998:53).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena secara sistematis dan akurat mengenai keterlibatan yayasan dayah bustanul ulum dalam pemberdayaan masyarakat desa alue pineueng.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa Timur Kabupaten Aceh Timur. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena peneliti ingin mengetahui bagaimana keterlibatan yayasan dayah bustanul ulum dalam pemberdayaan masyarakat desa alue pineung khususnya, ditambah lokasi penelitian mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti untuk mengadakan riset. Dan peneliti merupakan alumni dari yayasan dayah bustanul ulum tersebut. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa sebagai


(47)

sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatub peristiwa (Nawawi, 1991; 20)

Ada pun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat bekerja yang terdaftar diyayasan Bustanul Ulum yang ikut dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat (dibidang ekonomi) yang diberikan oleh Yayasan Bustanul Ulum. Jumlah populasi yang terdaftar adalah 110 orang yang bekerja diyayasan tersebut. 3.3.2 Sampel

Menurut Prof. Dr. Suharsini Arikunto, sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1997; 109). Dalam penelitian besar sampel yang ditentukan sesuai dengan pendapat Arikunto (1997; 20), menyatakan jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampel sejumlah 10-20% dari populasi dan dianggap representative.

Adapun teknik yang digunakan dalam penarikan sampel dengan metode “Purpasive Sampling” yaitu suatu metode yang berdasarkan penunjukkan sesuai dengan kewenangan dan kedudukan sampel. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat alue pineung yang bekerja diyayasan Bustanul Ulum, karena hal itu memudahkan peneliti untun mengukur keterlibatan Yayasan Bustanul Ulum dalam pemberdayaan masyarakat Alue Pineung berdasarkan indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah 20% dari jumlah populasi yaitu 22 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:


(48)

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informan yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari buku-buku dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, karya ilmiah, artikel, bulletin dan lain-lain yang berkaitan dengan dengan penelitian ini.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

a) Observasi, yaitu: teknik pengumpulan data tentang gejla-gejala tertentu yang dilakukan dengan melihat, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. Metode ini dilaksanakan dengan jalan mengamati program yang diberikan oleh Yayasan Dayah Bustanul Ulum dalam memberdayakan masyarakat desa alue pineung.

b) Wawancara, yaitu: mengumpulkan data dengan mengadakan dialog secara langsung dan mengajukan pertanyaan yang dibahas dalam penelitian ini terhadap responden yang telah ditetapkan yaitu guna melengkapi data yang diperoleh dari questioner yang telah diajukan.

c) Angket (questioner) yaitu: teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menyebar angket beriis daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis untuk dijawab responden.


(49)

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan dengan memeriksa data yang diperoleh dari responden, kemudian dicari frekuensinya dan presentasenya untuk disusun dalam bentuk table serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif. Analisis data secara kualitatif yang dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

1. Editing yaitu meneliti data-data yang diperoleh Dari penelitian.

2. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan agar data mudah dianalisis dan disimpulkan serta untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat disingkat.

4. Menghitung frekuensi, yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada masing-masing kategori.

5. Tabulasi, disini dalam keadaan yang diringkas dan tersusun dalam tabel tunggal, sehingga dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.


(50)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Yayasan Dayah Bustanul Ulum

Aceh merupakan wilayah pertama yang menerima kehadiran islam di kawasan asia tenggara, tepatnya sejak abad 1 hijriyah. Masyarakatnya memiliki karakteristik yang berlainan dengan masyarakat sekelilingnya. Keunikan karakteristik budaya tersebut, berdasarkan penelaahan pakar budaya, disebabkan pengaruh islam yang sangat kuat sekali. Bahkan islam menjadi asas bagi pembinaan budaya itu sendiri. Keadaan tersebut, dengan kesadaran masyarakat yang tinggi, masih dapat dipertahankan.

Lembaga dayah merupakan benteng yang paling berjasa dalam proses pertahanan budaya masyarakat. Ia sekaligus menjadi sentral pembentukan karakter individu. Berkembangnya sejak islam menampakkan diri di ujung pulau sumatera ini, dayah merupakan suatu institusi pendidikan islam yang berperan akan membina keteguhan keiamanan, akhlak, semangat jihad dan keilmuan masyarakat.

Hingga kini, lembaga pendidikan tersebut masih memegang peranan yang menentukan dalam masyarakat. Ia tidak terpengaruh walaupun sistem atau lembaga-lembaga pendidikan sekuler telah berdiri di mana-mana. Tantangan budaya modern yang berkembang sejak jaman penjajahan di aceh tidak dapat dihindari, bahkan telah mengiris kepribadian masyarakat, terutam generasi mudanya.


(51)

Di sini dayah membuktikan dirinya sebagai suatu lembaga yang berupaya mengendalikan laju perkembangan dengan menghindari pengaruh budaya asing (Barat). Institusi ini berfungsi menyiram kegersangan batin generasi muda yang menjadi korban sekularisme budaya modern tersebut. Aceh telah memenuhi panggilan nurani dan bertujuan untuk tetap mempertahankan lembaga pendidikan ini. Perannya ternyata sangat didambakan masyarakat. Aceh juga merespon kecenderungan-kecenderungan umum modernisasi, tentunya sejauh yang dapat dipahami dan mendapat persetujuan dari islam.

Oleh karena itu, Yayasan Dayah Bustanul Ulum (YDBU) mempunyai satu tanggung jawab yang sangat besar, terutama untuk mempertahankan kelangsungan Dayah di tengah-tengah masyarakat sehingga menjadi benteng ketahan keimanan dan ketakwaan umalt.

4.2 Sejarah Berdirinya

Yayasan Dayah Bustanul Ulum (YDBU) didirikan untuk memenuhi tuntutan masyakat akan adanya lembaga pendidikan yang mampu mendidik calon pemimpin ummat yang juga mempunyai kemampuan sebagai ulama, saat itu para ulama dan masyarakat di Kecamatan-kecamatan di Aceh membangun Pesantren-pesantren di setiap kemukiman, hal ini dilakukan guna memperbaharui pertumbuhan pesantren yang sejak masa penjajahan Belanda telah menjadi sarana mencetak kader pemimpin umat.

Upaya ini disahuti pemerintah melalui musyawarah Penguasa Perang dan Gubernur Aceh pada tahun 1957. Musyawarah ini melahirkan ketetapan yang salah satunya adalah perintah untuk mendirikan taman pelajar di masing-masing


(52)

kecamatan. Untuk merealisasikan hal tersebut, pada tahun 1961 di Langsa ibukota Kabupaten Aceh Timur, dipromotori oleh Letnan Kolonel Teungku Muhammad Noerdin, Penguasa Perang Daerah Tingkat II Aceh Timur, Teungku Hasan Tanjong Dama, Teungku Husen Berdan dan Teungku Hasan Saudara, didirikanlah sebuah pesantren yang diberi nama “Dayah Bustanul Ulum” yang terletak di Jalan Irian (sekarang Jalan Syiah Kuala) Desa Tualang Teungoh, dibangun di atas areal seluas 10.556 M2.

Saat itu para santri hanya terdiri dari pelajar SLTP dan SLTA yang bersekolah pada pagi dan siang. Mereka dibina di pesantren di malam hari, tahun 1968 dilaksanakan program pendidikan dan pembinaan muallaf selama satu tahun, mereka dibekali dengan pengetahuan agama. Tahun 1972, Dayah Bustanul Ulum dilegalkan dalam bentuk Yayasan dengan nama "Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa", Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Timur pun menunjukkan perhatiannya dengan membangun dua buah rumah permanent untuk guru di Komplek Dayah Bustanul Ulum dan pada tahun berikutnya, menghadiahkan sebuah rumah beserta tanahnya seluas 20 x 35 M.

Tahun 1979 dibuka kursus Dakwah untuk kaum ibu dengan jumlah peserta 140 orang, tahun 1981 kursus ini kembali dilanjutkan, namun diklasifikasi menjadi dua tingkat, tingkat I (satu) 80 orang dan tingkat II (dua) 23 orang.

Melihat kenyataan diatas Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Timur beserta Ulama dan masyarakat bermaksud membangun lembaga pendidikan, yang pelajarnya diasramakan, dididik dengan perpaduan antara pendidikan agama dan pengetahuan umum, dengan pengawasan dan bimbingan yang baik, serta


(53)

diberikan latihan-latihan agar terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari Madrasah.

September 1980 dalam Seminar “Sejarah masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Aceh dan Nusantara” menghasilkan sebuah rekomendasi : “Perlunya mendirikan suatu Pusat Study Al-Qur-an”. Ditambah lagi dengan amanat Presiden RI ke-2 (Soeharto) pada acara Pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur-an tingkat Nasional ke-12 tahun 1981 di Desa Arafah Blang Padang Banda Aceh yang meberi ajakan “Marilah Sambil Menikmati Keindahan dan Seni Baca Al-Quran kita menghayati Isinya Sebagai Obor dan Pedoman Dalam Kehidupa n Dunia dan Akhirat”, maka pada akhir tahun 1981 atas kerja sama Pemda Aceh Timur, MUI Aceh Timur dan Kantor Depag Aceh Timur, didirikanlah Madrasah Ulumul Qur-an (MUQ) yang kurikulumnya 50% Agama dan 50% pengetahuan umum, sistem lama yang berlaku di Dayah Bustanul Ulum diganti dengan baru yang modern, pendirian Madrasah ini bertujuan :

1. Ikut mencerdaskan bangsa, membentuk manusia paripurna kader penerus risalah Islamiyah dan kader pembangunan yang tangguh dalam melestarikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Membina generasi penerus menjadi intelektual yang berjiwa Islam.

3. Membina kader ulama Ahlul-Qura wal Huffazh yang berpengetahuan/berpandangan luas dan terampil dalam hidup bermasyarakat untuk membangun Agama, Nusa dan Bangsa.

Program pendidikan dilaksanakan 6 (enam) tahun dengan pendayagunaan waktu 24 jam, dengan target lulusan yang berkemampuan :


(54)

1. Mempunyai civil effek M.Ts.N di kelas III dan MAN di kelas IV. 2. Dapat menghafal Al-Qur-an minimal 15 Juz.

3. Mampu berbahasa Arab dan Inggris serta Bahasa Indonesia dengan baik dan aktif untuk berkiprah menghilangkan isolasi diri dalam globalisasi kehidupan, disamping sebagai alat belajar ilmu pengatahuan dari sumber aslinya.

Tahun 1983 Madrasah Ulumul Qur-an dipindahkan ke lokasi baru yang berterletak di pinggir jalan raya Banda Aceh-Medan, yaitu di Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa, Kabupaten Aceh Timur (saat ini Kecamatan Langsa Timur Pemerintah Kota Langsa) lebih kurang tujuh kilometer sebelah Timur Kota Langsa, saat ini berstatus Terakreditasi dengan peringkat A, diasuh oleh sebuah Yayasan, yaitu Yayasan Dayah Bustanul Ulum.

4.3 Visi dan Misi Visi :

“Mewujudkan kader ulama Ahlul Qurra’ wal Huffadz yang menjadi pelopor dan pelaksana syariat Islam secara kaffah dan membentuk masyarakat Aceh yang madani sesuai Syariat Islam”

Misi :

a. Memantapkan penanaman ‘aqîdah/akhlak al-karîmah dan sikap mental yang mengacu pada konsep khairu ummah;

b. Mempunyai kemampuan untuk mendalami berbagai kitab ma’ruf yang berkembang di Dayah/Pesantren dan Lembaga Perguruan Tinggi Islam;


(55)

c. Mampu berbahasa Arab dan Inggris secara aktif di samping berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

d. Mempunyai kesadaran dan kemampuan yang tinggi dalam mempelopori gerakan pelaksanaan Syariat Islam secara kaffah;

e. Mempunyai nilai prestasi yang tinggi di berbagai bidang studi sehingga dapat mempermudah anak didik untuk memasuki berbagai perguruan tinggi yang bergengsi, baik di dalam maupun di luar negeri;

f. Mempunyai keterampilan untuk dapat hidup mandiri; menjadi kader agama dan pembangunan;

g. Mempunyai Ijazah Madrasah Aliyah Negeri bagi yang mengikuti UNAS/UAM MAN;

4.4 Tujuan Pendidikan

Pendidikan dan pengajaran di Yayasan Dayah Bustanul Ulum diarahkan pada pembentukan sumber daya manusia yang berbudi tinggi ( Akhlak Karimah), berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas dan beramal ikhlas yang berkhidmat kepada masyarakat

Demikian juga pendidikan dan pengajarannya senantiasa diarahkan untuk mempersiapkan warga negara yang bertaqwa kepad Allah SWT dan berpegang teguh kepada Al-Quran serta sunnah Rasullullah yang berkepribadian Indonesia dan berwawasan Ahlu Sunnah Waljamaah.


(56)

4.5 Penyelenggaraan Pendidikan

Dalam proses pengajaran, Yayasan Dayah Bustanul Ulum menyelenggarakan pendidikan formal dan pendidikan pesantren. Pendidikan formal meliputi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Program Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah menggunakan kurikulum Departemen Agama dan saat ini jenjang akreditasinya diakui.

Santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren MUQ-YDBU Langsa berjumlah 1.635 orang dengan perincian 732 santri putra dan 903 santri putri semuanya bermukim di pondok. Mereka tersebar di 3 lembaga pendidikan yang dikelola MUQ, santri-santri tersebut sebagian besar berasal dari luar Kota Langsa, bahkan ada yang datang dari luar Propinsi NAD.

Di Asrama, Para santri diasuh oleh Pengasuh yang bertugas di setiap Asrama yang berjumlah 40 orang dengan jumlah yang bervariasi untuk setiap Asrama, disamping itu terdapat 16 orang Pengasuh yang khusus menangani pengembangan Bahasa Santri.

Di Madrasah para santri diasuh oleh 174 orang Ustaz yang terdiri dari 86 orang laki-laki dan 88 orang perempuan dengan tingkat pendidikan 1) SLTA plus Dayah (Pesantren) : 10 orang, 2) Diploma : 11 orang, 3) Strata 1 : 149 orang (3 orang sedang menempuh Strata 2) , 4) Strata 2 : 3 orang (2 orang sedang menyelesaikan Program Doktoral). Di bidang lainnya Yayasan Dayah Bustanul Ulum memiliki 24 orang Tenaga Administrasi, 7 orang Tenaga Keuangan, 6 orang Tenaga Perpustakaan, 1 orang Tenaga Laboran, 7 orang Tenaga Kesehatan, 13


(57)

orang Tenaga Security, 16 orang Tukang Masak, 20 orang Tenaga Kebersihan, 5 orang Teknisi khusus menangani Air Bersih, Listrik dan Peralatan Elektronik.

Adapun ekstra kurikuler meliputi kursus komputer, mengetik, menjahit dan tata boga dan kursus keterampilan. Adapun keterampilan meliputi : kaligrafi dan menyulam. Sedangkan olah raga meliputi basket ball, voly, sepak bola, tenis meja, dan sepak takraw. Yayasan ini juga memiliki sarana dan instruktur yang profesional.

Dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pendidikan MUQ juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yaitu :

Madrasah Aliyah : 21 buah Ruang Belajar, 1 buah Kantor Kepala, 1 buah Kantor Guru, 1 buah Kantor Tata Usaha, Madrasah Tsanawiyah : 29 buah Ruang Belajar, 1 buah Ruang Kepala, 1 buah Ruang Guru & 1 buah Ruang Tata Usaha, Sekolah Menengah Kejuruan : 4 buah Ruang Belajar, 1 buah Ruang Kepala/Tata Usaha/Guru.

Laboratorium IPA, Dakwah, Komputer serta Perpustakaan digunakan secara bersama oleh santri dari semua jenjang.

Selain itu MUQ juga memiliki 14 buah Asrama biasa dan 50 buah Asrama khusus (BTN), 1 buah Mushalla, 1 buah Mesjid (Tahap Penyelesaian 85 %), 1 buah Dapur Umum, 2 buah Poliklinik, 37 unit Rumah Pengasuh, 1 unit Gedung Sekretariat, 2 unit Kantin dan Waserda, 2 unit Warung Telekomunikasi, Kantor Security serta 1 buah Kantor Operasional Bank Rakyat Indonesia (BRI).


(58)

Untuk Bidang Olahraga MUQ menyediakan 4 unit lapangan Volley, 2 unit Lapangan Basket, 4 unit Lapangan Badminton, 1 unit Lapangan Takraw, 1 unit Lapangan Sepakbola.

4.6 Kegiatan Ekonomi

Yayasan Dayah Bustanul Ulum juga melakukan berbagai kegiatan ekonomi dan pengembangan. Jenis kegiatan ekonomi yang dilakukan antara lain membuka koperasi dan kantin santri. Koperasi ini menyediakan segala kebutuhan santri dan santriwati, guru dan karyawan. Barang dagangan meliputi kebutuhan alat-alat tulis, makanan ringan, pakaian seragam, dan kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan dilaksanakan sejak Yayasan Dayah Bustanul Ulum berdiri pada 1972. Dalam pemberdayaan, Yayasan Dayah Bustanul Ulum tetap mengadakan hubungan timbal balik, baik dibidang keagamaan, kesehatan, sosial dan ekonomi.

Dalam bidang keagamaan, misalnya Yayasan senantiasa mengisi mesjid disekitar yayasan dengan khotbah jumat, ceramah hari-hari besar islam.

Dalam bidang kesehatan, yayasan menyediakan sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar dengan mendirikan klinik pengobatan santri dan masyarakat.

Dalam bidang ekonomi, yayasan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengadaan dan penyediaan barang-barang, bangunan, beras, sayur-mayur, lauk-pauk, bahan bakar.

Untuk pengembangan keterampilan dalam organisasi, para santri membentuk Organisasi Santri Madrasah Ulumul Quran (OSMUQ) dengan susunan pengurus terdiri dari ketua, sektretaris, bendahara dan bagian-bagian.


(59)

Organisasi setiap tahun mengadakan musyawarah kerja untuk membuat program kerja dan melaporkan seluruh aktivitasnya.

4.7 Profil Yayasan Dayah Bustanul Ulum

1. Nama Pondok Pesantren : Madrasah Ulumul Qur-an Yayasan Dayah Bustanul Ulum

2. Nomor Statistik : 042111903001

3. Alamat : Jln. Banda Aceh – Medan Km. 447. : Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa : Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 4. Nama Penanggung Jawab : H. Muhammad Yunus Noerdin

5. Jenjang Akriditas : Terakreditasi (A) 6. Tahun didirikan : 1981

7. Tahun beroperasi : 1981

8. Kepemilikan tanah : Milik Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa

9. Status tanah : Akte Jual-beli 10. Luas tanah : 25 Hektar

11. Satus bangunan : Milik Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa

12. Luas Bangunan : 8,6 Hektar

13. Data Santri a. Madrasah Tsanawiyah


(60)

Laki-laki : 459 Perempuan : 498 b. Madrasah Aliyah

Laki-laki : 273

Perempuan : 405

14. Data Guru :

a. Jumlah Guru Keseluruhan : 174 orang b. Guru Tetap Yayasan : 13 orang c. Guru Honor : 132 orang d. Guru PNS dipekerjakan (DPK) : 20 orang e. Guru lainnya : 9 orang e. Karyawan Lainnya : 99 orang 15. Sumber Dana

a. rutin : wali santri, biaya Pembangunan (dibayar saat pertama kali masuk), biaya Pendidikan / pemondokan (dibayar setiap bulan)

b. Tidak rutin : Pemerintah : Masyarakat


(61)

4.8 Struktur Yayasan Dayan Bustanul Ulum Gambar 4.1

STRUKTUR PERSONALIA

YAYASAN DAYAH BUSTANUL ULUM LANGSA

BADAN PEMBINA

Ketua : H. ABDULLAH ZAKARIA, BA

Sekretaris : Drs. ZULKARNAIN, MA

Anggota : Drs. H. ARSYAD HUSEIN

: Tgk. H. M. JAMIL HANAFIAH, BA

: HELDIANSYAH, SE, MAP

BADAN PENGAWAS

Ketua : Drs. H. M. YUNUS IBRAHIM, MPd

Sekretaris : H. IDRIS HANAFIAH

Anggota : Drs. H. SYAMSUDDIN LATIEF

: IBRAHIM SAMAN, SE

BADAN PENGURUS

Ketua : Drs. H. A. MUNAR YUSUF

Wakil Ketua I : AIDIL FAN, AM.d

Wakil Ketua II : Tgk. H. NURDIN IBRAHIM, BA

Wakil Ketua III : H. RAMLI. AB, SE

Sekretaris : Drs. ALAIDDIN MAHMUD Wakil Sekretaris : Drs. MARZUKI HAMID, MM

KET :

Garis Instruksi

Garis Koordinasi


(62)

BAB V

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Setelah diadakan penelitian dan pengumpulan data melalui angket maka diperoleh berbagai data tentang Keterlibatan Yayasan Bustanul Ulum dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa Timur Kabupaten Aceh Timur. Berdasarkan data yang dikumpulkan, disajikan dalam bentuk analisa data dengan sampel responden yang telah dipilih dimana sampel tersebut merupakan keseluruhan populasi yang ada.

Adapun angket yang disebarkan adalah sebanyak 22 eksemplar kepada respoden dan semuanya dikembalikan keseluruhannya sehingga validitas angket tersebut adalah 100% dan kemudian jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 51 buah pertanyaan. Maka dari 22 responden tersebut, data identitasnya dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Keterangan F Persentase (%)

1 21-30 Tahun 7 31.82

2 31-40 Tahun 15 68.18

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang hidup saling ketergantungan antara satu sama yang lainnya. Dalam memenuhi kebutuhannya, mereka harus berkecempungan dengan alam disekitarnya. Berdasarkan tabel 5.1


(63)

bahwa mayoritas responden berusia 31 hingga 40 tahun atau 68,82%, yang berusia 21 hingga 30 sebanyak 7 orang atau 31.18. Dikarenakan bahwa umur 21 hingga 40 itu adalah umur yang sudah layak untuk mendapatkan penghasilan sendiri atau dengan kata lain sudah bisa untuk bisa bekerja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka di bawah umur 20 atau diatas 40 tahun menjadi tanggungan sebuah keluarga. Ini berdasarkan hasil wawancara salah satu staff di Yayasan tersebut.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin F Persentase (%)

1 Laki-laki 18 81.82

2 Perempuan 4 18.18

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Meningkatnya kebutuhan sehari-hari menjadi permasalahan dalam kehidupan ini. Dalam memenuhi kebutuhannya mereka harus bekerja dengan giat dan bisa diberdayakan oleh Yayasan Bustanul ulum dalam membantunya. Berdasarkan tabel 5.2 bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 18 orang atau 81,82% sedangkan responden perempuan adalah sebanyak 4 orang atau 18,18%. Hal ini menunjukan bahwasanya laki-laki dan perempuan bisa bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Menurut hasil kuesioner bahwa laki-laki adalah tulang punggung dari keluarga.


(64)

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama F Persentase (%)

1 Islam 22 100

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Agama merupakan suatu pedoman dan identitas bagi seseorang. Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, mayoritas agama yang dianut oleh penduduk aceh adalah agama islam. Berdasarkan tabel 5.3 dapat di lihat bahwa mayoritas agama responden adalah agama islam yakni 22 orang atau 100%. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Alue Pineung yang terletak di timur aceh adalah masyarakt yang memeluk agama islam.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No Suku F Persentase (%)

1 Aceh 20 90.91

2 Jawa 2 9.09

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Indonesia merupakan bangsa yag memiliki bermacam-macam suku bangsa. Mayoritas penduduk Aceh adalah suku Aceh. Berdasarkan tabel 5.4 dapat bahwa mayoritas suku responden adalah suku aceh yakni 20 orang atau 90,91%, sedangkan yang responden yang bersuku jawa hanya 2 orang atau 9.09%. hal ini menunjukan bahwa penduduk asli Desa Alue Pineung adalaha suku aceh dan hanya sedikit suku pendatang.


(65)

Tabel 5.5

Distribusi responden Berdasarkan Pendidikan

No Keterangan F Persentase (%)

1 SD 2 9.10

2 SMA 12 54.54

3 S1 8 36.36

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Pendidikan merupakan hak bagi seseorang yang nharus dipenuhi oleh keluarga. Berdasarkan tabel 5.5 bahwa mayoritas pendidikan responden adalah tamatan dari tingkat SMA (sekolah menengah keatas) yakni sebanyak 12 orang atau 54,54%, sedangkan yang tamatan tingkat sarjana sebanyak 8 orang atau 36,36%, sedangkan tamatan tingkat SD (sekolah dasar) sebanyak 2 orang atau 9,10%, maka dapat disimpulkan mayoritas tingkatan pendidikan masyarakat Desa alue Pineung adalah tamatan tingkat SMA.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelum Diberdayakan

No Keterangan F Persentase (%)

1 Buruh cuci 10 45.45

2 Tukang Kebun 4 18.18

3 Pengganguran 6 27.27

4 Petani 2 09.10

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Pekerjaaan adalah suatu kebutuhan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Semakin banyaknya lahan pekerjaan maka semakin makmur pula


(66)

masyarakat. Berdasarkan tabel 5.6 bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat sebelum diberdayakan adalah sebagai buruh cuci yakni 10 orang atau 45,45%, sedangkan pengangguran sebanyak 6 orang atau 27,27%, sedangkan yang berkerja sebagai tukang kebun sebanyak 4 orang atau 18,18%, sedangkan yang menjadi petani hanya 2 orang atau 9.10%.

Kurangnya lahan untuk bekerja membuat masyarakat menjadi pengangguran dan penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat Desa Alue Pineung kebanyakan pekerjaannya buruh cuci dan pengangguran.

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sesudah Diberdayakan

No Keterangan F Persentase (%)

1 Petani 5 22.73

2 Karyawan 14 63.63

3 Pedagang 3 13.64

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Berdasarkan tabel 5.7 bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat sesudah diberdayakan adalah sebagai karyawan di Yayasan Bustanul Ulum yakni 14 orang atau 63,63%, sedangkan sebagai petani sebanyak 5 orang atau 22,73%, sedangkan yang berkerja sebagai pedagang sebanyak 3 orang atau 13,64%. Maka dengan kehadiran Yayasan Bustanul Ulum bisa mengurangi pengangguran di Desa Alue pineung dan dengan kehadiran yayasan tersebut membawa positif terhadap masyarakat sekelilingnya.


(1)

Tabel 5.48

Distribusi Responden Tentang Tanggapan Terhadap Pemberdayaan Yang Dilakukan Yayasan

No Keterangan F Persentase (%)

1 Baik 22 100

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Berdasarkan tabel 5.48 dapat kita lihat bahwa tanggapan masyarakat

tentang pemberdayaan yang dilakukan yayasan sangat baik karena dengan adanya

pemberdayaan tersebut masyarakat yang ada disekitar yayasan sangat

diberdayakan dan adanya perubahan yang lebih baik, baik dibidang ekonomi,

agama maupun sosial. Hal tersebut berdasarkan jawaban responden yang

mengatakan baik sebanyak 22 orang atau 100%.

Tabel 5.49

Distribusi Responden Tentang Sambutan Masyarakat Tentang Program Pemberdayaan Masyarakat

No Keterangan F Persentase (%)

1 Ya,menyambut dengan baik 22 100

Total 22 100

Sumber: hasil kuisoiner 2009

Berdasarkan tabel 5.49 dapat kita lihat bahwa sambutan masyarakat

tentang program pemberdayaan masyarakat sangatlah baik karena program

tersebut sangatlah dibutuhkan masyarakat dan lagi pula sangat membantu


(2)

program pemberdayaan ini sangat dipedulikan, hal ini menunjukan akan

kepedulian masyarakat akan keberadaan yayasan. Hal tersebut berdasarkan

jawaban responden yang mengatakan ya menyambut dengan baik tentang program


(3)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian, maka pada bab yang

terakhir ini akan disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum dalam pemberdayaan

masyarakat sangatlah membantu masyarakat setempat. Bentuk dari

keterlibatannya tersebut berupa program dalam pemberdayaan masyarakat.

Program tersebut antara lain, sosialisasi, konsultasi, pendampingan dan

pelatihan. Diantara program tersebut yang paling dominan adalah pelatihan.

Karena pelatihan disini, masyarakat dan yayasan bisa terjun kelapangan

bersama-sama.

b. Dengan adanya Yayasan Dayah Bustanul Ulum sangatlah membantu

masyarakat Desa Alue Pineung dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam

kehidupan ekonominya maupun sosial dan agamanya. Disini Yayasan bisa

menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang ada disekitarnya maupun

wadah untuk mendapatkan penghasilan dan ilmu pengetahuan agama.

c. Disamping itu juga, Yayasan juga bisa menjalin silahturahmi dengan

masyarakat setempat dengan tujuan mempererat tali silaturahim diantara

kedua belah pihak. Sehingga dengan kehadiran Yayasan, bisa menguntungkan


(4)

Ulum tetapa mengadakan hubungan timbal balik, baik di bidang ekonomi,

sosial, kesehatan dan keagamaan

6.2 Saran-saran

Setelah kesimpulan di atas ditetapkan, maka penulis mencoba memberikan

saran-saran yang dapat dilakukan agar dapat mengatasi permasalahan yang

berkenaan dengan keterlibatan yayasan dayah bustanul ulum dalam pemberdayaan

masyarakat nantinya jika mengalami permasalahan dalam hal tersebut. Adapun

saran-saran adalah sebagai berikut:

a. Yayasan Dayah Bustanul Ulum harus tepat sasaran dalam memilih orang

untuk mendapatkan program pemberdayaan ini. Hal ini untuk menghindari

kecemburuan sosial terhadap masyarakat dan peserta yang mendapatkan atau

yang diberdayakan adalah orang-orang yang sangat membutuhkannya.

b. Yayasan Dayah Bustanul Ulum harus memantau lagi kegiatan pemberdayaan

ini dengan seksama supaya program pemberdayaan ini berjalan lancar dan


(5)

Daftar pustaka

Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas : pengantr pada pemikiran dan pendekatan praktis. Jakarta: Lembaga penerbitan FE-UI

Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas : pengantr pada pemikiran dan pendekatan praktis. Jakarta: Lembaga penerbitan FE-UI

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Jakarta: Bina Aksara

Hikmat, Harry. 2000. Strategi pemberdayaan masyarakat. Bandung: Humaniora utama press

Kartasasmita, Ginandar. 1996. Pembangunan untuk rakyat memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Jakarta: Pustaka Cidesindo.

Madjid, Nur Cholis. 1997. Bilik-bilik pesantren: sebah potret perjalanan. Jakarta: Paramadina

Nawawi, Handari. 1991. Metode penelitian bidang social. Yogyakarta: Gajah mada

Sedarmayanti. 2002. Retruktisisasi dalam pemberdayaan organisasi menhadapi dinamika perubahan lingkungan. Bandung: Mandar maju

Sumodinngrat, Gunawan. 1991. Pemberdayaan masyarakat dan jaringan pengaman social. Jakarta: Gramedia


(6)

Zuhri, seafuddin. 1999. Pesantren masa depan. Bandung: pustaka hidayat

Tjandraningsih. 1996. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Nuansa

UU No.16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

PP No.57 Tahun 2005 Tentang Pengertian Desa

Sumber-sumber lain:

Hikmat, Harry. 2000. Makna pemberdayaan, strategi program dan pemberdayaan masyarakat

tanggal 28 Februari 2009 pukul 12:31 WIB

Aisriska. 2007. Defenisi Msyarakat pada tanggal 15 juni 2009 pukul 11:32

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tentang Desa. Diakses pada tanggal 15 juni 2009 pukul 10:46