dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subjek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit
menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.”
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan alasan mengacu pada beberapa alasan sebagai mana yang dikemukakan oleh.
Margono 2000: 37 antara lain: 1
Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang dialami oleh penelitian kualitatif sehingga intisari konsep yang ada
pada data dapat diungkap. 2
Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis
yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam pemikiran kuantitatif.
3 Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variable yang
sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variable dalam masalah sosial sangat kompleks.
4 Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam
penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi perhitungan empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-
konsep yang timbul dari data. Penelitian kualitatif cenderung melakukan analisis yang bersifat
induktif yang sangat menonjolkan perspektif subjektif dalam memecahkan suatu permasalahan. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini diharapkan
akan menggambarkan manajemen sekolah berbasis program akselerasi di tingkat sekolah menengah atas.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir 1988: 152 adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti,
atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Panggabean 1991: 10 mengemukakan alasan diperlukannya definisi operasional adalah :
a Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi.
b Perlu kriteria untuk pencatatan.
c Sebuah konsep atau objek dapat memepunyai lebih dari satu pengertian.
d Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan
dengan judul Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi di SMA Al Ma’soem agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan
pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini yaitu :
1.
Manajemen dalam penelitian ini upaya mengelola siswa yang memiliki
kecerdasan dan bakat istimewa yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-
sumber lain untuk mencapai tujuan tertentu. 2.
Manajemen Sekolah adalah proses pendayagunaan sumber-sumber
manusiawi di sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 3.
Program Akselerasi merupakan program pendidikan yang diberikan
secara khusus kepada kelompok siswa berbakat intelektual atau cerdas istimewa dan berbakat istimewa CI-BI dengan cara mempercepat
penyelesaian kurikulum.
E. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Sugiyono, 2011: 305 Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan. Peneliti
kualitatif adalah instrumen utama yang semestinya memiliki kapasitas intelektual yang tinggi terkait dengan kapasitas berfikir reflektif dan rasional
yang digunakan saat perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian. Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 69
Kekuatan Peneliti sebagai instrumen menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 67 meliputi empat hal, yaitu: 1 kekuatan kan pemahaman
metodologi kulaitatif dan wawasan bidang profesinya; 2 kekuatan dari sisi personality; 3 kekuatan dari sisi kemapuan hubungan sosial human
relation; dan 4 kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi. Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Sugiyono 2011:306
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah
bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian hipotesa yang digunakan,
bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution 1988 peneliti sebagai
instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus 3.
Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali
manusia 4.
Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita 5.
Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelakan 7.
Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang
menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti Sesuai dengan fokus penelitian yang lebih mengarah pada manajemen
program berbasis akselerasi di SMA Al Ma ’soem maka instrumen yang
disusunpun lebih banyak mengungkap tentang hal tersebut sebagaimana yang dideskripsikan dalam tabel dibawah ini:
66
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI
MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PROGRAM AKSELERASI Studi Pada SMA Al
Ma’soem
No Fokus
Penelitian Sub Fokus
Deskripsi Indikator
Teknik Pengumpulan
DataMetode Responden
1. Perencanaan
Program Akselerasi
a Perencanaan
Kurikulum Perencanaan
sekolah mengenai kurikulum untuk
kelas akselerasi Kurikulum pendidikan khusus bagi Peserta
Didik Cerdas Istimewa PDCI di kembangkan secara berdiferensiasi, mencakup 5 lima
dimensi, yaitu:
1.
Dimensi Umum
2.
Dimensi Diferensiasi
3.
Dimensi Media pembelajaran
4.
DimensiSuasana Belajar
5.
Dimensi Co-kurikuler
o
Wawancara 1 Wakasek
kurikulum 2
Ketua program
akselerasi
b Perencanaan
Tenaga Pendidik
Kualifikasi tenaga pendidik yang
disiapkan sekolah untuk mengajar di
kelas akselerasi Secara operasional guru yang dipilih
memenuhi persyarat-an sebagai berikut: 1.
Lulusan perguruan tinggi minimal S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang
diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri atau
swasta yang t erakreditasi “A” atau
setara dan memiliki akta mengajar. 2.
Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
o
Wawancara 1 Kepala
sekolah 2
Ketua program
akselerasi
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
3. Memiliki karakteristik umum yang
dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.
4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa.
5. Menguasai substansi mata pelajaran yang
diampu. 6.
Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik
7. Mampu mengembangkan materi,
metode, produk dan lingkungan belajar untuk siswa cerdas istimewa.
8. Memahami psikologi perkembangan dan
psikologi pendidikan. 9.
Mampu mengembangkan
kreativitas peserta didik.
10. Mampu berbahasa Inggris aktif dan
menggunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
11. Dapat menggunakan perangkat komputer
dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.
12. Memiliki pengalaman mengajar di kelas
regular sekurang-kurangnya tiga tahun.
c Perencanaan
Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan
prasarana untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar peserta
didik kelas akselerasi
Sekolah penyelenggara pendidikan khusus bagi PDCI BI harus mampu memenuhi
sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.
1
Sarana Belajar a
Sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku
bacaan, majalah, Koran, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, dan
sebagainya.
b Media pembelajaran seperti radio,
cassette recroder, TV, OHP, Wireless, Slide projector, LCD DVD VCD
player, komputer dan sebagainya.
c Alat praktik dan alat peraga seperti
peta dinding, globe dan sebagainya. d
Adanya sarana TIK berupa jaringan internet yang dimanfaatkan untuk
proses pembelajaran dan lain-lain. 2
Prasarana Belajar a
Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan OSIS.
b Ruang kelas dengan transformasi
tempat duduk yang mudah dipindah- pindah sesuai dengan keperluan.
c Ruang Lab IPA Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Lab IPS, Lab Bahasa, Lab Komputer, ruang audio visual
o
Wawancara
o Observasi
o
Dokumentasi
1 Kepala
sekolah 2
Ketua program
akselerasi
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan ruang perpustakaan. d
Kantin sekolah, koperasi sekolah, musholla tempat ibadah dan
poliklinik. e
Aula pertemuan. f
Lapangan olah raga. g
Kamar mandi WC. h
Ruang pengembangan bakat dan keterampilan.
d Perencanaan
Pembiayaan Dana yang
diperlukan program percepatan belajar
relatif lebih besar dibandingkan dana
yang diperlukan dalam program
regular. Sehingga dibutuhkan
perencanaan pembiayaan
program akselerasi. 1
Sekolah penyelenggara hendaknya berupaya menjalin
kerjasama yang
saling menguntungkan dan tidak mengikat dengan
berbagai pihak,
misalnya pemerintah,
masyarakat, dan lembaga terikat lainnya.
2 Peran aktif orang tua peserta didik
percepatan belajar dalam pengadaan dana sebagaimana halnya pembinaan kegiatan
penunjang lainnya
o
Wawancara 1 Kepala
sekolah 2
Ketua program
akselerasi
e Perencanaan
Peserta Didik Upaya sekolah
untuk memperoleh siswa yang
diidentifikasikan sebagai siswa
berbakat intelektual untuk kemudian
1 Seleksi administrasi, meliputi:
a Hasil Ujian Nasional dari sekolah
sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0. b
Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal 8,0.
c Rapor, nilai rata-rata seluruh mata
pelajaran tidak kurang dari 8,0. o
Wawancara 1 Ketua
program akselerasi
menempati posisi sebagai siswa
program akselerasi. 2
Psikologis a
Kemampuan intelektual IQ. b
Kreativitas. c
Keterikatan dengan tugas task commitment.
3 Kesehatan fisik yang ditunjukkan denga
surat keterangan dari dokter. 4
Kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua wali.
f Perencanaan
Humas Pemberian
informasi program akselerasi yang
dilakukan pihak sekolah terhadap
calon peserta didik 1
Waktu sosialisasi program 2
Pihak yang terlibat dalam sosialisasi program
3 Metodecara yang di gunakan dalam proses
sosialisasi o
Wawancara 1 Ketua
program akselerasi
2. Pengorganisa
sian Program Akselerasi
Proses mengelompokan
dan mengatur berbagai aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai
tujuan program 1
Penetapan siapa saja yang dilibatkan dalam pelaksanaan program akselerasi
2 Pembuatan struktur organisasi program
akselerasi 3
Adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas
o Wawancara 1 Kepala
sekolah 2
Ketua program
akselerasi
3. Pelaksanaan
Program Akselerasi
Implementasi kurikulum serta
strategi metode pembelajaran yang
digunakan dalam kelas akselerasi
1 Guru dapat meningkatkan aktivitas siswa
melalui pendekatan dan metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang
disajikan guru.
2 Adanya inovasi pembelajaran yang
dilakukan guru dalam KBM o
Wawancara o
Observasi o
Dokumenta si
1 Guru
2 Siswa
akselerasi
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3 Solusi untuk kendala yang di hadapi guru
saat mengajar 4
Solusi untuk kendala yang di hadapi siswa saat belajar
4. Evaluasi Program
Akselerasi
a Sistem
evaluasi yang di gunakan
Untuk mendapatkan
gambaran nyata atau deskripsi
empirik dan efektivitas
penyelenggaraan program akselerasi
1 Penilaian yang digunakan dalam pendidikan
khusus bagi PDCI BI adalah penilaian otentik
2 Sekolah menetukan siapa saja yang
dilibatkan dalam evaluasi program 3
Sekolah menentukan jenis sistem evaluasi yang di gunakan
4 Sistem pelaporan program akselerasi
o Wawancara 1 Guru
2 Kepala
sekolah 3
Ketua program
b Hasil dari
pelaksanaan program
akselerasi Sebagai hasil akhir
dari tahap evaluasi yaitu sejauh mana
tingkat keberhasilan
program 1
Pengukuran kualitas dan kompetensi lulusan dengan indikator sebagai berikut:
a Out put atau kelulusan program akselerasi
memiliki rata-rata nilai ujian nasional 7 tujuh atau lebih.
b Memiliki keberhasilan yang tinggi, yaitu
dapat diterima di PerguruanTinggi ternama berkualitas.
c Memiliki keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan YME. d
Memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
e Memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang
luas. f
Memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi untuk berprestasi.
g Memiliki
kepedulian sosial
dan
kepemimpinan. h
Memiliki disiplin pribadi yang tinggi. i
Memiliki tanggung jawab yang tinggi. j
Memiliki kondisi fisik yang prima. k
Gemar membaca dan meneliti. l
Memiki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan lancar.
2 Adanya Reward and punishment untuk guru
yang mengajar pada kelas akselerasi sebagai bentuk penghargaan pihak sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru.
F. Teknik Pengumpulan Data
Tahapan terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah 2009: 103 pengumpulan data tidak lain
dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan
melalui setting berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik
wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan tiangulasi.
1. Teknik Observasi
Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melihatterjun langsung ke lapangan. Senada dengan Dj
am’an Satori dan Aan komariah, 2011: 104 yang mengatakan bahwa:
“Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan
”. Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku
subjek secara luas, mampu menangkap berbagai interaksi, dan secara terbuka mengeksplorasi topik penelitiannya. Dengan pengamatan
langsung, peneliti bisa mengembangkan satu perspektif menyeluruh mengenai pemahaman satu konteks yang sedang diteliti. Observasi atau
pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi langsung, peneliti dapat
memperoleh data yang diharapkan, tetapi peneliti harus dilatih terlebih
dahulu sebelum melakukan observasi sehingga akan menghasilkan data yang baik.
Alwasilah C, dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 107 menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi
kode atau aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota
masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.
2. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu
sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi responden.
3. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para
anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai
dengan aturan-aturan tadi. Misalnya dalam budaya akademik Amerika, rutinitas itu antara lain empat hal, yaitu: presentasi di depan
kelas, diskusi kelompok, partisipasi kelas, dan berkonsultasi.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono, 2010: 310 mengklarifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi participant observation,
observasi yang secara terang-terangan dan tersamar overt observation dan covert observation, dan observasi yang tidak terstruktur unstructured
observation. Selanjutnya Spradley dalam Sugiyono, 2010:310 membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu: passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation. Untuk
memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka dapat digambarkan seperti gambar berikut:
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 2 Macam-macam Teknik Observasi Sugiyono, 2010: 311
a Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan
suka dukanya. Susan Stainback dalam Sugiyono, 2010: 311 menyatakan
“In participant observation, the researcher observes what people do,
listen to what they say, and participate s in their activities” dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi partisipatif adalah: 1
Partisipasi pasif passive participations : means the research is present at the scene of action but does not interact or participate.
Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
2 Pertisipasi moderat moderate participation : means that the
researcher maintains a balance between being insider and being
Teknik Observasi
Observasi Moderat
Observasi Lengkap Observasi Aktif
Observasi Pasif
Observasi Tidak
Terstruktur Observasi
Terus Terang Tersamar
Observasi Partisipatif
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam
mengumpilkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
3 Partisipasi aktif active participation : means that the researcher
generally does what other in the setting do, hadir dan melakukan objek serupa dengan objek penelitiannya. Dalam observasi ini
peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
4 Partisipasi lengkap complete participation : means the researcher
is a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan
penelitian. b
Observasi Terus Terang atau Tersamar Suatu etika penelitian ilmiah menginginkan penelitian dilakukan
secara terbuka. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Pada observasi tertutup,
observer mengadakan pengamatan tanpa diketahui sebjeknya. Biasanya pengamatan seperti ini dilakukan oleh peneliti pada tempat-
tempat umum seperti bioskop, taman, lapangan olah raga, tempat rapat umum, atau tempat-
tempat umum lainnya. Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 119
c Observasi Tak Berstruktur
Besaran teknik pengumpulan data yang sudah ditetapkan dalam kisi-kisi instrumen penelitian kualitatif memberikan pedoman umum
kepada peneliti untuk melaksanakan teknik penelitian. Observasi dalam penelitian kualitatif dilakuakan dengan tidak berstruktur, karena
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
fokus penelitian belum pasti. Mungkin saja akan ditentukan observasi- observasi selanjutnya yang berkembang selama kegiatan observasi
awal berlangsung. Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 120 M
aksud dari observasi tak berstruktur menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 120 adalah bahwa instrumen observasi tidak
dipersiapkan secara sistematis dari awal karena peneliti belum tahu pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan
dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Mengetahui hal-hal aktual dari pelaku-pelaku sebenarnya, dari
pembicaraannya, dari sikap dan perilakunya, hanya bisa dilakukan dengan observasi. Namun demikian, bukan berarti observasi sempurna tidak ada
kelemahan dari sudut teknik penelitian. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan teknik observasi menuru
t Djam’an Satori dan Aan Komariah 2011: 125, yaitu:
a Kelebihan observasi
1 Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya
diperoleh langsung dan hasilnya akurat. 2
Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi. 3
Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari pengalaman yang sulit dilupakan.
4 Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.
5 Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan
kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi. 6
Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan ileh teknik lain.
b Kekurangan observasi
1 Memakan waktu lama.
2 Tergantung kepada kepiawaian pengamat. Jika pengamatnya
kurang kualified dapat menimbulkan bias dan data bisa terdistorsi. 3
Observer apalagi yang dikenal dan disegani bisa mempengaruhi perilaku partisipan sehingga situasinya bisa menjadi di buat-buat
dan kaku. 4
Observer berperan serta kurang memiliki waktu untuk membuat catatan hasil pengamatannya.
5 Mengahsilkan data yang banyak dan kadang tidak sistematis
sehingga menyulitkan peneliti untuk menganalisisnya.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk
mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui
proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data. Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau
sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian. Mohamad Ali 1987: 83 mengemukakan bahwa wawancara adalah
merupakan salah satu cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.
Sementara itu, Sudjana dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 130 mendefinisikan wawancara sebagai proses pengumpulan data
atau informasi melaui tatap muka antara pihak penanya interviewer dengan pihak yang ditanya atau penjawab interviewee.
Esternberg dalam Sugiyono, 2011: 319 mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a Wawancara Terstruktur Structured Interview
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengtahui dengan pasti
tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya. b
Wawancara Semi Terstruktur Semistructure Interview Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
c Wawancara Tidak Berstruktur Unstructured Interview
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Suatu wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi
dimana sejumlah variabel memainkan peranan penting karena variabel tersebut dapat mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara.
Adapun variabel tersebut menurut Zuriah Nurul 2005: 179 yaitu: 1 pewawancara; 2 responden; 3 materi wawancara, dan 4 hubungan
antara pewawancara dengan responden. Dengan metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data
dengan jalan tatap muka atau wawancara langsung dengan kepala sekolah, wakasek. Bagian kurikulum, ketua program akselerasi, guru
dan siswa program akselerasi. a
Wawancara dengan kepala sekolah, wakasek kurikulum dan ketua program akselerasi mengenai latar belakang
diselenggarakannya program akselerasi di SMA Al Ma ’soem
serta proses manajemen pembelajaran program akselerasi secara global.
b Wawancara dengan guru pengajar sekaligus sebagai wali kelas
di program akselerasi mengenai implementasi manajemen pembelajaran secara lebih rinci.
c Wawancara dengan siswa program akselerasi mengenai
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini akan melakukan teknik wawancara semi
berstruktur sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Ini didasarkan pada instrumen dan metode penelitian yang dipakai oleh peneliti
dimana data sangat bergantung pada pemahaman peneliti bukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam angket dalam menemukan
data. Seperti halnya teknik observasi, teknik wawancara juga memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi 2007: 97 ada beberapa kekurangan teknik
wawancara, yaitu: a
Kelebihan Teknik Wawancara 1
Sebagai salah satu teknik yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi.
2 Tanpa mengenal batas umur dan pendidikan subyek, selama
dapat memberikan jawaban. 3
Hampir seluruh penelitian sosial, selalu digunakan sebagai metode pelengkap.
4 Karena sifat keluwesan, metode wawancara cocok dipakai
sebagai alat verfikisi data yang diperoleh dengan jalan observasi dan kuesioner.
b Kekurangan Teknik Wawancara
1 Kurang efisien, memboroskan waktu, tenaga dan biaya.
2 Tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan subyek.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3 Jalan dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu.
4 Perannya haruslah benar-benar menguasai bahasa subyek.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui
dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan diteliti.
Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip, Sugiyono 2005: 82 mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah
berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumentasi merupakan suatu cara dalam memperoleh data dengan mengkaji dokumen tertulis, yang dapat berupa data, gambar, tabel,
diagram. Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan gambar-gambar dan dokumen tertulis yang menggambarkan
kondisi faktual tentang manajemen akselerasi. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif menjadi sumber data yang melengkapi pengumpulan
data melalui observasi dan wawancara. a
Kelebihan Dokumentasi 1
Pilihan alternatif, untuk subyek penelitian tertentu yang sukar atau tidak mungkin dijangkau, maka studi dokumentasi dapat
memberikan jalan untuk melakukan penelitian pengumpulan data.
2 Tidak reaktif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara
langsung dengan seorang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpul data.
3 Untuk penelitian yang menggunakan data yang menjangkau jauh
ke masa lalu, studi dokumentasi memberikan cara yang terbaik.
4 Besar sampel, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik
memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan biaya yang relatif kecil.
b Kekurangan Dokumentasi
1 Bias, biasanya data yang disajikan dalam dokumen bisa
berlebihan atau tidak ada disembunyikan. 2
Tersedia secara selektif, tidak semua dokumen dipelihara untuk dibaca ulang oleh orang lain. Tidak komplit, data yang
terdapat dalam dokumen biasanya tidak lengkap. 3
Format tidak baku, format yang ada pada dokumen biasanya berbeda dengan format yang terdapat pada penelitian, disebabkan
tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian
.
4. Triangulasi
Triangulasi, merupakan
teknik pengumpulan
data yang
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada sumber
yang sama dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. Moleong, 2004: 330. Menurut Patton 1987: 331 langkah-langkah dalam triangulasi data
adalah sebagai berikut : a
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi
c Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
e Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dikumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Jadi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan data yang berbeda.
Teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Teknik Triangulasi
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting dan sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan untuk
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
masalah yang ingin dijawab. Lexy J Moleong 1989: 88 berpendapat: “Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data
dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis sebagaimana disarankan oleh
data ”.
Pada proses analisis data ini terdiri dari pengolahan data yang didapat oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Dari kesimpulan tersebut akan diperoleh
makna yang dipergunakan untuk memecahkan suatu fokus permasalahan. Tujuan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memperoleh makna,
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru.
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah
analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti
menguraikannya kedalam bentuk tertulis dan dirangkum kedalam bentuk tulisan yang lebih sistematis. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan
landasan untuk melaksanakan proses penelitian selanjutnya. Orientasi adalah agar peneliti mengetahui makna dan fokus yang diteliti sehingga peneliti
mampu menjawab masalah yang akan dipecahkan dalam fokus penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif maka
digunakan analisa dan filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Metode induktif adalah metode berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data
yang bersifat khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno 1986: 42 bahwa:
“Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa- peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-
peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum
”. Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu
kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa
digeneralisasikan ditarik kearah kesimpulan umum, maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan
dengan teori-teori yang ada. Nasution 1988: 128 mengemukakan bahwa analisis data meliputi
kegiatan atau langkah-langkah yaitu: reduksi data, display data, mengambil
Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kesimpulan dan verifikasi. Adapun tahapan analisis data selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1 Reduksi Data Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya. b.
Menyajikan Data Data Display Setelah
data direduksi,
maka langkah
selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman 1984 menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. KesimpulanVerifikasi ConclusionVerification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang
dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Berdasarkan pengalaman dari para peneliti kualitatif, masalah yang
dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya prosedur baku yang dijadikan pedoman dalam menganalisis data. Oleh karena
itu, peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai dengan penelitinya.
Maka dari ketiga tahapan kegiatan analisis data yang dikemukakan diatas, adalah saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berlangsung secara
kontinue selama peneliti melakukan penelitian.
H. Uji Keabsahan Data