Optimalisasi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMA Yapenda Jakarta Utara

(1)

UTARA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MOCHAMMAD FAJAR FAJRIN

103018227374

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Mochammad Fajar Fajrin, Nim: 103018227374, Optimalisasi Pelaksanaan Manajeman Berbasis Sekolah di SMA Yapenda Jakarta Utara. Skripsi. Program Studi Manajemen Pendidikan. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.

Penelitian dilakukan di SMA Yapenda Jakarta Utara. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum dan program pengajaran, pelaksanaan manajemen ketenagan/personel, pelaksanaan manajemen anggaran/biaya pada penerapan manajemen berbasis sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah 25 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket untuk guru dengan 4 alternatif jawaban dan wawancara kepada Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan Kepala Tata Usaha SMA Yapenda Jakarta Utara.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yang mana akan dipecah menjadi beberapa sub variabel. Variabel tunggal dalam penelitian yang berjudul Optimalisasi Pelaksanaan Manajeman Berbasis Sekolah di SMA Yapenda Jakarta Utara. Pendidikan adalah penerapan manajemen berbasis sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dengan sub variabel manajemen kurikulum dan program pengajaran, manajemen ketenagaan/personel, dan manajemen anggaran/biaya.

Hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif persentase. Kontribusi Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dalam kemandirian, keterbukaan manajeman sekolah, dan profesional sumberdaya manusia dalam keadaan baik (76,41%), artinya pelaksanaan telah berjalan baik dan mempunyai kontribusi positif dalam kemandirian, keterbukaan manajeman sekolah, dan profesional sumberdaya manusia dalam mengelola sekolah. Implikasi pelaksanaan Manajeman berbasis sekolah dalam pengambilan keputusan, cukup (75,75%), artinya pelaksanaan MBS mempunyai implikasi dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Usaha Komite Sekolah dalam Pelaksanaan Manajeman bembasis sekolah, belum maksimal (60%), artinya usaha komite sekolah belum optimal dalam pelaksanaan MBS. Jadi, Partisipasi Orang tua dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Manajeman berbasis sekolah, baik (68,51%), artinya orang tua dan masyarakat telah berpartisipasi dengan cukup baik dan mendukung pelaksanaan MBS. Akuntabilitas dalam pelaksanaan manajeman berbasis sekolah baik (70,37%), artinya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS terhadap stekholder mampu dipertanggung jawabkan kepada warga sekolah. Hal ini berarti bahwa Pelaksanaan manajeman berbasis sekolah di SMA Yapenda upaya memperbaiki kinerja sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien.


(6)

kepada kepala sekolah untuk memiliki perencanaan dan pandangan luas tentang sekolah dan pendidikan, melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.


(7)

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin puji dan puja syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Sholawat dan salam tak lupa pula penulis curah limpahkan kepada junjungan kita, suri tauladan yang baik, Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu dan teknologi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

Tidak ada yang bisa penulis berikan, melainkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, baik secara edukatif maupun administrasi sejak awal hingga akhir perkuliahan.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Pd. M.Phil Ketua Jurusan Kependidikan Islam, yang telah menyediakan sarana kepada penulis.

3. Drs. Muarif Sam, M.Pd Kepala Program Studi Manajemen Pendidikan, yang telah memberikan dan meluangkan waktunya untuk melayani mahasiswa/ mahasiswi Manajemen Pendidikan.

4. Drs. Mudjahi Ak, M.Sc., Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih penulis haturkan.

5. Dosen dan seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan keramahtamahan dalam melayani kebutuhan penulis dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(8)

7. Kepala Sekolah SMA YAPENDA Jakarta Utara yang bersedia untuk meluangkan waktu untuk penulis wawancarai, serta kesedian beliau untuk menyediakan segala kebutuhan penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

8. Para guru di SMA YAPENDA Jakarta Utara, yang menyempatkan diri untuk mengisi angket penulis sebarkan di sela-sela kesibukan.

9. Komite Sekolah yang bersedia untuk meluangkan waktu untuk penulis wawancarai, serta kesedian memberi informasi.

10. Kepada ayahanda penulis, Bapak H. Abdul Manaf dan Ibu Hj. Sitti Nurjaya, terima kasih telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu lebih banyak lagi di perguruan tinggi. Tanpa usaha dan doa kedua orang tua, penulis belum tentu bisa menyelesaikan pendidikan dan menjadi seorang sarjana..

11. Kepada sahabat- sahabatku di Manajemen Pendidikan : Defri Hamdani, Pribadi Muslim Prima, Sofa Yunari, Indah Sumaya, M. Nur, M. Arif.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2011

Penulis


(9)

Surat Pernyataan Penulis

Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Abstrak... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Lampiran...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Dasar Manajeman Berbasis Sekolah ... 7

1. Konsep Dasar Optimalisasi Manajeman Berbasis Sekolah... 7

2. Tujuan Optimalisasi Manajeman Berbasis Sekolah... 13

3. Optimalisasi Kepala Sekolah Dalam MBS ... 20

4. Upaya Partisipasi Masyarakat dalam Mengoptimalkan MBS ...21

5. Akuntabilitas ... 23

6. Langkah-langkah Manajeman Berbasis Sekolah...26

B. Kerangka Berpikir... 36


(10)

B. Sumber Data ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Teknik Analisis Data... 39

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMA Yapenda Jakarta Utara ... 45

1. Gambaran Umum SMA Yapenda ... 45

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 46

3. Keadaan Sekolah SMA Yapenda...47

4. Keadaan Siswa SMA Yapenda... 48

5. Kegiatan Pembelajaran ... 48

B. Analisis Data Dan Penyajian Hasil Penelitian ... 49

C. Interpretasi Data... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Sebagai factor penentu keberhasilan pembangunan pada tempatnya kualitas sumber daya manusia ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang memacu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan.

Pendidikan mempunyai karakteristik pokok yang tidak berbeda dengan kegiatan inovasi dalam bidang social, menurut Santoso S. Hamiddjojo, Suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kiemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.1Upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa

dan bernegara menjadi tanggung jawab pendidik, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang bertakwa kepada tuhan

1

Din Wahyudin, Supriadi, dan Ishak Abduhak, Pengant ar Pendidikan, Universit as t erbuka, h 8.5


(12)

yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, demokratis, dan professional pada bidangnya masing-masing.

Di era persaingan global dan pasar bebas, manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu, untuk menentukan arah mutu pendidikan dalam menguragi permasalahan pendidikan, maka mengakibatkan hubungan yang tidak linear antara pendidikan dengan kerja, karena apa yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan konsep pendidikan yang ada.

Dasar yuridis, penerapan MBS di jamin UU dan peraturan pemerintah Sisdiknas No 20 Tahun 2003 memberikan landasan hukum yang kuat untuk di terapkannya MBS atau “School Based Management” dan pendidikan yang berbasis masyarakat atau “ Community Based Education” sebagai sebuah inovasi pendidikan untuk mencapai pendidikan yang lebih sempurna dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bukti empiris yang menunjukan bahwa manajeman berbasis pusat merupakan salah satu yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja sekolah sehingga perlu diterapkanya MBS.

Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan serta relevansi dan efisien manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Bahwa undang-undang No 2 tahun 1989 sistem pendidikan nasional tidak memadai lagi dan perlu iganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-undang Negara RI tahun 1945.2

MBS diarahkan untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relative otonom, sekolah

2


(13)

memiliki kewenangan dalam mengelolah dan pengambilan keputusan secara mandiri yang tidak tergantung kepada birokrasi3

MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manejerial yang di miliki, perlibatan masyarakat dalam dewan sekolah di bawah monitoring pemerintah, mendorong sekolah lebih terbuka, demokratis, dan bertanggung jawab. Pemberian kebebasan yang lebih luas member kemungkinan kepada kepala sekolah untuk dapat menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik, guru, dan petugas lain yang ada di lingkungan sekolah. Sejalan dengan arah kebijakan otonomi dan desentralisasi yang ditempuh oleh pemerintah, tanggung jawab sekolah akan meningkat, termasuk dalam manajeman pendidikan. Sekolah diharapkan untuk meningkatkan kemampuan dalam berbagai tahap pembangunan pendidikan, pelaksanaan, sampai pemantauan atau monitoring di sekolah masing-masing sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional yang digariskan pemerintah kota/ kabupaten.

Dalam rangka inilah MBS tampil sebagai paradigma baru pengembangan pendidikan yang berorentasi pada kebutuhan sekolah dan masyarakat serta kebutuhan daerah masing-masing. MBS merupakan kebijakan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kemampuan sekolah dan daerah dalam bottom-up planing policy, yaitu kebijaksanaan pendidikan yang diprakarsai oleh setiap sekolah dan daerah, khususnya mengenai masalah-masalah yang dihadapi sekolah dan daerah yang bersangkutan serta ditindak lanjuti oleh setiap tingkatan manajeman diatasnya sampai tingkat pusat.

Melalui konsep ini, kemandirian sekolah diwujudkan melalui upaya-upaya maksimal para guru, kepala sekolah, dan partisipasi masyarakat (stakeholders) yang merasa ikut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan.

3


(14)

SMA Yapenda dalam memasuki era desentralisasi pendidikan, ikut berbenah diri dalam pengelolaan sistem pendidikan dan administrasi pendidikan yang selama ini masih bersifat sentralistik. Oleh karena itu, sangat penting bagi sekolah ini sebagai langkah awal adalah melaksanakan pemetaan potensi sumberdaya kependidikan yang ada pada sekolah tersebut dengan tujuan sejauh mana efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Sejak tahun 2007 SMA Yapenda berkomitmen untuk menerapkan Manajeman Berbasis Sekolah. MBS dipandang salah satu upaya memperdayakan sekolah dalam mengelolah sumberdaya manusia..Pendekatan melalui MBS ini bertujuan agar seluruh sumberdaya dapat dioptimalkan secara efektif, efisien, kreatif dan inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Upaya perbaikan mutu yang berkelanjutan memerlukan perubahan sikap, komitmen dan profesionalisme seluruh personel sekolah. Strategi yang harus dilakukan adalah peningkatan manajemen secara bertahap, perubahan budaya, hubungan internal, huibungan sekolah dengan stekholder, dan pemecahan masalah internal.

Dalam kontek di atas, MBS dipandang akan mendorong sekolah mampu menciptakan program-program yang lebih baik karena pemikiran dan sumber daya sekolah dapat diolah secara langsung sesuai dengan kebutuhan murid yang dilayani. Demikian juga kondisi keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan memungkinkan lahirnya keputusan-keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan sekolah. MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu komunikasi di antara berbagai pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut ke dalam sebuah penelitian dengan judul

“OPTIMALISASI PELAKSANAAN MANAJEMAN BERBASIS SEKOLAH SMA YAPENDA JAKARTA UTARA”


(15)

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalahan sebagai berikut :

a. Apakah MBS memiliki peran penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMA Yapenda ?

b. Dalam bentuk apa saja peran MBS mewujudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan ?

c. Bagaimana peran Komite sekolah dalam pelaksanaan MBS ?

d. Bagaimanakah bentuk hubungan sekolah, Masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan ?

e. Bagaimana Kepemimpinan Kepala sekolah dalam Pelaksanaan MBS ? f. Bagaimana Pelaksanaan MBS di SMA Yapenda ?

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitian lebih terarah dan mengena serta tidak melebar pembahasanya, maka penulis membatasi pada “ Optimalisasi Pelaksanaan MBS di SMA Yapenda Jakarta Utara ”

3. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan kompleksitas masalah, untuk memudahkan penulis akan merumuskan masalah penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep dasar MBS

b. Bagaimana peran Kepala sekolah dalam MBS di SMA Yapenda c. Upaya apa yang dilakukan oleh sekolah dalam melaksanakan dan

meningkatkan mutu pendidikan melalui MBS

d. Bagaimana peran Komite sekolah dalam Pelaksanaan MBS e. Bagaimana Akuntabilitas Pelaksanaan MBS pada SMA Yapenda


(16)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsep dasar MBS

2. Untuk mengetahui pelaksanaan MBS di SMA Yapenda

3. Untuk mengetahui peran Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Yapenda

4. Untuk mengetahui peran Komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Secara akademik, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pelasanaan MBS di SMA Yapenda Jakarta Utara. Selain itu hasil penelitian sebagai prasyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah koleksi kepustakaan

bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai pelaksanaan MBS dalam meningkatkan mutu pendidikan.

3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi kepala sekolah dan tenaga pengajar di SMA Yapenda


(17)

A. Kajian Teori

1. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

a. Pengertian Optimalisasi Manajemen Berbasis Sekolah

Untuk memahami manajeman sekolah, terlebih dahulu perlu ada suatu pengertian yang oprasional sebagai suatu pedoman dalam mengelolah sekolah. Untuk sampai pada pengertian manajeman berbasis sekolah (MBS), terlebih dahulu pengertian optimalisasi, manajeman dan sekolah. Optimalisasi adalah metode yang digunakan untuk menentukan efektif dan efisien di dalam proses pelaksanaan4.

Kata manajeman berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managemant yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.5 Marry Parker (Stoner & Freeman) ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui oreang lain, Lutrher Gulick berpandangan suatu bidang

4

Thomas F. Edgar, David M . Himmelblau, Opt imization of Chemical Pr ocess,

(Depart emant of Chemical Engineering Universit y of Texas at Aust in) Second Edit ion, hal 4

5

Husaini Usman,M anajemen ( Teori prakt ek & Riset Pendidikan), Bumi Aksara), Cet Ke-2 hal 4


(18)

pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.6

Sedangkan pengertian kata sekolah juga mempunyai beberapa definisi, antara lain:

a) Sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar ( Undang-undang No.20 tahun 2003).

b) Menurut Peter salim dalam kamus besar bahasa Indonesia kontenporer “Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar-mengajar atau tempat menerima pelajaran.7

Pengertian manajeman adalah proses mencapai hasil dengan mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif.8 Dengan pengertian ini kita dapat mengacu manajeman sebagai seni atau kiat, sebagai ilmu, sebagai sekelompok orang, sebagai disiplin atau sebagai proses. Manajeman adalah proses prncanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.9

Menurut Gaffar dalam bukunya “Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi”, sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa mengatakan “ Manajeman pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik. Sistimik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.10

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan, bahhwa manajeman pendidikan merupakan proses keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat di dalam tugas-tugas pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,

6

Nanang Fat t ah,Landasan M anajemen Pendidikan,(Remaja Rosdakarya Bandung), hal 1

7

Pet er Salim, dan Yeni Salim,Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,( Jakart a: M odern English press, 1999, cet . Ke-1, hal. 1354

8

Pusdiklat Pegawai Depdiknas,M anajem an Sekolah,2005, h 87

9

James A. F. St oner, M anagemant , Pr etice/ Hall Internasional, Inc, Englew ood Chiffs, New York, 1982, hal 8

10

E. M ulyasa, M anajeman berbasis sekolah (M BS), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet . Ke-3, hal. 19


(19)

karena manajeman pendidikan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan sebab tanpa manajeman tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efesien.

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjamahan dari “School Based Management” sebagai model manajemen sekolah yang memberikan otonomi kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah dan masyarakat (stake holder) yang dilayani.11 Manajeman berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberi otonomi kepada Kepada sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai potensi, tuntutan dan kebutuhannya. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para Tenaga kependidikan dan meningkatkan kepahaman masyarakat terhadap pendidikan.

Kemudian secara leksikal, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu Manajemen, Berbasis, dan Sekolah. Manajemen adalah proses menggukan sumber daya Secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata “basis”, yang berarti “dasar” atau “asas”. Sekolah adalah tempat untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pembelajaran.12 Selain itu secara lebih luas dikemukakan oleh Wohlstter dan mohrman yaitu, “secara luas MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan sekolah.13

Sedangkan dalam buku pedoman Manajemen Berbasis Madrasah/ sekolah,pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah

11

Bedjo Sujant o,M anajemen Pendidikan Berbasis Sekolah,M odel Pengelolaan Sekolah di Era Ot onomi Daerah), hal 30

12

Nurkholis, M anajeman berbasis sekolah (M BS), (Jakart a: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia 2003), cet . Ke-1, hal.1

13


(20)

suatu ide tentang pengambilan keputusan pendidikan Yang diletakkan kepada posisi yang paling tepat dengan pembelajaran, yakni sekolah MBS Juga merupakan suatu stategi untuk mewujutkan sekolah yang efektif dan produktif. Dengan Adanya pemberian otonomi yang luas pada sekolah, dimaksudkan agar sekolah lebih leluasa Mengelola sumber daya ,sumber dana,sumber belejar ,dan mengalokasikanya sesuai dengan Prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Dari beberapa definisi di atas, walaupun perumusannya berbeda-beda tetapi di dalam terdapat unsur-unsur yang sama, dan dapat dirumuskan, MBS merupakan model pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung, dari hal tersebut terjadi karena pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada sekolah langsung dalam penggelolaan sekolah. Jadi, Manajeman berbasis sekolah (MBS) merupakan sebuah strategi untuk memajukan pendidikan dengan menstranfer keputusan penting member otoritas dari Negara dan pemerintah daerah kepada individual pelaksana sekolah.

b. Karakteristik Manajeman berbasis sekolah (MBS)

Manajeman berbasis sekolah (MBS) memiliki prinsip yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, prinsip tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki sehingga membedakan dari sesuatu yang lain. Manajeman berbasis sekolah (MBS) memiliki prinsip sebagai berikut:

a) Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah

b) Keterlibatan, pendidikan yang efektif yang melibatkan semua pihak c) Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi


(21)

d) Kepemimpinan (kepala sekolah) yang demokratis dan professional e) Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki

kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana f) Adanya team work yang tinggi,dinamis dan profesional.14

Karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. (MPMBS) dapat dilihat pula melalui pendidikan system. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan “sebuah system sehingga penguraian karakteristik MPMBS berdasarkan berdasarkan pada input,proses dan output”.15

1) Input Pendidikan

a) Dalam input pendidikan ini meliputi:

b) Memiliki kebijakan,tujuan, dan sasaran mutu yang jelas, c) Sumber daya yang tersedia dan siap,

d) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi, e) Memiliki harapan perestasi yang tinggi, dan f) Focus pada pelanggan.

2) Proses

Dalam proses terdapat sejumlah karakter yaitu : a) PBM yang memiliki tingkat efektifitas yang tinggi, b) Kepemimpinan sekolah yang kuat,

c) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, d) Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif, e) Sekolah memiliki buduya mutu, dan

f) Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis.

14

Husaini Usman,M anajeman, Teori, prakt ek, dan Riset Pendidikan,h 498

15

Depdiknas, M PM BS, Sekolah sebagai Sist em, ( Jakart a: Depdiknas dirjen direkt or at SLTP, 2007), h 9


(22)

3) Outputyang diharapkan

Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya output dapt diklarifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi akademik yang berupa NEM, lomba karya ilmiah remaja, cara-cara berfikir Kritis, Kreatif, Nalar, Rasinalog, Induktif, Deduktif dan Ilmiah. Dan output non akademik, berupa keingintahuan yang tinggi. Harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, tolearansi, kedisiplinan, prestasi olahraga, kesenian dari para peserta didik dan sebagainya.

Karakteristik Manajeman berbasis sekolah (MBS) bisa diketahui juga antara lain dari bagaiman sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah. Proses belajar mengajar pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya admistrasi.16

Sementara itu, menurut Depdiknas fungsi yang dapat didesentrasasikan ke sekolah adalah sebagai berikut :

a) Perencanaan dan evaluasi program sekolah

Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, sekolah juga diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi khususnya evaluasi internal atau evaluasi diri.

b) Pengelolaan kurikulum

Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan local.

c) Pengelolaan proses belajar mengajar

Sekolah diberi kebebasan untuk memilih stategi,metode, dan teknik pembelajaran dan pengajaran

16

Veit hzal Rivai & Sylviana M urni,Educat ion M anagement , (Analisis Teori & Prakt ek), hal 156


(23)

yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.

d) Pengelolaan ketenagaan

Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi. Hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

e) Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian atau pengunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah.

f) Pelayanan Siswa

Pelayanan siswa mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja sehingga penggurusan alumni dari dulu telah didesentralisasikan. Yang perlu diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstentitasnya.

g) Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan financial yang dari dulu telah didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan eksentitanya.17

2. Tujuan Optimalisasi Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

Manajeman berbasis sekolah (MBS) di Indonesia yang menggunakan istilah manajeman peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) muncul karena beberapa alasan, antara lain yang pertama

17

Nurkholis, M anajeman Berbasis Sekolah, Teori dan Prakt ek. ( Jakart a: Rosdakarya 2004), h 28


(24)

sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.18

Manajeman berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang diyatakan dalam GBHN. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro maupun mikro.

Manajeman berbasis sekolah (MBS) yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efesiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisensi, antara lain diperoleh melalui keluesan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibel pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru serta kepala sekolah. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

Sementera itu baik berdasarkan kajian pelaksanaan di Negara-negara maju, dalam kebijakan pemerintah tentang UU sisdiknas No. 20 tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1: Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan social, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat aspek

18


(25)

yaitu: Kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efisien dan efisien, serta akuntabilitas.

1) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdaya sumber daya yang tersedia, dengan tolak ukur penilaian pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi atau prosesnya. Mutu dan relevansi ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, artinya hasil pendidikan yang bermutu segaligus yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteknya. Bagi yang memisahkan keduanya, maka mutu lebih merujuk pada dicapaikanya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan), seperti nilai ujian atau prestasi lainya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada manfaat dari apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dalam berbagai lingkup/tuntutan kehidupan (dampak) termasuk juga ranah pendidikan yang tidak diujikan.

2) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu di sekolah yang bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk belajar, maka manajeman berbasis sekolah (MBS) memberikan keleluasaan kepada setiap sekolah untuk menangani setiap anak dengan latar belakang social ekonomi dan psikologi yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak berkembang secara optimal. Sungguhpun antara sekolah harus saling memacu prestasi, tetapi setiap sekolah harus melayani setiap anak (bukan hanya yang pandai), dan secara keseluruhan sekolah harus mencapai standar kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan. Keadilan ini begitu penting sehingga para ahli sekolah efektif meningkatkan tujuan sekolah efektif hanya mutu dan keadilan atau “quality dan equity”


(26)

3) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan Meningkatkan efektifitas dan efesien. Efektifitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan ketepat-gunaan semua input yang dipakai dalam proses pendidikan di sekolah, sehingga menghasilkan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan (sesuai tujuan). Dengan menerapkan manajeman berbasis sekolah (MBS) diharapkan setiap sekolah, sesuai kondisi masing-masing, dapat menerapkan metode yang tepat (yang dikuasai) dan input lain yang tepat pula (sesuai lingkungan dan kontek social budaya), sehingga semua input tepat guna dan tepat sasaran. Sementara itu efisien berhubungan dengan nilai uang yang dikeluarkan atau harga (cost) untuk memenuhi semua input (proses dan semua input yang digunakan dengan proses) dibandingkan atau dihubungkan dengan hasilnya (hasil belajar siswa).

4) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen semua stake holders. Akuntabilitas adalah pertanggung jawab atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini pertangung jawaban sekolah lebih pada masalah administrative keuangan dan bersifat vertical sesuai jalur birokrasi. Pertanggung jawaban yang bersifat teknis edukatif terbatas pada pelaksanaan program sesuai petunjuk dan pedoman dari pusat (pusat dalam arti nasional, maupun pusat-pusat birokrasi di bawahanya), tanpa pertanggung jawaban hasil pelaksanaan program.19

Manajeman berbasis sekoah bertujuan untuk mendirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) Kepala sekolah, pemberian fleksibelitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Lebih

19

Umaedi, Hadiyant o, dan Siswant ari, M anajem an Berbasis Sekolah, Universit as t erbuka, 2008, hal 48


(27)

rincinya Download, menyebutkan bahwa manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan untuk :

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian. Fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerja sama, akuntabilitas dan inisiatif sekolah dalam pengelola, memanfaatkan, dan memperdayakan sumberdaya yang tersedia.

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat

dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah dengan mutu pendidikan yang akan dicapai.20

3. Optimalisasi Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan MBS

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dengan melihat dari status dan cara pengangkatan termasuk ke dalam status leader atau formal leader, yang kedudukannya memainkan peranan sebagai pemimpin pendidikan pada sekolah yang menjadi tanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai kepala sekolah mampu berkomunikasi, dengan anggota dan mampu membuat keputusan yang tidak mengganggu struktur keterlibatan individu dalam organisasi. ”.21

Optimalisasi kepala sekolah dalam manajeman berbasis sekolah (MBS), Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkoodinasikan, mengerakkan, dan menyelesaikan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu factor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajeman dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah harus

20

Depart eman Agama RI Direkt or at Jenderal Kelembagaan Islam, Pelaksanaan M anajeman Berbasis M adrasah, 2004,h. 7

21

Nanang fat ah & M uhamad Ali,M anajemen berbasis Sekolah, ( Universit as Terbuka, 2007), cet Ke- 8, hal 85


(28)

memiliki kemampuan mobilisasi sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah.

Optimalisasi Kepala Sekolah dalam kaitanya dengan manajeman berbasis sekolah (MBS) adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapai dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajeman berbasis sekolah (MBS) di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan Kepala sekolah yang efektif dalam manajeman berbasis sekolah (MBS) dapat dilihat berdasarkan criteria berikut :

1) Mampu memperdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif

2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan

4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah

5) Bekerja dengan tim manajeman

6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produkif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan22

4. Komite Sekolah Dalam Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

Komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah. Anggota Komite ini terdiri dari perwakilan stake holder mereka terdiri dari :

22

Nanang fat ah & M uhamad Ali,M anajemen berbasis Sekolah, ( Universit as Terbuka, 2007), cet Ke- 8, hal 86


(29)

1) Kepala sekolah, 2) Perwakilan guru, 3) Perwakilan murid,

4) Perwakilan orang tua murid,

5) Perwakilan tokoh masyarakat setempat yang menaruh kepedulian terhadap kemajuan pendidikan di wilayahnya,

6) Perwakilan dari unsure pengendali mutu pendidikan.23

Dalam hal ini diwakili oleh pengawas sekolah. Perwakilan murid dapat dilihat dari pengurus OSIS, perwakilan guru dipilih dan ditetapkan oleh dewan guru ; bisa guru senior, koordinator mata pelajaran, wali kelas, atau unsure pembantu kepala sekolah, perwakilan orang tua dipilih dan ditetapkan sendiri oleh orang tua murid.

Struktur organisasi komite sekolah menggambarkan tugas-tugas yang akan menjadi kepedulian komite sekolah. Komite sekolah terdiri dari ketua, sektetaris, bendahara dan kelompok anggota yang menangani urusan-urusan khusus; misalnya urusan anggaran sekolah, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum dan layanan belajar, disiplin, kriteria sekolah, dan lainya.

a. Tujuan Komite Sekolah

Secara prinsipil komite sekolah dilihat dari konsepnya maka mengacu pada sebuah lembaga yang mandiri yang mewadahi kontribusi dan peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada unit satuan pendidikan. Tugas komite sekolah antara lain:

1) Merumuskan dan menetapkan berbagai kebijakan pengelolaan sekolah.

2) Mengembangkan program sekolah,

3) Memonitoring pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah, dan

23

Boedjo Sujant o,M anajeman Pendidikan Berbasis Sekolah, M odel Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah,(Jakart a: Rajawali Press), h 59


(30)

4) Pertanggungjawaban mutu pendidikan sekolah secara demokratis dan tranparan.24

Uraiaan di atas mengisyaratkan bahwa komite sekolah adalah Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan, meningkatkan tanggungjawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, menciptakan suasana dan kondisi yang tranparan akuntabel, demokratis dalam penyelenggaraan dan layanan pendidikan yang bermutu.

b. Dasar Yuridis Komite Sekolah

Partisipasi masyarakat melalui komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya jalur sekolah berazaskan pada Pancasila dan diatur sesuai dengan Undang-undang Dasar No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bagian Ketiga, pasal 56, mengisyaratkan bahwa: 1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan komite sekolah

2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis

3) Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah, madrasah sebagaimana dimaksud dalam

24

Nanang Fat t ah, dan M ohammad Ali, M anajeman berbasis sekolah, (Universit as Terbuka), hal 19


(31)

ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.25

c. Optimalisasi Komite Sekolah dalam Mengimplementasikan Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

Dalam menyusun dan melaksanakan program sekolah, maka masyarakat harus dilibatkan, sehingga dapat berperan mempromosikan kepada masyarakat luas. Secara lebih operasional, kepala sekolah dapat menggalang partisipasi masyarakat melalui komite sekolah. Komite sekolah merupakan suatu lembaga yang perlu dibentuk dalam rangka pelaksanaan manajeman berbasis sekolah (MBS). Pada hakekatnya komite sekolah dibentuk untuk membantu mensukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Sehingga apa yang dilaksanakan di sekolah selaras dan sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Jalinan semacam ini dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan.

Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian terhadap apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut senantiasa berusaha dan mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:

Thomas (1979) melihat efektifitas pendidikan dalam kaitannya dengan produktivitas,berdasarkan tiga dimensi berikut ini.

25


(32)

The administrator production function; fungsi ini meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan baik layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik oleh guru, kepala sekolah, maupun pihak lain yang berkepentingan.

The psyclogist s production funtion; fungsi ini melihat produktivitas dari segi keluaran, perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah di capainya dalam periode belajar tertentu di sekolah.

The economic s production funtion; fungsi ini melihat produktivitas sekolah ditinjau dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup harga layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan perolehan (earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu atau di sebut peningkatan nilai yang baik .26

Dapat disimpulkan bahwa efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan antara lain:

a) Saling pengertian antara sekolah dan masyarakat, lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja b) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena

mengetahui manfaat dan pentingnya peran masing-masing c) Kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak

yang ada di masyarakat dan mereka merasa bangga serta ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.

26


(33)

5. Upaya Partisipasi Warga Sekolah dalam Mengoptimalkal MBS

a. Arti Partisipasi

Partisipasi adalah proses dimana stakeholders (warga sekolah dan masyarakat ) terlibat aktif baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengambilan keputusan.27

Di harapkan, partisipasi dapat mendorong warga sekolah dan masyarakat sekitar untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengevaluasian yang menyangkut kepentingan sekolah , baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung.

b. Tujuan Partisipasi

Tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk: (1) meningkatkan dedikasi/kontribusi stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan disekolah, baik dalam bentuk jasa pemikiran/intelektualitas,keterampilan),moral, finansial, dan material/barang; (2) memberdayakan kemampuan yang ada pada stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (3) meningkatkan peran stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik sebagai advisor, supporter, mediator, controller, resource linker, and education provider, dan (4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi : stakeholders sebagai panglima bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

27


(34)

Keberhasilan peningkatan partisipasi stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat diukur dengan beberapa indikator berikut :

a) Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkatkan dalam hal jasa (pemikiran,keterampilan), finansial, moral, material/barang.

b) Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada kepala sekolah, terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan. c) Meningkatnya tanggung jawab stakeholders terhadap

penyelenggaraan pendidikan di sekolah

d) Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk meningkatkan mutu pendidikan.

e) Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu.

f) Keputusan-keputusan yang di buat oleh sekolah benar-benar mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders

dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.28 6. Akuntabilitas

a. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah Pertanggungjawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya.29 Pertanggung jawaban penyelenggaraan sekolah merupakan akumulasi dari keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas pokok dan fungsi sekolah yang perlu disampaikan kepada publik/stakeholders. Akuntabilitas kinerja sekolah adalah perwujudan kewajiban sekolah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan rencana sekolah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

28

Direkt orat PSM P,M anajeman Berbasis Sekolah . . .h. 48

29

Umaedi, Handiyant o, Siswant ar , M anajemen Berbasis Sekolah, Universit as Terbuka, 2008, hal 49


(35)

Akuntabilitas meliputi pertanggungjawabkan penyelenggaraan sekolah yang diwujudkan melalui transparansi dengan cara menyebarluaskan informasi dalam hal:

a) tentukan tujuan program secara jelas dan nyatakan siapa yang bertanggung jawab,

b) tujuan dijabarkan secara spesifik sehingga dapat diukur, c) tentukan garis otoritas,

d) tentukan secara spesifik kondisi tempat tanggung jawab, dan e) penilaian dilakukan untuk menentukan akuntabilitas seseorang.30

Menurut jenisnya, akuntabilitas dapat di kategorikan menjadi 4 : (1) akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabiltas pilihan atas kebijakan yang akan dilaksanakan,(2) akuntabilitas kinerja (product/quality accountability), yaitu akuntabiltas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan sekolah, (3) akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang berhubungan dengan proses, yaitu akuntabilitas yang berhubungan dengan proses, prosedur, aturan main, ketentuan, pedoman,dsb. Dan (4) akuntabilitas keuangan (kejujuran) atau sering disebut (financial accountability), yaitu akuntabilitas yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran uang (cash in and cash out). Sering kali istilah cost accountability juga di gunakan untuk kategori akuntabilitas ini.

b. Tujuan akuntabilitas

Tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu persyarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya. Penyelenggaraan sekolah harus memahami bahwa mereka harus mempertanggung

30

Nanang Fat t ah, M ohammad Ali,M anajeman Berbasis Sekolah, Universit as Terbuka, 2007, hal 336


(36)

jawabkan hasil kerja kepada publik. Selain itu, tujuan akuntabilitas adalah untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan publik dalm pengawasan pelayanan pendidikan, dan untuk mempertanggung jawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada publik.

Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikatir yang jelas. Sistem pengawasan perlu di perkuatdan hasil evaluasi harus dipublikasikan dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi. Sekolah dikatakan memiliki akuntabilitas tinggi jika proses dan hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai tinggi jika proses dan hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai dengan rencana yangtelah di tetapkan sebelumnya.

Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator berikut: (a) meningkatkan kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah, (b) tumbuhnya kesadaran publik tentang hak umtuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, (c) berkurangnya kasus-kasus KKN di sekolah, dan (d) meningkatnya kesesuian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.

7. Langkah-langkah Manajeman berbasis sekolah (MBS)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajeman berbasis sekolah (MBS) akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini :

Pertama, Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuaan dan ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap yang berhasil

Kedua, Adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus lebih bayak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas.


(37)

Ketiga, Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam manajeman berbasis sekolah (MBS) berperan sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan.

Keempat, Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru. Kepala sekolah jangan selalu menegok ke atas sehingga hanya menyenangkan pimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama.

Kelima, Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep manajeman berbasis sekolah (MBS) itu sendiri. Siapa kebagian peran apa dan melakukan apa sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan secara nyata .

Keenam, Adanya guidelines dari departeman pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efesien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah. Artinya tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan manajeman berbasis sekolah (MBS), yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.

Ketujuh, Sekolah harus memiliki transparasi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabanya setiap tahunya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu sekolah harus dijalankan secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait.

Kedelapan, Penerapan manajeman berbasis sekolah (MBS) harus diarahkan untuk pencapaiaan belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwa manajeman berbasis sekolah (MBS) tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar siswa namun berpotensi untuk itu. Oleh karena itu, usaha lebih terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa.

Kesembilan, Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep manajeman berbasis sekolah (MBS), identifikasi peran masing-masing pembangunan kelembagaan capacity building mengadakan pelatihan pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran


(38)

evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.31

Manajeman berbasis sekolah merupakan salah satu upaya permberdayaan sekolah. Dalam MBS, pengambilan keputusan untuk sebagian besar berbasis pada kemampuan internal sekolah dan pada potensi masyarakat lokal. Kepala sekolah dan guru diizinkan dan diberikan ruang gerak membuat keputusan dan menyusun perencanaan yang dipilih dalam bentuk atau gaya yang dianggap layak untuk dipergunakan dalam peningkatan mutu pendididikan.

Bagi sekolah yang sudah beroperasi (sudah ada/berjalan) paling tidak ada enam langkah yaitu :

1) Evaluasi diri self assessment, 2) Perumusan visi, misi, dan tujuan, 3) Perencanaan,

4) Pelaksanaan evaluasi, 5) Evaluasi, dan

6) Pelaporan.32

Masing-masing langkah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Evaluasi diri self assesment

Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi sekolah yang ingin, atau akan melaksanaan manajeman mutu berbasis sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan curah pendapat brainstorming yang dikutip oleh kepala sekolah, guru, seluruh staf, dan anggota komite sekolah. Prakarsa dan pimpinan rapat adalah kepala sekolah. Untuk memancing minat acara rapat dapat dimulai dengan pertanyaan seperti: Perlukah kita meningktkan mutu? Seperti apakah kondisi

31

Nurkholis, M anajeman Berbasis Sekolah (M BS) Teori, M odel dan Aplikasi,, (Jakart a: Grasindo, 2003), h. 132

32

Umaedi, Hadiyant o, dan Siswant ari, M anajeman berbasis Sekolah, Universit as t erbuka, cet Ke-1, h 625


(39)

sekolah/madrasah kita dalam hal mutu pada saat ini? Mengapa sekolah kita tidak/belum bermutu.

Kegiatan ini bertujuan:

a) Mengetahui kondisi sekolah saat ini dalam segala aspeknya (seluruh komponen sekolah), kemajuan yang telah dicapai, maupun masalah-masalah yang dihadapi ataupun kelemahan yang dialami.

b) Refleksi atau Mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran atau keperhatinan akan penting dan perlunya pendidikan yang bermutu, sehingga timbul komitmen bersama untuk meningkatkan mutu sense of quality.

c) Merumuskan titik tolak point of departure bagi sekolah/madrasah yang ingin atau akan mengembangkan diri terutama dalam hal mutu. Titik awal ini penting karena sekolah yang sudah berjalan untuk memperbaiki mutu, mereka tidak berangkat dari nol, melainkan dari kondisi yang dimiliki.

2) Perumusan Visi, Misi, dan tujuan

Bagi sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan misi serta tujuan merupakan langkah awal yang harus dilakukan arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/penyelenggara pendidikan. Kondisi yang diharapkan, diinginkan, dan diimpikan dalam jangka panjang itu, kalau dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebutvisi. Adalah suatu inovasi di dalam dunia manajeman modern, teutama manajeman strategi.33

33

Sudarman Danim, Visi Baru, M anajeman Sekolah, Unit birokrasi ke lembaga Akademik, (Bumi Aksara, 2007), hal 72


(40)

Sedangkan misi, merupakan jabaran dan visi atau merupakan komponen-komponen pokok yang harus direalisasikan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, misi merupakan tugas-tugas pokok yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi.34

Tujuan merupakan tahapan antara atau tonggak penting antara titik berangkat (kondisi awal) dan titik tiba tujuan akhir yang rumusannya tertuang dalam bentuk visi-misi. Tujuan-tujuan antara ini sebagai tujuan jangka menengah kalau tiba saatnya berakhir (tahun yang ditetapkan) akan disusul dengan tujuan berikuutnya, sedangkan visi dan misi (relative/pada umumnya) masih tetap.

3) Perencanaan

Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjawab : apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukanya untuk mewujudkan tujuan (tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan/disepakati pada sekolah yang bersangkutan, termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan yang direncanakan. Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan menetapkan lebih dulu tentang apa-apa yang harus dilakukan prosedurnya serta metode pelaksanaanya untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan organisasi.

4) Pelaksanaan

Apabilah kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajeman yang umumnya kata kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan / pengerakkan atau pemimpin, dan kontrol/pengawasan serta evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan (untuk sekolah) sudah dibahas. Di dalam pelaksanaan tentu masih ada

34


(41)

kegiatan perencanaan-perencanaan yang lebih mikro (kecil) baik yang terkait dengan waktu (bulan, semesteran, bahkan mingguan), atau yang terkait erat dengan kegiatan khusus, misalnya menghadapi lomba bidang studi, atau kegiatan lainnya.

Tahap pelaksanaan, dalam hal ini pada dasarnya menjawab bagaimana semua fungsi manajeman sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan melalui kerjasama dengan orang lain dan dengan sumber daya yang ada dapat berjalan sebagaimana mestinya (efektif dan efisien). Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan merealisasikan apa-apa yang telah direncanakan.

Peran masing-masing itulah yang perlu disoroti di dalam manajeman mutu berbasis sekolah.

a. Peran Kepala Sekolah/Madrasah

Dengan kedudukan sebagai manajer kepala sekolah/madrasah bertanggung jawab atas terlaksananya fungsi-fungsi manajeman. Sebagai perencana kepala sekolah mengidentifikasi dan merumuskan hasil kerja yang ingin dicapai oleh sekolah dan mengidentifikasikan serta merumuskan cara-cara (metode) untuk mencapai hasil yang diharapkan. Peran dalam fungsi ini mencakup: penetapan tujuan, standar penentuan aturan, prosedur kerja di sekolah/madrasah, dan pembuatan rencana, serta peramalan apa yang terjadi untuk masa yang akan dating.

b. Peran Guru dan Staf Sekolah

Peran guru (staf pengajar) sebenarnya tidak jauh berbeda dengan peran kepala sekolah, hanya lingkupnya yang berbeda. Dalam lingkup yang lebih kecil (mikro) yaitu mengelola proses pembelajaran sesuai kelompok belajar atau bidang studi yang


(42)

dipegangganya, setiap guru memahami visi dan misi sekolah, merencanakan proses pembelajaran, (mengorganisasikan bahan siswa, mensinergikan dengan metode dan sumber belajar yang tepat yang ia kuasai), menerapkan kepemimpinan yang demokratis dan memberdayakan siswa dengan mengambil keputusan sesuai kewenangan yang ia miliki dan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan guru lain, dengan siswa, dengan kepala sekolah, dan orang tua. Ia juga memonitor kemajuan siswa, serta melakukan evaluasi perkembangan setiap anak sebagai masukan bagi perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran secara terus menerus. Guru juga member penghargaan bagi siswa yang menunjukan kemajuan dalam belajar (berprestasi) serta memberikan semangat/dorongan (motivasi) serta membantu siswa yang berprestasinya kurang/belum memuaskan.

c. Peran Orang Tua Siswa dan Masyarakat

Peran orang tua dan masyarakat sudah lama dikenal sebagai pusat-pusat pendidikan yang penting di dalam mengembangkan anak (menjadi pribadi mandiri dengan segala ketrampilan hidupnya) bersama-sama dengn sekolah sebagai institusi formal yang terencana, terstruktur, dan teratur melaksanakan fungsi pendidikan.

d. Peran Siswa

Siswa atau murid merupakan subjek utama dan konsumen utamaprime beneficiary dari segala upaya yang dilaksanakan oleh penyelenggara satuan pendidikan bersama manajeman yang terlibat didalamnya. Dalam posisinya yang menjadi subjek tujuan pendidikan itu, maka keinginan dan harapan mereka, motivasi mereka, serta komitmen keterlibatan mereka menjadi penting.


(43)

Salah satu cara untuk mengkomodasi kepentingan mereka mendendengarkan suara mereka.

5) Evaluasi

Evaluasi sebagai salah satu tahapan dalam manajeman berbasis sekolah (MBS) merupakan kegiatan yang penting untuk mengetahui kemajuan ataupun hasil yang dicapi oleh kepala sekolah di dalam melaksanakan fungsinya sesuai rencana yang telah dibuat sendiri oleh masing-masing sekolah. Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi menyeluruh, menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan yaitu bidang teknis edukatif (pelaksanaan kurikulum/proses pembelajaran dengan segala aspeknya), bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang sarana prasarana, dan administrasi ketatalaksanaan sekolah. Sungguhpun demikian, bidang teknis edukatif harus menjadi sorotan utama dengan focus pada capaian hasil (prestasi belajar siswa).

6) Pelaporan

Pelaporan disini diartikan sebagai pemberian atau penyampaian informasi tertulis dan resmi kepada berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder mengenai aktifitas manajeman satuan pendidikan dan hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang telah ditetapkan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi di dalam satuan pendidikan tersebut.

Kegiatan pelaporan sebenarnya merupakan kelanjutan kegiatan evaluasi dalam bentuk mengkomunikasikan hasil evaluasi secara resmi kepada berbagai pihak sebagai pertanggung jawaban mengenai apa-apa yang telah dikerjakan oleh sekolah beserta hasil-hasilnya. Hanya perlu dicatat disini bahwa sesuai keperluan dan urgensinya tidak semua hasil evaluasi masuk dalam laporan (pelaporan). Ada hasil evaluasi tertentu yang pemanfaatanya bersifat internal (untuk


(44)

kalangan dalam sekolah sendiri), ada yang untuk kepentingan ekternal (pihak luar), bahkan masing-masing stakeholder mungkin memerlukan laporan yang berbeda fokus pada laporan tertentu. Di samping itu, sebagai dokumen terulis resmi yang menyangkut pertanggungjawaban serta reputasi lembaga pendidikan, sungguhpun isinya harus berdasarkan data dan informasi yang benar laporan memiliki tujuan tertentu sesuai dengan peran institusi yang dikirimi atau pembacanya.


(45)

B. Kerangka Berfikir

Manajeman berbasis sekolah (MBS) atau “School based management

bukanlah sesuatu yang asli Indonesia, meskipun esensi tertentu sebenarnya sudah berada (eksis) di Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka yang terbukti dengan adanya berbagai lembaga pendidikan swasta (swadaya masyarakat), bahkan sebagian besar berbentuk lembaga pendidikan “tradisional” baik yang berlandasan agama maupun budaya. Diperkenalkannya manajeman berbasis sekolah (MBS) di Indonesia cukup mendapat respon/tanggapan yang positif, meskipun disana-sini ada pro kontra baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Baik yang antusias menerima, mereka ingin segera memperoleh kepastian, ingin memperoleh pedoman, petunjuk dan sebagainy, bahkan menuntut adanya definisi/batasan pengertian yang pasti.

Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektif, kualitas/mutu, efisien, inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat memperhatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius.

Terkait dengan desentralisasi, MBS dikembangkan untuk membangun sekolah yang efektif. Hanya saja, konsep desentralisasi model MBS mengacu kepada sekolah mandiri. Depdiknas merumuskan pengertian MBS sebagai model manajeman yang member otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasi yang melibatkan warga sekolah. MBS ditawarkan sebagai salah satu alternative jawaban pemberi otonomi daerah di bidang pendidikan, mengigat prinsip dan kecenderungan yang mengembalikan pengelolaan manajeman sekolah kepada pihak-pihak yang dianggap paling mengetahui kebutuhan riel sekolah.

Untuk menjawab penelitian ini, terutama yang terkait dengan optimalisasi manajemen berbasis sekolah, maka penelitian ini mengadopsi teori Nurcholis dalam buku ” Manajemen Berbasis Sekolah, Teori dan Praktek” tentang tujuan optimalisasi manajemen berbasis sekolah yang dirumuskan sebagai berikut:


(46)

Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Dengan demikian sekolah dapat menyusun strategi dan langkah-langkah dalam meningkatkan mutu sekolah, memperbaiki kelemahan dengan mengoptimalkan sumberdaya manusia yang tersedia.

Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelolah sekolahnya, sehingga sekolah itu lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tertentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Dengan fleksibilitas /keluwesanya, sekolah akan lebih lincah dalam mengelolah dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal. Demikian juga dengan partisipasi/pelibatan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah, maka rasa memiliki mereka terhadap sekolah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat dalam pendidikan. Baik peningkatan otonomi sekolah, fleksibilitas pengelola sumberdaya sekolah maupun partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(47)

GAMBAR KERANGKA FIKIR

kondisi Awal Kekurangan

§ Kurangnya partisipasi masyarakat

§ Rendahnya kompetensi kepala sekolah

§ kurangnya pengelolaan pendidikan dalam peningkatan mutu sekolah

§ Rendahnya profesionalisme guru

§ Kurangnya pemahaman terhadap konsep dan pelaksanaan MBS

Belum optimalnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)

Strategi

§Pelatihan pelaksanaan MBS

§Melibatkan masyarakat melalui komite sekolah

§Studi banding ke sekolah lain

§Meningkatkan akuntabilitas kepada warga sekolah

Hasil

Penerapan MBS yang efektif atau optimal I N P U P R O S O U T P U F E E D B


(48)

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Yapenda Jakarta utara mulai bulan Mei 2010 mengenai Optimalisasi Pelaksanaan Manajeman Berbasis Sekolah di SMA Yapenda Jakarta utara.

B. Pendekatan dan Metode

Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survei. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan

(Field research) dimana penulis mengumpulkan dan menganalisa data-data yang berkaitan dengan manajerial kepala sekolah dan disiplin kerja guru, sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat di buktikan relevansinya C. Populasi dan Sample

a. Populasi

Populasi dalam penilitian ini adalah seluruh guru yang berjumlah 38 orang guru

b. Sampel

Sampel penelitian ini berjumlah 25 orang guru, hal ini disebabkan kesibukan dan ketidaksediaan sebagian guru untuk menjadi sampel dalam peneliatian.


(49)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi; observasi yang dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah, sarana dan prasarana serta data yang mendukung lainnya di SMA Yapenda Jakarta utara.

2. Angket; yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan disertai pilihan jawaban yang sudah disediakan. Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan bentuk pilihan ganda, dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang telah tersedia. Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang pendapat atau pandangan responden terhadap optimalisasi menajemen berbasis sekolah

3. Wawancara; yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan Tanya jawab antar peneliti dengan Kepala sekolah, Kepala Tata Usaha, dan Komite Sekolah di SMA Yapenda yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan diteliti.

E. Teknik pengolahan data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan saja orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.

Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui pelaksanaan Manajeman berbasis sekolahdi SMA yapenda, maka data yang penulis peroleh dari angket yang disebarkan, diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut


(50)

1. Editing

Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisannya, dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenarang pengisian dan kejelasan penulisannya.

2. Coding,

Memberikan code pada hasil angket yang telah disebarkan kepada responden

3. Tabulating

Tabulating ini bertujuan mendapatkan frekuensi dalam tahap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu table yang mempunyai kolom pada setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban responden yang satu dengan yang lain.

4. Presentase

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang diperoleh Optimalisasi pelaksanaan manajeman berbasis sekolah di SMA Yapenda. Angka presentase ini diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus statistik presentase sebagai berikut:

P = x 100 N

Keterangan: P = Presentase

= Frekuensi jawaban responden N = Jumlah data responden


(51)

Kriteria Alternatif Jawaban

No Alternatif Jawaban Skor

1. Selalu 4

2. Sering 3

3. Kadang-Kadang 2 4. Tidak Pernah 1

Data Setiap quesioner disediakan alternatif jawaban dari setiap pertanyaan diantaranya adalah :

SL : Selalu S : Sering

KD : Kadang-kadang TP : Tidak Pernah

Dari data hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas selanjutnya adalah nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masing-masing aspek yang diteliti, berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan persentase, maka digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.

b. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.

c. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus. %

100 x NH NS P=

Dapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu table yang didalam langsung dibuat frekuensi dan prosentase


(52)

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan Manajeman berbasis sekolah di SMA Yapenda. Angket ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang memiliki empat pilihan alternatif jawaban yaitu selalu (SB), sering (B), kadang-kadang (KB) dan tidak pernah (SKB).

Responden hanya memilih satu dari empat alternatif jawaban tersebut sesuai dengan pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket yang digunakan terdiri dari 27 butir soal yang disebarkan kepada 25 orang guru.

No VARIABEL KOMPONEN INDIKATOR 1. Optimalisasi

Pelaksanaan Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

1. Pelaksanaan Kurikulum Manajeman Berbasis Sekolah

2. SDM

a. Kepala Sekolah

-Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah.

-Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan -Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua masyarakat, dan pemerintah tentang mutu pendidikan

-Mengoptimalkan suberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolah

-Pengambilan keputusan partisipatif

-Meningkatkan profesionalisme tenaga kerja sekolah

-Meningkatkan kemandirian dan keterbukaan manajeman sekolah


(53)

c. TU

d. Kesiswaan

3. Komite Sekolah dalam

pelaksanaan manajeman berbasis sekolah

pendidikan

-Meningkatkan prestasi siswa

-Kepemimpinan Kepala Sekolah yang demokratis -Memiliki harapan prestasi yang tinggi

-Komite Sekolah mengadakan rapat rutin dengan Kepala Sekolah dan Dewan Guru

-Komite sekolah bersama-sama merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah

-Komite sekolah bersama-sama sekolah menyusun dan menetapkan rencana program sekolah tahunan termasuk RAPBS

-Komite sekolah membantu kesejahteraan guru -Komite sekolah bekerjasama dengan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan -Komite sekolah memberikan respon terhadap kurikulum yang ada

-Komite sekolah menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat

-Komite sekolah membantu Kepala sekolah dan guru dalam menevaluasi program diakhir tahun

-Partisipasi dalam bentuk pemikiran -Partisipasi dalam bentuk Materi/Barang

-Partisipasi dalam bentu uang untuk pembangunan sarana prasarana


(54)

4. Partisipasi orang tua dan

masyarakat dalam pelaksanaan MBS

5. Akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS

- -Mengadakan audit RAPBS

-Menyusun laporan pertanggung jawaban pengguna dana

--Menghimpun dan memotivasi bentuk-bentuk partisipasi masyarakat


(55)

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMA Yapenda Jakarta Utara

SMA Yapenda didirikan pada tahun 1979 bertempat Jl. Sulawesi Tj. Priuk Jakarta Utara. Pertama kali dibuka pada sekolah malam, mayoritas yang sekolah orang-orang yang sudah bekerja. Pada tahun pelajaran 1980-1981 dipindahkan ke jalan gotong royong lima No 10 Kel Kebun Bawang Tj Priuk Jakarta utara. Kemudian dipindahkan pagi hari dibuka secara umum, dengan jumlah siswa 85 siswa 2 kelas. Dengan 2 jurusan IPA dan IPS. Pada tahun 1983 izin oprasional dengan No Kep. 369/I/1.AI/A80-81. Pada tahun 1982-1983 ujian dilaksanakan dan bergabung dengan SMA Negeri 40 Jakarta utara dengan status Diakui. Dengan tingkat kelulusan 96%. Pada tahun 1983-1984 yang mendaftar hingga lima kelas dengan status sekolah Diakui, dengan tingkat kelulusan 100%. Pada tahun 1985-1986 hasil akriditasi Disamakan dengan jumlah siswa 7 kelas dengan ujian 100%. Kemudian pada tahun 1986-1987 jalan gotong royong diganti jalan Swasembada timur V No 10 Kel Kebun Bawang Tanjung Priuk Jakarta utara. Pada tahun 1986-2005 dengan jumlah penerimaan 6 kelas dan tiap tahunnya 4-7 yang diterima di perguruan negeri. Pada tahun 2005-2006 status Akreditasi”A” dengan nilai (96,33), pada tahun 2006 hingga sekarang sekolah sudah menggunakan


(56)

sistem pembelajaran SKS. Pada tahun 2007-2008 status sekolah meningkat Akreditasi ”A” (97,28) dengan jumlah guru 47, kemudian pada tahun 2008-2009 dengan jumlah siswa 481 dengan jumlah guru 47, guru tetap 10, karyawan 13 pada tahun 2009-2010 jumlah siswa 318 jumlah guru 38 karyawan 10. Lokasi sekolah sangat strategis, karena mudah dijangkau dari segala arah serta berada dipemukiman penduduk. SMA Yapenda dibawah yayasan memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang cukup memadai, ruang kelas dilengkapi Proyektor, Air condition (AC), dan bahkan sudah menggunakan jaringan internet.

SMA Yapenda sebagaimana sekolah lain sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan menerapkan disiplin yang tinggi, didukung oleh tenaga edukatif yang profesional dan fasilitas yang memadai. SMA Yapenda secara kontinu melaksanakan inovasi dibidang pendidikan.

2. Visi & Misi

Membangun Kecerdasan Spiritual, Emosional, dan Intelektual Misi

• Meningkatkan sikap takwa kepada tuhan yang maha esa

• Menumbuh kembangkan sikap toreransi umat beragama

• Membangun sikap mandiri, santun, disiplin, dan bertanggung jawab.

Tujuan

• Sekolah memiliki pencapaiaan standar isi kurikulum KTSP berbasis kopetensi (KBK)

• Sekolah meningkatkan profesional guru

• Sekolah mengadakan monitoring & evaluasi terhadap kinerja guru dan karyawan

• Sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif. 3. Keadaan Sekolah


(57)

a. Sarana dan Prasarana

Salah satu hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan adalah dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terdiri dari gedung, ruang belajar, dan fasilitas lain. Di SMA Yapenda kelengkapannya cukup memadai. Beberapa ruangan dilengkapi komputer, AC, dan bahkan sudah menggunakan internet.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah cukup memadai dan lengkap untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar juga diperlukan media pengajaran yang memadai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berikut ini media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di SMA Yapenda : Papan tulis, Peta, Media LCD, dan Anatomi Manusia.

b. Keadaan Guru

Tenaga pendidik atau guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru di SMA Yapenda sebagian besar lulusan kependidikan, jadi memang sudah benar-benar menguasai dalam bidang pendidikan. Kualitas pengajaran dilengkapi dengan ruang multimedia. Tenaga pengajar di SMA Yapenda berjumlah 38 guru terdiri dari 17 Perempuan dan 21 Laki-laki.

c. Tenaga Kependidikan

Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya dibantu beberapa karyawan di SMA Yapenda sebanyak 11 orang karyawan terdiri dari urusan tata usaha, bagian keuangan, perpustakaan, bagian kebersihan, dan keamanan.


(58)

Siswa adalah salah satu komponen dalam pendidikan yang sangat penting. Ditinjau dari beberapa aspek, siswa Yapenda cukup berarti dalam bidang eksakulikuler. Seperti Karate, Pramuka, dan Marawis.

Siswa SMA Yapenda tahun pelajaran 2010 berjumlah 318 yang terbagi dalam tiga kelas yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Untuk lebih lengkapnya lihat tabel di bawah ini.

Data Jumlah Siswa SMA Yapenda

Jumlah Siswa Kelas Program Studi Rombongan Belajar

L P Jml

Kelas X 2 28 30 58

IPA 1 13 18 31

IPS 2 27 32 59

Kelas XI

BAHASA 1 11 9 20

IPA 2 27 30 57

IPS 2 31 36 67

Kelas XII

BAHASA 1 17 9 26

Total 154 164 318

5. Kegiatan Pembelajaran

SMA Yapenda memiliki waktu belajar dari hari senin sampai hari jum’at. Kegiatan belajar mengajar menggunakan sistem pergantian guru setiap mata pelajaran. Sedangkan kegiatan pembelajaran dimulai pukul 07.00 WIB sampai 14.30 lebih jelasnya lihat lampiran 6.


(59)

B. Analisis Data

1. Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah melalui penyebaran angket kepada guru, adapun hasil perolehan angket yang telah disebarkan kepada guru-guru SMA Yapenda ini diuraikan dan tabulasikan menjadi distribusi frekuenssi seperti di bawah ini:

Tabel 1

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah.

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 13 52

2 SERING 12 48

3 KADANG-KADANG 0 0

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 1 responden yang menjawab selalu 52%, yang menjawab sering 48%, yang menjawab kadang-kadang 0%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan dalam pelaksanaan MBS sekolah mampu meningkatkan mutu melalui kemandirian, antara lain sistem pembelajaran menggunakan sistem kredit semester (SKS), menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

Tabel 2

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 8 32

2 SERING 16 64

3 KADANG-KADANG 1 4


(60)

JUMLAH 25 100

Dari tabel 2 responden yang menjawab sering 64%, yang menjawab selalu 32%, yang menjawab kadang-kadang 4%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggarakan pendidikan baik, antara lain tenaga, pikiran, dan undangan apabilah sekolah mengadakan acara selalu menghadiri.

Tabel 3

Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu pendidikan

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 11 44

2 SERING 12 48

3 KADANG-KADANG 2 8

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 3 responden yang menjawab sering 48 %, yang menjawab selalu 44%, yang menjawab kadang-kadang 8%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah siap dipertanggungjawabkan. Tanggungjawab disini adalah memberikan bimbingan kepada murid yang belum memahami pelajaran disediakan remedial untuk mengulang pelajaran.

Tabel 4

Mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolah

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 9 36

2 SERING 14 56


(61)

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 4 responden yang menjawab sering 56%, yang menjawab selalu 36%, yang menjawab kadang-kadang 8%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa didalam penggunakan sumberdaya sering digunakan secara optimal ini terlihat dari tabel di atas 56% menjawab sering dikarenakan guru wajib menggunakan fasilitas sekolah di dalam pengajaran.

Tabel 5

Pengambilan keputusan partisipatif

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 10 40

2 SERING 14 56

3 KADANG-KADANG 1 4

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 5, responden yang menjawab sering 56 %, yang menjawab selalu 40%, yang menjawab kadang-kadang 4%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam pengambilan keputusan sering melibatkan warga sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staff tata usaha, guru, dan komite sekolah), ini terlihat dari tabel di atas 56% menjawab sering.


(62)

Tabel 6

Meningkatkan profesionalisme tenaga kerja sekolah

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 7 28

2 SERING 15 60

3 KADANG-KADANG 3 12

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 6, responen yang menjawab sering 60%, yang menjawab selalu 28%, yang menjawab kadang-kadang 12%, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan para guru sering mengikuti seminar tentang pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kerja ini terlihat dari tabel di atas menjawab sering 60% .

Tabel 7

Meningkatkan kemandirian dan keterbukaan manajeman sekolah

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 7 28

2 SERING 16 64

3 KADANG-KADANG 1 4

4 TIDAK PERNAH 1 4

JUMLAH 25 100

Dari tabel 7, responden yang menjawab sering 64 %, selalu 28%, yang menjawab kadang-kadang 4%, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan sekolah sering di audit oleh intansi yang terkait ini terlihat dari tabel di atas yang menjawab sering 64%.


(63)

Tabel 8

Optimalisasi proses pembelajaran

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 8 32

2 SERING 17 68

3 KADANG-KADANG 0 0

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari 8, responden yang menjawab sering 68 %, yang menjawab selalu 32%, yang menjawab kadang-kadang 0 %, dan yang menjawb tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan pengawas sering mendiskusikan metode-metode mengajar kepada guru.

Tabel 9

Memiliki SDM yang kompeten

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 11 44

2 SERING 13 52

3 KADANG-KADANG 1 4

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 9, responden yang menjawab selalu 44 %, yang menjawab sering 52%, yang menjawab kadang-kadang 4%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan dalam penerimaan SDM (guru, staff tata usaha) sering dilihat dari latar belakang pendidikan terakhir ini terlihat dari tabel di atas.


(64)

Tabel 10

Meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan pendidikan

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 7 28

2 SERING 16 64

3 KADANG-KADANG 2 8

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 10, responden yang menjawab sering 64 %,yang menjawab selalu 28%, yang menjawab kadang-kadang 8%, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan pengawas sering memberikan bimbingan dan penilaian dalam penyusunan satuan pembelajaran (RPP).

Tabel 11

Meningkatkan prestasi siswa

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 8 32

2 SERING 15 60

3 KADANG-KADANG 1 4

4 TIDAK PERNAH 1 4

JUMLAH 25 100

Dari tabel 11, responden yang menjawab sering 60%, yang menjawab selalu 32%, yang menjawab kadang-kadang 4%dan yang menjawab tidak pernah 4%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan guru sering memberikan bimbingan/informasi baru kepada siswa mengenai mutu pendidikan.


(65)

Tabel 12

Kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 8 32

2 SERING 15 60

3 KADANG-KADANG 2 8

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 12, responden yang menjawab sering 60 %, yang menjawab elalu 32%, yang menjawab kadang-kadang 8 %, dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepala sekolah sering mendengarkan suara minoritas.

Tabel 13

Memiliki harapan prestasi yang tinggi

NO Jawaban Alternatif F %

1 SELALU 10 40

2 SERING 12 48

3 KADANG-KADANG 3 12

4 TIDAK PERNAH 0 0

JUMLAH 25 100

Dari tabel 13, responden yang menjawab sering 48 %, yang menjawab selalu 40%, yang menjawab kadang-kadang 12 %, dan yang menjawab tidak pernah 0%. Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan sekolah sering melakukan pengawasan terhadap siswa agar mampu mencapai prestasi yang maksimal.


(1)

23 Eko Sri Sulistyowati, S.Pd P Universitas Veteran Matematika

24 Wahyu Dawam, S.Pd L STKIP Kusuma Negara Bahasa Inggris

25 Rahimudin, S.Pd L IKIP Ujung pandang Kimia

26 Drs. Ismail Ohoiulun L UHAMKA Sejarah/BP

27 Kardinata, SS L IAIN JKT Bahasa Arab

28 Defrizal, S.Sn L STSI Surakarta Kesenian

29 Yernelly, S.Pd P IKIP Bandung Kimia

30 Dwi Nurul Iman L Salahudin Al-Ayubi Agama Islam

31 Lisa Sufiani, S.Pd P IKIP Muhamadiyah Fisika

32 Casdulo L - IKIP JKT Penjasker

33 Sutarto, S.Kom L - BSI Jakarta TIK

34 Edy Sucipto, S.Pd L - Un. Indraprasta Bhs. Inggris

35 Huria Ahyani Fitri, SS P - Univ. Indonesia Bahasa Jepang

36 Anshari Hasan L - IKIP Muhamadiyah Fisika

37 Sholihati Utami, SS P - STBA LIA Bahasa Inggris

38 Ratna Dewi, S.Pd. P - UHAMKA Bahasa Indonesia


(2)

Lampiran 6

Tabel. 6

Jam Pergantian Pelajaran SMA Yapenda

No

Jam Ke

Waktu

1

07.00-07.35

2

07.35-08.10

3

08.10-08.45

4

08.45-09.20

Istirahat

09.20-10.05

5

10.05-11.40

6

11.40-12.15

7

12.15-12.55

Istirahat

12.55-13.20

8

13.20-13.55

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10


(3)

(4)

(5)

(6)