Ketorolak Petidin PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA KETOROLAK DAN PETIDIN SEBAGAI OBAT ANTI NYERI PASCAOPERASI

Kelly et al., 2001. Kornu posterior ini dapat diibaratkan sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup atau terbuka dalam menyalurkan asupan nyeri. Peristiwa terbuka dan tertutupnya pintu gerbang tersebut diperankan oleh sistem analgesik endogen di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat pribadi dan subjektif pada setiap orang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pendidikan, kepribadian, status emosional, dan jenis kelamin Tanra, 2005. 4 Persepsi Persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang kompleks dari proses transduksi, trasmisi, dan modulasi yang diterjemahkan oleh daerah somatosensorik korteks serebri berupa perasaan subjektif sebagai persepsi nyeri Sylvia AP and Lorraine MW, 2006.

2. Ketorolak

Ketorolak adalah suatu obat analgetik anti inflamasi non steroid OAINS yang menunjukkan efek analgesik yang potensial namun efek anti inflamasinya sedang, dapat diberikan secara intramuskular atau intravena. Obat ini sangat berguna untuk mencegah nyeri pasca bedah, baik sebagai obat tunggal atau diberikan bersama opioid. Marino and Sutin, 2007 commit to user Ketorolak secara kompetitif menghambat kedua isoenzim siklooksigenase COX, COX - 1, dan COX - 2, dengan cara memblokade ikatan arakhidonat yang menghasilkan efek farmakologis anti inflamasi, analgesia, dan anti pireksia Wong, 1996. Ketorolak 30 mg intra muskular memberikan efek analgesia yang setara dengan morfin 10 mg atau meperidin 100 mg. Keuntungan penting dari ketorolak untuk terapi analgesi yaitu tidak menimbulkan depresi pernafasan atau depresi kardiovaskular Wong, 1996.

a. Farmakokinetik

Ketorolak dimetabolisme terutama oleh sitokrom P450 kemudian dikonjugasi asam glukoronat. Pada pemberian dosis tunggal intravena waktu paruh 5,2 jam, puncak analgetik dicapai dalam 2 jam. Lama analgetik 4 - 6 jam. Ekskresi terutama melalui ginjal 91,4 dan melalui feses 6,1 Burke et al., 2006.

b. Farmakodinamik

Ketorolak merupakan suatu analgesik non narkotik. Obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid yang menunjukkan aktivitas anti piretik yang lemah dan anti inflamasi. Ketorolak mengganggu sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase COX dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opioid Burke et al., 2006. perpustakaan.uns.ac.id commit to user

3. Petidin

Petidin atau meperidin termasuk dalam analgetik golongan narkotik. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1939 oleh Eisleb dan Schaumann. Rumus kimia dari meperidin adalah etil – 1 – metil – 4 – fenilpiperidin – karboksilat Kramer, 1997; Morgan et al., 2002. Meperidin bekerja pada tempat spesifik pada susunan saraf pusat yang disebut reseptor opioid, di mana tempat kerja meperidin secara spesifik adalah pada re septor κ Horn, 1998. Petidin menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas, dan efek sentral lain Santoso, 2003.

a. Farmakokinetik

Jalur pemberian meperidin sama seperti dengan morfin. Pada pemberian secara intramuskuler, meperidin diabsorbsi secara cepat dan komplit, di mana kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 20 – 60 menit Kramer, 1997; Rushman et al., 1998; Stoelting, 1999. Bioavailabilitas secara oral mencapai 45 - 75 . Meperidin 64 teikat pada protein plasma, dengan lama kerja 2 – 4 jam dan waktu paruh eliminasinya adalah 3 – 4 jam Kramer, 1997; Rushman et al., 1998. Rata –rata metabolisme meperidin adalah 17 per jam Stoelting, 1999. Meperidin 80 dimetabolisme di hati melalui proses hidrolisis dan dimetilasi menjadi normeperidin dan asam meperidinat. Setelah mengalami konjugasi akan dikeluarkan melelui ginjal Kramer, 1997; Rushman et al., 1998. Sebanyak 5 perpustakaan.uns.ac.id commit to user - 10 meperidin diekskresikan melalui ginjal tanpa mengalami perubahan, sedangkan kurang dari 10 diekskresi melalui sistem bilier Rushman et al., 1998.

b. Farmakodinamik

Meperidin mempunyai efek analgesia, sedasi, euforia, dan depresi pernapasan. Efek yang menonjol adalah analgesia. Pada pemberian secara intramuskuler dengan dosis 50 – 76 mg, akan meningkatkan ambang nyeri sampai 50 Kramer, 1997; Stoelting, 1999. Tekanan darah akan mengalami sedikit penurunan pada pemberian meperidin dosis tinggi. Selain itu juga menyebabkan hipotensi orthostatik oleh karena hilangnya refleks sistem saraf simpatis kompensatorik. Pada penggunaan usus besar, kontraktilitas otot jantung akan menurun, menurunkan volume sekuncup dan tekanan pengisian jantung akan meningkat Kramer, 1997. Pada sistem respirasi, frekuensi nafas kurang dipengaruhi. Depresi pernapasan terjadi terutama karena penurunan volume tidal dan penurunan kepekaan pusat nafas terhadap CO 2 . Selain itu, pemakaian meperidin dapat mengurangi spasme bronkus. Sedangkan, pada otak, penggunaan meperidin akan mengurangi konsumsi oksigen otak, aliran darah otak, dan menurunkan tekanan intra kranial Morgan et al., 2002. perpustakaan.uns.ac.id commit to user

4. Propofol