Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

2 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bunyi bahasa sering dijadikan objek penelitian para linguis. Hal tersebut karena banyaknya bahasa lisan di dunia menyebabkan para linguis tertarik melakukan penelitian terhadap bahasa tersebut. Hal ini dapat terlihat di Indonesia yang memiliki kekayaan bahasa lisan, yakni berjumlah 726 bahasa daerah. Dari 726 bahasa daerah tersebut, bahasa daerah yang sudah memiliki sistem aksara hanya berjumlah sebelas. Dalam hal ini, bahasa daerah yang belum memiliki aksara berjumlah 715. Hal ini membuktikan bahwa bahasa-bahasa di Indonesia memiliki akar kelisanan kuat. Hal ini diungkapkan pula oleh Sugiyono 2003: 2 sebagai berikut. “Dari beratus-ratus bahasa yang ada di Indonesia, hanya kurang lebih sebelas bahasa saja yang memiliki sistem aksara. Kesebelas bahasa itu adalah bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bugis Makassar, bahasa Karo, bahasa Mandailing, bahasa Toba, bahasa Rejang, bahasa Kerinci, bahasa Lampung, dan bahasa Melayu. Itu pun saat ini fungsi sistem aksara itu sudah digantikan oleh aksara latin. ” Berdasarkan pendapat Sugiyono di atas, hal tersebut menunjukan bahwa bahasa-bahasa di Indonesia memang dirancang dengan kelisanan yang amat kental. Berbagai kajian terhadap tata bahasa untuk tata bahasa lisan, khususnya bahasa yang tidak mengenal bahasa tulis adalah tidak tepat apabila tidak memfokuskan kajian pada aspek kelisanan bahasa. Sugiyono 2003, hlm.3 mengungkapkan bahwa Saussure tidak hanya menganggap bahasa adalah sebuah deretan fonem yang secara sintagmatik membentuk sebuah makna, melainkan sederetan gejala atau citra akustik. Sehingga, esensi bahasa lisan dalam hal ini merupakan gejala akustik. Gejala akustik ini merupakan realisasi aspek semantis sebuah bahasa. Oleh karena itu, penelitian bahasa lisan harus bertumpu pada bentuk akustik bahasa, tanpa mengabaikan ciri semantis bentuk-bentuk tuturan yang dikaji. Penelitian bahasa lisan cenderung bersifat natural dan tidak formal. Dalam hal ini, bahasa lisan mempunyai pembentukan kata dan aturan pengkalimatan yang 3 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa tulis yang umumnya cenderung formal dan dibakukan Sugiyono, 2003, hlm.3. Penelitian bahasa lisan memiliki keunikan. Unik dalam hal ini mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Ciri khas ini bisa berupa sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem lainnya. Salah satu contoh bahasa yang memiliki keunikan dari sistem bunyi dapat terlihat pada penutur asli bahasa Korea BK. Gejala akustik nada,durasi, dan tekanan penutur asli BK dalam merealiasikan bahasa Indonesia terpengaruh oleh bahasa Korea sehingga gejala akustik yang muncul berbeda. Perbedaan gejala akustik ini berhubungan dengan kajian ilmu Dialektologi. Bahasa korea memiliki rumpun bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Menurut Chaer 2007, hlm.75, bahasa Korea termasuk pada rumpun Ural-Altai, sedangkan bahasa Indonesia termasuk rumpun Austronesia. Bahasa Korea memiliki dialek yang beragam setiap wilayah, seperti daerah Busan yang menggunakan dialek Busan atau Satoori Busan. Dialek Busan termasuk dalam dialek Kyeongsangdo. Dialek Busan adalah dialek yang memiliki intonasi yang khas dibandingkan dengan dialek lain yang berada di Korea. Dialek Busan lebih banyak menekankan pada Intonasi yang kental dan jelas. Haerajjing 2012 menyatakan bahwa perumpamaan dialek Busan seperti dialek Jawa yang sangat kental. Saat ini, banyak penutur asli Korea yang belajar bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penutur asli bahasa Korea tentu memiliki keunikan dalam merealisasikan bahasa Indonesia. Dialek bahasa Korea akan melekat kental pada tuturan bahasa Indonesia. intonasi ini sangat menarik untuk diteliti karena penelitian ini akan mengungkap bagaimana ciri akustik penutur asli bahasa Korea dalam merealisasikan bahasa Indonesia. Penelitian ini akan mengungkap tekanan, nada, dan durasi. Hal tersebut akan tergambar pada realisasi fon yang diujarkan penutur asli bahasa Indonesia. Penelitian 4 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ini bisa dilanjutkan dalam ranah preskriptif pendidikan untuk pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing dalam hal penguasaan Intonasi BI. Hal tersebut merujuk pada teori bilingualisme dwibahasa, seorang dwibahasawan dituntut untuk memiliki kompetensi bahasa atau lebih secara sama, baik dalam kompetensi kebahasaaan, maupun intonasi dari bahasa yang dikuasai. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang muncul yakni banyak orang yang mempelajari bahasa kedua bahasa tujuan hanya berfokus pada penguasaan tataran kata dan kalimat saja. Padahal, intonasi pun harus diperhatikan pula. Intonasi dalam hal ini merupakan elemen bahasa yang mampu membedakan makna sebuah ujaran. Intonasi penutur asli bahasa Korea tentu saja tidak sama dengan intonasi penutur asli BI. Hal tersebut karena bahasa Korea dan Indonesia memiliki vokal dan konsonan yang berbeda. Bahasa Korea memiliki konsonan dan vokal yang mudah dibedakan. Terutama, konsonan bahasa Korea menunjukan lokasi bibir, mulut, dan lidah dengan sangat logis. Haerajjing 2012 mengatakan bahwa bahasa Korea memiliki intonasi yang jelas. Bahasa Korea pun diakui sebagai bahasa logis di dunia karena konsonan dan vokal sangat mudah dibedakan KBS World Radio, 2012. Permasalahan yang muncul adalah para penutur asli BK sering merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan penutur asli BI dengan intonasi tertentu. Seringkali terjadi pengulangan tuturan agar mampu dipahami oleh penutur asli BI. Hal tersebut karena, vokal dan konsonan bahasa Korea mudah diucapkan dibandingkan dengan vokal dan konsonan pada bahasa Indonesia. Hal yang hendak diteliti pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh akustik BK pada ciri akustik bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penutur asli bahasa Korea yang diteliti berasal dari Busan dengan dialek Kyeongsangdo. Dialek Kyeongsangdo yang diambil merupakan dialek yang sangat kental dan mempunyai ciri khas dibanding dengan dialek lain di Korea Haera, 2012, sedangkan penutur asli bahasa Indonesia yang diambil berasal dari Bandung dengan dialek Sunda Bandung sebagai gambaran ciri akustik bahasa Indonesia. Hal tersebut karena penutur 5 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indonesia berdialek Sunda Bandung cenderung lebih mudah terkontaminasi oleh bahasa lain. Dalam hal ini, tingkat loyalitas penutur Sunda Bandung sangat kurang. Berbeda dengan penutur Jawa, tingkat loyalitas penutur Jawa masih tinggi. Beberapa ahli bahasa di Indonesia mengungkapkan bahwa bahasa Sunda terancam punah. Republika online menyatakan bahwa “Kepala UPTD Balai Pengembangan Bahasa Daerah Jawa Barat, Husen M. Hasan mengatakan, sudah banyak warga atau para pemuda khususnya ya ng meninggalkan bahasa Sunda”. Oleh karena itu, penutur Sunda Bandung dapat menjadi gambaran ciri akustik BI. Penelitian ini menggunakan ilmu fonetik akustik dengan melihat struktur melodik dan struktur temporal. Nicholic 2007, hlm.5 menjelaskan bahwa adanya struktur melodik dan struktur temporal menjadikan penutur asli bahasa mempertahankan intonasi dasar sampai titik tertentu pada saat berujar bahasa Indonesia BI, sehingga penutur asli yang merealisasikan BI memunculkan intonasi BI yang berbeda. Penelitian ini pun perlu melihat bagaimana Intonasi penutur asli BI karena hasil gambaran intonasi penutur asli BK akan dibandingkan dengan intonasi penutur asli BI. Dalam Dialektologi pun dijelaskan bahwa bahasa pertama seorang penutur akan mendapat pengaruh yang signifikan apabila dipengaruhi oleh bahasa atau dialek lain dalam jangka waktu tertentu. Penelitian ini akan melihat pengaruh bahasa Korea oleh penutur asli BK pada pengucapan bahasa Indonesia. Penelitian ini berfokus pada struktur melodik dan temporal dengan melakukan segmentasi vokal dan konsonan. Segmentasi vokal dan konsonan ini dikemukakan oleh Archibald Nicholic, 2007,hlm.6. Penelitian ini dibantu oleh perangkat lunak, yaitu speach analysis SA. Penggunaan perangkat lunak tersebut bertujuan agar penelitian yang dilakukan akurat karena melibatkan mesin komputer dan piranti lunak yang jauh lebih sensitif terhadap suara dan akustik suatu ujaran daripada telinga manusia. Penelitian ini pun menggunakan pendekatan fonetik eksperimental dan impresionistik. Sugiyono 2003, hlm15 mengungkapkan sebagai berikut. 6 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu “Pendekatan instrumental digunakan ahli psikologi dan fonetik eksperimental untuk melakukan persepsi tutur dan mengidentifikasi petunjuk akustik gejala intonasional. Sementara pendekatan impresionistik digunakan oleh linguis atau guru bahasa untuk mendeskripsikan intonasi, baik untuk tujuan praktis - misalnya pengajaran bahasa asing – maupun untuk tujuan mengembangkan teori- teori fonemik.” Pendekatan eksperimental dan impresionistik yang akan digunakan pada penelitian ini diharapkan akan mampu memudahkan deskripsi gejala akustik yang telihat pada BI yang diujarkan oleh penutur asli BK. Berkaitan dengan penelitian fonetik akustik, ditemukan karya-karya penelitian yang berkaitan dengan fonetik akustik, seperti yang dilakukan Halim 1969 tentang intonasi dalam hubungannya dengan sintaksis bahasa Indonesia. Halim mendeskripsikan sistem prosodi dalam bahasa Indonesia dengan teknik yang akurat. Penelitian intonasi tersebut menggunakan alat migograph milik laboratorium fonetik University of Michigan . Halim menemukan bahwa intonasi bahasa Indonesia dikarakterisasi oleh empat satuan intonasional distingtif yang disusun secara teratur, yaitu pola intonasi total, kelompok jeda, kontur, dan fonem intonasional tinggi nada, aksen, dan jeda. Rahayu Tri Sukma 2013 pun melakukan penelitian tentang persepsi bunyi choo’on dalam kosakata terhadap mahasiswa tingkat IV Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Riau Tahun Ajaran 20112012. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa banyak mahasiswa yang masih belum tepat dalam merealisasikan nada choo’on. Hal tersebut karena arti panjang-pendeknya sebuah kata dalam bahasa Jepang dapat menimbulkan perbedaan makna. Tidak hanya itu, Selviana Napitupulu 2009 melakukan penelitian ciri akustik pantun Jenaka Melayu. Selviana mendeskripsikan dan menggambarkan frekuensi dan durasi frasa, kata, silabel pada pantun jenaka Melayu. Veraci Silalahi 2007 membuat tesis yang berkaitan dengan unsur suprasegmental mengenai kontras tuturan deklaratif dan interogatif bahasa Batak 7 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Toba. Penelitian Veraci mengungkap struktur melodik intonasi, durasi dengan modus deklaratif dan interogatif pada bahasa Batak Toba. Siti Rumaiyah 2012 melakukan pula penelitian pada prosodi pisuhan jamput pada penutur Jawa- Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prosodi menentukan fungsi pisuhan jamput pada penutur Jawa Surabaya setelah dilakukan modifikasi kontur nada dan durasi pisuhan jamput. Penelitian lain yang memperkaya penelitian fonetik adalah pemarkah prosodik kontras tuturan deklaratif dan imperatif bahasa Melayu Kutai yang dilakukan oleh Sugiyono 2003. Sugiyono memfokuskan pada penelitian kebahasaan dengan menggunakan praat dengan membicarakan pemarkah prosodi kontras deklaratif dan interogatif pada bahasa Melayu Kutai. Melalui analisis akustik tuturan, disimpulkan bahwa struktur melodik dan durasi, terutama durasi silabel dapat digunakan sebagai pembeda tuturan deklaratif dan interogatif. Hristina Nicholic 2007 pun melakukan penelitian tentang ciri-ciri akustik dalam kontras bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dan bahasa tujuan. Penelitian ini membandingkan durasi dan tiga submodus kalimat, yaitu kalimat deklaratif, kalimat deklaratif konfirmatoris, dan kalimat interogatif ekoik penutur asli bahasa Serbia dan penutur asli bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa durasi penutur asli bahasa Serbia digunakan berkombinasi dengan intensitas yang hampir semuanya mengikuti pola penekanan dalam BS sebagai stress-timed language. Ciri akustik durasi pada penutur Indonesia digunakan dalam kombinasi dengan intensitas tetapi hampir semua responden mengikuti pola penekanan dalam durasi. Tiga submodus kalimat memiliki perbedaan yang signifikan penutur asli bahasa Serbia dalam merealisasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa tujuan. Berdasarkan penelitian- penelitian sebelumnya, penelitian ini pun menggunakan ilmu fonetik akustik. Akan tetapi, belum ada penelitian mengenai ciri akustik penutur asli bahasa Korea dan penutur asli bahasa Indonesia. Penelitian ini pun diharapkan mampu memberikan 8 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu gambaran ciri akustik BI yang diujarkan oleh penutur asli BK dari pengaruh dialek Kyeongsangdo dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, penelitian ini pun diharapkan mampu memberikan gambaran ciri akustik bahasa Indonesia oleh penutur asli BK dengan melihat pula gambaran ciri akustik penutur asli BI. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya ciri akustik bahasa Indonesia yang baku. Saat ini pun, para peneliti tidak banyak yang melakukan penelitian fonetik akustik. Sedikit sekali para peneliti menjadikan bunyi sebagai objek penelitian linguistik. Padahal hasil penelitian fonetik akustik akan mampu mengembangkan teori. Teori fonetik akustik pada berbagai buku pengajaran bahasa di Indonesia sangat sedikit. Hal ini tidaklah menguntungkan bagi perkembangan ilmu fonetik dan perkembangan pengajaran kebahasaan, khususnya bagi perkembangan pengajaran BI untuk penutur asli bahasa Korea. Penutur asli BK mengalami kesulitan dalam merealisasikan BI. Pengajaran kebahasaaan untuk penutur bahasa Korea lebih banyak memfokuskan pada tataran kata dan kalimat, sedangkan tataran bunyi kurang diperhatikan. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah yang ditemukan pada realitas saat ini adalah sebagai berikut. 1. Pelafalan tuturan bahasa Indonesia penutur asli bahasa Korea mendapat pengaruh dari bahasa ibunya 2. Penutur asli bahasa Korea memiliki kesulitan dalam merealisasikan beberapa fonem karena perbedaan klasifikasi vokal antara bahasa Indonesia dan bahasa Korea. 3. Penutur asli bahasa Korea memiliki kesulitan dalam merealisasikan beberapa fonem karena perbedaan klasifikasi konsonan antara bahasa Indonesia dan bahasa Korea. 4. Tidak adanya gambaran ciri akustik bahasa Indonesia secara baku. 9 Devi Sinta, 2014 Kajian fonetik akustik dalam tuturan lisan Penutur asli bahasa korea dan penutur asli Bahasa indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini bertujuan agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dibatasi pada masalah analisis ciri-ciri akustik bahasa Indonesia yang menyangkut struktur melodik, dan struktur temporal pada penutur asli bahasa Korea dan penutur asli bahasa Indonesia. Ciri-ciri akustik tersebut hendak dibuktikan melalui analisis fonetik impresioistik dan eksperimental, yakni dengan menggunakan instrumen SA. Tuturan lisan yang diambil dalam penelitian ini adalah wacana yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan bahasa Indonesia penutur asli bahasa Korea, yakni wacana tentang Andrea di Indonesia. Penutur asli bahasa Korea yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa Korea yang berasal dari daerah Busan yang berdialek Kyeongsangdo dengan berkategori tingkat mahir berbahasa Indonesia, sedangkan penutur asli bahasa Indonesia yang diambil berasal dari daerah Bandung yang berdialek Sunda.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana ciri akustik BI yang diproduksi oleh penutur asli BK berdialek Kyeongsangdo? 2. Bagaimana ciri akustik BI yang diproduksi oleh penutur asli BI berdialek Sunda Bandung? 3. Bagaimana perbedaan ciri-ciri akustik antara penutur asli BK berdialek Kyeongsangdo dan penutur asli BI berdialek Sunda Bandung?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: