Sawah Luas Tanam Padi Ha Luas Panen Padi Ha Produktivitas Tanaman Padi KwHa Produksi Gabah Kering Giling Ton Produksi Beras Ton Jumlah Penduduk Jiwa Konsumsi Beras Penduduk kgkapitatahun Kebutuhan Beras Penduduk Ton Impor BerasRaskin Ton

pembangunan sektor pendidikan melalui berbagai program, misalnya penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan jumlahmutu guru yang dibutuhkan pada semua jenjang sekolah yang ada BPS Samosir, 2010:61. Pada umumnya sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kabupaten Samosir adalah sektor pertanian. Dimana pertanian yang banyak diusahakan terutama adalah tanaman padi, jagung, ketela ubi, kacang tanah kemudian hortikultura, juga tanaman perkebunan seperti kopi, vanili dan kemiri serta kawasan hutan produksi maupun hutan lindung. BPS Samosir, 2010:193. Tabel 1. Luas Lahan Pertanian Tahun 2010 di Kabupaten Samosir. No. Jenis Lahan Pertanian Luas Lahan Ha Persentase

1. Sawah

a. Tadah hujan 3.309 2,08

b. Irigasi 2.829 1,78

2. Ladang 2.315 1,46 3. Lahan Kering 83.075 52,26 4. Kawasan Hutan a. Hutan Produksi 33.950 21,36 b. Hutan Lindung 33.473 21,06 Total 158.951 100 Sumber: Samosir Dalam Angka, 2011. Tabel diatas menunjukkan bahwa luas lahan sawah tadah hujan adalah: 3.309 Ha atau 2,08 dan luas sawah irigasi adalah 2.829 Ha atau 1,78 , serta luas ladang yaitu: 2.315 Ha atau 1,46 dari keseluruhan luas lahan pertanian yang ada di Kabupaten Samosir. Tabel 2. Jumlah Kilang Padi di Kabupaten Samosir. No. Kecamatan Kilang Padi bergerak Tdk bergerak 1. Simanindo 2 15 2. Pangururan 1 14 3. Palipi 3 10 4. Sitiotio 22 5. Nainggolan 7 5 6. Onanrunggu 7 8 7. Harian 15 8. R. Nihuta 3 9. S. Mulamula 1 14 Total 21 106 Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kab. Samosir 2011. Meskipun Kabupaten Samosir lebih dikenal sebagai salah satu Kabupaten pariwisata tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian sekitar 80,18 BPS Samosir 2010. Dimana lahan pertanian khususnya komoditi padi sangat terbatas, dikarenakan beberapa daerah yang kurang mendukung untuk dijadikan sebagai lahan sawahladang padi. Sementara itu, penduduk setempat yang terbiasa makan nasi faktor adat- istiadatturun-temurun sehingga mereka kurang berminat pada barang substitusi dari nasi, penduduk yang umumnya bekerja kasar membuat mereka mengkonsumsi lebih banyak nasi untuk memperoleh tenaga yang dibutuhkan. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian didaerah ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan suatu daerah dalam memenuhi serta mengupayakan ketersediaan pangan beras agar tercapai swasembada beras didaerahnya sekalipun dengan faktor alam yang kurang mendukung luas lahan yang sangat terbatas serta tingkat konsumsi beras yang tinggi. Agar dapat dijadikan acuan untuk daerah-daerah berkembang lainnya untuk dapat berswasembada beras. Berdasarkan uraian diatas maka perlu diidentifikasi tentang bagaimana pencapaian swasembada pangan beras dan upaya-upaya yang dilakukan didaerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, di identifikasi beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1 Bagaimana perkembangan luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ? 2 Bagaimana perkembangan luas panen padi Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ? 3 Bagaimana perkembangan teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ? 4 Bagaimana perkembangan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ? 5 Bagaimana perkembangan harga beras di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ? 6 Bagaimana perkembangan konsumsi beras per kapita di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ? 7 Apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras pada tahun 2011 ? 8 Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir tahun 2011? 9 Bagaimana upaya-upaya dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 Mengetahui perkembangan luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010. 2 Mengetahui perkembangan luas panen padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010. 3 Mengetahui perkembangan teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010. 4 Mengetahui perkembangan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010. 5 Mengetahui perkembangan harga beras di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010. 6 Mengetahui perkembangan konsumsi beras per kapita di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010. 7 Mengetahui apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras pada tahun 2011. 8 Mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam mencapai swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir tahun 2011. 9 Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan agar Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai sumber informasi bagi petani, pelaku pasar dan pihak-pihak yang terkait dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan organisasi profesi khususnya pemerintah Deptan, Bulog, dan lain-lain untuk menentukan kebijakan yang menyangkut pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir. 3. Sebagai bahan refrensi dan studi banding bagi calon-calon peneliti. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90 penduduk Indonesia, dan yang menyumbang lebih dari 50 kebutuhan kalori serta 55 kebutuhan protein. Selain sebagai bahan pangan pokok, beras juga sudah merupakan komoditi sosial. BPS Samosir, 2010:1 Pangan beras mempunyai peran yang sangat strategis dalam pemantapan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional, dalam hal ini perlu ditingkatkan pembangunannya, strategi pembangunan tanaman pangan beras yang ditempuh selama ini adalah pembangunan irigasi teknis, penggunaan varietas unggul, pemupukan yang intensif, pemberantasan hama dan penyakit pasca panen. Tujuannya adalah; Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, Untuk mengatasi kekurangan pangan beras pada masyarakat, Untuk menstabilkan harga pangan beras di pasar. DKP Nasional, 2010: 24 Perekonomian beras rice economy secara signifikan merupakan pendukung pesatnya ekonomi Indonesia. Komoditas padi merupakan komoditas strategis yang memiliki sensivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi. Peran strategis beras dalam perekonomian nasional adalah : 1. Usahatani padi menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga petani; 2. Merupakan bahan pokok bagi 90 penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 250 juta jiwa, dengan pangsa konsumsi energi dan protein yang berasal dari beras diatas 55; dan 3. Sekitar 30 dari total pengeluaran rumah tangga dialokasikan untuk beras http:ajogenetika.blogspot.com, 2010. Secara historis komoditas beras tidak semata-mata hanya komoditas ekonomi, melainkan juga sebagai komoditas sosial politik yang strategis. Kegagalan dalam penyediaan beras sebagai pangan utama akan bisa menimbulkan implikasi sosial politik yang sangat mahal. Di Indonesia beras diperlakukan sebagai komoditas upah dan komoditas politik, sehingga apabila harga beras tidak stabil dan sulit diperoleh, maka pemerintahan akan labil. BKP Samosir, 2010: 3 Pangan dapat dijadikan alat politik untuk menekan suatu negara. Meningkatnya harga beras secara mencolok dikhawatirkan akan meningkatkan laju inflasi, karena bagi Indonesia beras mempunyai bobot yang besar dalam pengeluaran masyarakat. Dimana setiap kenaikan 10 harga beras akan diterjemahkan pada kemiskinan sekitar 1 penduduk miskin atau tambahan 2 juta penduduk miskin. DKP Nasional, 2010: 59 Nilai strategis beras secara sosial-budaya, sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah mengkonsumsinya, seolah-olah tak tergantikan oleh makanan pokok lainnya yang berkelas dua, seperti jagung atau ketela pohon. Makin superioritasnya beras dan seolah-olah ada stigma bahwa beras tidak dapat tergantikan sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia oleh makanan pokok yang lain akan makin menyebabkan tingginya kebutuhan beras nasional karena naiknya tingkat konsumsi http:ekonomi.kompasiana.com, 2010. Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah di atas besaran 90. Posisi beras dalam konsumsi rumah tangga memang masih menonjol. Beras menempati pangsa rata-rata sebesar 30 dari pengeluaran rumah tangga total. Angka tersebut tentunya akan semakin membesar jika dilihat pangsa pengeluaran beras pada pengeluaran total rumah tangga untuk bahan makanan. http:database.deptan.go.id., 2009 Komoditi beras bagi masyarakat Indonesia bukan saja merupakan bahan pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial. Oleh karena itu, perubahan- perubahan yang terjadi pada beras akan begitu mudah mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi yang lain. Perhatian pemerintah terhadap beras sudah lama dimulai dan bahkan setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap beras ini sudah menjadi program prioritas http:database.deptan.go.id., 2009. Strategisnya komoditi beras bagi masyarakat Indonesia, maka keadaan pengadaan supply beras bukan saja ada di Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan yang memang sudah lama dikenal sebagai gudangnya beras, tetapi sudah bergerak ke daerah- daerah lain yang sudah hampir merata ada di semua propinsi Indonesia Soekartawi, 1993:36. Indonesia dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah, dalam arti rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global. Dalam keadaan harus melakukan impor, jumlah impor beras Indonesia berkisar antara 5 hingga 10 dari total kebutuhan beras Nasional. Dana yang besar diperlukan untuk membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya jumlah permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk http:database.deptan.go.id., 2009. Masyarakat Sumatera Utara tercatat sebagai pengkonsumsi beras tertinggi di Indonesia. Tingkat konsumsi beras di Sumatera Utara mencapai 136 kgkapitatahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata konsumsi beras Nasional sebesar 102 kgkapitatahun. Kondisi ini membuat Sumut masuk kedalam salah satu provinsi rawan pangan di Indonesia http: apa kabar sidimpuan.com, 2010 Tingginya konsumsi masyarakat Sumut terhadap beras salah satunya disebabkan masyarakat masih enggan menyentuh pangan lokal, padahal daerah Sumut memiliki kekayaan pangan lokal yang masih bisa dikelola untuk pangan keluarga, seperti singkong dan ubi jalar. Terkait kebutuhan masyarakat terhadap beras, daerah Sumut mendapat jatah 45.000 ton beras impor asal Vietnam, yang mulai masuk pada awal November 2010. Kebutuhan rutin Sumut untuk pasokan beras setiap bulannya sebesar 12.745 ton. http: apa kabar sidimpuan.com, 2010

2.2 Landasan Teori

Permintaan masyarakat akan bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yakni tingkat harga bahan pangan, pendapatan rata-rata masyarakat dan cita rasa masyarakat pola konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan. Sementara dari sisi penawaran, faktor utama yang mempengaruhi antara lain harga bahan pangan dan jumlah produksi Sukirno, 2003:47. a. Permintaan Demand Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. “semakin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”. Sukirno, 2003:47. b. Penawaran Supply Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan Sukirno, 2003:49. P S D C B A Gambar 1. Kurva Penawaran Q Hubungan antara harga dan kuantitas yang ditawarkan adalah searah. Konsekuensinya adalah jika harga naik, kuantitas barang yang ditawarkan semakin meningkat. Sebaliknya, jika harga turun maka kuantitas barang yang ditawarkan semakin sedikit. Bahan pangan yang merupakan hasil pertanian cenderung mengalami perubahan harga yang lebih besar daripada harga barang-barang industri. Harga hasil-hasil pertanian cenderung mengalami naik turun yang relatif besar. Harganya bisa mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu masa dan mengalami kemerosotan yang sangat buruk pada masa berikutnya. Sifat perubahan harga seperti itu disebabkan karena penawaran ke atas barang-barang pertanian, seperti juga permintaan adalah tidak elastis, yang artinya persentase perubahan harga jauh lebih besar daripada perubahan jumlah barang yang diminta ataupun ditawarkan Sukirno, 2003:50. Faktor yang menyebabkan barang pertanian bersifat tidak elastis antara lain, barang pertanian bersifat musiman dan kapasitas berproduksi cenderung maksimal dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan. Ketidakstabilan penawaran barang pertanian diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya, menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan. Oleh karena itu harga memegang peranan penting dalam penawaran supply maupun permintaan demand Sukirno, 2003:52. Dalam pencapaian swasembada pangan beras terdapat beberapa masalah yang dihadapi, salah satunya adalah laju peningkatan kebutuhan pangan beras domestik lebih cepat dibandingkan dengan laju kemampuan produksinya. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat dan permintaan perkapita juga meningkat karena meningkatnya pendapatan, kesadaran kesehatan dan pergeseran pola makan sebagai pengaruh globalisasi serta ketersediaan sumberdaya lahan yang semakin berkurang. Ketimpangan antara laju produksi dengan laju kebutuhan akan pangan beras dapat menyebabkan kesenjangan dalam mengakses bahan pangan serta turut mempengaruhi supply dan demand akan bahan pangan. DKP Nasional, 2010: 31 Swasembada pangan adalah keadaan dimana suatu daerahnegara dapat memenuhi tingkat permintaan akan suatu bahan pangan sendiri tanpa perlu melakukan impor dari pihak luar. Beberapa langkah kunci yang pernah diambil dalam perjalanan ke arah swasembada beras, diantaranya: 1. Bulog, Dewan Logistik Pangan, dan Harga-harga Beras. Di antara lembaga-lembaga tersebut, Bulog lah yang paling berperan dalam pencapaian swasembada beras. Bulog tidak terlibat langsung dalam bisnis pertanian, melainkan hanya dalam urusan pengelolaan pasokan dan harga pada tingkat nasional. Bulog sengaja diciptakan untuk mendistorsi mekanisme harga beras dengan manipulasi untuk memelihara pasar yang lebih kuat. Selama tahun-tahun pertamanya dalam dekade 70-an, Bulog secara bertahap menaikkan harga dasar beras untuk petani. Pada pertengahan dekade 80-an, ketika Indonesia surplus beras, Bulog mengekspor beras ke luar negeri untuk mencegah jatuhnya harga. Tindakan ini membantu memelihara stabilitas pasar. 2. Teknologi dan Pendidikan. Sejak tahun 1963 Indonesia memperkenalkan banyak program kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani. Pemerintah berjuang untuk memperkenalkan teknologi pertanian kepada para petani. Di samping itu, pemerintah juga menekankan pendidikan untuk menjamin teknik dan teknologi baru dimengerti dan digunakan secara benar agar dapat meningkatkan produksi pangan. Faktor lain yang berperan penting dalam meningkatkan hasil padi adalah peningkatan penggunaan pupuk kimia. 3. Koperasi Pedesaan. Pada tahun 1972, ketika Indonesia kembali mengalami panen buruk, pemerintah menganjurkan pembentukan koperasi sebagai suatu cara untuk memperkuat kerangka kerja institusional. Ada dua bentuk dasar dari koperasi, pada tingkat desa ada BUUD Badan Usaha Unit Desa. Pada tingkat kabupaten, ada koperasi serba usaha yang disebut KUD Koperasi Unit Desa. Koperasi juga bertindak sebagai pusat penyebaran informasi atau pertemuan organisasi. 4. Prasarana. Banyak aspek pembangunan prasarana yang secara langsung ditujukan untuk pembangunan pertanian, dan semuanya secara langsung memberikan kontribusi untuk mencapai swasembada beras. Sistem irigasi merupakan hal penting dalam pembangunan prasarana pertanian. Pekerjaan prasarana lain yang berdampak langsung dalam pencapaian tujuan negara untuk berswasembada beras adalah program besar-besaran untuk pembangunan dan rehabilitasi jalan dan pelabuhan http:sidikaurora. wordpress.com, 2011. Mencakup tiga pilar utama yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Pada pilar distribusi dan konsumsi merupakan penjabaran dari aksesibilitas masyarakat terhadap pangan. Jika salah satu pilar tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh DKP Nasional, 2010:11. Dengan rata-rata konsumsi beras per kapita di Indonesia sekitar 130 kilogram dan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa, saat ini dibutuhkan sedikitnya 34 juta ton beras per tahun. Padahal, produksi beras dalam negeri sekitar 38 juta ton sehingga hanya surplus 4 juta ton beras atau kurang untuk kebutuhan dua bulan. Jika tingkat kegagalan panen meluas dan produksi terpangkas, kebutuhan pangan pun pasti tidak tercukupi. Sekarang saja, ketika produksi beras di negeri ini masih disebut surplus, negeri ini sudah mengimpor 1,9 juta ton beras hingga akhir Maret. Angka itu telah meletakkan Indonesia sebagai importir beras kedua terbesar di dunia setelah Nigeria http:www.mediaindonesia.com, 2011. Masyarakat Sumatera Utara tercatat sebagai pengkonsumsi beras tertinggi di Indonesia. Tingkat konsumsi beras di Sumatera Utara mencapai 136 kgkapitatahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata konsumsi beras Nasional sebesar 102 kgkapitatahun. Kondisi ini membuat Sumut masuk kedalam salah satu provinsi rawan pangan di Indonesia http: apa kabar sidimpuan.com, 2010 Untuk Kabupaten Samosir yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian dari sektor pertanian sekitar 80,18 yang jumlah penduduknya sebanyak 133.491 jiwa, dengan jumlah konsumsi beras sekitar 178,28 kgkapitatahun. Ini menunjukkan bahwa setidaknya ketersediaan beras di Kabupaten Samosir adalah sekitar 23.799 ton atau setara dengan 39.665 ton gabah kering giling BKP Samosir, 2010: 61. Masalah perberasan merupakan masalah yang sangat kompleks, disaat bangsa Indonesia mengalami krisis multi dimensi yang cukup menyengsarakan rakyat golongan menengah ke bawah yang merupakan mayoritas rakyat Indonesia saat ini. Peranan pemerintah dengan lembaga penyanggah BULOG yang bertujuan untuk memantau, menjaga dan menstabilkan harga dan pasokan beras di pasar sangat diharapkan http:database.deptan.go.id, 2009.

2.3 Kerangka Pemikiran

Makanan pokok para penduduk umumnya adalah nasi. Konsumen beras dapat dibedakan sebagai konsumen petani dan konsumen non-petani. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Kebutuhan beras per kapita penduduk petani lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang non-petani. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat pendapatan yang membuat penduduk petani kurang mampu untuk mendapatkan berbagai jenis makanan pengganti nasi barang substitusi untuk nasi yang pada umumnya harganya relatif sama atau bahkan lebih mahal dibandingkan nasi. Faktor lain yang juga mempengaruhi pola konsumsi penduduk petani adalah karena sifat dari pekerjaan penduduk petani yang umumnya bekerja kasar membuat mereka mengkonsumsi lebih banyak nasi untuk memperoleh tenaga yang dibutuhkan serta kebiasaan turun-temurun. Berdasarkan kebutuhan beras per kapita dan jumlah penduduk petani dan non- petani, maka dapat diketahui konsumsi beras keseluruhan. Konsumsi beras lokal akan dipengaruhi oleh beras impor dari luar dan harga beras lokal itu sendiri, juga dari konsumsi beras diketahui bagaimana permintaan beras oleh konsumen. Tanaman padi yang diproduksi oleh para petani padi dibedakan atas padi sawah dan padi ladang. Luas tanamnya dapat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki, harga pupuk, obat-obatan, keadaan iklim dan kebijakan pemerintah terhadap masalah perberasan. Faktor utama yang mempengaruhi jumlah produksi adalah luas tanam dan setelah panen akan diketahui luas panen. Besarnya luas panen dan produktivitas dipengaruhi oleh teknologi budidaya, terutama pengendalian hama dan penyakit yang sering mengakibatkan hasil panen sangat menurun atau bahkan gagal panen selanjutnya. Hasil produksi tanaman padi itu digiling dan nantinya akan diperoleh beras serta sekam yang merupakan ampas padi, yang kemudian beras akan dijual atau dipasarkan sehingga menimbulkan penawaran beras. Kita dapat mengetahui apakah beras yang ditawarkan mampu memenuhi permintaan beras penduduk atau tidak dari jumlah permintaan dan penawaran beras dipasaran. Keseimbangan pasar dapat terjadi jika ada keseimbangan antara penawaran dan permintaan beras dipasaran, dan jika jumlah penawaran beras lebih besar dari pada jumlah permintaan beras, maka dapat dicapai swasembada pangan beras. Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

2.4 Hipotesis penelitian

Adapun dugaan sementara dari penelitian ini adalah: 1 Diduga luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 mengalami penurunan. 2 Diduga luas panen padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 mengalami penurunan. 3 Diduga teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 semakin berkembang. 4 Diduga produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 mengalami peningkatan. 5 Diduga harga beras di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 semakin meningkat. 6 Diduga konsumsi beras per kapita di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 menurun. 7 Diduga Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada beras pada tahun 2011. 8 Diduga ada masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir tahun 2011. 9 Perlu dilakukan upaya-upaya agar dapat mencapai swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan secara sengaja purposive. Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir. Menurut Hasan 2002, “Purposive sampling merupakan sampel diambil dengan maksudtujuan atau berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini menurut BPS Samosir 2010:61, mayoritas penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian sebesar 80,18 dari 31.768 KK atau sekitar 62.085 jiwa. Dimana penduduk yang mengusahakan padi sawah sekitar 37.251 jiwa 60 dengan luas lahan 6.138 Ha; penduduk yang mengusahakan padi ladang sekitar 1.241 jiwa 2 dengan luas lahan 2.315 Ha.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sample dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling secara acak, yaitu cara pemilihan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih dimana jika sudah dipilih tidak dapat dipilih lagi. Dari seluruh jumlah populasi rumah tangga di Kabupaten Samosir dianggap homogen. Maka Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 sampel karena menurut Teori Bailey Hasan, 2002; 60, menyatakan ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi. 23 Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo 1997, yaitu: n Spl= x Js N Keterangan: Spl = Sampel. n = Jumlah populasi per Kecamatan. N = Total populasi Js = Besar sampel 30 orang. Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian di Kabupaten Samosir, Tahun 2011 No. Kecamatan Petani Pedagang Pemilik gil. Padi Jlh Sampel 1. Pangururan 3 2 2 7 2. Simanindo 2 1 1 4 3. Ronggur Nihuta 1 - 1 2 4. Palipi 2 1 1 4 5. Nainggolan 1 1 1 3 6. Onan Runggu 1 1 1 3 7. Sianjur Mulamula 1 1 1 3 8. Harian 1 - 1 2 9. Sitiotio 1 - 1 2 Total 13 7 10 30 Selain menggunakan 30 sampel diatas, digunakan juga informan dari beberapa dinaslembaga terkait sebagai tambahan sumber informasidata. Diantaranya adalah : - Dinas Pertanian : 2 orang - Dinas Koperindag : 2 orang - PPL : 2 orang - Kantor Ketahanan Pangan : 2 orang

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder runtun waktu times series mulai tahun 2006-2010. Data primer dilakukan dari hasil wawancara langsung dengan para responden berdasarkan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi lembaga atau dinas terkait. Adapun data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Data Sekunder yang Dikumpulkan dari Pihak LembagaInstansi Terkait No Instansi Jenis DataInformasi 1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. a. Jumlah penduduk Kabupaten Samosir tahun 2006-2010. b. Kebutuhan beras di Kabupaten Samosir tahun 2006-2010. 2. BULOG Kebijakan harga dasar gabah dan pembelian beras oleh pemerintah. 3. Dinas Pertanian Kabupaten Samosir a. Luas tanam padi di Kabupaten Samosir 2006-2010. b. Luas panen padi di Kabupaten Samosir 2006-2010. c. Produksi tanaman padi di Kabupaten Samosir 2006-2010. d. Produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir 2006-2010. 4. Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir 1. Teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir. 2. Data gilingan padi dan tingkat rendemen beras.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan pertama, yaitu untuk mengetahui luas tanam padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series 2006-2010 dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga KK sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Persentase pertumbuhan rata-rata Pr luas tanam akan dianalisis dengan rumus: Lt t – Lt o Lt o P L t = X100 I Keterangan: P L t = Rata-rata pertumbuhan per x tahun Lt t = Luas tanam tahun 2010. Lt o = Luas tanam tahun 2006. I = Jumlah interval tahun. Untuk tujuan kedua, yaitu mengetahui luas panen padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series 2006-2010 dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga KK sampel dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Persentase pertumbuhan rata-rata Pr luas panen akan dianalisis dengan rumus: Lp t – Lp o Lp o P L t = X 100 I Keterangan: P L t = Rata-rata pertumbuhan per x tahun Lp t = Luas panen tahun 2010. Lp o = Luas panen tahun 2006. I = Jumlah interval tahun. Untuk tujuan ketiga, yaitu mengetahui perkembangan teknologi budidaya tanaman padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan berdasarkan informasi dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir dengan mengumpulkan data sekunder time series 2006-2010 untuk dapat diketahui sejauh mana petani mengadopsi teknologi yang sedang berkembang, misalnya penggunaan varietas bibit unggul, pupuk yang digunakan, penggunaan alat pertanian serta pola tanam yang diterapkan; dan wawancara langsung dengan rumah tangga KK sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk tujuan empat, yaitu dalam mengetahui perkembangan produktivitas tanaman padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series 2006-2010 dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga KK sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Persentase pertumbuhan rata-rata Prp produktivitas akan dianalisis dengan rumus: Pv t – Pv o Pv o Pr p = X 100 I Keterangan: Pr p = Rata-rata pertumbuhan per x tahun Pv t = Produktivitas tahun 2010. Pv o = Produktivitas tahun 2006. I = Jumlah interval tahun. Untuk tujuan lima, yaitu mengetahui perkembangan harga beras, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series 2006-2010 dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir yakni harga dasar gabah dan harga beras di tingkat petani dan wawancara langsung dengan rumah tangga KK sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Persentase pertumbuhan harga beras P HB akan dianalisis dengan rumus: H B t – H B o H B o P HB = X 100 I Keterangan: P HB = Rata-rata pertumbuhan per x tahun H B t = Harga beras tahun 2010. H B o = Harga beras tahun 2006. I = Jumlah interval tahun. Untuk tujuan keenam, yaitu mengetahui konsumsi beras perkapita, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series 2006-2010 dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga KK sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Persentase pertumbuhan rata-rata konsumsi P R k beras perkapita akan dianalisis dengan rumus: K t – K o K o P R k = X 100 I Keterangan: P R k = Rata-rata pertumbuhan per x tahun K t = Konsumsikapitatahun 2010. K o = Konsumsikapitatahun 2006. I = Jumlah interval tahun. Untuk tujuan ketujuh, yaitu mengetahui apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras, dianalisis dengan menggunakan rumus keseimbangan pasar yaitu: Keterangan: Qs = Jumlah penawaran. Qd = Jumlah pemintaan. Q s = Q d Jumlah Penawaran Qs dan Jumlah Permintaan Qd berada pada tingkat harga tertentu dimana faktor-faktor lain dalam keadaan tetap cateris paribus, maka apabila : 1. Qs Qd : Kelebihan produksi beraskeadaan over swasembada beras. 2. Qs Qd : Kekurangan produksitidak dapat mencukupi permintaan akan beras tidak swasembada beras. Untuk tujuan kedelapan, yaitu mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam mencapai swasembada pangan beras, dengan mengumpulkan data dari beberapa lembaga instansi terkait seperti; Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir serta melakukan wawancara secara langsung dengan rumah tangga KK sampel para petani sebagai produsen padiberas. Untuk tujuan kesembilan, yaitu mengetahui upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai swasembada pangan beras, dengan menganalisis masalah- masalah yang dihadapi rumah tangga KK sampel dan pemerintah setempatinstansi terkait. Agar dapat diketahui upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai swasembada pangan beras.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Penelitian ini hanya bersifat studi kasus, oleh karena itu untuk menghindari generalisasi perlu diuraikan beberapa defenisi untuk membatasi arti dari konsep dalam penelitian ini, yaitu:

3.5.1 Defenisi

1 Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan beras selama dua kali musim tanam dalam satuan ukuran ton. 2 Produktivitas adalah jumlah produksi beras selama dua kali musim tanam untuk padi sawah dan satu kali musim tanam untuk padi ladang dibagi dengan luas lahan dalam satuan ukuran KwintalHa. 3 Permintaan beras adalah tingkat kebutuhan konsumen akan komoditi beras di pasar setempat yang diukur dalam satuan Ton. 4 Penawaran beras adalah daftar yang menunjukkan produksi beras, dimana petani padi ingin dan dapat menjual padi pada berbagai tingkat harga untuk periode tertentu. 5 Keseimbangan penawaran dan permintaan beras adalah keadaan yang terjadi jika ada kesesuaian antara jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu. 6 Harga produksi adalah tingkat nilai tukar beras terhadap mata uang rupiah dipasar setempat yang diukur dalam satuan rupiah selama dua kali musim tanam. 7 Harga gabah dasar adalah harga gabah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai garansi pasar atas produksi petani. 8 Swasembada beras adalah permintaankebutuhan konsumen telah tercukupi oleh produksi beras didaerah penelitian.

3.5.2 Batasan Operasional

1 Daerah penelitian adalah Kabupaten Samosir. 2 Komoditi yang diteliti adalah padi dan turunannya. 3 Waktu penelitian adalah tahun 2011. 4 Penelitian yang dilakukan adalah analisis pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir.

IV. DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kabupaten Samosir secara geografis terletak dibagian tengah Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letaknya Kabupaten Samosir berada pada 2 24’ - 2 48’ Lintang Utara, dan 98 30’ – 99 05’ Bujur Timur. Adapun batas-batas Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Simalungun. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Luas wilayah Kabupaten Samosir mencapai 2.069,05 km 2 , terdiri dari luas daratan 1.444,25 km 2 dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal, dan luas danau 624,80 km 2 . Stuktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik. Topografi Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang yang diantaranya dijumpai juga topografi yang relatif datar. Wilayah yang relatif datar tersebut berada pada sekitar hamparan tepi Danau Toba yang persisnya berada di bagian Barat. Kabupaten Samosir berada pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 905 – 2.200 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur 34 tanah beraneka ragam yakni mulai dari Datar 15,26 , Landai 12,99 , Miring 43 dan Terjal 28,75 . Daerah Kabupaten Samosir tergolong daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17 C – 29 C dan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,04 persen. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir per bulan sebesar 114,83 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 11,75 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 211 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 16 hari. Sedangkan pada bulan Agustus curah hujan yang turun sangat rendah sekitar 75 mm, dengan jumlah hari hujan 10 hari. Jarak dari masing – masing Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Pangururan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Jarak dari Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di Samosir Km Kota Pgrn S. Mula2 Harian Palipi R.Nihuta Sitiotio Nainggolan Onanrunggu Simanindo Pgrn - 14 16 16 18 22 24 34 48 Sumber : Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2010 Kecamatan yang paling jauh dari Ibukota Kabupaten adalah Simanindo, jaraknya yaitu: 48 km dan daerah yang paling dekat dengan Ibukota Kabupaten adalah Sianjur Mulamula, jaraknya yaitu: 14 km.

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Samosir berjumlah 132.023 jiwa yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan serta jumlah rumah tangga sebanyak 31.768 kk. Dengan angka kepadatan penduduk sebesar 91,41 jiwakm 2 . Untuk memgetahui lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir Tahun 2010 No . Kecamatan Luas Wilayah Km2 Rasio Luas Wilayah Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk jiwaKm 1. Pangururan 121,43 8,41 30.678 248,52 2. S. Mula-mula 140,24 9,71 11.138 79,42 3. Sitio-tio 50,76 3,51 8.880 172,97 4. Nainggolan 87,86 6,08 13.450 151,95 5. Harian 560,45 38,81 7.027 12,24 6. Onanrunggu 60,89 4,22 12.768 209,69 7. R. Nihuta 94,87 6,57 10.303 105,44 8. Palipi 129,55 8,97 19.163 146,38 9. Simanindo 198,20 13,72 20.084 100,83 Kabupaten Samosir 1.444,25 100,00 133.491 91,41 Sumber : Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kab. Samosir, 2011 Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Samosir yang terbanyak terdapat di Kecamatan Pangururan yang merupakan Ibukota Kabupaten yaitu 30.678 jiwa. Jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Harian.

4.3 Sarana dan Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengankutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Panjang jalan di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 mencapai 797,63 km yang terbagi atas jalan negara 32 km, jalan Propinsi 156,30 km dan jalan KabupatenKotamadya 609,33 km. Panjang jalan menurut status dan Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Panjang Jalan menurut Status dan Kecamatan Km tahun 2010 No . Kecamatan Status Jalan Km Jumlah Km Negara Provinsi Kabupaten 1. Pangururan - 31,15 80,63 111,78 2. S. Mula-mula - - 46,65 46,65 3. Sitio-tio - - 24,15 24,15 4. Nainggolan - 13,50 63,50 77 5. Harian 32,00 18,30 29,05 79,35 6. Onanrunggu - 26,75 130,15 156,9 7. R. Nihuta - - 85,80 85,80 8. Palipi - 14,85 76,60 91,45 9. Simanindo - 51,75 72,80 124,55 Kabupaten Samosir 32 156,30 609,33 797,63 Sumber : Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2011 Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang jalan yang terpanjang di Kabupaten Samosir berdasarkan status jalan adalah: jalan Kabupatenkota, panjang jalannya yaitu: 609,33 km dan yang paling pendek adalah jalan negara, yaitu: 32 km. Adapun panjang jalan Kecamatan menurut jenis permukaan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Panjang Jalan Kecamatan Menurut Jenis Permukaan Km Tahun 2010 No . Kecamatan Jenis Permukaan Jumlah Hotmix Aspal Kerikil Tanah Lainnya 1. Pangururan 2,45 68,13 6,05 - 76,63 2. S. Mula-mula 3,40 31,29 1,10 14,36 50,15 3. Sitio-tio - 5,16 17,99 - 23,15 4. Nainggolan - 44,59 17,91 - 62,50 5. Harian - 24,77 4,66 1,12 30,55 6. Onanrunggu - 122,94 6,21 - 129,15 7. R. Nihuta - 82,67 2,13 - 84,80 8. Palipi - 74,59 3,01 - 77,60 9. Simanindo 0,67 62,89 11,24 - 74,80 Kabupaten Samosir 6,52 517,03 70,30 15,48 609,33 Sumber : Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2011 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa panjang jalan Kecamatan di Kabupaten Samosir menurut jenis permukaan yang terpanjang adalah: jalan aspal, panjangnya yaitu: 517,03 km, dan yang paling pendek adalah jalan Hotmix, yaitu: 6,52 km. Ada dua jenis alat angkutan yang digunakan di Kabupaten Samosir diantaranya yaitu angkutan darat berupa angkutan umumminibus dan becak bermotor, dan angkutan danau berupa sampan tidak bermotor, sampan bermotor, speed boat, kapal bermotor, kapal ferry dan kapal wisata.

4.4 Sarana dan Prasarana Pengairan

Faktor dominana didalam meningkatkan produksi pertanian dinegara yang sektor pertaniannya masih berkembang adalah lahan yang luas ekstensifikasi dan didukung dengan pengairanirigasi yang baik dan merata. Para petani tidak perlu khawatir menurunnya hasil produksi jika faktor-faktor dominan diatas tersedia. Adapun lahan irigasi ini dapat dibedakan atas empat jenis pengairan, yaitu: 1. Lahan Irigasi Teknis, yaitu: lahan yang memperoleh pengairan dari jaringan irigasi dimana saluran pemberi air terpisah dari saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya jaringan semacam ini terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier, dimana saluran induk dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh Dinas PengairanPemerintah. 2. Lahan Irigasi 1 2 Teknis, yaitu: sama halnya dengan lahan irigasi teknis, tetapi dalam hal ini Dinas PengairanPemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh Dinas PengairanPemerintah. 3. Lahan Irigasi Sederhana PU, yaitu: lahan irigasi yang untuk pembagian airnya belum teratur meskipun pihak Pemerintah PU sudah ikut membangun sebagian jaringan tersebut misalnya biaya membuat bendungannya. 4. Lahan Irigasi DesaNon PU, yaitu: lahan yang sistem pengairannya dikelola sendiri oleh masyarakat tanpa campur tangan PU. Halaman berikut ini dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi diperinci menurut jenis pengairan selama lima tahun terakhir 2006-2010. Tabel 9. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan Ha Tahun 2006 No Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1 2 Teknis Irigasi SederhanaPU Irigasi DesaNon PU Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 1. Pangururan - - - - - - - - - - - - - - - 2. Ronggur Nihuta - - - - - - - - - - 76 76 - 76 76 3. Simanindo - - - - - - - - - 66 - 66 66 - 66 4. Harian 137 - 137 69 - 69 68 - 68 - - - 274 - 274 5. Sianjur Mulamula - 153 153 - 380 380 - 61 61 - - - - 594 594 6. Palipi 354 - 354 89 - 89 92 - 92 43 - 43 578 - 578 7. Onan Runggu - - - - - - - - - 188 - 188 188 - 188 8. Nainggolan - - - - - - - 195 195 - 501 501 - 696 696 9. Sitio-tio - - - 44 - 44 119 - 119 - - - 163 - 163 Jumlah 491 153 644 202 380 582 279 256 535 297 577 874 1.269 1.366 2.635 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2006 yang terluas adalah: lahan irigasi Desa Non PU, luasnya yaitu: 874 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 577 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah 297 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah lahan irigasi sederhanaPU, luasnya yaitu: 535 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah: 279 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 256 Ha. Halaman berikut dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2007: 42 Tabel 10. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan Ha Tahun 2007 No Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1 2 Teknis Irigasi SederhanaPU Irigasi DesaNon PU Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 1. Pangururan - - - - - - - - - - - - - - - 2. Ronggur Nihuta - - - - - - - - - - 63 63 - 63 63 3. Simanindo - - - - - - - - - 62 - 62 62 - 62 4. Harian 197 - 197 98 - 98 95 - 95 - - - 390 - 390 5. Sianjur Mulamula - 202 202 - 509 509 - 80 80 - - - - 791 791 6. Palipi 278 - 278 70 - 70 68 - 68 34 - 34 450 - 450 7. Onan Runggu - - - - - - - - - 127 - 127 127 - 127 8. Nainggolan - - - - - - - 134 134 - 345 345 - 479 479 9. Sitio-tio - - - 68 - 68 182 - 182 - - - 250 - 250 Jumlah 475 202 677 236 509 745 345 214 559 223 408 631 1.279 1.333 2.612 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2007 yang terluas adalah: lahan irigasi 1 2 teknis, luasnya yaitu: 745 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah 509 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah: 236 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhanaPU, luasnya yaitu: 559 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah: 345 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 214 Ha. Halaman berikut idi dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2008: 44 Tabel 11. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan Ha Tahun 2008 No Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1 2 Teknis Irigasi SederhanaPU Irigasi DesaNon PU Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 1. Pangururan - - - - - - - - - - - - - - - 2. Ronggur Nihuta - - - - - - - - - - 43 43 - 43 43 3. Simanindo - - - - - - - - - 60 - 60 60 - 60 4. Harian 189 - 189 94 - 94 97 - 97 - - - 380 - 380 5. Sianjur Mulamula - 204 204 - 506 506 - 82 82 - - - - 792 792 6. Palipi 460 - 460 115 - 115 117 - 117 56 - 56 748 - 748 7. Onan Runggu - - - - - - - - - 131 - 131 131 - 131 8. Nainggolan - - - - - - - 144 144 - 371 371 - 515 515 9. Sitio-tio - - - 52 - 52 139 - 139 - - - 191 - 191 Jumlah 649 204 853 261 506 767 353 226 579 247 414 661 1.319 1.350 2.860 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2008 yang terluas adalah: lahan irigasi teknis, luasnya yaitu: 853 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah 649 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 204 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhanaPU, luasnya yaitu: 579 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah: 353 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 226 Ha. Halaman berikut ini dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2009: 46 Tabel 12. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan Ha Tahun 2009 No Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1 2 Teknis Irigasi SederhanaPU Irigasi DesaNon PU Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Ha Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Ha Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Ha Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Ha Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Ha 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 1. Pangururan - - - - - - - - - - - - - - - 2. Ronggur Nihuta - - - - - - - - - - 62 62 - 62 62 3. Simanindo - - - - - - - - - 58 - 58 58 - 58 4. Harian 200 - 200 100 - 100 100 - 100 - - - 400 - 400 5. Sianjur Mulamula - 200 200 - 500 500 - 80 80 - - - - 780 780 6. Palipi 400 - 400 100 - 100 100 - 100 48 - 48 648 - 648 7. Onan Runggu - - - - - - - - - 138 - 138 138 - 138 8. Nainggolan - - - - - - - 122 122 - 315 315 - 437 437 9. Sitio-tio - - - 75 - 75 201 - 201 - - - 276 - 276 Jumlah 600 200 800 275 500 775 401 202 603 244 377 621 1.520 1.279 2.799 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2009 yang terluas adalah: lahan irigasi teknis, luasnya yaitu: 800 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah 600 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 200 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhanaPU, luasnya yaitu: 603 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah: 401 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 202 Ha. Halaman berikut ini dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2010: 48 Tabel 13. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan Ha Tahun 2010 No Kecamatan Irigasi Teknis Irigasi 1 2 Teknis Irigasi SederhanaPU Irigasi DesaNon PU Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah Frekuensi Tanam Dalam Setahun Jumlah 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 1. Pangururan - - - - - - - - - - - - - - - 2. Ronggur Nihuta - - - - - - - - - - 64 64 - 64 64 3. Simanindo - - - - - - - - - 61 - 61 61 - 61 4. Harian 197 - 197 99 - 99 98 - 98 - - - 394 - 394 5. Sianjur Mulamula - 206 206 - 511 511 - 83 83 - - - - 800 800 6. Palipi 377 - 377 94 - 94 96 - 96 46 - 46 613 - 613 7. Onan Runggu - - - - - - - - - 137 - 137 137 - 137 8. Nainggolan - - - - - - - 140 140 - 360 360 - 500 500 9. Sitio-tio - - - 72 - 72 192 - 192 - - - 264 - 264 Jumlah 574 206 780 265 511 776 386 223 609 244 424 668 1.469 1.364 2.833 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2010 yang terluas adalah: lahan irigasi teknis, luasnya yaitu: 780 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah 574 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 206 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhanaPU, luasnya yaitu: 609 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun adalah: 386 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun adalah: 223 Ha. Total luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu 1 kali dalam setahun umumnya lebih besar daripada luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua 2 kali dalam setahun, kecuali dibeberapa Kecamatan yaitu: Kecamatan Palipi, Harian dan Sitio-tio. Keadaan ini terutama disebabkankan karena curah hujan yang tidak merata serta iklim atau cuaca yang kurang mendukung, yaitu: dibeberapa daerah tersebut bersuhu sangat dingin sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan penanaman dua 2 kali dalam setahun, serta kebiasaan para petani setempat dan mata pencaharian penduduk yang cukup beragam di daerah-daerah tersebut selain bertani, mereka juga beternak, berdagang dan sebagainya. Adapun Tabel 10 – 13 menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir lahan irigasi terluas adalah lahan Irigasi DesaNon PU. Namun, semenjak tahun 2008- 2010 lahan yang terluas adalah: lahan irigasi teknis. Hal ini terjadi karena semakin besarnya perhatian dari PemerintahDinas Pengairan dalam mengatur dan mengukur pemasukan air didaerah tersebut. Dalam hal ini PemerintahDinas 50 Pengairan menguasai jaringan beserta penyadap untuk mengatur dan mengukur pendistribusian air agar lancar dan merata diberbagai daerah untuk menjaga kestabilan produksi jika musim kemarau.

4.5 Karakteristik Responden

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani padi padi sawah dan padi ladang, pedagang, pemilik penggilingan padi dan konsumen beras. Karakteristik Responden Petani, Pedagang dan Pemilik Penggilingan Padi Data karakteristik petani responden dalam penelitian ini adalah: meliputi umur petani, luas lahan yang dimiliki, luas lahan yang diusahakan dan frekuensi tanam dalam setahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Karakteristik Responden Petani, Pedagang dan Pemilik Penggilingan Padi. No. Uraian Satuan Rata-rata Rentang 1. Umur Rante 47,67 37 – 75 2. Pengalaman Bertani Tahun 27,36 10 – 45 3. Luas lahan yang dimiliki: Sawah Ladang Rante Rante 13,6 1 2 – 25 0 – 30 4. Luas lahan yang diusahakan : Sawah Ladang Rante Rante 13,6 1 2 – 25 0 – 30 5. Frekuensi tanam : Sawah Ladang Kali dalam setahun Kali dalam setahun 1 1 1 1 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 1. Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani responden adalah 47,67 tahun, dengan pengalaman bertani rata-rata yaitu 27,36 tahun. Rata-rata luas lahan sawah yang dimiliki adalah 13,6 rante dan rata- rata luas lahan ladang yang dimiliki 1 rante. Rata-rata luas lahan sawah yang diusahakan yaitu 13,6 rante dan rata-rata luas ladang yang diusahakan yaitu 1 rante. Lahan sawah dan lahan ladang diusahakan dan ditanam, rata-rata 1 kali dalam setahun.

4.5.1 Karakteristik Responden Pemilik Penggilingan Padi

Data karakteristik responden pemilik penggilingan padi adalah meliputi jumlah mesin penggilingan padi dan rendemen beras. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 15. Karakteristik Responden Pemilik Penggilingan Padi No. Uraian Satuan Rata-rata Rentang 1. Jumlah mesin penggilingan padi: Unit 1 1 2. Rendemen beras : 60 57 – 64 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 2b. Berdasarkan Tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata jumlah mesin penggilingan padi kecil yang dimiliki adalah 1 unit. Rata-rata rendemen berasnya adalah 60.

4.5.2 Karakteristik Responden Konsumen Beras

Data karakteristik konsumen beras yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah: meliputi umur, jumlah tanggungan dan jumlah beras yang dikonsumsi dalam sebulan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 16. Karakteristik Responden Konsumen Beras No. Uraian Satuan Rata-rata Rentang Penduduk Kab. Samosir 1. Umur Tahun 47,67 37 – 75 2. Jumlah Konsumen Beras Orang 7 2 – 12 3. Konsumsi beras bulan Kg 90,84 32 – 195 Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 2a. Berdasarkan Tabel 16 diatas diketahui bahwa rata-rata umur responden konsumen beras di Kabupaten Samosir adalah: 47,67 tahun. Rata-rata jumlah keluarga konsumen beras yaitu: 7 orang. Rata-rata konsumsi beras per bulan penduduk adalah: 90,84 Kg KK.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Luas Tanam Padi di Kabupaten Samosir untuk Lima

Tahun Terakhir Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir 2006 – 2010 luas tanam padi di Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa luas tanam padi berfluktuasi dari tahun ke tahun Tabel 17. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tanam padi di Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 0,83 Lampiran 3. Adapun luas tanam padi sawah dan padi ladang paling rendah terjadi pada tahun 2007, yang beberapa kecamatan seperti Pangururan, Ronggur Nihuta, Simanindo, Palipi, Onanrunggu dan Nainggolan, yang kebanyakan mengalami kekeringankemarau panjang saat musim tanam tiba, karena mayoritas merupakan sawah tadah hujan dan berada cukup jauh dari sumber mata air, sehingga membuat petani mengurangi total luas tanamnya. Sedangkan Sianjur Mula-mula, Sitiotio dan Harian justru mengalami peningkatan, karena ketiga Kecamatan ini berada didaerah yang dekat dengan sumber mata air dan curah hujannya juga cukup tinggi sehingga petani berupaya untuk semakin meningkatkan luas tanam padinya. Tahun 2008 tidak lantas membuat petani terus mengurangi luas tanamnya, justru petani lebih meningkatkan luas tanamnya sekitar 511 Ha lagi. Hal ini disebabkan karena musim penghujan terjadi dibeberapa tempat, sehingga petani berlomba- 54 lomba untuk menanam padi, begitu pula dengan padi ladang luas tanamnya juga semakin ditingkatkan. Kecamatan yang paling tinggi menambah luas tanamnya di tahun 2008 adalah Palipi. Meski demikian, ada juga beberapa Kecamatan yang semakin mengurangi luas tanamnya karena curah hujan yang rendah pula dan ketidakmampuan alat pemompa air untuk mengairi disawah yang akan ditanam karena ketinggian tempat seperti yang terjadi di Kecamatan Pangururan, Simanindo, Onanrunggu. Sedangkan Harian dan Sitiotio mengurangi luas tanamnya karena banyaknya gagal panen yang dialami pada tahun 2007 yang disebabkan oleh angin puting beliung. Tahun 2009 petani di Kabupaten Samosir semakin meningkatkan luas tanamnya hingga 45 Ha. Hal ini terjadi karena petani melihat kondisi kegagalan panen yang semakin menurun pada tahun 2008. Seperti yang terjadi di Simanindo, Harian, Sianjur mula-mula, Palipi, Onanrunggu dan Sitiotio yang turut meningkatkan luas tanam padi mereka. Selain itu, juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang mulai diterima oleh petani, seperti penggunaan varietas unggul baru yang diperkenalkan pemerintah setempat melalui peran penyuluh mulai diterapkan oleh petani di Kecamatan Simanindo dan Palipi. Meski demikian, ada juga beberapa tempat dimana petaninya memutuskan untuk mengurangi luas tanam, yang disebabkan oleh pengaruh curah hujan yang tidak menentu, seperti petani yang berada di Kecamatan Nainggolan yang paling banyak mengurangi luas tanam padinya hingga 253 Ha, karena angka kegagalan panen tahun 2008 ditempat ini cukup tinggi. Selain itu, Pangururan dan Ronggur Nihuta juga turut mengurangi luas tanam karena pengaruh curah hujankemarau. Tahun 2010 petani di Kabupaten Samosir mengurangi luas tanam padinya, yaitu sekitar 209 Ha. Hal ini disebabkan karena total luas gagal panen tahun 2009 mencapai 640 Ha, yang menyebabkan petani merugi dan memutuskan mengurangi luas tanamnya tahun 2010. Seperti yang terjadi di Kecamatan Simanindo yang merupakan daerah paling banyak mengurangi luas tanam hingga 139 Ha. Bukan hanya karena gagal panen tahun 2009, ini juga disebabkan karena curah hujankemarau yang membuat petani mengganti jenis komoditi padi mereka. Ronggur nihuta, Harian, Sianjur mula-mula dan Palipi juga turut mengurangi luas tanam padi dan mengganti komoditi mereka dengan komoditi jenis biji-bijian yang berumur pendek dan efisien seperti kacang, kopi, serta komoditi sayur dan lain sebagainya. Tidak semua Kecamatan di Kabupaten Samosir mengurangi luas tanamnya, seperti yang terjadi di Pangururan, Nainggolan dan Onanrunggu yang justru meningkatkan luas tanam padinya. Pangururan merupakan daerah yang paling banyak meningkatkan total luas tanamnya hingga 95 Ha. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang mendukung untuk masa tanam dan mayoritas merupakan sawah tadah hujan. Dengan demikian, untuk luas tanam selama lima tahun terakhir 2006 - 2010. Luas tanam terendah terjadi pada tahun 2007, yang kebanyakan disebabkan oleh faktor curah hujankemarau yang membuat petani mengurangi luas tanam padi dan menggantinya dengan komoditi lain yang dianggap lebih efektif dan efisien seperti kopi, jagung, kacang serta jenis sayur-sayuran. Sedangkan luas tanam tertinggi terjadi pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang mendukung serta penerapan teknologi, seperti penggunaan varietas unggul baru dan sistem tanam yang diterima oleh petani setempat dan mulai merata. Bertambahnya luas gagal panen di tahun 2010 data luas gagal panen diperoleh dari tabel luas tanam dikurangi data tabel luas panen per tahunnya, membuat pemerintah dan petani merencanakan untuk mengurangi total luas tanam padi dan mengganti komoditinya ke kopi dan jagung. Luas tanam padi pada tahun 2011 yaitu padi sawah 8.549 Ha, padi ladang 5 Ha dan totalnya 8.554 Ha Lampiran 4. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 17, yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir mengenai perkembangan luas tanam padi untuk lima tahun terakhir 2006 – 2010 berikut ini: Tabel 17. Luas Tanam Padi di Kabupaten Samosir Ha Tahun 2006 – 2010 No Kecamatan Luas Tanam Ha 2006 2007 2008 2009 2010 Padi Sawah Padi Ladang padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang 1. Pangururan 1.052 - 1.052 991 - 991 814 - 814 805 - 805 900 - 900 2. Ronggur Nihuta 389 5 394 303 5 308 310 16 326 363 9 372 328 9 337 3. Simanindo 726 10 736 698 - 698 584 - 584 760 - 760 621 - 621 4. Harian 725 - 725 1.042 - 1.042 995 - 995 1.103 - 1.103 1.058 - 1.058 5. Sianjur Mulamula 1.375 - 1.375 1.834 - 1.834 1.834 - 1.834 1.938 - 1.938 1.834 - 1.834 6. Palipi 1.479 - 1.479 1.248 - 1.248 1.869 - 1.869 1.655 - 1.655 1.544 - 1.544 7. Onan Runggu 1.122 - 1.122 921 - 921 877 - 877 893 - 893 1.003 - 1.003 8. Nainggolan 1.290 - 1.290 888 - 888 1.171 - 1.171 918 - 918 946 - 946 9. Sitio-tio 338 - 338 516 - 516 487 - 487 558 - 558 550 - 550 Jumlah 8.496 15 8.511 8.441 5 8.446 8.941 16 8.957 8.993 9 9.002 8.784 9 8.793 Rata-Rata 944 1,66 945,7 937,9 0,55 938,4 993,4 1,77 995,2 999,2 1,00 1.000,2 976 1,00 977 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir,Tahun 2010 Berdasarkan hasil wawancara terhadap para petani lahan sawah dan lahan kering diketahui bahwa luas tanam padi petani sampel juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hasil perhitungan diketahui bahwa luas tanam padi petani sampel selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan, yaitu rata-rata meningkat sebesar 0,89 Lampiran 5 . Total luas tanam terendah selama lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena tingginya luas gagal panen tahun 2006, yaitu mencapai 80 rante. Faktor curah hujankemarau yang mengakibatkan alih fungsi lahan juga turut membuat petani untuk mengurangi luas tanam padinya. Tahun 2008 kembali petani meningkatkan luas tanamnya, karena pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya untuk mengatasi kegagalan panen terutama akibat serangan hama dan penyakit. Tahun 2009 terjadi peningkatan luas tanam hingga 48 rante yang merupakan peningkatan luas tanam tertinggi selama lima tahun terakhir. Tahun 2010 petani yang mulai mencoba bibit varietas unggul baru seperti Ciherang, dikarenakan varietas lokal yang biasa digunakan oleh petani sudah rentan terhadap serangan hama dan penyakit wereng coklat dan penyakit leher. Namun demikian, masih banyak petani yang belum berminat menggunakan bibit unggul jenis Ciherang yang diperkenalkan melalui penyuluhan dan informasi dari Dinas Pertanian setempat. Sehingga tahun 2010 merupakan tahun luas tanam tertinggi sekaligus luas gagal panen tertinggi selama lima tahun terakhir, dengan luas gagal panen mencapai 91 rante Lampiran 6. 59 Melihat luas lahan gagal panen yang semakin meningkat tentu akan berdampak kepada petani, untuk mengurangi luas tanam padinya dan bahkan beberapa petani sampel sudah mengganti jenis komoditi padi yang mereka tanam dengan komoditi jagung, coklat karena dianggap lebih efisien. Tahun 2011 ini total luas tanam petani sampel adalah 382 rante, dengan perincian padi sawah 362 rante dan padi ladang 20 rante dan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya Lampiran 7 Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 0,83 , sehingga hipotesis 1 ditolak.

5.2 Perkembangan Luas Panen Padi di Kabupaten Samosir untuk Lima

Tahun Terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir 2006 – 2010 luas tanam padi di Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa luas panen padi berfluktuasi dari tahun ke tahun Tabel 18. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas panen padi di Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 0,20 Lampiran 8. Total luas panen tertinggi tahun 2006 dicapai oleh Kecamatan Palipi, hal ini disebabkan karena total luas tanamnya juga tinggi serta curah hujan cukup baik ketika musim tanam. Sedangakan total luas panen terendah terjadi di Kecamatan Sitiotio, hal ini disebabkan karena luas tanamnya rendah dan adanya serangan hama bekicot pada musim tanam dan burung pemakan biji-bijian ketika memasuki musim panen. Luas panen pada tahun 2007 paling rendah dibandingkan dengan tahun sebelum dan sesudahnya. Dikarenakan luas panen pada tahun 2007 juga paling rendah, yang disebabkan oleh rendahnya curah hujankemarau. Total luas panen tertinggi tahun 2007 dicapai oleh Sianjur mula-mula dan Harian tanpa adanya kegagalan panen sedikitpun. Hal ini disebabkan karena tanahnya yang tergolong subur, sistem irigasi yang lancar karena berdekatan dengan sumber air dan teknologi yang digunakan masih tergolong sederhanatradisional. Sedangkan luas panen terendah terjadi di Ronggur nihuta yang memang memiliki curah hujan yang sangat rendah dan wilayahnya berada cukup jauh dari sumber air. Tahun 2008 total luas panen Kabupaten Samosir cukup meningkat bila dibandingkan dengan luas panen tahun 2007, yaitu sekitar 511 Ha. Namun, jika dibandingkan dengan luas tanam tahun 2008 justru mengalami kegagalan panen yang sangat tinggi mencapai 546 Ha. Untuk daerah dengan luas panen terendah terjadi di Ronggur nihuta dan daerah dengan luas panen tertinggi terjadi di Sianjur mula-mula yang disebabkan karena faktor yang sama seperti kondisi yang terjadi pada tahun 2007. Pada tahun 2009 total luas panen Kabupaten Samosir menurun dan mengalami gagal panen yang sangat tinggi mencapai 640 Ha. Seperti di Simanindo, Harian, Sianjur mula-mula, Palipi, Onanrunggu dan Nainggolan yang mengalami gagal panen yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena, adanya serangan hama dan penyakit wereng dan penyakit leher pada masa perawatan dan terjadinya angin puting beliung pada masa musim panen di Harian. Sehingga total gagal panen tahun 2009 sangat tinggi. Seiring dengan meningkatnya teknologi seperti penggunaan varietas unggul dan sistem tanam Legowo 4 : 1, tahun 2010 petani dan pemerintah memutuskan untuk mengurangi total luas tanam untuk menghindari gagal panen yang lebih besar lagi. Ternyata hal ini juga belum mampu menekan angka gagal panen. Hingga tahun 2010 total luas gagal panen masih sangat tinggi mencapai 457 Ha. Dengan demikian, untuk total luas panen selama lima tahun terakhir 2006-2010. Luas panen terendah Kabupaten Samosir terjadi pada tahun 2007 yang disebabkan karena luas tanam yang rendah, curah hujankemarau yang terjadi dimusim tanam serta serangan hama ketika memasuki musim panen. Sedangkan total luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2008. Melihat semakin tingginya angka gagal panen di tahun 2010, pemerintah dan petani memperkirakan dan membuat sasaran agar total gagal panen dapat lebih ditekan. Pemerintah dan petani merencanakan untuk meningkatkan luas panen pada tahun 2011 dengan mengurangi luas tanam tetapi meningkatkan penerapan teknologi varietas unggul maupun teknologi pada masa panen. Dengan memperkirakan luas panen padi sawah sekitar 8.481 Ha, padi ladang 5 Ha dan totalnya 8.486 Ha, dengan luas gagal panen maksimal diperkirakan 68 Ha Lampiran 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 18, yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir mengenai perkembangan luas panen padi untuk lima tahun terakhir 2006 – 2010 berikut ini: Tabel 18. Luas Panen Padi di Kabupaten Samosir Ha Tahun 2006 – 2010 No Kecamatan Luas Panen Ha 2006 2007 2008 2009 2010 Padi Sawah Padi Ladang padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang 1. Pangururan 1.020 - 1.020 964 - 954 785 - 785 805 - 805 810 - 810 2. Ronggur Nihuta 380 5 385 290 5 295 216 16 232 318 9 327 308 9 317 3. Simanindo 640 10 650 636 - 636 584 - 584 563 - 563 601 - 601 4. Harian 725 - 725 1.042 - 1.042 995 - 995 1.057 - 1.057 1.020 - 1.020 5. Sianjur Mulamula 1.375 - 1.375 1.834 - 1.834 1.834 - 1.834 1.797 - 1.797 1.790 - 1.790 6. Palipi 1.389 - 1.389 1.128 - 1.128 1.869 - 1.869 1.630 - 1.630 1.530 - 1.530 7. Onan Runggu 1.107 - 1.107 807 - 807 771 - 771 813 - 813 810 - 810 8. Nainggolan 1.290 - 1.290 888 - 888 955 - 955 812 - 812 926 - 926 9. Sitio-tio 330 - 330 506 - 506 386 - 386 558 - 558 532 - 532 Jumlah 8.256 15 8.271 8.095 5 8.100 8.395 16 8.411 8.353 9 8.362 8.327 9 8.336 Rata-Rata 917,33 1,67 919,00 899,4 0,56 900 932,77 1,78 934,55 928,11 1,00 929,11 925,22 1,00 926,22 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir, Tahun 2010 Berdasarkan hasil wawancara terhadap para petani lahan sawah dan lahan kering diketahui bahwa luas panen padi petani sampel juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hasil perhitungan diketahui bahwa luas panen padi petani sampel selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan, yaitu rata-rata meningkat sebesar 0,24 Lampiran 10 . Adapun hasil survey terhadap petani sampel diketahui bahwa, total luas panen terendah selama lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan luas tanam pada tahun 2007 juga paling rendah dibandingkan dengan tahun sebelum dan sesudahnya. Sedangkan total luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan total gagal panen tertinggi terjadi pada tahun 2010. Angka gagal panen mencapai 91 rante Lampiran 11. Hal ini disebabkan karena faktor alam misalnya curah hujan yg tidak menentu bahkan kemarau ketersediaan air, angin puting beliung yg sering terjadi menjelang panen serta sarana dan prasarana irigasi yang kurang memadai serta hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Sedangkan tahun 2011 ini total luas panen petani sampel diperkirakan adalah 346 rante dengan perincian padi sawah 329 rante dan padi ladang 17 rante, yaitu lebih tinggi dari tahun sebelumnya Lampiran 12. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa luas panen padi di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu: rata-rata 0,20 , sehingga hipotesis 2 ditolak. 64

5.3 Teknologi Budidaya Tanaman Padi di Kabupaten Samosir untuk Lima

Tahun Terakhir. Teknologi merupakan perkembangan suatu mediaalat yang dapat digunakan dengan lebih efisien, guna memproses serta mengendalikan suatu masalah. Dalam hal ini, teknologi yang dimaksud berkaitan dengan teknologi dalam bidang pertanian. Seiring dengan perkembangan jaman, sektor pertanian pada masa sekarang ini haruslah ditunjang oleh penerapan teknologi yang canggih dibarengi dengan penanganan pasca panen yang baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terutama bagi petani. Teknologi tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir ini 2006-2010 semakin berkembang. Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa teknologi budidaya tanaman padi terus berkembang dari tahun ke tahun, namun petani umumnya lambat dalam mengadopsi teknologi, selain itu penyebaran teknologi cukup lambat, hal ini disebabkan karena kurangnya tenaga penyuluh dan faktor infrastruktur serta sarana transportasi yang kurang memadai karena jarak satu daerah ke daerah yang lain sangat berjauhan sehingga cukup sulit untuk dijangkau. Penjelasan teknologi-teknologi dari Tabel 19 dapat dilihat dibawah ini: I. Teknologi Pertanian untuk Usahatani Padi Sawah dan Padi Gogo di Kabupaten Samosir pada tahun 2006. a. Teknologi yang dikembangkan dan dianjurkan kepada para petani padi sawah pada tahun 2006, antara lain: 1. Penggunaan varietas bibit unggul baru. Tanaman padi di Kabupaten Samosir masih didominasi oleh varietas lokal IR-64. Mengingat tenggang waktu penanaman varietas-varietas ini sudah cukup lama, maka kemurniannya diperkirakan telah menurun. Introduksi varietas-varietas unggul baru dengan sifat-sifat genetik yang lebih baik diharapkan dapat meningkatkan kembali produktivitas tanaman. Varietas unggul padi yang digunakan antara lain; Memberano, Digul, Batang Anai, IR-44, IR-64 dan IR-72. 2. Sistem tanam konvensional Tegel 15x15. Sudah sejak lama petani di Kabupaten Samosir menggunakan sistem tanam tegel 15x15, dimana pada sistem tegel 15x15 populasi berkisar 10.000 rumpun per rante atau 250.000 rumpun per Ha. 3. Pemupukan spesifik lokasi berdasarkan hasil analisa tanah terutama untuk pupuk P dan K. Selama ini rekomendasi pemupukan padi sawah masih bersifat nasional, sehingga dosis pemberian pupuk ini sering berlebihan diberbagai daerah lokasi penanaman padi. Pemberian nitrogen berlebihan selain menurunkan efisiensi pemupukan P dan K, juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya, peningkatan gangguan hama dan penyakit. Pupuk P disebar merata pada saat perataan tanah. Pupuk K diberi dua kali, setengah takaran bersamaan dengan pupuk P dan sisanya pada umur 1,5 bulan. Pupuk urea diberikan tiga kali setiap musim tanam karena sifat unsur N yang mudah larut. Pupuk N pertama diberikan 14 – 21 hari setelah sebar benih, pupuk N kedua pada umur 1,5 bulan dan pupuk N ketiga pada saat umur 2 bulan. Sebenarnya teknologi ini sudah dikenal sejak lama. Penggunaan alat mesin pertanian alsintan. Penggunaan alsintan berperan dalam mengurangi kejerihan kerja dan mengantisipasi kelangkaan tenaga kerja. Jenis alsintan yang digunakan di Kabupaten samosir, antara lain; Traktor roda 4, Handtraktor, Power Threser, Power Sprayer, Cultivator, Mesin Pengolah Kompos, Pompa air. b. Teknologi yang dikembangkan dan dianjurkan kepada petani padi ladang padi gogo pada tahun 2006, antara lain; 1. Penanaman varietas berumur genjah Varietas padi gogo yang berumur genjah 110 hari dengan nasi yang cukup enak adalah sentani, singkarak, ranau, dodokan, gajah mungkur dan kelimutu. Varietas tersebut memiliki kelebihan masing-masing, antara lain; tahan penyakit blas, berumur pendek, tahan rebah dan rontokan, toleran terhadap kekeringan dan naungan serta berpotensi hasil tinggi. 2. Penanaman Tanpa Olah Tanah TOTOlah Tanah Minimum OTM. Untuk penanaman padi gogo disarankan menggunakan sistem tanpa olah tanah TOT. Sistem TOT dan OTM pada dasarnya hanya mengubah cara penyiapan lahan, sedangkan budidaya lainnya tetap dilakukan seperti biasa. Langkah-langkah penyiapan lahan secara TOT dan OTM adalah sebagai berikut: - Gulma pada lahan disemprot menggunakan herbisida sistemik. - Gulma yang telah mati kemudian dirobohkan dan digunakan sebagai mulsa. - Penentuan lajur atau baris yang akan diolah dan ditanami dapat digunakan tali yang direntangkan. Gulma yang sudah direbahkan pada lajur tersebut disibakkan. - Lajur atau baris tersebut dicangkul sekali. Bagian tanah yang tidak rata, diratakan sekaligus. - Lubang tanam dibuat pada lajur-lajuryang telah diolah dengan cara penugalan. Lubang lain dibuat juga untuk pupuk pada jarak 5 cm dari lubang pertama. - Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 4 – 5 butir setiap lubang dan dimasukkan pola pupuk dasarnya. - Kegiatan pemeliharaan selanjutnya dilakukan seperti yang biasa dilakukan. Cara penyiapan lahan penanaman padi gogo dengan TOT dan OTM ini, dapat dilakukan baik pada lahan yang baru dibuka, termasuk lahan yang subur, bergambut, maupun lahan podsolik merah kuning. II. Teknologi Pertanian untuk Usahatani Padi Sawah dan Padi Gogo di Kabupaten Samosir pada Tahun 2007. Para petani umumnya lambat dalam mengadopsi teknologi-teknologi dalam pertanian, dikarenakan kendala dibidang ekonomi, lemahnya sumberdaya manusia, kelembagaan dan kurang tersedianya teknologi usahatani yang spesifik yang mampu meningkatkan produksi secara berkelanjutan. a. Tahun 2007 pemerintah tetap meneruskan teknologi yang didianjurkan pada tahun 2006 agar petani dapat meningkatkan hasil produksi dan prosuktivitas usahataninya. Selain itu di tahun 2007 ini pemerintah mengembangkan sistem pemupukan spesifik lokasi dengan menggunakan bagan warna daun leaf colour chart untuk menentukan waktu pemberian pupuk N. Bagan warna daun BWD terdiri dari enam tingkat warna, mulai dari hijau kekuning-kuningan skor 2 sampai hijau gelap skor 6, yang secara tidak langsung mencerminkan kandungan klorofil didaun dan status N di tanaman padi. Penggunaan teknologi ini dapat menghemat penggunaan pupuk N sebesar 20 kg atau setara dengan 45 kg Ureaha. b. Teknologi yang dianjurkan untuk petani padi ladangpadi gogo masih sama dengan teknologi yang dianjurkan pada tahun 2006. Karena teknologi ini masih dianggap yang terbaik. Teknologi ini sudah dianjurkan untuk seluruh daerah di Kabupaten Samosir. III. Teknologi Pertanian untuk Usahatani Padi Sawah dan Padi Gogo di Kabupaten Samosir Tahun 2008 a. Teknologi yang dikembangkan dan dianjurkan kepada para petani padi Sawah pada tahun 2008 juga merupakan pengembangan teknologi pada tahun 2006 dan 2007, hanya saja pada tahun 2008 ini ada sistem tanam Legowo 4:1, ini adalah modifikasi sistem tanam tegel yang sudah diterapkan sejak lama. Kelebihan sistem Legowo 4:1 ini antara lain; dapat meningkatkan hasil per satuan luas, peningkatan produktivitas dapat dicapai karena populasi tanaman lebih banyak yakni mencapai 400.000 rumpun per Ha. Selain itu, pemeliharaan tanaman lebih mudah, kelembaban dan penerimaan sinar matahari lebih merata, dapat mengurangi serangan tikus dan penampilan tanaman dilapangan lebih bagus. b. Teknologi yang dianjurkan untuk petani padi ladangpadi gogo masih sama dengan teknologi yang dianjurkan pada tahun 2007, tetapi ditambah Sistem Tanam Tanam Benih Langsung Tabela. Penanaman padi ini dilakukan tanpa melalui persemaian dan pemindahan bibit ke areal pertanaman. Hanya saja untuk padi gogo ini benih tidak disebarkan, namun ditanam dengan cara penugalan. IV. Teknologi Pertanian untuk Usahatani Padi Sawah dan Padi Gogo di Kabupaten Samosir pada Tahun 2009. a. Teknologi yang dikembangkan dan dianjurkan kepada para petani padi Sawah pada tahun 2009 juga merupakan pengembangan teknologi pada tahun-tahun sebelumnya, hanya saja pada tahun 2009 ini ada penambahan varietas unggul Ciherang dan Hibrida. Varietas Hibrida merupakan varietas percobaan yang sedang dilakukan di Kabupaten Samosir. b. Teknologi yang dianjurkan untuk petani padi ladangpadi gogo masih mengembangkan teknologi yang dianjurkan di tahun sebelumnya, yaitu; Sistem Tanam Tanam Benih Langsung Tabela. V. Teknologi Pertanian untuk Usahatani Padi Sawah dan Padi Gogo di Kabupaten Samosir pada Tahun 2010. Teknologi yang dikembangkan dan dianjurkan kepada para petani padi sawah dan padi ladang pada tahun 2010 masih erat kaitannya dengan penerapan teknologi produksi seperti varietas unggul baru dan manajemen usahatani seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SLPTT. Selain itu, adapula diperkenalkan teknologi yang disebut Sistem Integrasi Padi – Ternak SIPT. SIPT terdiri dari 3 komponen utama, yaitu: 1. Teknologi budidaya ternak. 2. Teknologi budidaya padi. 3. Teknologi pengelolaan jerami dan kompos. Kompos atau organik adalah salah satu bahan organik sangat potensial untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dan kecukupan hara bagi tanaman. Pupuk organik sangat dibutuhkan untuk menyehatkan kondisi tanah, karena penggunaan pupuk anorganik secara teru-menerus dalam jangka waktu lama telah mengakibatkan tanah menjadi tidak sehat. Adapun tahapan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak, sebagai berikut: Gambar 3. Tahapan Proses Pembuatan Pupuk Organik Dari Kotoran Ternak Kotoran Sapi + Alas Kandang Ditimbun + Probiotik + Urea + TSP Pembalikan per minggu 3 kali Penyaringan Pengepakan Penyimpanan Penggunaan pada Lahan Teknologi yang dianjurkan untuk petani padi ladangpadi gogo masih mengembangkan teknologi yang dianjurkan di tahun sebelumnya, yaitu; selain pemilihan varietas unggul, juga harus dipilih benih yang bermutu. Serta penerapan Sistem Tanam Benih Langsung Tabela. Data selengkapnya mengenai Perkembangan teknologi untuk lima tahun terakhir 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 20 halaman 72. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir semakin berkembang, maka hipotesis 3 diterima. Tabel 19. Perkembangan Teknologi Budidaya Tanaman Padi di Kabupaten Samosir tahun 2006 – 2010 Uraian Teknologi Budidaya Tanaman Padi di Kabupaten Samosir 2006 2007 2008 2009 2010 Jenis Tanaman Padi Padi Sawah Padi ladang Padi Sawah Padi ladang Padi Sawah Padi ladang Padi Sawah Padi ladang Padi Sawah Padi ladang Teknologi yang Dianjurkan a. Penggunaan varietas unggul baru Memberano, Digul, Batang anai,IR-44, IR- 64 dan IR-72. b. Sistem tanam konvensional tegel. c. Pemupukan spesifikasi lokasi terutama untuk pupuk P dan K. d. Penggunaan alat mesin pertanian. a. Penanaman varietas berumur Genjah. b. Penanaman Tanpa Olah Tanah TOT Tanah atau dengan Olah Tanah Minimum OTM. Uraian teknologi yang dianjurkan hampir sama dengan teknologi untuk tahun 2006, tetapi ditambah a. teknologi pemberian pupuk pada tanaman berdasarkan keadaan warna daun, sesuai Bagan Warna Daun BWD yang dibuat oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. a. Penanaman varietas berumur Genjah b. Penanaman Tanpa Olah Tanah TOT Tanah atau dengan Olah Tanah Minimum OTM. Uraian teknologi yang dianjurkan hampir sama dengan teknologi untuk tahun-tahun sebelumnya, tetapi ditambah Sistem tanam Legowo 4:1 yang merupakan modifikasi dari sistem Tegel yang lama. Uraian teknologi yang dianjurkan hampir sama dengan teknologi untuk tahun- tahun sebelumnya, tetapi ditambah Sistem Tanam Benih Langsung Tabela Uraian teknologi yang dianjurkan hampir sama dengan teknologi untuk tahun-tahun sebelumnya, tetapi ditambah penggunaan varietas unggul Ciherang dan varietas hibrida. Uraian teknologi yang dianjurkan hampir sama dengan teknologi untuk tahun-tahun sebelumnya, tetapi ditambah Sistem Tanam Benih Langsung Tabela Teknologi SLPTT Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Uraian dari teknologi yang dianjurkan, hampir sama dengan teknologi untuk tahun-tahun sebelumnya, yakni penggunaan varietas unggul. a. Penggunaan varietas padi lahan sawah. b. Sistem Tanam Benih Langsung Tabela Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Tahun 2010

5.4 Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Samosir untuk Lima Tahun

Terakhir. Sama halnya dengan luas tanam dan luas panen, produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir ini 2006 – 2010 juga berubah dari tahun ke tahun Halaman 75 Tabel 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 0,2 Lampiran 13. Rata – rata produktivitas tanaman padi keseluruhan yang paling rendah adalah pada tahun 2007. Ini disebabkan karena hasil produksi yang rendah pula pada tahun tersebut. Tahun 2007 angka luas gagal panen cukup tinggi, yaitu 455 Ha. Hal ini terjadi karena curah hujan yang tidak menentu, padahal dibeberapa wilayah merupakan sawah tadah hujan serta penggunaan bibit varietas yang sama secara terus-menerus dari tahun ke tahun yang dapat mengakibatkan ledakan hama dan penyakit. Tahun 2009 dengan pengalaman petani dan teknologi yang ditawarkan dan dianjurkan kepada petani sudah lebih beragam dan merata penyebarannya, yaitu petani sudah mengenal teknologi dari rekan-rekan sesama petani maupun penyuluh, terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit. Namun masih banyak petani yang kurang berminat untuk mencoba teknologi yang ditawarkan melalui penyuluh. Termasuk dalam hal penggunaan bibit unggul, banyak petani bahkan tidak meresponnya. Sehingga produktivitas tahun 2009 tidak terlalu tinggi, karena produksi pada tahun 2009 juga tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 74 Tahun 2009 luas lahan irigasi menurun, karena beralih fungsinya lahan sawah menjadi lahan kering. Hal ini tentunya menyebabkan berkurangnya areal tanam ditahun 2010. Meski demikian, produktivitas tahun 2010 meningkat karena adanya peningkatan produksi ditahun tersebut. Meningkatnya produktivitas tanaman padi tahun 2010 membuat Dinas Pertanian memperkirakan peningkatan produktivitas tanaman padi tahun 2011, yaitu padi sawah 57,45 KwHa, padi ladang 27 KwHa dan rata-rata produktivitas tanaman padi keseluruhan adalah 58,11 KwHa Lampiran 14. Tabel 20. Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Samosir KwHa Tahun 2006 – 2010 No Kecamatan Produktivitas KwHa 2006 2007 2008 2009 2010 Padi Sawah Padi Ladang padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang 1. Pangururan 56 - 56 56 - 56 56 - 56 56 - 56 56 - 56 2. Ronggur Nihuta 55 24 54 57 27 51 57 27 58 51 27 52 54 27 55 3. Simanindo 55 24 56 56 - 56 56 - 56 56 - 56 56 - 56 4. Harian 59 - 59 58 - 58 58 - 58 59 - 59 60 - 60 5. Sianjur Mulamula 58 - 58 58 - 58 58 - 58 60 - 60 60 - 60 6. Palipi 60 - 60 59 - 58 59 - 59 59 - 59 58 - 58 7. Onan Runggu 57 - 57 57 - 57 57 - 57 57 - 57 57 - 57 8. Nainggolan 57 - 57 57 - 57 57 - 57 57 - 57 57 - 57 9. Sitio-tio 57 - 57 57 - 57 57 - 57 57 - 57 57 - 57 Jumlah 512 48 514 514 27 508 508 27 515 509 - 513 515 27 516 Rata-Rata 57,88 24 57,43 56,33 27 56,55 57,11 27 57,22 56,50 27 57,13 57,22 27 57,94 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir, Tahun 2010 Adapun produksi tanaman padi Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir 2006 – 2010 juga berfluktuasi dari tahun ke tahun Halaman 79, Tabel 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tanaman padi di Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 0,42 Lampiran 15. Produksi tanaman padi terendah terjadi pada tahun 2007, yang disebabkan karena luas tanam yang paling rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya. Ini terjadi karena tingginya angka gagal panen, baik dari segi luas lahan maupun produktivitasnya. Melihat keadaan ini masih banyak petani yang tidak juga berminat untuk mencoba teknologi yang diperkenalkan melalui penyuluh, baik berupa penggunaan bibit unggul maupun pola tanam lainnya. Meski demikian, tidak semua Kecamatan mengalami penurunan produksi seperti; Sianjur mula-mula yang merupakan penyumbang terbesar di Kabupaten Samosir, masih tetap dapat meningkatkan produksinya. Hal ini disebabkan karena curah hujan yang merata didaerah tersebut dan luas tanamnya juga sangat tinggi bila dibandingkan dengan Kecamatan Harian dan Sitiotio yang juga penyumbang terbesar di Kabupaten Samosir. Produksi tahun 2008 meningkat, hal ini terjadi karena adanya peningkatan luas tanam dan peningkatan luas panen. Total produksi Sianjur mula-mula tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Selanjutnya peningkatan produksi paling banyak terjadi di Palipi yang kemudian diikuti oleh Onanrunggu dan Nainggolan, ini terjadi karena adanya peningkatan luas tanam dan curah hujan yang cukup tinggi. Sedangkan Pangururan, Ronggur nihuta, Simanindo, Harian 77 dan Sitiotio mengalami penurunan produksi yang dikarenakan serangan hama dan penyakit pada tanaman ketika memasuki masa panen. Tahun 2009 produksi di Kabupaten Samosir mengalami penurunan. Pangururan, Sianjur mula-mula, Harian, Onanrunggu dan Sitiotio mengalami peningkatan produksi selain karena curah hujan yang baik. Sedangkan di Ronggur nihuta, Simanindo, Palipi dan Nainggolan mengalami penurunan produksi karena total gagal panen. Menurunnya luas panen tahun 2010 justru membuat produksi semakin meningkat ditahun tersebut. Hal ini disebabkan karena penerapan perkembangan teknologi yang mulai diterima masyarakat dan mulai merata. Seperti penggunaan bibit unggul jenis Ciherang, juga diadakannya SLPTT Sekolah Lapangan Pengelolaan Terpadu bagi petani. Tahun 2011 ini petani dan Dinas Pertanian memprediksi hasil produksi dapat mencapai 49.312 ton gabah kering giling dengan perincian padi sawah 49.289 ton dan padi ladang 23 ton Lampiran 16 . Tabel 21. Produksi Padi di Kabupaten Samosir Ton Tahun 2006 – 2010 No Kecamatan Produksi Ton 2006 2007 2008 2009 2010 Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Ladang + Padi Sawah Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Padi Ladang 1. Pangururan 5.712 - 5.712 5.342 - 5.342 4.396 - 4.396 4.508 - 4.508 4.536 - 4.536 2. Ronggur Nihuta 2.052 12 2.064 1.727 14 1.741 1.140 43 1.183 1.644 24 1.668 1.711 33 1.744 3. Simanindo 3.584 24 3.608 3.343 - 3.343 3.270 - 3.270 3.153 - 3.153 3.366 - 3.366 4. Harian 4.265 - 4.265 6.044 - 6.044 5.771 - 5.771 6.131 - 6.131 6.120 - 6.120 5. Sianjur Mulamula 7.975 - 7.975 10.637 - 10.637 10.637 - 10.637 10.423 - 10.423 10.740 - 10.740 6. Palipi 8.334 - 8.334 6.542 - 6.542 10.840 - 10.840 9.454 - 9.454 8.874 - 8.874 7. Onan Runggu 6.309 - 6.309 4.258 - 4.258 4.395 - 4.395 4.634 - 4.634 4.617 - 4.617 8. Nainggolan 7.353 - 7.353 5.062 - 5.062 5.444 - 5.444 4.628 - 4.628 5.278 - 5.278 9. Sitio-tio 1.881 - 1.881 2.884 - 2.884 2.200 - 2.200 3.181 - 3.181 3.032 - 3.032 Jumlah 47.465 36 47.501 45.839 14 45.853 48.093 43 48.136 47.755 24 47.779 48.274 33 48.307 Rata-Rata 5.274 4 5.277,9 5.095 1,56 5.095 5.344 4,78 5.348,5 5.306 2,67 5.308,8 5.364 3,67 5.367 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir, Tahun 2010 Berdasarkan hasil wawancara terhadap para petani lahan sawah dan lahan kering diketahui bahwa rata-rata produktivitas tanaman padi petani sampel juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tanaman padi petani sampel di Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 0,17 Lampiran 17. Hasil survey terhadap petani sampel diketahui bahwa rata-rata produktivitas tanaman padi keseluruhan yang paling rendah adalah pada tahun 2007. Tahun tersebut hasil produksi tanaman padi para petani menurun dibandingkan dengan tahun sebelum dan sesudahnya, dikarenakan tingginya serangan hama seperti; wereng, tikus, bekicot dan jenis penyakit leher serta faktor alam, yakni curah hujan yang sangat rendahkemarau dan angin puting beliung. Bibit varietas lokan IR-64 yang biasa digunakan petani juga sudah tidak murni lagi dan rentan terhadap penyakit, sehingga menurunkan produktivitas tanamnya. Tahun 2008 produktivitas dapat kembali ditingkatkan dengan meningkatkan luas tanam dan perawatan pembudidayaan yang lebih tepat serta petani belajar dari pengalaman dan dari informasi rekan-rekan sesama petani maupun peran dari penyuluh mengenai pemberantasanpengendalian hama dan penyakit, pemupukan yang sesuai dan lebih efisien, teknik pengolahan tanah dan teknologi lainnya. Pada tahun 2010 produktivitas tertinggi selama lima tahun terakhir ini karena petani sudah mulai berminat untuk menerapkan teknologi yang sudah lama diperkenalkan oleh penyuluh seperti penggunaan bibit unggul jenis Ciherang, diadakannya SLPTT Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Tahun 2011 dengan luas tanam padi sawah 362 rante, padi ladang 20 rante total luas 80 tanam 382 rante, para petani memperkirakan rata-rata produktivitas padi keseluruhan adalah 58,34 KwHa dan lebih tinggi dari lima tahun sebelumnya. Meningkatnya produktivitas tanaman padi sejak tahun 2008 menyebabkan produksi juga semakin meningkat jika dibandingkan dengan luas lahan Lampiran 18. Berdasarkan hasil wawancara terhadap para petani lahan sawah dan lahan kering diketahui bahwa produksi tanaman padi petani sampel juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tanaman padi petani sampel di Kabupaten Samosir selama lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan sebesar 0,44 Lampiran 19 . Produksi tanam padi petani sampel pada tahun 2007 paling rendah disebabkan karena luas tanam yang rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya. Melihat kondisi luas tanam yang sangat minim ditahun 2007, maka petani berinisiatif untuk meningkatkan luas tanam untuk meningkatkan luas panen dan jumlah produksi ditahun 2008. Membaiknya keadaan pada tahun 2008 yang ditandai dengan kenaikan produktivitas tanam, para petani meningkatkan luas tanam dan meningkatkan pemeliharaan serta budidaya terhadap tanaman mereka pada tahun 2009. Ternyata upaya yang dilakukan petani memeberikan hasil yang sangat tidak memuaskan, justru pada tahun 2009 luas lahan gagal panen sangat meningkat dan produksi tanaman padi semakin menurun. Hal ini disebabkan karena faktor alam seperti angin puting beliung dan masalah ketersediaan air karena mayoritas adalah lahan sawah tadah hujan. Namun kondisi ini tidak membuat para petani mengurangi luas tanam, justru para petani semakin meningkatkan luas tanam mereka, karena ditahun 2010 ini banyak petani yang mulai berminat terhadap teknologi berupa varietas bibit unggul Ciherang yang diperkenalkan melalui penyuluhan pertanian. Maka pada tahun 2010 menjadi tahun dengan produksi tertinggi lima tahun terakhir ini Lampiran 20. Sehingga pada tahun 2011 ini dengan meningkatnya luas tanam dan produktivitas diperkirakan hasil produksi mencapai 92.560 kg atau 92,56 ton gabah kering giling, dengan perincian produksi padi sawah 92.271 kg dan padi ladang 289 kg gabah kering giling Lampiran 21. Hasil analisis diketahui bahwa produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu rata-rata meningkat sebesar 0,2 , maka hipotesis 4 diterima.

5.5 Harga Beras untuk Lima Tahun Terakhir

Pemerintah telah menetapkan harga dasar gabah dan beras. Kebijakan ini untuk mencegah terjadinya tekanan harga beli gabah kepada petani. Para agen yang membeli gabah dari petani harus membeli gabah dengan harga yang sama atau diatas harga dasar yang telah ditetapkan. Adapun perkembangan harga dasar gabah dan beras lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini: Tabel 22. Perkembangan Harga Dasar Pembelian Gabah dan Beras Petani Dalam Negeri Oleh BULOG RpKg, Tahun 2006-2011 Tahun Harga Dasar RpKg Nomor Impres Tanggal Impres Tanggal Berlaku GKP GKS GKG Beras 2006 1.730 2.250 2.280 3.550 132005 10102005 01012006 2007 1.730 2.250 2.280 3.550 132005 10102005 01122006 2008 2.200 2.250 2.880 4.300 012008 22042008 22042008 2009 2.400 2.440 3.000 4.600 082008 24122008 01012009 2010 2.640 2.685 3.345 5.960 072009 29122009 01012010 2011 2.640 2.685 3.345 5.960 072009 29122009 01012010 Sumber: Badan Urusan Logistik BULOG SUMUT, 2010. Keterangan: - GKP : Gabah Kering Panen - GKS : Gabah Kering Simpan - GKG : Gabah Kering Giling Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa pada tahun 2006 harga dasar gabah kering panen adalah: Rp. 1.730,-kg, harga gabah kering simpan adalah: Rp. 2.250,-kg, harga gabah kering giling adalah: Rp. 2.280,-kg dan harga beras adalah: Rp. 3.550,-kg. Harga-harga ini terus berlaku sampai tahun 2007. Tahun 2008 harga-harga mulai berubah dan meningkat, yaitu harga gabah kering panen adalah: Rp. 2.200,-kg, harga gabah kering simpan adalah: Rp. 2.250,-kg, harga gabah kering giling adalah Rp. 2.880,-kg dan harga beras adalah: Rp.4.300,-kg. Kemudian meningkat pada tahun 2009 yaitu harga gabah kering panen adalah Rp. 2.400,-kg, harga gabah kering simpan adalah: Rp. 2.440,-, harga gabah kering giling adalah: Rp. 3.000,-kg dan harga beras adalah: Rp. 4.600,-kg. Dan meningkat lagi pada tahun 2010 yaitu, harga gabah kering panen adalah: Rp. 2.640,-kg, harga gabah kering simpan adalah: Rp. 2.685,-kg, harga gabah kering giling adalah: Rp. 3.345 dan harga beras adalah Rp. 5.960,-kg da harga ini terus berlaku sampai tahun 2011 ini. Hasil perhitungan diketahui bahwa pertumbuhan harga beras untuk lima tahun terakhir meningkat, yaitu: meningkat sebesar 16,97 Lampiran 22. Peningkatan harga gabah dan beras terjadi disetiap tahunnya selama lima tahun terakhir ini. Harga gabah dan beras terendah terjadi pada tahun 2006 dan peningkatannya dapat kita lihat pada tahun 2010 yaitu, harga gabah kering panen meningkat sebanyak Rp. 910,-kg, harga gabah kering simpan meningkat sebanyak Rp. 435,-kg, harga gabah kering giling meningkat sebanyak Rp. 1.065,-kg dan harga beras meningkat sebanyak Rp. 2.410,-kg. Adapun demikian penerapan kebijakan harga dasar pembelian pemerintah HDPP untuk gabah kurang efektif menjaga stabilitas harga gabah. Tidak stabilnya harga gabah sering kali terjadi setiap panen raya dan diwarnai dengan masuknya raskin yang merupakan program bantuan pemerintah jika permintaan tidak seimbang dengan supply. Hal ini membuat para petani memilih untuk tidak menjual dalam bentuk gabah tapi berupa beras. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa harga beras untuk lima tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu rata-rata meningkat sebesar 16,97 .

5.6 Konsumsi Beras per Kapita di Kabupaten Samosir untuk Lima Tahun

Terakhir Konsumsi beras per kapita penduduk di Kabupaten Samosir menurun selama lima tahun terakhir ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Pusat Statistik Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir 2006-2010 konsumsi beras perkapita penduduk Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini: Tabel 23. Konsumsi Beras Penduduk Kabupaten Samosir KgKapitaTahun Tahun 2006-2010 Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 Jlh. Penddk 130.662 131.205 131.549 132.023 133.491 Konsumsi rata-rata 204,8 198,6 191 186,85 178,28 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa konsumsi beras dari tahun ketahun selama lima tahun terakhir menurun. Tahun 2006 rata-rata konsumsi adalah 204,8 kgkapitatahun. Lalu menurun pada tahun 2007 menjadi 198,6 kgkapitatahun. Kembali menurun pada tahun 2008 menjadi 191 kgkapitatahun. Terus menurun lagi pada tahun 2009 menjadi 186,85 kgkapitatahun dan makin menurun lagi pada tahun 2010 menjadi 178,28 kgkapitatahun. Tabel 23 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras sangat tinggi karena beras adalah sumber tenaga utama penduduk tersebut. Hasil perhitungan diketahui bahwa konsumsi beras perkapita penduduk di Kabupaten Samosir mengalami penurunan, yaitu rata-rata menurun sebesar 3,24 Lampiran 23 selama lima tahun terakhir ini. Konsumsi penduduk Kabupaten Samosir terus menurun dari tahun ke tahun. Tahun 2006 konsumsi beras perkapita pertahun penduduk adalah: 204,8 kgkapitatahun, menurun pada tahun 2007 menjadi 198,6 kgkapitatahun, menurun lagi pada tahun 2008 menjadi 191 kgkapitatahun, terus menurun pada tahun 2009 menjadi 186,85 kgkapitatahun dan sangat menurun pada tahun 2010 menjadi 178,28 kgkapitatahun. Konsumsi beras yang sangat menurun di Kabupaten Samosir terjadi pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena, kebiasaan dari penduduk secara turun-temurun yang terlebih dahulu mengkonsumsi bahan pangan lain yang mereka sebut gadongubi sebelum makan nasi. Secara Nasional dikenal dengan istilah “ Pola Manggadong ”. Ini dilakukan untuk mengurangi banyaknya nasi yang akan dimakan, karena perut sudah terlebih dahulu kenyang karena memakan ubi. Selain itu, mulai berkembangnya makanan pengganti nasi yang sangat beragam dijual dengan berbagai macam rasa dan tingkat harga, sehingga agar tidak bosan dengan menu makanan mereka, para penduduk sering memakan makanan lainnya yang bukan nasi. Meskipun demikian, tingkat konsumsi beras di Kabupaten Samosir masih terlalu tinggi bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi beras secara Nasional. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Samosir masih merupakan daerah pedesaan dimana penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Pekerjaan sebagai buruh tani tentunya lebih banyak menggunakan tenaga fisik, sehingga mereka perlu mengkonsumsi lebih banyak nasi untuk menjaga agar tubuh mereka tetap kuat untuk bekerja. Hal inilah yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Samosir yakni; lebih sedikitnya jenis makanan substitusi untuk menggantikan nasi, sehingga lebih sedikit pilihan bagi para penduduk untuk mengkonsumsi makanan selain nasi, dan akhirnya nasi tetap menjadi makanan paling utama bagi penduduk di Kabupaten Samosir. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata konsumsi beras perkapita penduduk di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir mengalami penurunan, yaitu: menurun sebesar 3,24 , maka hipotesis 6 diterima.

5.7 Kabupaten Samosir Dapat Mencapai Swasembada Pangan Beras

Pada Tahun 2011 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Badan Ketahanan pangan Kabupaten Samosir, persediaan beras tanpa beras miskin raskin pada tahun 2006 setelah beras yang diproduksi dikurangi kebutuhan penduduk Kabupaten adalah 1.741 ton. Tahun 2007 diketahui bahwa persediaan beras yang diproduksi dikurangi kebutuhan penduduk Kabupaten dan tanpa beras miskin adalah 1.455 ton. Tahun 2008 persediaan beras adalah 3.756 ton setelah dikurangi kebutuhan penduduk Kabupaten. Tahun 2009 persediaan beras adalah 5.933 ton setelah ditambah beras imporraskin dan dikurangi kebutuhan penduduk Kabupaten. Pada tahun 2010 persediaan beras adalah 7.507 ton setelah ditambah beras imporraskin dan dikurangi kebutuhan penduduk Kabupaten. Dimana, 7.507 ton beras tersebut akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras tahun 2011. Tahun 2011 diperkirakan sasaran produksi mencapai 48.643 ton gabah kering giling atau setara beras 29.186 ton. Jumlah beras sebanyak 29.186 ton ini ditambah dengan persediaan akhir tahun 2010 sebanyak 7.507 ton, sehingga total persediaan beras tahun 2011 adalah 36.693 ton. Adapun untuk mengetahui apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras pada tahun 2011, kita harus membandingkan jumlah permintaan beras dan jumlah penawaran beras atau persediaan beras. Data selengkapnya dari luas tanam padi, luas panen padi, produktivitas tanaman padi, produksi gabah kering giling, jumlah penduduk, konsumsi beras penduduk, kebutuhan beras, impor berasraskin dan Surplus beras di Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel 24 di halaman berikut ini: Tabel 24. Luas Lahan Tanaman Padi Ha, Produksi Ton, Konsumsi Beras Ton dan Surplus Beras Ton di Kabupaten Samosir Tahun 2006 – 2011 No. Uraian Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Luas Tanam Padi Ha

- Padi Sawah 8.496 8.441 8.941 8.993 8.784 8.549 - Padi Ladang 15 5 16 9 9 5 - Padi Sawah + Padi Ladang 8.511 8.446 8.957 9.002 8.793 8.554

2. Luas Panen Padi Ha

- Padi Sawah 8.256 8.095 8.395 8.353 8.327 8.481 - Padi Ladang 15 5 16 9 9 5 - Padi Sawah + Padi Ladang 8.271 8.100 8.411 8.362 8.336 8.486

3. Produktivitas Tanaman Padi KwHa

- Padi Sawah 57,88 56,33 57,11 56,50 57,22 56,45 - Padi Ladang 24 27 27 27 27 27 - Padi Sawah + Padi Ladang 57,43 56,55 57,22 57,13 57,94 57,45

4. Produksi Gabah Kering Giling Ton

- Padi Sawah 47.465 45.839 48.093 47.755 48.274 48.620 - Padi Ladang 36 14 43 24 33 23 - Padi Sawah + Padi Ladang 47.501 45.853 48.136 47.779 48.307 48.643

5. Produksi Beras Ton

28.501 27.512 28.882 28.668 28.984 29.186

6. Jumlah Penduduk Jiwa

130.662 131.205 131.549 132.023 133.491 135.943

7. Konsumsi Beras Penduduk kgkapitatahun

204,8 198,6 191 186,85 178,28 166,05

8. Kebutuhan Beras Penduduk Ton

26.760 26.057 25.126 24.669 23.799 22.574

9. Impor BerasRaskin Ton

- - - 1.934 2.286 2.637

10. Surplus Beras Ton

1.741 1.455 3.756 5.933 7.471 16.720 Sumber: Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Samosir Tahun 2006 – 2011 Berdasarkan Tabel 24 diatas diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Samosir adalah 133.491 jiwa, dengan kebutuhan beras total adalah 23.799 ton Qd = 23.799 ton. Adapun produksi gabah kering adalah 48.307 ton atau setara dengan 28.984 ton beras dengan tingkat rendemen beras 60 . Jumlah beras yang ditawarkan atau yang tersedia pada tahun 2010 adalah 28.984 ton Qs = 28.984 ton. Oleh karena itu, diketahui bahwa Qs Qd, sehingga diambil kesimpulan pada tahun 2010 ini ada kelebihan produksi beras atau dalam keadaan over swasembada beras walaupun tanpa impor berasraskin. Tahun 2011 diperkirakan pertumbuhan produksi padi yang mencapai sekitar 0,70 dibandingkan tahun 2010, yaitu mencapai sekitar 48.643 ton gabah kering atau setara dengan 29.186 ton beras dengan tingkat rendemen 60 , lebih tinggi daripada pertumbuhan jumlah penduduk yang berkisar 1,84, tahun 2011 diprediksi jumlah penduduk mencapai 135.943 jiwa. Konsumsi perkapita pertahun penduduk Kabupaten Samosir tahun 2011 juga menurun, yaitu: menurun sekitar 6,86 yaitu: 166,05 kgkapitatahun. Kebutuhan beras penduduk pada tahun 2011 adalah: 22.574 ton. Tahun 2011 diketahui jumlah beras yang ditawarkan adalah: 29.186 ton ditambah stok akhir tahun 2010 sebanyak 7.471 ton, maka jumlahnya adalah: 36.657 ton Qs = 36.657 ton, sedangkan kebutuhan beras keseluruhan adalah: 22.574 ton sekitar Qd = 22.574 ton. Oleh karena itu, diketahui bahwa Qs Qd, sehingga diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2011 ada kelebihan produksi beras atau ketersediaan beras dalam keadaan over atau dengan kata lain dapat mencapai swasembada pangan beras dengan stok beras yang cukup tinggi dan ditambah 90