khusus misalnya, mobile backbone nodes dapat mengkoordinasikan gerakan dinamis dan mendistribusikan di wilayah geografis untuk
menyediakan cakupan dari daerah yang terputus Gelra, 2005.
2.3 Routing Protokol
Ad Hoc Routing Protokol yang bertanggung jawab untuk routing paket dari sumber ke tujuan dan antara mobile node. Ad Hoc Routing Protokol juga
memverifikasi apabila ada antrian paket yang datang dari lapisan atas atau lapisan bawah protokol jaringan dan membuat keputusan ke mana paket tersebut akan
diteruskan. Pada MANET mobile node belum mengetahui bangaimana topologi jaringan. Sebaliknya node baru akan mengumumkan kehadirannya dan harus
mendengarkan pengumuman disiarkan oleh node tetangga. Setiap simpul mempelajari dan bagaimana terhubung dengan simpul terdekat. Untuk menemukan
dan menjaga rute optimal antara mobile node di daerah topologi yang dinamis. Routing jaringan melibatkan dua kegiatan utama: pertama, menentukan
jalur routing yang optimal dan kedua, mentransfer paket data. Protokol routing menggunakan beberapa metrik untuk menemukan rute terbaik untuk routing paket
data ke tujuan. Metrik ini adalah pengukuran standar menggunakan jumlah hop, yang menggunakan algoritma routing untuk menentukan jalur optimal untuk paket
ke tujuan. Proses penentuan path adalah bahwa algoritma routing yang menginisialisasi proses penemuan rute dan memelihara tabel routing, yang berisi
informasi rute total untuk paket forwarding. Informasi routing yang bervariasi berasal dari sebuah algoritma routing Bello, 2013.
2.3.1 Ad-Hoc On-Demand Distance Vector AODV
Ad-Hoc On-Demand Distance Vector AODV adalah routing protocol on- demand yang menggabungkan kemampuan dua routing protocol yaitu Dynamic
Source Routing DSR dan Destinantion Sequence Distance Vector DSDV. Mobile node meminta untuk meneruskan paket ke mobile node lainnya akan
menyiarkan permintaan Rute Request RREQ ke node tetangga yang kemudian
meneruskan permintaan ke node tetangga lainnya sampai ke tujuan. Jika node tetangga yang menerima paket RREQ memiliki rute ke tujuan maka node akan
mengirimkan pesan balasan Rute Reply RREP.AODV menggunakan nomor urut tujuan atau sequence number dan ID broadcast pada setiap node untuk memastikan
semua rute adalah rute loop-free dan berisi informasi rute terbaru. Namun, evaluasi kinerja yang dilakukan pada kedua AODV dan protokol DSR, menunjukkan bahwa
AODV melakukan lebih baik daripada DSR dan protokol proaktif lain dalam hal throughput, end-to-end delay, dan packet drop Bello, 2013.
Gambar 2. 2 AODV: a proses propagasi rute request b proses rute reply Bello, 2013
2.3.2 Multicast Routing Protokol
IP Multicasting pertama kali diusulkan dalam satu dekade yang lalu sebagai ekstensi arsitektur internet untuk mendukung beberapa klien pada lapisan jaringan.
Motivasi dasar di balik IP multicasting adalah untuk menyelamatkan jaringan dan sumber daya bandwidth melalui transmisi satu salinan data untuk mencapai
beberapa penerima secara bersamaan. Mirip dengan multicasting Internet, perlu untuk menangani keanggotaan dinamis dalam kelompok multicast pada jaringan ad
hoc. Pada Internet dan ad hoc multicasting, keanggotaan dinamis mengacu pada fakta bahwa masing-masing klien dapat bergabung dan meninggalkan sesi
multicasting dinamis. Sehingga protokol multicast perlu mendefinisikan kegiatan dari klien yang bergabung dan meninggalkan sesi multicasting dan bagaimana pulih
dari kegagalan routing. Jalur forwarding data dibangun baik sebagai tree atau mesh. Yang membedakan ad-hoc multicasting dengan internet multicasting yaitu bahwa
mobile nodenya dapat bergerak cepat dan bebas. Tujuan utama dari ad hoc protokol multicasting yaitu untuk membangun
ataupun memelihara router multicasting dinamis yang efisien dengan jaringan yang tinggi. Dengan “Robust”, protocol mampu beroperasi dengan benar terlepas dari
mobilitas node dan perubahan topologi. Efisien, baik kontrol overhead dan forwarding data rendah Mohapatra, 2005.
2.3.3 Multicast Ad-Hoc On-Demand Distance Vector MAODV