Sistem  pangan  yang  ada  saat  ini  meliputi  segala  sesuatu  yang berhubungan  dengan  peraturan,  pembinaan  atau  pengawasan  terhadap  kegiatan
atau proses produksi makanan dan peranannya sampai siap dikonsumsi manusia. Setiap  orang  yang  bertanggung  jawab  dalam  penyelenggaraan  produksi  pangan
wajib  memenuhi  persyaratan  sanitasi  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang undangan yang berlaku Saparinto dan Hidayati, 2006.
Untuk  itu  keamanan  pangan  merupakan  aspek  yang  sangat  penting dalam  kehidupan  sehari-hari.  Kurangnya  perhatian  terhadap  hal  tersebut  telah
sering mengakibatkan
terjadinya dampak
yakni penurunan
kesehatan konsumennya,  mulai  dari  keracunan  makanan  akibat  tidak  higienisnya  proses
penyiapan  dan  penyajian  sampai  resiko  munculnya  penyakit  kanker  akibat penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya Syah, 2005.
2.2 Bahan Tambahan Makanan
2.2.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan
Berdasarkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  No. 722MenkesPerIX88  tentang  Bahan  Tambahan  Makanan,  Bahan  Tambahan
Makanan  BTM  adalah  bahan  yang  biasanya  tidak  digunakan  sebagai  makanan dan biasanya bukan merupakan kandungan khas makanan Mukono, 2005. Bahan
makanan  tersebut  mempunyai  atau  tidak  mempunyai  nilai  gizi,  yang  dengan sengaja  ditambahkan  ke  dalam  makanan  untuk  maksud  teknologi  pada
pembuatan,  pengolahan,  penyiapan,  perlakuan,  pengepakan,  pengemasan, penyimpanan,  atau  pengangkutan  makanan  untuk  menghasilkan  atau  diharapkan
menghasilkan  langsung  atau  tidak  langsung  suatu  komponen  atau mempengaruhi  sifat  khas  makanan  tersebut.  Secara  teknis,  bahan  tambahan
makanan dibagi menjadi dua katagori, yaitu Mukono, 2005: a.
Bahan  tambahan  makanan  tersebut  secara  langsung  dan  dengan  sengaja ditambahkan  selama  proses  produksi,  yang  bertujuan  untuk  meningkatkan
konsistensi,  nilai  gizi,  memantapkan  bentuk  atau  rupa  serta  menambahkan cita rasa dengan mengendalikan keasaman atau kebasahan.
b. Bahan  tambahan  makanan  yang  terdapat  dalam  bahan  makanan,  dalam
jumlah  yang  sangat  kecil  sebagai  akibat  dari  proses  pengolahan  dan  sebagai zat aditif yang keberadaannya tidak sengaja.
2.2.2 Fungsi Bahan Tambahan Makanan
Bahan  tambahan  makanan  tidak  dikonsumsi  secara  langsung  sebagai makanan  dan  tidak  merupakan  bahan  baku  pangan,  namun  penambahannya  ke
dalam  pangan  ditujukan  untuk  mengubah  sifat  makanan  tersebut.  Fungsi  bahan tambahan makanan antara lain Mukono, 2005:
a. Sebagai  pengawet  makanan  dengan  cara  mencegah  pertumbuhan  dan
aktivitas mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.
b. Menjadikan makanan lebih baik dan menarik, lebih renyah, dan enak rasanya.
c. Menjadikan  warna  dan  aroma  yang  lebih  menarik  sehingga  menambah  dan
merangsang timbulnya selera makan. d.
Dapat meningkatkan kualitas makanan. e.
Secara ekonomis, dapat menghemat biaya produksi.
2.2.3 Pengelompokan Bahan Tambahan Makanan
Berdasarkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  No. 722MenkesPerIX88, bahan tambahan makanan digolongkan menjadi Mukono,
2005: a.
Pewarna Bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan. b.
Pemanis buatan Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  menyebabkan  rasa  manis  pada
makanan, tidak mempunyai nilai gizi.
c. Pengawet
Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  mencegah  atau  menghambat  proses fermentasi,  keasaman,  atau  penguraian  lain  pada  makanan  yang  disebabkan
oleh pertumbuhan mikroba. d.
Antioksidan Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  mencegah  atau  menghambat  proses
oksidasi lemak sehingga tidak menyebabkan terjadinya kondisi tengik. e.
Antigumpal Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  mencegah  menggumpalnya  makanan
dan bahan tersebut dapat berupa serbuk, tepung, atau bubuk. f.
Penyedap rasa, aroma, atau penguat rasa Bahan  tambahan  makanan  yang  memberi  tambahan  atau  mempertegas  rasa
dan aroma. g.
Pengaturan keasaman Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  mengasamkan,  menetralkan,  dan
mempertahankan derajat keasaman makanan. h.
Pemutih dan pematang tepung Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  mempercepat  proses  pemutihan  dan
atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan. i.
Pengemulsi, pemantapan, dan pengental Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  membantu  terbentuknya  dan
memantapkan sistem dispersi yang homogen pada pangan. j.
Menjadikan pangan berkonsistensi keras Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  memperkeras  atau  mencegah
melunaknya makanan. k.
Sekuestran Bahan  tambahan  makanan  yang  dapat  mengikat  ion  logam  yang  terdapat
dalam makanan dan dapat menetapkan warna, aroma, serta tekstur makanan.
2.3 Beras