diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50°C sambil
diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas kemudian dipisahkan. Proses rendering basah dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular,
sedangkan proses rendering basah dengan menggunakan temperatur tinggi disertai dengan tekanan uap air, digunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam
jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air
sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam. 2.4.2. Rendering kering
Rendering kering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Rendering kering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk agitator. Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada
suhu 220°F sampai 230°F 105°C-110°C. Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel Ketaren, 1986.
2.5. Minyak Ikan
Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya manfaat karena mengandung sekitar 25 asam lemak jenuh dan 75 asam lemak tak
jenuh. Asam lemak tak jenuh atau polyunsaturated fatty acid yang disingkat PUFA, diantaranya DHA dan EPA dapat membantu proses tumbuh-kembangnya otak
kecerdasan, perkembangan indra penglihatan, dan sistim kekebalan tubuh balita. Kandungan minyak di dalam ikan ditentukan beberapa faktor, yaitu jenis ikan, jenis
kelamin, umur tingkat kematangan, musim, siklus bertelur, letak geografis perairan dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan tersebut Ackman, 1982.
Minyak ikan merupakan salah satu jenis minyak yang mempunyai kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan kandungan asam lemak
jenuhnya. Bila dibandingkan dengan hewan darat maka lemak pada hewan air memiliki komposisi asam lemak yang lebih kompleks yang terdiri atas asam lemak
jenuh dari C-14 sampai C-22 dan asam lemak tak jenuh dari satu hingga enam ikatan rangkap. Minyak ikan merupakan hasil ekstraksi lipid yang dikandung dalam ikan
dan bersifat tidak larut dalam air Winarno, 1992. Komposisi minyak ikan berbeda dengan minyak nabati dan lemak hewan
darat. Minyak ikan pada umumnya mempunyai komposisi asam lemak dengan rantai karbon panjang dan ikatan rangkap banyak. Asam lemak omega-3 mempunyai ikatan
rangkap pertama terletak pada atom karbon ketiga dari gugus metil. Ikatan rangkap berikutnya terletak pada atom karbon ketiga dari ikatan rangkap sebelumnya. Gugus
metil adalah gugus terakhir dari rantai asam lemak. Contoh asam lemak omega-3 adalah asam eikosapentaenoat EPA, dan asam dekosaheksaenoat DHA Estiasih,
2009. Hidrolisis sempurna pada minyak menghasilkan komponen asam lemak dan
gliserol, seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. Hal ini merupakan salah satu cara yang umum untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai struktur secara garis
besar.
Trigliserida Asam lemak
Gliserol Gambar 2.5. Reaksi hidrolisis sempurna minyak Fessenden,1997.
+ 3 H
2
O
O O
O O
R O
R
O R
R O
HO
3 +
HO OH
OH
2.6. Asam Lemak