Kewarisan Anak Angkat Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI

Pada kenyataannya, fenomena adat masyarakat Aceh yang dikemukakan diatas, memang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Namun pasti akan menjadi Problema apabila ayah angkat meninggal dunia tanpa sempat menghibahkan hartanya kepada anak angkat tersebut.

B. Kewarisan Anak Angkat Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI

Kompilasi Hukum Islam sebagaimana tertuang dalam Inpres Nomor 1 Tahun I991 merupakan usaha awal dari Pemerintah untuk memasyarakatkan beberapa ketentuan hukum yang selama ini dianggap belum menyelesaikan persoalan- persoalan yang terjadi di masyarakat. kajian para ulama I andang dari sudut Hukum Islam. Pokok-pokok pikiran Lahirnya Kompilasi Hukum Islam dilatar belakangi dari peng ndonesia, di antaranya Tim Pengkajian Bidang Hukum Islam pada pembinaan Hukum Nasional dalam seminar pengkajian Hukum 19801981 di Jakarta yang mengusulkan pokok-pokok pikiran sebagai bahan penyusunan Rancangan Undang- undang tentang Anak Angkat yang dip tersebut antara lain: 1. Hukum Islam tidak melarang adanya lembaga adopsi, bahkan membenarkan dan menganjurkan demi kesejahteraan anak dan kebahagiaan orang tua. 2. Perlu diadakannya pengaturan perundang-undangan tentang pengangkatan anak Universitas Sumatera Utara 3. Supaya diusahakan adanya penyatuan istilah pengangkatan anak dengan meniadakan istilah-istilah lain. 4. Pengangkatan anak jangan memutuskan hubungan antara anak dengan orang tua kandung. jurkan dalam hubungan hibah dan wasiat. ndiri 114 oleh karena itu wasiat merupakan cara yang dapat 115 a Indonesia dan Putusan Mahkamah Agung, Kompilasi Hukum Islam, juga dilatar belakangi oleh Kitab Undang-undang 5. Hubungan kekayaan kehartabendaan antara anak yang diangkat dengan orang tua yang mengangkat dian 6. Pengangkatan anak yang terdapat dalam hukum tidak bertentangan dengan hukum Islam. 7. Pengangkatan anak oleh warga negara asing supaya diadakan pembatasan yang lebih ketat. 8. Tidak dapat dibenarkan pengangkatan anak oleh orang yang agamanya berlainan. 113 Wasiat merupakan perikatan yang pada dasamya suatu tindakan manusia atas dorongan kemauan se digunakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah azza wajalla. Berdasarkan fatwa Majelis Ulam 113 R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta : Simnar Grafika, 1993, Hal. 199 114 Fatchur Rahman, Hukum Waris.., Op.Cit, Hal. 62 115 M. Hasballah Thaib, Perbandingan Mazhab dalam Ilmu Hukum Islam, Medan : PPS- USU, 1999, Hal. 124 Universitas Sumatera Utara huk siatkan b. rempuan yang meninggal atau kepada berhak menerima wasiat wajibah tersebut melebihi dari batas maksimal 13 harta, selebihnya merupakan wasiat tidak um wasiat Mesir tentang Wasiat wajibah Nomor 71 tahun 1365 H1946 M dapat disimpulkan : a. Wasiat wajibah berlaku dengan sendirinya walaupun tidak diwa sebelumnya oleh pewasiat pewaris. Wasiat Wajibah dimaksudkan kepada orang yang bukan ahli waris mereka yang tidak tergolong ahli waris seperti cucu laki-laki atau perempuan pancar perempuan anak-anak dari anak pe cucu laki-laki atau perempuan pancar laki-laki, mereka terhijab oleh anak laki-laki langsung. Maka untuk mereka tanpa harus adanya persetujuan ahli waris atau pewaris ketika ia hidup. c. Batas maksimal wasiat wajibah adalah 13 dari harta peninggalan, apabila pewaris sebelumnya telah mewasiatkan kepada mereka harta yang kurang 13 bagian, maka secara yuridis harus dicukupkan 13 harta dan apabila wasiat ikhtiarah dimana adanya keharusan persetujuan ahli waris, jika mendapat persetujuan ahli waris maka kelebihan tersebut dikembalikan menjadi bagian ahli waris. 116 116 A. Suteris Sarmadi, Transendi Keadilan Hukum Waris Islam Transformasi, Jakarta : P Raja Grafindo Persada, T. 1997, Hal. 260 Universitas Sumatera Utara Konsep pemikiran tentang wasiat wajibah antara lain: untuk mengobati kekecewaan 117 dan perasaan adanya ketidakadilan. 118 Sebagai contoh: B anak dari A, B meninggal dunia mendahului orang tuanya A, B sebelum meninggal telah mempunyai anak bem 119 untuk m 120 Konsekwensinya, hal ini akan membatasi bagian mereka maksimum hanya sepertiga Dasar melakukan wasiat antara lain terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 180 yang artinya, Diwajibkan at ama C cucu A, Ketika A meninggal dunia kakek C. C tidak mendapat bagian harta warisan, karena terdinding oleh pamannya si X. Oleh karena itu menurut Hasballah Thaib, dipesankan kepada kakeknya yang memiliki cucu laki- laki agar dapat mewasiatkan sebagian hartanya tidak melebihi 13 harta peninggalan kepada cucu laki-laki tersebut karena cucu tersebut tidak akan mendapatkan warisan, atau kakek tersebut menghibahkan kepada cucunya sewaktu ia masih hidup Kebolehan pembagian warisan kepada cucu melalui pembagian wasiat didukung oleh nilai-nilai Islam yang membatasi kewarisan hanya kepada para kerabat yang derajatnya paling dekat dengan pewaris. Dengan kata lain, satu-satunya jalan emformulasikan posisi cucu yatim adalah melalui prinsip wasiat. dari keseluruhan harta benda, karena wasiat tidak boleh secara prinsip melebihi sepertiga dari harta warisan. as kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan 117 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Bandung : PT. Alma Arif, 1971, Hal.63 118 Anwar Haryono, dalam Hazairin in memoriam, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : UI Press, 1986, Hal. 64 119 M. Hasballah Thaib, Keputusan Mubahasah Ulama Dayah, Medan : LLPP Best Komputer, 1996, Hal. 23 120 Diskusi yang lengkap mengenai reformasi ini dapat ditemukan dalam JND Anderson, Recent Reforms in the Islamic Law of Inheritance, “ Internasional and Comparative law Quartely 14, 1965, Hal. 349 Universitas Sumatera Utara tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk Ibu Bapa dan karib kerabat secara ma ruf ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa. Kemudian, Surat An-Nisa ayat 11, yang artinya, ... sesudah dipenuhi- dipenu tuanya sebelum kakekn wasiat kepada anak angkat atau sebaliknya sebagaimana tersebut dalam Pasal 209 Kompilasi hukum Islam. hi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar hutangnya. Jadi, dasar hukum wasiat wajibah adalah hasil kompromi dari pendapat ulama salaf dan khalaf 121 Pemberian harta waris kepada kerabat yang tidak dapat menerima harta waris yang berfungsi sebagai wasiat wajibah, bila si mati tidak berwasiat, sebagaimana yang dikemukakan Mazhab Ibnu Hazm dari pendapat Mazhab Imam Ahmad. Khusus terhadap bagian cucu yang ditinggal mati orang ya meninggal dunia didasarkan kepada pendapat Ibnu Hazm dan berdasarkan kaidah syariah yang artinya: Pemegang kekuasaan mempunyai wewenang memerintahkan perkara yang mubah, karena ia berpendapat bahwa hal itu akan membawa kemaslahatan umum. Bila penguasa memerintahkan demikian, wajib ditaati. 122 Ketentuan Wasiat Wajibah Mesir tersebut di atas memiliki perbedaan dengan wasiat wajibah yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam, wasiat wajibah Mesir memberikan wasiat kepada ahli waris yang terdinding karena kematian sebagaimana tersebut di atas. Sedangkan wasiat wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam Indonesia, pemberian 121 Op.cit, Hal. 65 122 Op.cit, Hal. 66 Universitas Sumatera Utara Islam secara tegas melarang pewarisan anatara Anak angkat dan orang tua angkat, karena memang tidak ada ketentuan saling mewarisi antara keduanya.. Namun Anak angkat yang telah sangat berjasa, merawat dan memelihara orang tua angkat, tidak mendapat harta peninggalan ketika orang tua angkatnya yang telah meninggal dunia, atau sebaliknya., pada hal pertimbangannya untuk menyelamatkan anak angkat atau orang tua angkat. 123 ompilasi Hukum Islam memberikan wasiat Para ulama di Indonesia mencari alternatif dengan memberikannya wasiat wajibah, yaitu suatu wasiat yang diperuntukkan bagi anak angkat atau sebaliknya orang tua angkatnya yang tidak diberi wasiat sebelumnya oleh orang tua angkat atau anak angkatnya, dengan pertimbangan akan dapat memberikan ketenteraman dan ketenangan bagi anak angkat. Tujuan Pasal 209 ayat 2 K wajibah kepada anak angkat yakni untuk memodifikasikan suatu keseimbangan hak dan kedudukan antara anak angkat dan orang tua angkat dalam hubungan waris mawaris. Adanya rumusan seperti ini merupakan indikasi kebebasan berpikir secara berjamaah dalam bentuk ijma untuk menyelesaikan berbagai masalah umat yang ada di tengah-tengah masyarakat. Wasiat wajibah yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, Pasal 209 ayat 2 sebagai salah satu bentuk tingkah laku hukum yang telah disepakati bersama antara sesama kaum muslim di Indonesia. Kompilasi Hukum Islam harus mempunyai 123 Akhmad Minhaji, Kontroversi Pembentukan Hukum Islam Kontribusi Joseph Scahacht, Yogyakarta : Cell Prees, 2001, hal 27 Universitas Sumatera Utara dasar hukum dan mengakar dalam al-Quran, garis hukum yang lepas dari Al-Quran akan sulit diterima dalam masyarakat. Dan ternyata hasil kajian dari berbagai sudut pandang, ternyata Kompilasi Hukum Islam merupakan hukum yang progressif. 124 Hukum boleh dibiarkan, karena dapat membawa akibat ngakar dalam al-Qur yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan dan merancang tingkah laku perbuatan hukum masa yang akan datang. Menurut keterangan dari hasil wawancara dengan responden dinyatakan bahwa, adanya ketentuan wasiat wajibah terhadap anak angkat di dalam KHI merupakan jembatan yang menutup ketimpangan yang terjadi selama ini antara anak angkat dengan orang tua angkat karena tidak saling mewarisi, karena tidak ada ketentuannya. Kondisi ini menyebabkan terjadi kekosongan hukum. 125 Kekosongan hukum tersebut tidak buruk masyarakat, oleh sebab itu pemerintah bersama masyarakat muslim Indonesia sepakat menuangkannya dalam bentuk konstruksi wasiat wajibah dimana anak angkat mendapat bagian maksimal sepertiga dari harta peninggalan orang tua angkat Kompilasi Hukum Islam harus mempunyai dasar hukum dan me an, garis hukum yang lepas dari Al-Quran akan sulit diterima dalam masyarakat. Dan ternyata hasil kajian dari berbagai sudut pandang, ternyata Kompilasi Hukum Islam merupakan hukum yang progressif. 126 Hukum yang dapat 124 Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif, Jakarta : Kompas, 2005, Hal. 47 ar’iyah Meulaboh pada tan ukum Progresif, Jakarta : Kompas, 2005, Hal. 47 125 Wawancara dengan Bapak Zainy Usman, Wakil ketua Mahkamah Sy ggal 8 November 2009 126 Satjipto Rahardjo, H Universitas Sumatera Utara menyelesaikan berbagai persoalan dan merancang tingkah laku perbuatan hukum di masa yang akan datang. nya hubungan ini membawa dampak yang buruk disebabkan adanya tapkan, menurut adat pemberian yang merugikan ahli waris tidak d Hukum sar yang lebih Motivasi dari Pasal 209 KHI ini tidak lain adalah berdasarkan atas rasa keadilan dan perikemanusiaan. Dirasa tidak layak dan tidak adil dan tidak manusiawi kalau hubungan timbal balik antara anak angkat dengan ayah angkatnya selama ini berjalan baik, tetapi setelah meninggalnya salah satu diantara keduanya hubungan ini dirasakan terputus, karena tidak sedikitpun harta yang didapatkan dari hubungan baik selama ini dan pada akhir rasa sakit hati. Kecemasan-kecemasan inilah yang diantisipasi oleh pasal 209 KHI, sehingga kecemasan dan kekhawatiran serta kesedihan tersebut diharapkan tidak akan terjadi lagi. Peralihan hak harta kekayaan dari orang tua angkat kepada anak angkat merupakan perbuatan hukum yang masih diangap asing dalam masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan adanya suatu kepastian wasiat, walaupun si mati tidak berwasiat. Dalam hal ini tentunya tidak dikehendaki oleh ahli waris. Sebagaimana dapat dilihat pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI tanggal 8 Januari 1962 No. 291KSIP1962, mene iperkenankan, kecuali dengan persetujuan terlebih dahulu dari ahli waris yang bersangkutan. Di samping itu juga tidak ada sebab pewarisan, antara anak angkat dengan orang tua angkat atau sebaliknya. Memberi kenyakinan kepada masyarakat tentang kebenaran Kompilasi islam, khususnya wasiat wajibah adalah dengan mencari da Universitas Sumatera Utara kokoh dalam al Quran tanpa ditemukan titik taut antara wasiat wajibah dengan al- Quran, maka akan menemui jalan yang tidak mulus dalam mensosialisasikan Inpres Nomor I Tahun 1991. Kajian Al-quran harus dapat memberikan jawaban yang sempurna tentang keberadaan wasiat wajibah. Peralihan harta kekayaan dari orang tua angkat adalah tuntutan nurani dan fitrah manusia. Ketentuan hukum Islam sesuai dengan erasaan kecewa ini juga akan dialami oleh orang tua angkat yang t nurani sendiri. 127 Kehadiran wasiat wajibah dalam masyarakat muslim Indonesia sekarang adalah tuntutan perasaan keadilan hukum masyarakat. Sangatlah kecewa anak angkat atau sebaliknya yang telah bertahun-tahun bersama orang tua angkat, merawat dan menjaganya akan tetapi ketika orang tua angkat atau sebaliknya meninggal dunia, anak angkat harus angkat kaki dari rumah yang selama ini ditempati bersama, anak angkat harus meninggalkan rumah, karena harta itu akan diserahkan kepada ahli waris atau Baitul Maal. P elah meninggal, Karena tidak sempat membalas jasa anak angkatnya. 128 Hubungan bertimbal-balik ini juga tidak asing dalam lintas kehidupan sehari-hari. Keberadaan peraturan wasiat wajibah dalam Inpres Nomor I Tahun 1991 hanyalah berdasarkan kemaslahatan. 129 Maslahat Mursalah yang menjadi landasan Wasiat Wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam, artinya atas dasar pertimbangan kemaslahatan antara orang tua angkat dengan anak angkat diciptakan pada wasiat 127 Rifyal Ka’bah, Politik Hukum dalam Al-Quran, Jakarta : khairul byan, 2005, Hal. 103 128 A. Hamid Sarong, Kompilasi Hukum Islam : Peneliti DIP IAIN, 1997, Hal. 147 129 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqh; kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan masalah-masalah yang praktis, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, Hal. 27 Universitas Sumatera Utara wajibah. Diharapkan peran para ulama dan tokoh masyarakat di Aceh khususnya di Aceh Barat untuk memberikan pemahaman betapa pentingnya melindungi kepenti ksi Presiden nomor 1 Tahun 1991 bertugas dan berusaha meIakukan sosialis aturan yang terdapat di dalam Kompilasi Hukum Islam itu berhasil disosialisasikan ngan anak angkat dalam hal kewarisan dan terus mensosialisasikan Wasiat wajibah yang merupakan bentuk hukum yang masih dirasakan awam dalam masyarakat. Kewibawaan suatu aturan norma dalam masyarakat yang didasarkan oleh pertimbangan kemaslahatan dan logika semata, akan menemukan ganjalan-ganjalan, karena ada saja kelompok masyarakat yang menggunakan logika yang berbeda. 130 . Keadaan seperti ini dapat mengakibatkan sulit mencapai target yang diinginkan oleh landasan keberadaan Kompilasi hukum Islam dalam masyarakat. Instru asi ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam. Konklusi dari alur pikiran yang berbeda seperti yang telah disebutkan, dapat mengakibatkan terjadinya benturan-benturan hukum yang menggoyahkan kepastian hukum pada lembaga-lembaga pengadilan di Indonesia. Dan ini dapat berbahaya dalam mewujudkan ketentraman dalam masyarakat. ketentuan-ketentuan hukum yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam artinya untuk diketahui dan dipahami oleh masyarakat, sasaran utama dari sosialisasi ini adalah instansi Pemerintah dan masyarakat luas. Dan ada dugaan bahwa setelah 130 Adang Djumhur Salikui, reformasi Syariah dan HAM dan Islam Bacaan kritis terhadap Pemikiran An-Na’im, Yogyakarta: Gama Media, 2004, Hal. 133 Universitas Sumatera Utara dimasyarakat, tentu saja status dasar Kompilasi Hukum Islam akan ditingatkan pada status yang lebih kuat. Dengan cara seperti ini diharapkan pada saat peningkatan status hukum, masyarakat sudah dapat memahami dengan benar. akan berakibat pada jelasny Untuk kepentingan hukum, kepastian melalui pencatatan dan identitas anak angkat mutlak diperlukan. Hal ini berkaitan dengan keberadaan anak angkat itu sendiri di masa yang akan datang. Pengadilan AgamaMahkamah Syar’iyah sebagai lembaga yang menerbitkan ketetapan pengangkatan anak harus berdasarkan pada data yang akurat dan identitas yang pasti. Demikian pula Kantor Dinas Kependudukan harus pula adanya kepastian. ke depan akan lebih baik, karena sekarang sedang dipersiapkan berbagai perangkat identitas kependudukan. Hal ini a identitas warga negara, nasab, status hubungan perkawinan, anak kandung, dan anak angkat. Anak angkat yang mempunyai identitas yang lengkap akan mendapat hak 131 yang jelas pula. Dengan demikian anak angkat dalam KHI, tidak melepas nasab seperti dalam pengertian hukum perdata. Pengertian anak angkat tersebut hanya sebatas pengambil- alihan tanggung jawab kesejahteraan anak tersebut. Dalam hal ini tidak termasuk pemutusan nasab. Nasab anak angkat tersebut tetap pada orang tua kandungnya. Anak angkat tidak mewaris dari orang tua angkatnya dan sebaliknya. Anak angkat mendapatkan wasiat wajibah dari orang tua angkatnya dan sebaliknya sesuai dengan 131 Hak memiliki pengertian yang beragam, dapat bermakna tetap, wajib, bagian tertentu dan seterusnya, Fauzi Saleh, Konsep Hak dalam Perspektif Al-Quran, Yogyakarta: AK Group bekerjasama dengan Ar-Raniry Press- Darussalam, 2006 Universitas Sumatera Utara Pasal 2 09 KHI. Wasiat wajibah didapatkan berdasarkan putusan Pengadilan Agama. Pengertian wasiat wajibah adalah wasiat yang dianggap telah ada sebelum pewaris meninggal. Dan hanya bisa didapatkan berdasarkan putusan Pengadilan Agama. Besar bagian dari wasiat wajibah adalah tidak boleh lebih dari 13 bagian. Sedangkan wasiat biasa harus ada 2 orang saksi laki-laki yang telah memenuhi syarat untuk jadi saksi. Atau dalam bentuk tertulis yang disimpan oleh Notaris sebagai pejabat yang berwenang untuk itu dan harus dibacakan kepada ahli waris jika pewaris telah meninggal dunia. Wasiat ini dianggap tidak ada jika tidak ada saksi atau tidak tertulis. Pengangkatan anak menurut KHI ini adalah kewenangan absolut Pengadilan Agama, karena berkaitan dengan kaidah Hukum Islam. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN