Muhammad Idris Rusli : Pengaruh Diameter Penampang Elektroda cincin Perata Terhadap distribusi Tegangan Pada Isolator Rantai, 2007
USU Repository © 2009
Gambar 2.8 Isolator jenis Pos Saluran Line Pos Insulator 5.
Isolator Jenis Pin – Pos Jenis isolator ini sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.9 digunakan
untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan menengah, dipasang pada tiang yang mengalami gaya tekuk. Dan isolator ini tahan terhadap terpaan busur, arus
berupa busur api yang mengalir akibat lewat denyar yang disebabkan oleh polusi dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan isolator. Isolator pos pin bersifat
mampu menahan busur api sampai circuir breaker memutus aliran daya.
Gambar 2.9 Jenis Isolator Pos Pin Pin Pos Insulator
II.2. KARAKTERISTIK ISOLATOR
II.2.1. Karakteristik Elektrik Isolator
Ditinjau dari segi kelistrikan, isolator dan udara membentuk suatu sistem isolasi yang berfungsi untuk mengisolir suatu konduktor bertegangan dengan rangka
penyangga yang dibumikan, sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir dari konduktor tersebut ke tanah. Kegagalan suatu isolator dapat terjadi karena bahan
dielektrik isolator tembus listrik breakdown atau karena terjadinya lewat denyar flashover udara di sepanjang permukaan isolator. Dalam kasus yang pertama,
karakteristik listrik tidak dapat pulih seperti semula dan sebagian dari isolator
Muhammad Idris Rusli : Pengaruh Diameter Penampang Elektroda cincin Perata Terhadap distribusi Tegangan Pada Isolator Rantai, 2007
USU Repository © 2009
mengalami kerusakan mekanis sehingga tidak dapat digunakan lagi dan harus diganti. Pada peristiwa lewat denyar, kerusakan pada isolator hanya karena panas
yang ditimbulkan busur api pada permukaan isolator. Semua isolator dirancang sedemikian sehingga tegangan tembusnya jauh
lebih tinggi dari tegangan lewat denyarnya. Dengan demikian kekuatan dielektrik suatu isolator ditentukan oleh tegangan lewat denyarnya.
II.2.2. Karakteristik Mekanis Isolator
Karakteristik mekanis suatu isolator ditandai dengan kekuatan mekanisnya, yaitu beban mekanis terendah yang mengakibatkan isolator tersebut rusak. Kekuatan
mekanis ini ditentukan dengan membebani isolator dengan beban yang bertambah secara bertahap hingga isolator terlihat rusak. Kekuatan mekanis suatu isolator
dinyatakan dalam tiga keadaan beban, yaitu kekuatan mekanis tarik, kekuatan mekanis tekan dan kekuatan mekanis tekuk.
Sebelum menetapkan kekuatan mekanis isolator untuk suatu konstruksi, perlu diketahui telebih dahulu beban mekanis yang akan dipikulnya di lapangan. Jika
isolator akan digunakan pada jaringan hantaran udara, maka isolator harus mampu memikul berat konduktor dan beban tarik. Berat konduktor tergantung pada luas
penampang konduktor, jenis bahannya, jarak gawang, suhu dan kecepatan angin.
Muhammad Idris Rusli : Pengaruh Diameter Penampang Elektroda cincin Perata Terhadap distribusi Tegangan Pada Isolator Rantai, 2007
USU Repository © 2009
BAB III DISTRIBUSI TEGANGAN
PADA ISOLATOR RANTAI
III.1. KAPASITANSI ISOLATOR
Dua konduktor yang dipisahkan oleh suatu dielektrik atau susunan “ konduktor – dielektrik – konduktor “ merupakan suatu susunan kapasitor. Semua
isolator merupakan dua konduktor yang diantarai oleh suatu dielektrik. Pada gambar 3.1 ditunjukkan contoh suatu isolator, yaitu satu unit isolator piring. Isolator tersebut
membentuk suatu susunan “konduktor – dielektrik – konduktor “, oleh karena itu isolator tersebut dapat dianggap sebagai suatu kapasitor.
Gambar 3.1. Ekivalensi suatu isolator piring Jika beberapa isolator piring dirangkai menjadi isolator rantai seperti pada
gambar 3.2a , maka akan dijumpai tiga kelompok susunan “ konduktor-dielektrik- konduktor “ , masing – masing dibentuk oleh :
a. Jepitan logam isolator – dielektrik isolator – jepitan logam di bawahnya.
Susunan ini membentuk kapasitansi sendiri isolator C
1
.