had melainkan ta’zir
17
yang hanya dijatuhkan apabila dipandang perlu oleh hakim. Sedangkan jumhur ulama’ berpendapat bahwa 80 kali cambukan
tersebut semuanya hukum had.
18
Larangan untuk meminum minuman keras hukumannya tercantum di dalam hadis nabi s.a.w:
Dari Abdullah ibn Amr ia berkata; telah bersabda Rasulullah saw. “Barang siapa yang meminum khamar maka cambuklah ia, apabila ia mengulanginya
lagi maka cambuklah.
Manakala ayat yang menunjukkan larangan meminum minuman yang memabukkan
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khammar, berjudi, berkorban untuk untuk berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu men
dapat keberuntungan.”
C. Tatacara pelaksanaan hukuman cambuk had
1. Pelaksana hukuman Hudud.
Perundangan-undangan Islam tidak mengijinkan menghukumi penzina selain pemerintah dan seperangkat lembaganya
19
. Fuqaha’ sepakat
bahwa pelaksanaan dilakukan oleh imam atau wakilnya pejabat yang ditunjuk. Kehadiran imam kepala negara tidaklah menjadi syarat dalam
pelaksanaan hukuman. Bagi Hamba lelaki atau hamba perempuan, hukuman
17
Ta’zir: mencegah dan menolak agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya, ta’zir dimaksudkan sebagai mendidik dan memperbaiki pelaku agar iamenyadari perbuatan jarimahnya
kemudian meninggalkan dan mengehntikan. Muslich Ahmad Wardi, Hukum Pidan Islam, h. 248.
18
Muslich Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Fikih jinayah, h. 147
19
Muhammad ‘Aashim Al- Haddad, Kejamkah Hukum Islam, Lahor, 1959, h.58
hudud berhak dilaksanakan oleh tuan kepada hamba tersebut
20
. Hukuman had harus dilaksanakan secara terbuka dimuka umum
21
sesuai dengan firman Allah dalam surah An-nur ayat 2 sebagaimana yang disebut dahulu.
2. Cara pelaksanaan hukuman cambuk. kritiria alat dan cara cambuk
a.
Alat sebat.
Sebat adalah digunakan dalam semua kes di mana hukumannya telah ditentukan dengan menggunakan sebat yang mempunyai ulu yang
tebal sebesar genggaman jari yaitu lebih besar dari batang tumbuhan dan lebih kecil dari batang tongkat. Dan batang penyebat itu tidaklah boleh
dibuat dari batang pokok yang masih hijau ataupun yang telah kering, memakai cambuk yang tidak terlalu lembut atau tidak pula terlalu keras.
22
boleh juga mencambuk dengan memakai pelepah, dan cambuk tersebut
harus kering, juga disyaratkan cambuk tersebut tidak boleh mempunyai ekor lebih dari satu. Dan jumlah pukulan dihitung sesuai dengan
banyaknya ekor cambuk tersebut. H
adis diriwayatkan dari zaid bin aslam r.a ; “suatu hari seorang lelaki mengaku dihadapan rasulullah bahwa ia telah melakukan zina. Maka
nabi S.A.W memerintahkan seseorang untuk mengambil cambuk. Lalu dibawalah kepadanya cambuk yang telah pecah-pecah. Nabi s.a.w
ber sabda: “ yang lebih keras dari ini” kemudian di bawalah kepadanya
cambuk baru yang belum terpotong hujungnya. Nabi bersabda lagi: “ di
20
Dr. Mustofa Al – Khin, dkk, Kitab Fikih Mazhab Syafi’e, jilid 8, Pustaka Salam sdn
bhd 2005, cet.1, h. 1982.
21
Muslich Ahmad Wardi, Hukum pidana Islam, h.57
22
Ibid H. 306