Pemanfaatan Serat Bambu Sebagai Campuran Gipsum Untuk Pembuatan Profil Plafon Dengan Bahan Pengikat Lateks Akrilik

(1)

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN

GIPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON

DENGAN BAHAN PENGIKAT LATEKS AKRILIK

TESIS

Oleh

PAINO

097026022/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN

GYPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON

DENGAN BAHAN PENGIKAT LATEKS ACRYLIC

TESIS

Oleh

PAINO

097026022/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN

GYPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON

DENGAN BAHAN PENGIKAT LATEKS ACRYLIC

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Oleh

PAINO

097026022/FIS

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul : PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN GIPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON DENGAN DENGAN BAHAN PENGIKAT LATEKS AKRILIK

Nama : PAINO

Nomor Induk Mahasiswa : 097026022 Program Studi : Magister Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Drs. Basuki Wijoesentono,M.Sc,P.hD Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, Ph.D Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN GIPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON DENGAN BAHAN PENGIKAT

LATEKS AKRILIK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Paino

NIM : 097026022

Program Studi : Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN GIPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON DENGAN BAHAN PENGIKAT

LATEKS AKRILIK

Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk

data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.


(7)

Tanggal lulus : 21 Juni 2011

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Basuki Wirjoesentono,M.Sc,P.hD Anggota : 1. Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, Ph.D

2. Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc 3. Dr. Anwar Dharma S,MS


(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kepala Dinas Tk. 1 dan Tk. 2 yang telah memberikan bantuan dana sehingga penulis dapat melaksanakan Program Studi Magister Imu Fisika Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara. 2. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM),Sp.A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains.

3. Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

4. Ketua Program Studi Magister Fisika, Dr. Nasruddin MN, M.Eng.Sc.Sekretaris Program Studi Fisika, Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Fisika Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

5. Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-setingginya penulis ucapkan kepada Prof. Drs.Basuki Wirjoesentono, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan, demikian juga kepada Prof.Dr.Eddy Marlianto, M.Sc selaku Pembimbing Lapangan yang dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis hingga selesainya penelitian ini.

6. Kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Tebing Tinggi yang telah memotivasi kepada penulis selama dalam pendidikan

7. Kepada istri tercinta dan tersayang Sania dan ananda Hardi Irwansyah yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis selama dalam pendidikan dan waktu penulisan tesis ini.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada rekan-rekan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Fisika Universitas Sumatera Utara angkatan 2009/2010 khususnya Drs. Adi Rusdianto, Suriadi, Sri Probowati dan Johaidin Saragih,S.Si yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama dalam pendidikan dan penulisan tesis ini. Semoga ini menjadi kebanggaan semua orang-orang yang saya cintai. Semoga kita tetap diberi Taufik dan HidayahNya dalam memanfaatkan segala ilmu yang sudah penulis terima, Amin.


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap : Paino, S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Kampung Bantan Deli Serdang, 30 Juli 1967

Alamat Rumat : Kampung Bantan Serdang Bedagai

Telepon/HP : 081396292386

e-mail : Paino SPd @yahoo.com

Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri I Tebing Tinggi

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri I Dolok Masihul Tamat : 1979

SMP : SMP Negeri I Dolok Masihul Tamat : 1982

SMA : SMA Negeri I Tebing Tinggi Tamat : 1985

D-III : FPMIPA IKIP Negeri Medan Tamat : 1988


(10)

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN

GIPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON DENGAN

BAHAN PENGIKAT LATEKS AKRILIK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dan pengujian gipsum untuk profil dengan menambahkan serat bambu tali (Giaganto chlocapus) dan pengikat Lateks Akrilik. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh bahwa sifat fisis bahan (Densitas) mengalami penurunan sejalan dengan penambahan serat. Densitas maksimum sebesar 2,07 gr/cm3 terjadi pada komposisi gipsum:serat:lateks akrilik : 395:05: 100. Serapan air mengalami kenaikan sejalan dengan penambahan serat bambu dimana terjadi serapan maksimum sebesar 40,51 % pada komposisi 375:25:100. Hal ini menunjukan bahwa komposisi optimum untuk sifat fisis berada pada komposisi 395:05:100. Dari pengujian mekanik yang telah dilakukan juga diperoleh sifat mekanik spesimen sebagai berikut: uji impak nilai maksimum sebesar 4,26 x 10-2- J/cm2 yang terjadi pada komposisi 375:25:100. uji tarik nilai maksimum sebesar 180,48 kPa terjadi pada komposisi 395:05:100. Uji kuat lentur nilai maksimum sebesar 5958,33 kg/cm2 terjadi pada komposisi 395:05:100. Uji kuat patah nilai maksimum sebesar 3,43 Mpa terjadi pada komposisi 395:05:100. Pengujian DTA juga telah dilakukan, diperoleh (suhu endotermis bahan), dimana nilai maksimum sebesar 185 0C terjadi pada komposisi 375:25:100.


(11)

BAMBOO FIBER AS MIXED USE FOR PROFILE

GYPSUM BINDER LATEX CEILING WITH ACRYLIC

ABSTRACT

Has conducted research and testing of gypsum to the profile by adding bamboo fiber rope Giaganto chlocapus) and acrylic latex binder. From the testing that has been conducted found that physical properties of materials (density) decreased in line with the addition of fiber. The maximum density of 2.07 gr/cm3 occur on the composition of gypsum: fibers: acrylic latex: 395:05: 100. Water uptake increased in line with the addition of bamboo fiber which maximum absorption occurs at 40.51% on the composition 375:25:100. This shows that the optimum composition for the physical properties are on the composition 395:05:100. Of mechanical testing has been done also obtained the mechanical properties of the specimen as follows: The maximum value of impact test 4.26 x 10-2 J/cm2 which occurred in the composition 375:25:100. tensile test the maximum value of 180.48 kPa occurred in the composition 395:05:100. Test the maximum value of flexural strength 5958.33 kg/cm2 395:05:100 occur on the composition. Fracture strength test of the maximum value of 3.43 MPa occurred in the composition 395:05:100. DTA testing has also been done, was obtained (the temperature of endothermic material), where the maximum value of 185 0C occur on the composition 375:25:100.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Batasan masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serat bambu 5

2.2 Gipsum 6

2.3 Standar Papan Gipsum 8

2.4 Lateks Acrylic Cat 10

2.4.1. Latex Fullacrilic (100% acrylic) 10

2.4.2. Lateks Styrene Acrylic 11

2.4.3. Lateks Vinylacrylic 11


(13)

2.5. Uji Fisik 13

2.5.1. Densitas 13

2.5.2. Pengujian daya serap air 13

2.6. Uji Mekanik 14

2.6.1. Kekuatan Impak 14

2.6.2. Uji tarik 16

2.6.3. Pengujian keteguhan patah (Modulus Of Rapture/MOR) 18 2.6.4. Pengujian kuat lentur ( Modulus Of Elastis/MOE) 19 2.7. Prinsip alat Thermal Analyzer (DTA) 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 23

3.2 Alat dan bahan 23

3.3 Prosedur penelitian 24

3.4 Pengujian Sampel 26

3.4.1. Pengujian Densitas (Density) 26

3.4.2. Pengujian serapan air 26

3.4.3. Pengujian Impak 27

3.4.4. Uji tarik 27

3.4.5. Pengujian kuat lentur (Modulus Of Elastis/MOE) 28 3.4.6. Pengujian kuat patah (Modulus Of Rapture/MOR) 29 3.4.7. Pengujian termal dengan DTA 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisis 31


(14)

4.2.3 Uji kuat lentur (Modulus Of Elastis/MOE) 36

4.2.4 Uji kuat patah (Modulus Of Rapture/MOR) 37

4.3. Uji DTA 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Standar Papan gipsum 8


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak dengan Charpy 15 Gambar 2.2 Skema pengujian tarik dengan UTM 17 Gambar 2.3 Kurva tegangan regangan Teknik 18 Gambar 2.4 Cara pembebanan pengujian MOR dan MOE 19 Gambar 2.5 Sistem pemanasan dalam tungku DTA 21

Gambar 2.6 Kurva ideal DTA 21

Gambar 3.1 Model Sampel uji Pengujian tarik 28

Gambar 4.1 Grafik densitas 32

Gambar 4.2 Grafik serapan air 33

Gambar 4.3 Grafik uji impak 34

Gambar 4.4 Grafik uji tarik 35

Gambar 4.5 Grafik kuat lentur (MOE) 36

Gambar 4.6 Grafik kuat patah (MOR) 37

Gambar 4.7 Grafik DTA komposisi 375:25:100 38

Gambar 4.8 Grafik DTA komposisi 395:05:100 39


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Metode Perhitungan L-1

Lampiran II Hasil Perhitungan Profil Gipsum Jaya Board L-7 Lampiran III Gambar Perangkat Pembuatan dan Pengujian sampel L-8


(18)

PEMANFAATAN SERAT BAMBU SEBAGAI CAMPURAN

GIPSUM UNTUK PEMBUATAN PROFIL PLAFON DENGAN

BAHAN PENGIKAT LATEKS AKRILIK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dan pengujian gipsum untuk profil dengan menambahkan serat bambu tali (Giaganto chlocapus) dan pengikat Lateks Akrilik. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh bahwa sifat fisis bahan (Densitas) mengalami penurunan sejalan dengan penambahan serat. Densitas maksimum sebesar 2,07 gr/cm3 terjadi pada komposisi gipsum:serat:lateks akrilik : 395:05: 100. Serapan air mengalami kenaikan sejalan dengan penambahan serat bambu dimana terjadi serapan maksimum sebesar 40,51 % pada komposisi 375:25:100. Hal ini menunjukan bahwa komposisi optimum untuk sifat fisis berada pada komposisi 395:05:100. Dari pengujian mekanik yang telah dilakukan juga diperoleh sifat mekanik spesimen sebagai berikut: uji impak nilai maksimum sebesar 4,26 x 10-2- J/cm2 yang terjadi pada komposisi 375:25:100. uji tarik nilai maksimum sebesar 180,48 kPa terjadi pada komposisi 395:05:100. Uji kuat lentur nilai maksimum sebesar 5958,33 kg/cm2 terjadi pada komposisi 395:05:100. Uji kuat patah nilai maksimum sebesar 3,43 Mpa terjadi pada komposisi 395:05:100. Pengujian DTA juga telah dilakukan, diperoleh (suhu endotermis bahan), dimana nilai maksimum sebesar 185 0C terjadi pada komposisi 375:25:100.


(19)

BAMBOO FIBER AS MIXED USE FOR PROFILE

GYPSUM BINDER LATEX CEILING WITH ACRYLIC

ABSTRACT

Has conducted research and testing of gypsum to the profile by adding bamboo fiber rope Giaganto chlocapus) and acrylic latex binder. From the testing that has been conducted found that physical properties of materials (density) decreased in line with the addition of fiber. The maximum density of 2.07 gr/cm3 occur on the composition of gypsum: fibers: acrylic latex: 395:05: 100. Water uptake increased in line with the addition of bamboo fiber which maximum absorption occurs at 40.51% on the composition 375:25:100. This shows that the optimum composition for the physical properties are on the composition 395:05:100. Of mechanical testing has been done also obtained the mechanical properties of the specimen as follows: The maximum value of impact test 4.26 x 10-2 J/cm2 which occurred in the composition 375:25:100. tensile test the maximum value of 180.48 kPa occurred in the composition 395:05:100. Test the maximum value of flexural strength 5958.33 kg/cm2 395:05:100 occur on the composition. Fracture strength test of the maximum value of 3.43 MPa occurred in the composition 395:05:100. DTA testing has also been done, was obtained (the temperature of endothermic material), where the maximum value of 185 0C occur on the composition 375:25:100.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Plafon merupakan papan buatan jenis komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan selulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan tekanan dan panas (hot press) dalam waktu tertentu.

Dewasa ini, pasokan kayu dari hutan untuk industri kayu yang terus menerus dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan rumah tangga terhadap barang-barang yang terbuat dari papan partikel, seperti perkakas rumah tangga, furnitur, meja belajar, meja komputer, dinding penyekat dan peredam suara. Dengan kata lain meningkatnya industri perkayuan di Indonesia,maka ketersediaan kayu di hutan baik jumlah dan kualitasnya semakin terbatas.

Plafon merupakan salah satu produk industri komposit yang memiliki prospek yang cukup baik dimasa sekarang dan dimasa yang akan mendatang. Pada dasarnya bahan baku asbes berasal dari sisa pengolahan kertas dengan campuran kapur, sehingga tidak memerlukan persyaratan kualitas bahan baku yang tinggi. Namun ,plafon yang berasal dari asbes mempunyai beberapa kelemahan,diantaranya:

1.Asbes tidak tahan terhadap air,bila kene air asbes mudah patah ( rapuh ) 2..Asbes dapat menimbulkan penyakit asbestosis,karena setelah diteliti ternyata asbes tergolong bahan beracun berbahaya ( TOXIC ). Jadi bila ditinjau dari kesehatan , plafon yang berasal dari asbes tidak nyaman.; Internet (http:// gori 23.blogspot.com/2010/06/ asbes tergolong bahan beracun berbahaya/html ( selasa,04 Januari 2011 ).


(21)

Oleh karena itu dewasa ini plafon dibuat dengan bahan dasar gipsum yang dicampur dengan bahan yang mengandung lignoselulosa dengan menggunakan perekat atau lem.

Gipsum merupakan bahan dasar dalam pembuatan plafon yang mempunyai rumus kimia CaSO4 2H2O . sehingga lebih dingin dan tahan terhadap api.

Serat bambu (bamboo fibre) merupakan bahan yang mengandung lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternative bahan baku pembuatan plafon.. Optimisasi proses pembuatan plafon sangat dipengaruhi oleh kadar perekat dan kerapatan terhadap sifat fisis dan mekanis. Proses pembuatan plafon berbahan baku serat bambu ini dapat dibuat dengan menggunakan perekat lateks akrilik.

Oleh karena itu plafon yang terbuat dari serat bambu ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap cairan, pengisi pada partisi atau dinding penyekat, pengganti papan busa (styrofoam) untuk kotak pembungkus bagian dalam bahan-bahan yang tidak tahan banting seperti elektronik, barang gelas dan lain-lain yang ramah lingkungan.

Perekatan partikel pada umumnya dilakukan dengan menggunakan urea formaldehyde untuk penggunaan bagian dalam (interior) seperti mebel, lantai, dinding penyekat. Tetapi dalam pembahasan kali ini perekat yang digunakan adalah lateks Akrilik. Lateks adalah suatu koloid dari patikel karet dalam air.Salah satu hasil olahan lateks kebun adalah lateks pekat yang baik.Lateks pekat merupakan produk olahan latek alam yang dibuat dengan proses tertentu.Untuk memperkuat daya ikat lateks , maka lateks dicampur dengan akriliks. Pemilihan lateks sebagai perekat dalam pembuatan plafon dengan bahan baku serat bambu karena


(22)

1.1 Permasalahan

Serat bambu akan memberikan nilai tambah bila dapat digunakan sebagai bahan pengisi lis profill gipsum.Dari uraian di atas diperoleh pokok permasalahan sebagai berikut:

1.Apakah serat bambu dapat digunakan sebagai pengisi lis profil gipsum plafon ? 2.Komposisi yang mana memiliki nilai optimum pada pembuatan dan karakteristik

dari profil gipsum dengan pengisi serat bambu dan perekat Lateks Akrilik ? 3.Bagaimana peran serat bambu terhadap karakteristik lis profil gypsum dengan

bahan peng ikat lateks akrilik.

1.2 Batasan masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bahwa dalam penelitian ini hanya menggunakan serat bambu tali berukuran panjang 2 cm, berdiameter 0,2 – 0,4 mm, gypsum sintetis dan Lateks Akrilik Merk Dulux.

2. Pengujian yang dilakukan meliputi : ·Sifat fisis

a. Densitas b. Serapan air ·Sifat mekanik :

a. Uji kuat patah ( Modulus of Repture ) b. Uji kuat lentur ( Modulus of Elasticity ) c. Uji tarik

d. Uji impak ·Sifat thermal

a. Endotermik b. Eksotermik


(23)

1.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat membuat dan menghasilkan profil plafon yang lebih tahan terhadap air dan memenuhi standar jaya board.

2. Mengetahui pengaruh penambahan serat bambu tali pada pembuatan profil plafon dengan perekat lateks akrilik

3. Memanfaatkan serat bambu tali untuk pembuatan propfil plafon

1.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pelaku industri plafon dalam proses pembuatan plafon yang lebih berkualitas.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serat Bambu

Bambu merupakan tanaman masyarakat yang cukup banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya bambu dapat digunakan sebagai dinding rumah, dapat digunakan dalam berbagai bentuk anyaman dan kerajinan seperti tampah, keranjang. kursi dan lain-lain dan bambu juga dapat digunakan/dimanfaatkan sebagai tali pengikat,dapat digunakansebagai penyanggadalam membuat suatu bangunan, Secara umum bambu (serat bambu) adalah dapat menyerap air. Bambu banyak jenisnya,misalnya bambu lemang, bambu dinding, bambu ampel, bambu petung, bambu cina, bambu tali dan lain lain. Tapi dalam pembahasan kali ini bambu yang akan dipergunakan seratnya sebagai campuran gypsum adalah bambu tali.Bambu tali ( Giaganto chlok apus ), cepat tumbuh dan mudah berkembang biak, karena dapat hidup dalam berbagai iklim daan cuaca,dan dapat dipanen dalam waktu yang singkat, yaitu antara 2-3 tahun. Bambu tali mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. bersifat lentur ; Internet, http: //en.wordpres.com (Selasa,4 Januari 2011) 2. dapat menyerap air dengan baik,sehingga tahan terhadap air

Serat bambu yang dipergunakan panjang seratnya berukuran 2 cm dengan diameter 0.2 mm s/d 0.4 mm dan disusun acak (random).


(25)

2.2 Gipsum

Gipsum merupakan bahan dasar dalam pembuatan plafon, dimana gipsum ini dalam bentuk tepung dan air sebagai pelarut/pengencernya. Gypsum yang mempunyai rumus kimia CaSO4 2H2O mengandung Ca = 23,28 %,H = 2,34 %, S = 18,62 %, O = 55,76 %; Internet,http // digilib.petra.ac.id

Gypsum mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Lembab ; Internet, http:// Sylvia.student.fkip.ac.id /tag/ pengaruh kelembaban 2.Tahan terhadap api

Oleh karena itu plafon yang menggunakan bahan dasar gypsum terasa dingin. Adapun komposisi kimia bahan gipsum adalah:

1. Calcium (Ca) : 23,28 % 2. Hidrogen (H) : 2,34 %

3. Calcium Oksida (CaO) : 32,57 % 4. Air (H2O) : 20,93 %

5. Sulfur (S) : 18,62 %

Adapun sifat Fisis Gipsum adalah:

1. Warna : putih, kuning,abu-abu, merah jingga, hitam bila tak murni 2. Spesifik grafity : 2,31 - 2,35

3. Keras seperti mutiara terutama permukaan 4. Bentuk mineral : Kristalin, serabut dan masif 5. Kilap seperti sutera

6. Konduktivitasnya rendah

7. Sistem kristalin adalah monoklinik. Sedangkan Sifat Kimia gipsum adalah:

1. Pada umumnya mengandung SO3 = 46,5 % ; CaO = 32,4 % ; H2O = 20,9 %

2. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gram tiap liter pada suhu 400C; 1,8 gram tiap


(26)

CaSO4-2H2O dengan berat molekul 172,17 gr. Jenis-jenis batuannya adalah sanitspar,alabaster,gypsite dan selenit. Warna gypsum mulai dari putih, kekuning-kuningan sampai abu-abu.

Menurut asalnya gipsum terbagi 2 jenis yaitu gipsum alam dan gipsum sintetik. Gipsum alam adalah yang ditemukan di alam,sedangkan gipsum sintetik adalah yang dibuat manusia. Gipsum sintetik terdiri dari: gipsum sintetik dari air laut, gipsum sintetik dari air kawah dan gipsum sintetik hasil sampingan industri kimia.

Gipsum adalah mineral yang bahan utamanya terdiri dari hidrated calcium sulfate. Seperti pada mineral dan batu, gipsum akan menjadi lebih kuat apabila mengalami penekanan( Gipsum Association, 2007).

Papan gipsum adalah nama generik untuk keluarga produk lembaran yang terdiri dari inti utama yang tidak terbakar dan dilapisi dengan kertas pada permukaannya. Ini adalah terminologi yang dipilih untuk produk lembaran gipsum yang didisain untuk digunakan sebagai dinding, langit-langit atau plafon dan memilki kemampuan untuk dihias. Kekuatan papan gipsum berbanding lurus dengan ketebalan.

Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gipsum. Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 0 0C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 40 0C.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai

mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen


(27)

Gipsum dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya (Berry, 1959), yaitu: endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batugamping. (www. Tekmira)

2.3 Standar Papan Gipsum

Standar merupakan sesuatu yang ditetapkan untuk digunakan sebagai dasar pembanding dalam pengukuran atau penilaian terhadap kapasitas, kuantitas, isi, luas, nilai dan kualitas (Guralnik, 1979). Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada penelitian ini digunakan standar papan gipsum dari Bison (Hubner, 1985) sebagai pembanding terhadap mutu papan gipsum yang dihasilkan, selain itu digunakan juga standar ISO ( International Standard Organization) 8335 (cement bonded particleboards - boards of Portland or equivalent cement reinforced with fibrous wood particles) (ISO, 1987) dan SNI 03-2105 (papan partikel) (BSN, 1996). Dengan demikian standar tersebut dapat memberikan gambaran apakah papan gipsum yang dihasilkan telah memiliki mutu sesuai standar atau tidak. Tabel dibawah ini nilai spesifik karakteristik papan tiruan dari tiga buah standar.


(28)

Tabel 1. Standar Papan Gipsum

Sifat papan Standar

ISO BISON1 BISON2 SNI

Kerapatan (gr/cm3 1.15 1.2 Maks 1

*Kadar air (%) 6 – 12 - - Maks 10

*Penyerapan air (%) - - - Mkas 50

Pengembangan tebal(%) 3 2.5 -

Pengembangan panjang (%) - 0.03 – 0.05 0.05 - Pengembangan lebar (%) - 0.03 – 0.05 0.05 - Modulus Elastisitas (kg/cm2) 29411.765 28.4-29.4

44.1-49.0

-

Modulus patah (kg/cm2) 88.235 53.9 83.3-88.2

100-140

Keteguhan rekat

internal(kg/cm2)

- 1.98 3.9 -

KCTP (kg) 50 39.2 68.6 -

KCSP (kg) - 19.6 29.4 -

* Setelah direndam air selama 24 jam pada suhu kamar

Keterangan : ISO 8335 (1987) (Cement bonded particle boards) SNI 03 – 2105 (1996) (papan partikel)

(1) Gypsum fibre board – Bison (Hubner, 1985)

(2) Gypsum board flake reinforced – Bison (Hubner,1985) KCTP = Keteguhan cabut sekrup tegak lurus permukaan


(29)

2.4 Lateks Akrilik Cat

Binder / Resin adalah bahan baku yang berfungsi membentuk film pada cat tembok. Kualitas binder yang digunakan akan sangat mempengaruhi cat tembok yang dihasilkan. Adapun binder yang paling umum dipakai untuk cat tembok adalah binder yang disebut sebagai "LATEX". Ini bukanlah latex yang disebut sebagai latex karet alam seperti yang dipakai pada kasur latex, tetapi ini adalah sejenis resin yang flexible. Belajar mengenai latex, berarti belajar mengenai polimerisasi juga. Pada dasarnya polimerisasi resin adalah pembentukan resin/binder dari polymer building block seperti monomers. Memang istilah ini sangat teknis sekali, tetapi pada dasarnya polymer building block inilah yang menentukan kualitas dan harga jual latex yang dihasilkan. Prosesnya secara umum dinamakan EMULSION POLYMERIZATION, dan di Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang membuat Latex sebagai bahan baku cat tembok.Pada umumnya Latex yang dipakai pada cat tembok adalah ACRYLIC TECHNOLOGY, dimana untuk semua latex yang dibuat diberi embel-embel "acrylic". Sebagai contoh adalah :

2.4.1 Lateks FULL ACRYLIC (atau100%Acrilik)

Ini berarti bahan baku didalamnya adalah full acrylic building block, dimana membawa sifat non-yellowing, high performance, dan fleksibilitas tinggi, sehingga sangat cocok dipakai untuk aplikasi EXTERIOR. Lateks jenis ini bisa digunakan juga untuk aplikasi interior, tapi akan sangat over-engineered sekali jika dipakai untuk aplikasi interior (karena harga latex ini paling mahal). Pemakaian lateks jenis ini juga mensyaratkan pemakaian additif yang khusus dan dalam jumlah lebih besar daripada latex jenis lainnya.

2.4.2 Lateks Styrene Acriyic


(30)

yang relatif baik. Beberapa produsen mampu memodifikasi menjadi lateks yang hanya slightly yellowing (sedikit menguning saja). Gugus Styrene Monomers

sebenarnya adalah bersifat yellowing, tapi dengan formulasi pembentukan latex yang tepat, maka sifat yellowingnya bisa ditekan. Latexks yang dihasilkan oleh produsen ini kemudian diberi embel-embel 2 in 1, untuk aplikasi interior & exterior. Banyak produsen cat tembok yang telah meluncurkan cat 2 in 1 jenis ini, bisa dipastikan adalah menggunakan lateks jenis stryene acrylic.

2.4.3 Lateks VINYL ACRYLIC

Adalah jenis latex yang dibilang paling ekonomis. Gugus Vinyl Monomers bersifat

yellowing tetapi berharga murah dicampur dengan Acrylic building block. Untuk cat tembok murah dengan high pvc biasanya menggunakan jenislatexini. Jenis latex yang populer diatas banyak dipakai oleh produsen cat tembok di Indonesia. Selain ketiga jenis lateks

diatas, adapula bahan baku lateks lain

yang mulai menanjak popularitasnya.Yaitu antara lain:

2.4.4 VEOVA

Ini adalah modifikasi lateks

yang terbuat dari building block acrylic, vinyl acetate, dan Veova monomers yang diklaim memiliki keunggulan dalam pemakaian interior dan exterior. Dalam beberapa test, produsen latex jenis ini menekankan bahwa untuk aplikasi exterior ekonomis, latex jenis VEOVA mampu mengungguli daya tahan exterior latex jenis Styrene Acrylic.

2.4.5 VAE (Vinyl Acetate Ethylene)

Ini adalah teknologi baru yang diperkenalkan sebagai binder pada aplikasi cat tembok. Seperti diketahui, cat tembok adalah cat berjenis Water-Borne, dimana dalam formulasinya tidak murni 100% berbahan dasar air, tapi tetap perlu


(31)

masyarakat akan pengurangan pencemaran lingkungan, maka sekarang diinginkan adanya produk dengan label "Green Product", yang berarti tidak mencemari lingkungan atau sangat minim sekali mencemari lingkungan. Penggunaan solvent dalam formulasi cat tembok akan menyebabkan cat tersebut memiliki kandungan VOC (Volatile Organic Compound, atau bahan yang mudah menguap) yang dituding sebagai biang kerok perusak lingkungan. Adapun dengan pemakaian latex berjenis VAE, maka penggunaan solvent sebagai additif cat tembok bisa dihilangkan karena sifat VAE ini adalah low additif demand untuk mencapai

performance cat yang diinginkan. Adapun kekurangannya adalah secara kualitas dan juga harga menjadi kurang menarik dibanding latex jenis lain (mengurangi pemakaian solvent tapi harga lateks VAE lebih mahal dan performance kualitas cat yang dihasilkan masih dibawah lateks jenis lain).

2.5 Uji Fisik.

2.5.1 Densitas

Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Ada dua macam densitas yaitu : Bulk Density dan density true. Bulk density adalah densitas dari suatu sampel yang berdasarkan volume bulk atu volume sampel yang termasuk dengan pori – pori atau rongga yang ada pada sampel tersebut. Pengukuran bulk density untuk bentuk yang tidak beraturan dapat ditentukan dengan Metode Archimedes yaitu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (SNI 03-2105 (1996):

ñbenda = x ñH2O ( 2.1 )

Dengan :

Ñbenda = Densitas benda (gr/cm3)


(32)

2.5.2 Pengujian daya serap air

Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis partikelnya. Menurut Siagian (1983), semakin besar tekanan kempa, suhu kempa dan kombinasi keduanya maka makin kecil daya serap air papan serat. Perbedaan daya serap papan serat terhadap air berhubungan dengan kerapatan papan yang berbanding terbalik dengan daya serap terhadap air. Semakin besar kerapatan papan maka makin kecil daya serapnya terhadap air.

Daya serap air papan serat berkisar antara 14%-67% dan nilai rataan daya serap air terbesar terdapat pada kombinasi suhu 150 oC dengan tekanan kempa 0 kg/cm2 yaitu 65,6%, sedangkan daya serap air terkecil terdapat pada kombinasi suhu 190 oC dengan tekanan kempa 60 kg/cm2 yaitu 14,8% (Siagian, 1983).

Pengukuran daya serap air dilakukan dengan mengukur massa kering (Mk), kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah dilakukan perendaman selama 24 jam, kemudian diukur kembali massanya (Mb).

Nilai daya serap air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( SNI 03-2105, 1996) :

Daya Serap Air (%) = (2.2)

Dengan :

Mb = Massa basah (gr)

Mk = Massa kering (gr)

2. 6 Uji mekanik 2.6.1 Kekuatan Impak

Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan.

Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau


(33)

konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.

Prinsip dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut, setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h’. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih besar maka makin rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan mudah. Pada Gambar 2.4 memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan metode Charpy,


(34)

telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy menggunakan persamaan sebagai berikut :

A

E

HI =

( 2.3 ) Dimana : E = Energi yang diserap, J

A = Luas penampang, m2

HI = Harga Impak, J/m2

Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi.

Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut. Selain berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci (key hole). Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fracografi) yang terjadi.

2.6.2Uji Tarik

Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan extensometer, seperti terlihat pada Gambar 2.2


(35)

Gambar 2.2Skema model alat pengujian tarik dengan UTM

Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.

s = F / Ao (2.5)

Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (d atau DL), dengan panjang awal.

e = d/ Lo = DL/ Lo = ( L - Lo ) / Lo (2.6)

Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan


(36)

Gambar 2.3 Kurva Tegangan Regangan teknik (s - e)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.

2.6.3 Pengujian keteguhan patah (Modulus Of Rupture/MOR).

Pengujian Modulus Of Rupture (MOR) dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Mechine. Nilai MOR dapat dihitung dengan rumus ( JIS A 5908-2003) :

MOR ( 2.7) Dengan :


(37)

S = Jarak sanga (cm)

l = Lebar spesimen (cm)

t = Tebal spesimen (cm)

Contoh uji yang digunakan berukuran (12 x 2 x 1) cm pada kondisi kering udara dengan pola pembentukan seperti gambar berikut :

Gambar 2.4 Cara Pembebanan Pengujian MOR dan MOE

2.6.4 Pengujian kuat lentur (Modulus of Elasticity/MOE)

Pengujian Modulus of Elasticity (MOE) dilakukan bersama-sama dengan pengujian keteguhan patah dengan memakaicontoh uji yang sama. Besarnya defleksi yang terjadi pada saat pengujian dicatat pada setiap selang beban tertentu.

Hasil pengujian kuat lentur pada papan partikel dapat diperoleh sesuai dengan persamaan ( JIS A 5908-2003) :

MOE (2.8) MOE = Modulus of Elasticity(Modulus Lentur) (kg/cm2)

B = Beban sebelum batas proporsi (kg) S = Jarak sangga (cm)

D = Lenturan pada beban (cm) l = Lebar spesimen (cm)

B


(38)

2.7 Prinsip Alat Thermal Analyzer (DTA)

Prinsip dasar dari thermal analyzer atau DTA adalah apabila dua buah krusibel dimasukkan kedalam tungku DTA secara bersamaan, krusibel yang berisi sampel ditempatkan disebelah kiri dan krusibel kosong (pembanding) disebelah kanan, kemudian kedua krusibel tersebut dipanaskan dengan aliran panas yang sama besar seperti yang terlihat pada Gambar-2.5 akan terjadi penyerapan panas yang berbeda oleh kedua krusibel tersebut. Besarnya perbedaan penyerapan panas yang terjadi disebabkan oleh perbedaan temperatur yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi endotermik. Apabila temperatur sampel (Ts) lebih besar dari temperatur pembanding (Tr) maka yang terjadi adalah reaksi eksotermik tetapi apabila temperatur sample (Ts) lebih kecil dari pada temperatur pembanding (Tr) maka reaksi perubahan yang terjadi adalah reaksi endotermik. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadinya reaksi eksotermik disebabkan oleh suatu bahan mengalami perubahan fisika atau kimiadengan mengeluarkan sejumlah panas yang mengakibatkat kenaikan Ts lebih besar dari Tr. Sedangkan terjadinya reaksi endotermik disebabkan oleh terjadinya perubahan fisika atau kimia yang dialami oleh suatu bahan dengan menyerap sejumlah panas yang

mengakibatkan Ts lebih kecil dari Tr seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6.


(39)

No Fenomena Reaksi Eksotermik Reaksi Endotermik Perubahan Fisika 1 2 3 4 Adsopsi Desorpsi Kristalisasi transisi Peleburan Pembekuan - X - X - X Gambar . 2.6 Kurva Ideal Differential Thermal Analysis (DTA)

Tetapi apabila terjadi hanya perubahan base line atau membentuk tinggi puncak endotermik maupun eksotermik yang kecil maka hal itu kemungkinan hanya terjadi transisi glass dan penyerapan panas. Dari beberapa hasil penelitian telah diperoleh bahwa adanya fenomena yang disebabkan oleh perubahan sifat fisika atau kimia yang menyebabkan reaksi eksotermik maupun reaksi endotermik ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Pengamatan sifat Fisika


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

.a. Penelitian ini dilakukan di Laborotorium Kimia Polimer Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA ) USU Medan dan Laboratorium Penelitian FPMIPA untuk uji mekanik.

b. Penelitian ini akan dilakukan dari mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan April 2011.

3.2 Alat dan Bahan

a.Alat yang akan digunakan - Neraca amalitik

- Seperangkat alat pencetak matrik dan komposit - Separangkat alat hot Press

- Seperangkat alat uji Mekanik - Seperangkat alat uji Thermal -Seperangkat alat uji Fisik b.Bahan yang akan digunakan - Tepung gypsum

- Serat bambu - Lateks akrilik

3.3 Prosedur Penelitian

a.Penyediaan Serat bambu

Serat bambu diambil dari desa bantan kecamatan Dolok Masihol, Kabupaten Seradang Bedagai.Bambu yang diambil dari rumpunya


(41)

dibersihkan, kemudian dipotong dan diracik ,lalu ditumbuk sampai diperoleh serat,kemudian dipotong – potong dengan ukuran panjang 2 cm dan berdiameter 0,2 -0,4 mm. Serat bambu yang sudah disusun secara acak,kemudian bersama gipsum dan perekat lateks akrilik dicetak.

Setelah semua specimen dicetak, dikeringkan, dan setelah kering dilakukan uji.

b. Proses pembuatan dan pengujian spesimen

Proses pembuatan dan pengujian spesimen dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini :

Serat bambu tali Gipsum sintetis Lateks Akrilik + air

Dicampur

Dicetak Tekan

Pengujian

Sifat Mekanik Sifat Thermal Sifat Fisis

- Kuat Patah (M OR)

- Kuat Lentur(MOE)

- Uji Tarik

- Densitas

- Daya serap air

- Endotermik


(42)

3.4 Pengujian Sampel

3.4.1 Pengujian Densitas (Density)

Cara kerja pengujian Densitas diamati dengan menggunakan prinsip Archimedes dan mengacu pada standar SNI 03-2105 (1996), prosedur yang dilakukan adalah :

1. Sampel uji kering berbentuk kubus ukuran ( 1 x 1 x 1 ) cm3 terlebih dahulu ditimbang di udara dan angkanya dicatat disebut dengan massa kering (Mk).

2. Sampel uji lalu direndam selama 24 jam dan dikeringkan dengan kertas tissue lalu ditimbang di udara dan angkanya dicatat disebut dengan massa basah (Mb).

3. Sampel uji ditimbang dalam air dan angkanya dicatat disebut dengan massa dalam air (Msg).

Setelah diketahui nilainya, maka Densitas sampel dapat dihitung dengan mengunakan persamaan .2.1.Hal ini dapat dilihat pada lampiran I halaman L-1

3.4.2 Pengujian Serapan Air

Cara pengujian Serapan Air mengacu pada standar SNI 03-2105 (1996), prosedur yang dilakukan adalah :

1. Sampel uji kering berbentuk kubus ukuran ( 1 x 1 x 1) cm 3 terlebih dahulu ditimbang dan angkanya dicatat disebut dengan massa kering (Mk).

2. Sampel uji lalu direndam selama 24 jam dan dikeringkan dengan kertas koran lalu ditimbang dan angkanya dicatat disebut dengan massa basah (Mb). Setelah diketahui nilainya, maka Serapan Air sampel dapat dihitung dengan Persamaan 2.2.Hal ini dapat dilihat pada lampiran I tabel 2 halaman L-2

3.4.3 Pengujian impak

Cara pengujian impak menggunakan mesin uji Wollpert werkstoff Pruf Maschine Type CPSA (Metode charpy) dengan menggunakan pendulum 4 Joule. Sampel uji


(43)

1. Diatur terlebih dahulu jarum skala penunjuk harga impak pada posisi nol. 2. Diputar handel untuk menaikkan pendulum hingga jarum penunjuk beban

pada batas maksimum.

3. Benda uji diletakkan pada dengan posisi mendatar dengan posisi menyamping arah datangnya pendulum.

4. Tombol pada tangkai pendulum dilepas sehingga pendulum berayun dan menumbuk benda uji.

5. Dicatat nilai yang dihasilkan skala setelah tumbukan sampel.

6. Hasil skala yang diperoleh dikurang dengan energi kosong sebesar 0,02 joule.

Dari persamaan 2.3 dapat dihitung besar harga impak.(Lihat halaman L-3)

3.4.4 Uji tarik

Pengujian kuat tarik menggunakan mesin uji Tokyo Testing Machine Type-20E MGF N0. 6079 dengan kapasitas 2000 Kgf. Pengukuran kuat tarik mengacu pada SNI 03-3399-1994.

Adapun prosedur pengujian sbb:

1. Benda uji dipersipakan sesuai dengan gambar dibawah ini:

8 0 m m 1 2 0 m m 1 5 m m

2 0 m m 2 5 m m

Gambar 3.1 Model sampel uji pengujian tarik

2. Benda uji ditempatkan pada mesin uji tarik, kemudian di cengkram dengan pemegang yang tersedia dimesin dengan jarak pencengkram 6 cm.


(44)

Berdasarkan gaya tarik tersebut dengan menggunakan persamaan 2.4 maka nilai kuat tariknya dapat dihitung.( Lihat lampiranI halaman L- 4)

3.4.5 Pengujian Kuat Lentur (Modulus Of Elastis/ MOE).

Cara pengujian kuat patah mengacu pada standar ASTM C 133 – 97 dan ASTM C 348 –2002, prosedur yang dilakukan menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) adalah :

1. Sampel berbentuk balok ukuran ( 12 x 2 x 1 ) cm 3 , kemudian diatur jarak titik tumpu sebagai dudukan sampel.

2. Diatur tegangan supply sebesar 40 volt untuk menggerakkan motor ke arah atas maupun bawah., kemudian diarahkan switch ke arah on, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak.

3. Apabila sampel uji telah patah, diarahkan swith ke arah off agar motor berhenti. Dicatat besar gaya yang ditampilkan panel display.

4. Dengan menggunakan persamaan 2.6 , ditentukan kuat lentur.

3.4.6 Pengujian Kuat Patah (Modulus Of Rapture/ MOR).

Cara pengujian kuat patah mengacu pada standar ASTM C 133 – 97 dan ASTM C 348 –2002, prosedur yang dilakukan menggunakan alat UTM (Universal TestingMachine) adalah :

1. Sampel berbentuk balok ukuran ( 12 x 2 x 1 ) cm 3 , kemudian diatur jarak titik tumpu sebagai dudukan sampel.

2. Diatur tegangan supply sebesar 40 volt untuk menggerakkan motor ke arah atas maupun bawah., kemudian diarahkan switch ke arah on, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak.


(45)

panel display.

4. Dengan menggunakan persamaan 2.7 , ditentukan kuat patah.

3.4.7 Pengujian Termal dengan DTA

Alat yang digunakan untuk menganalisis sifat termal adalah Thermal analyzer DT-30 Shimadzu, dengan prosedur Pengujian sebagai berikut:

1. Alat dinyalakan selama 30 menit sebelum digunakan.

2. Benda uji dipotong – potong kecil dengan massa 30 mg. Lalu ditimbang Al2O3 sebanyak 30 mg sebagai zat pembanding.

3. Benda uji dan pembanding diletakkan diatas Termocoupel. Di Set Thermocoupel Platinum Rhodium (PR) 15 mv, dan DTA Range

±250 ìV.

4. Alat pengukur temperature kemudian di set sampai menunjukkan pada temperature 650 0C.

5. Pena recorder ditekan dan chart speed di set 2,5 mm/menit dengan laju pemanasan 10 0C/menit.

6. Dilanjutkan dengan menekan tombol start dan ditunggu hasil sampai tercapai suhu yang diinginkan.

Hasil Pengujian DTA merupakan kurva termogram yang dapat menentukan Suhu endotermik dan eksotermik .


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi yang digunakan adalah komposisi massa dengan massa keseluruhan sampel adalah 500 gr. Pengaturan penulisan komposisi adalah sebagai berikut: 3 digit angka pertama merupakan komposisi gipsum

2 digit angka kedua merupakan komposisi serbuk sebagai filler 3 digit angka ketiga merupakan komposisi pengikat.

4.1 Sifat Fisis

4.1.1 Uji Densitas

Dari hasil pengujian densitas yang telah dilakukan terlihat bahwa pada kerapatan maksimum diperoleh dari komposisi 395:5:100 yaitu sebesar 2.07 gr/cm3 dan kerapatan minimum berada pada komposisi 375:25:100 yaitu sebesar 1.84 gr/ cm3 seperti yang ditampilkan dalam bentuk grafik berikut ini.

Gambar 4.1 Grafik Densitas

2.07 2.04 1.9 1.86 1.84 1.7 1.8 1.9 2 2.1

395:05:100 390:10:100 385:15:100 380:20:100 375:25:100

D e n s it a s ( g r/ c m 3) komposisi Sampel Grafik Densitas


(47)

rongga yang fungsinya menyimpan kandungan air. Ketika bambu dalam keadaan kering maka rongga – ronggra ini akan menjadi kosong sehingga mengurangi kerapatan partikel penyusun. Dari hasil pengujian bahan profil gipsum jaya board yang beredar dipasaran besar nilai densitas yang dihasilkan 1.88 gr/cm3. Dari hasil ini, maka spesimen bahan penelitian yang memenuhi pada komposisi 395:05:100 densitasnya 2.07 gr/cm3, 390:10:100 densitasnya 2.04 gr/cm3, 385:15:100 densitasnya 1.90 gr/cm3.

4.1.2 Serapan air

Pengujian serapan air yang telah dilakukan membuktikan bahwa penambahan serat bambu menaikan kadar air dalam bahan, ini terlihat pada grafik berikut ini :

Gambar 4.2 Grafik uji penyerapan air

Dari gambar grafik 4.2 terlihat bahwa serapan air maksimum dimiliki oleh komposisi 375:25:100 yaitu sebesar 40.51 % dan serapan air maksimum dimiliki oleh komposisi 395:5:100 yaitu sebesar 32.2 % . Dari hasil ini membuktikan banyaknya rongga – rongga kekosongan yang terbentuk pada spesimen karena adanya penambahan serat bambu. Bambu merupakan bahan yang banyak

32.2

35.22 36.36 37.37

40.51 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

395:05:100 390:10:100 385:15:100 380:20:100 375:25:100

N il a i S e ra p a n A ir ( % ) komposisi Sampel


(48)

serapan air dimana nilai serapan air profil gipsum jaya board sebesar 43.4 %, sedangkan nilai maksimun yang didapat dari spesimen penelitian sebesar 40.51%.

4.2 Sifat mekanik 4.2.1 Uji Impak

Dari pengujian impak yang telah dilakukan terlihat bahwa penambahan komposisi serat bambu menaikan impak bahan, ini terlihat dari gambar grafik uji impak berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik uji impak.

Dari gambar grafik 4.3 terlihat bahwa nilai maksimum diperoleh pada komposisi 375:25:100 yaitu sebesar 4.26 x 10-2 J/cm2. Dan nilai minimum diporoleh pada komposisi 395:5:100 yaitu sebesar 1.47 x 10-2 J/cm2

.

Dari hasil ini membuktikan bahwa semakin banyak serat bambu maka semakin besar kemampuan impak karena banyaknya rongga serat yang dihaslkan dari komposisi serat banbu yang ditambahkan. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap bahan profil gipsum cetakan jaya board, maka hasil yang dipeoleh diatas seluruhnya tidak memenuhi karena besar nilai impak dari profil gipsum jaya board sebesar 10.93 x 10-2 J/cm2.

1.47

2.6

3.46 3.86 4.26

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

395:05:100 390:10:100 385:15:100 380:20:100 375:25:100

N il a i U ji I m p a k ( x 1 0 ^ -2 J /c m ^ 2 ) koposisi msampel


(49)

4.2.2 Uji Tarik

Besarnya hasil pengujian tarik yang telah dilakukan terlihat pada gambar grafik dibawah ini:

Gambar 4.4 Grafik uji tarik

Dari gambar grafik 4.4 terlihat bahwa kemampuan tarikan maksimum berada pada komposisi 395:5:100 yaitu sebesar 180.48 kPa, dan kemampuan tarik minimum berada pada komposisi 375:25:100 yaitu sebesar 95.55 kPa. Dari hasil ini menunjukan penambahan serat bambu menurunkan nilai uji tarik. Hal ini terjadi karena penambahan serat bambu akan menambah jumlah rongga-rongga dalam serat. Besarnya rongga-rongga dalam maupun di luar serat akan menurunkan kemampuan tarik bahan. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Janssen (1980) menyatakan bahwa kekuatan tarik bambu akan menurun dengan meningkatnya kadar air. Dari hasil pengujian bahan profil gipsum cetakan jaya board maka hasil penelitian ini seluruhnya tidak memenuhi standar profil gipsum jaya board karena

180.48 138.83 134.75 120.05 95.55 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

395:05:100 390:10:100 385:15:100 380:20:100 375:25:100

H a rg a U ji T a ri k ( k P a ) komposisi Sampel


(50)

4.2.3 Uji kuat lentur (Modulus Of Elastis/MOE)

Setelah dilakukan pengujian tarik terlihat bahwa ada penurunan kemampuan kuat lentur bahan seperti ditampilkan pada grafik berikut ini:

Gambar 4.5 Grafik uji kuat lentur (MOE)

Dari grafik 4.5 terlihat bahwa nilai kuat lentur maksimum diperoleh pada komposisi 395:05:100 yaitu sebesar 5958.33 kg/cm2, sedangkan kuat lentur minimum berada pada komposisi 375:25:100 sebesar 3722.83 kg/cm2.

Hasil ini menunjukan bahwa berkurangnya kemampuan kuat lentur sangat berpengaruh pada penambahan komposisi serat bambu dimana penambahan serat ini akan menyebabkan banyaknya kandungan air dalam serat karena rongga – rongga dalam serat diisi oleh air sehingga mengurangi kemampuan lenturan serat. Dari hasil pengujian bahan profil gipsum jaya board maka seluruh hasil pengujian kuat lentur bahan spesimen penelitian ini masih memenuhi standar gipsum jaya board untuk profil, karena nilai kuat lentur profil gipsum jaya board 2731.85 kg/cm2, sedangkan nilai minimum yang diperoleh dari spesimen pengujian ini sebesar 3722.83 kg/cm2.

5958.33 4638.15 4375 3948.86 3722.83 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

395:05:100 390:10:100 385:15:100 380:20:100 375:25:100

N il a i U ji M O E ( K g /c m 2) komposisi sampel


(51)

4.2.4 Uji Kuat patah ( Modulus Of Rapture/MOR).

Dari pengujian kuat patah yang telah dilakukan terlihat bahwa nilai kuat patah maksimum terjadi pada komposisi 395:5:100 yakni sebesar 3.43 MPa, dan nilai kuat patah minimum terjadi pada komposisi 375:25:100 yaitu sebesar 3.04 MPa, seperti terlihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.6 Grafik Uji Kuat Patah

Keadaan ini terjadi karena pengaruh serat bambu yang memiliki kandungan air dalam serat yang banyak memiliki rongga – rongga sehingga kuat patahnya melemah. Dari pengujian bahan profil gipsum cetakan jaya board, maka hasil pengujian spesimen penelitian ini tidak memnu hi standar gipsum jaya board karena nilai kuat yang patah profil gipsum jaya board sebesar 12.34 MPa, sedangkan nilai maksimum yang diperoleh dari spesimen penelitian ini sebesar 3.43 MPa.

3.43 3.23 3.18 3.13 3.04 2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5

395:05:100 390:10:100 385:15:100 380:20:100 375:25:100

N il a i U ji M O R ( M P a ) komposis Sampel


(52)

4.4 Uji DTA

Hasil pengujian DTA dapat dilihat dari gambar grafik berikut ini :

T e m p e r

a t u r


(53)

T

e

m

p

e

r

a

t

u


(54)

Tegangan (mV) T

e

m

p

e

r

a

t

u


(55)

Dari hasil uji DTA terlihat bahwa pada komposisi 390:10:100 suhu endotermiknya 150 0C, titik gelas 265 0C, titik kritis 305 0C, dan titik lebur 365 0C, pada komposisi 380:20:100 suhu endotermik 165 0C, titik gelas 268 0C, Titik kritis 360 0C, titik lebur 430 0C. Pada komposisi 375:25:100 suhu endotermiknya 1850C, titik gelas 275 0C, titik kritis 315 0C dan titik lebur 435 0C. Dari hasil ini memperlihatkan bahwa penambahan komposisi serbuk mempengaruhi suhu endotermiknya dimana hasilnya mengalami kenaikan diamana pada komposisi maksimum 375:25:100 kemampuan menahan panas mencapai suhu 1850C, ini menunjukan bahwa bahan filler serat bambu merupakan suatu bahan yang sangat baik untuk menyerap panas. Dari hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa hasil uji DTA komposisi serbuk memiliki nilai diatas nilai endotermik gipsum dimana suhu endotermik gipsum sebesar 1350C ( Johaidin Saragih dkk).


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari uji fisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa penambahan serat bambu menyebabkan penurunan nilai densitas dan menaikan nilai serapan air. Hal ini terjadi karena rongga – rongga dalam serat bambu.

2. Hasil pengujian mekanik yang telah dilakukan menunjukan bahwa penambahan serat bambu menaikan nilai uji impak yaitu, tetapi menurungkan nilai uji tarik, MOE dan MOR. Hal ini terjadi karena banyaknya rongga – rongga yang tidak terisi dalam serat bambu sehingga bahan menjadi lebih getas. Dan hasil yang diperoleh dari pengujian ini, uji Impak dan uji MOR nilainya dibawah standar profil gipsum jaya board, sedangkan uji tarik dan uji MOE nilainya diatas standar profil gipsum jaya board.

3. Hasil pengujian DTA menunjukan bahwa penambahan serat bambu tidak menambah kenaikan suhu endotermik.

5.2 Saran

1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian dengan bahan serbuk bambu serta pemilihan pengikat yang lebih sederhana tetapi memiliki karakteristik yang baik.

2. Telah dicoba dengan pengikat lateks karet alam ternyata terjadi gumpalan (surfaktan, perekat lateks karet alam bereaksi dengan gipsum ).Tambahkan surfaktan kedalam lateks karet alam agar dapat bercampur dengan gipsum


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Faisal “ Pengaruh Penambahan Al2TiO5 Pada Pembuatan Keramik Al2O3

Terhadap Sifat Fisis dan Mikrostruktur” Tesis, 2007, USU e – Repository © 2008.

Artikel Kedokteran,2004,Perkembangbiakan Bambu

Badan Standarisasi Nasional, Mutu Papan Partikel, 03-2105-1996. Dewan Standarisasi Nasional.

Efendi, Kurniawansyah, 2005. Pengaruh Peredaman dan Kadar Perekat Terhadap sifat Fisis Mekanis Papan partikel Dari Ampas Tebu. Medan : USU.

Guralnik.D.B, 1979, Webster’s New World Dictionary Second Edition College. William Collins Publisher,Inc, Cleveland, Ohio.

Handrita Darda,2005,Analisis Kekuatan Lentur Batang Komposit Serat Bambu UNDIP.

Hani, 2009.Komposisi Kimia Lateks Karet Alam,blog.www.google.co.id

Hubner,J.E. 1985”Gypsum Board With Reinforcement By Wood Flake. Bison Report, Frankfurt.

Humaidi, Syahrul, 1998, Badan Komposit Polimer, Medan : USU.

Mahasiswa Tekhnik,2005,Penggunaan Serat Bambu Sebagai Bahan Alternatif Bahan Kulit Kapal. UNDIP.

Manotas, Pembuatan Papan Partikel Ampas Tebu Dengan Kempa Dingin Dilanjutkan Dengan Pemanasan Oven. Medan : USU.

Masyarakat Pengguna Bambu , 2010 , Jenis – Jenis Bambu

Moncrieff,R.W. 1983. Struktur dan Sifat Serat – Serat. Terjemahan Rosima Samah. Jakarta : Djambatan

M.Solichin danA.Anwar ( Setap Peneliti Lembaga Riset Perkebunan Indonesia ,Derup K mencegah pertumbuhan bakteri karena ada fenol.


(58)

Zakaria M,Shehir and Komarudin Rose Aini,The Utilization of red Gypsum waste

for Glazes ( The malaysian journal of analytical siences,vol 11 No 1) ( 2007 ):57- 64

Anonim, Gypsum bahan galian Industri

http://www.scribd.com/doc/53394243/Gypsum-bahan-galian- industri Hamzah,Hidayat AS ,Pati Senda Samuel,Kajian Awal Teknologi Proses

danRekayasa Gypsum Kalsinasi di PD ,Agribisnis dan Pertambangan Jawa Brat,( Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia vol 3,No 9 ( Desember 2001)


(59)

Lampiran I Metode perhitungan

Mk : Massa kering (gr)

Mb : Massa basah (gr)

Msp : Massa sampel gantung (gr)

Mkp : Massa kawat penggantung (gr)

Tabel 3 Hasil Penngujian sifat Fisis

Sampel Mk Mb Msp Mkp

395:05:100 1.18 1.56 22.22 21.61

390:10:100 0.88 1.19 22.07 21.61

385:15:100 0.99 1.35 22.08 21.61

380:20:100 0.99 1.36 22.10 21.61

375:25:100 1.16 1.63 22.14 21.61

1. Perhitungan Densitas:

Densitas = dengan ñ H2O = 1 gr/cm3

Sebagai contoh : sampel 395:05:100


(60)

Tabel 4 Hasil Perhitungan nilai densitas

Sampel Mk(gr) Msp(gr) Mkp(gr) Densitas (gr/cm3)

395:05:100 1.09 22.18 21.61 2.07

490:10:100 0.88 22.07 21.61 2.04

385:15:100 0.99 22.08 21.61 1.90

380:20:100 0.99 22.10 21.61 1.86

275:25:100 1.16 22.14 21.61 1.84

2. Contoh Perhitungan penyerapan air untuk sampel

Penyerapan air =

Untuk sampel : 395:05:100, diperoleh nilai daya serap air

Penyerapan air : =

= 32.20 %

Untuk data selanjutnya hasil perhitungan ditampilkan dalam tabel 5 :

Tabel 5 Hasil perhitungan Nilai serapan air

Sampel Mk Mb Serapan air (%)

395:05:100 1.25 1.56 32.20

490:10:100 1.09 1.19 35.22

385:15:100 1.25 1.35 36.22

380:20:100 1.22 1.36 37.37


(61)

3. Tabel hasil nilai uji impak

Untuk mendapatkan nilai uji impak menggunakan persamaan :

Harga Impak

Untuk sampel 395:05:100

Harga impak = 1.47 x 10-2 J/cm2

Dengan menggunakan cara yang sama, hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel 6.

Tabel 6 Hasil perhitungan nilai impak

4. Tabel hasil pengujian tarik.

Untuk mendapatkan hasil pengujian tarik, menggunakan persamaan

ó =

Dari hasil pengujian diperoleh nilai tegangan untuk komposisi spesimen 395:05:100 dengan luas benda uji 2 cm x 6 cm = 12 cm2

Sehingga :

Komposisi Sampel Energi(Joule) Harga Impak (J/cm2) 395:05:100 0.22 1.47 x 10-2

490:10:100 0.39 2.60 x 10-2 385:15:100 0.52 3.47 x 10-2 380:20:100 0.58 3.87 x 10-2 275:25:100 0.64 4.26 x 10-2


(62)

Dengan cara yang sama maka nilai uji tarik disajikan dalam bentuk tabel 7 untuk masing – masing komposisi.

Tabel 7 Hasil perhitungan uji tarik

Komposisi Sampel Uji Nilai Uji Tarik (kPa)

395:05:100 180.48

490:10:100 138.83

385:15:100 134.75

380:20:100 120.05

275:25:100 955.50

6. Tabel Pengujian Kuat Lentur (Modulus Of Elastis/MOE)

Untuk mendapatkan nilai kuat lentur menggunakan persamaan:

MOE =

Untuk komposisi sampel 395:05:100 data hasil pengjian:

Diperoleh : S = 10 cm

D = 0.30

l = 2 cm

t = 1 cm

B = 1.43

Sehingga diperoleh


(63)

Dengan cara yang sama maka untuk nilai uji MOE ditampilkan dalam bentuk tabel 8.

Tabel 8 Hasil perhitungan uji kuat lentur

Komposisi Sampel Uji Nilai Uji Kuat Lentur (MOE) (kg/cm2)

395:05:100 5958.33

490:10:100 4638.15

385:15:100 4375.00

380:20:100 3948.86

275:25:100 3722.83

6. Tabel pengujian kuat patah (Modulus Of Rapture/MOR)

Perhitungan kuat patah menggunakan persamaan :

MOR =

Untuk pengujian komposisi sampel 395:05:100

Dengan nilai :

S = 10 cm

b = 4.68 cm

l = 2 cm

t = 1 cm


(64)

Dengan perhitungan yang sama maka hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel 9 :

Tabel 9 Hasil perhitungan Uji Kuat patah

Komposisi Sampel Uji Nilai Uji kuat patah (MPa)

395:05:100 3.43

490:10:100 3.23

385:15:100 3.18

380:20:100 3.13


(65)

Lampiran Perhitungan Plafon Gipsum Jaya Board.

·Sifat Fisis

- Densitas ( ñ) = 1,88 gr/cm

- Daya serap air = 43,3 %

· Sifat Mekanik

Uji Impak ó = 10,93 x 10-2 J/cm2

Uji Tarik ó = 44,508 kPa

Uji MOE MOE = 2731,854 kg/cm2


(66)

Lampran II.

Gambar – gambar perangkat pembuatan sampel dan pengujian sampel.

NeracaA nalitik

Alat Uji T arik, MOE dan MOR


(67)

Pengujian Impak


(68)

Alat uji DTA


(69)

Sampel uji MOE dan MOR


(1)

Dengan perhitungan yang sama maka hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel 9 :

Tabel 9 Hasil perhitungan Uji Kuat patah Komposisi Sampel Uji Nilai Uji kuat patah (MPa)

395:05:100 3.43

490:10:100 3.23

385:15:100 3.18

380:20:100 3.13


(2)

Lampiran Perhitungan Plafon Gipsum Jaya Board.

·Sifat Fisis

- Densitas ( ñ) = 1,88 gr/cm

- Daya serap air = 43,3 %

· Sifat Mekanik

Uji Impak ó = 10,93 x 10-2 J/cm2 Uji Tarik ó = 44,508 kPa

Uji MOE MOE = 2731,854 kg/cm2 Uji MOR, MOR = 12,34 Mpa


(3)

Lampran II.

Gambar – gambar perangkat pembuatan sampel dan pengujian sampel.

NeracaA nalitik

Alat Uji T arik, MOE dan MOR


(4)

Pengujian Impak


(5)

Alat uji DTA


(6)

Sampel uji MOE dan MOR