Pasal 102 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan: 1
Suami  yang  akan  mengingkari  seorang  anak  yang  lahir  dari  isterinya, mengajukan  gugatan  kepada  Pengadilan  Agama  dalam  jangka  waktu
180  hari  sesudah  hari  lahirnya  atau  360  hari  sesudah  putusnya perkawinan  atau  setelah  suami  itu  mengetahui  bahwa  istrinya
melahirkan  anak  dan  berada  di  tempat  yang  memungkinkan  dia mengajukan perkaranya kepada Pengadilan Agama.
2 Pengingkaran yang diajukansesudah lampau waktu terebut tidak dapat
diterima Asal  usul  seorang  anak  hannya  dapat  dibuktikan  dengan  akta  kelahiran
atau  alat  bukti  lainnya  Pasal  103  ayat  1  Kompilasi  Hukum  Islam.  Bila  akta kelahiram  alat  buktilainnya  tersebut  dalam  ayat  1  tidak  ada,  maka  Pengadilan
Agama  dapat  mengeluarkan  penetapan  tentang  asal  usul  seorang  anak  setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti bukti yang sah. Pasal 103
ayat  2  Kompilasi  Hukum  Islam.  Atas  dasar  ketetetapan  pengadilan  Agama tersebut ayat 2, maka instansi Pencatat Kelahiran yang ada dalam daerah hukum
Pengadilan  Agama  trwebut  mengeluarkan  akta  kelahiran  bagi  anak  yang bersangkutan Pasal 103 ayat 3 Kompilasi Hukum Islam.
D.  Pemalsuan Identitas dalam Perkawinan
Perbuatan  pemalsuan  sesungguhnya  baru  dikenal  di  dalam  suatu masyarakat  yang  sudah  maju,  di  mana  data-data  tertentu  dipergunakan  untuk
mempermudah  lalu  lintas  hubungan  di  dalam  masyarakat.  Perbuatan  pemalsuan dapat  digolongkan pertama-tama dalam
kelompok kejatahan ”penipuan”,  hingga tidak semua perbuatan penipuan apabila seseorang memberikan gambaran tentang
sesuatu  gambaran  atas  barang  seakan-akan  asli  atau  benar,  sedangkan sesungguhnya  atau  kebenaran  tersebut  tidak  dimilikinya.  Karena  gambaran  data
Universitas Sumatera Utara
ini  orang lain terpedaya dan  mempercaya  bahwa keadaan yang  digambarkan atas barangsuratdata tersebut adalah benar atau asli.
Pemalsuan berasal dari kata dasar palsu yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  artinya  adalah  tiruan.
32
Kejahatan  mengenai  pemalsuan  atau  disingkat kejahatan  pemalsuan  adalah  berupa  kejahatan  yang  di  dalamnya  mengandung
unsur keadaan ketidakbenaran atau palsu atas sesuatu objek yang sesuatunya itu tampak  dari  luar  seolah-olah  benar  adanya  padahal  sesungguhnya  bertentangan
dengan yang sebenarnya.
33
Pemalsuan  merupakan  salah  satu  bentuk  perbuatan  yang  disebut  sebagai kejahatan  yaitu  sebagai  suatu  perbuatan  yang  sifatnya  bertentangan  dengan
kepentingan  hukum.
34
Sebab  dan  akibat  dari  kejahatan  itu  menjadi  perhatian utama dari berbagai pihak, dengan mengadakan penelitian-penelitian berdasarkan
metode-metode ilmiah agar diperoleh suatu kepastian untuk menetapkan porsi dan klasifikasi dari kejahatan tersebut.
Perbuatan  pemalsuan  merupakan  suatu  jenis  pelanggaran  terhadap  dua
norma dasar: 1.
Kebenaran  kepercayaan  yang  pelanggaranya  dapat  tergolong  dalam kelompok  kejahatan penipuan.
2. Ketertiban  masyarakat,  yang  pelanggaranya  tergolong  dalam  kelompok
kejahatan terhadap negaraketertiban masyarakat.
35
32
WJS. Poerwadarmina.
Op.Cit,
halaman 622.
33
Adami  Chazawi.
Kejahatan  Terhadap  Pemalsuan
,  Raja  Grafindo  Persada,  Jakarta, 2001, halaman 5.
34
Ibid,
halaman 6.
35
Ahmad Sukardja,
Problematika Hukum Islam Kontemporer
, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008,  halaman  9,
Universitas Sumatera Utara
Perbuatan  pemalsuan  merupakan  suatu  jenis  pelanggaran  terhadap kebenaran  dan  kepercayaan,  dengan  tujuan  memperoleh  keuntungan  bagi  diri
sendiri atau orang lain.
36
Suatu pergaulan hidup yang teratur di dalam masyarakat yang  maju  teratur  tidak  dapat  berlangsung  tanpa  adanya  jaminan  kebenaran  atas
beberapa  bukti  surat  dan  dokumen-dokumen  lainnya.  Karenanya  perbuatan pemalsuan  dapat  merupakan  ancaman  bagi  kelangsungan  hidup  dari  masyarakat
tersebut. Pemalsuan adalah kejahatan yang di dalamnya mengandung sistem ketidak
benaran  atau  palsu  atas  suatu  hal  objek  yang  sesuatunya  itu  nampak  dari  luar seolah-olah  benar  adanya,  padahal  sesungguhnya  bertentangan  dengan  yang
sebenarnya. Pemalsuan  adalah  proses  pembuatan,  beradaptasi,  meniru  atau  benda,
statistik,  atau  dokumen-dokumen,  dengan  maksud  untuk  menipu.
35
Kejahatan yang  serupa  dengan  penipuan adalah kejahatan  memperdaya yang lain, termasuk
melalui  penggunaan  benda  yang  diperoleh  melalui  pemalsuan.  Menyalin, pengganda,  dan  mereproduksi  tidak  dianggap  sebagai  pemalsuan,  meski  pun
mungkin  mereka  nanti  dapat  menjadi  pemalsuan  selama  mengetahui  dan berkeinginan untuk tidak dipublikasikan.
Perbuatan  pemalsuan  merupakan  suatu  jenis  pelanggaran  terhadap kebenaran  dan  kepercayaan  dengan  tujuan  memperoleh  keuntungan  bagi  diri
36
Adami Chazawi,
Op.Cit
, halaman 7.
35
Firman  Aditya,  tindak-pidana-pemalsuan.
http:riskyes2.blogspot.com201205html
diakses tanggal 01 Juni 2015  Pukul 09.00 Wib.
Universitas Sumatera Utara
sendiri  atau  orang  lain.  Suatu  pergaulan  hidup  yang  teratur  di  dalam  masyarakat yang  maju  teratur  tidak  dapat  berlangsung  tanpa  adanya  jaminan  kebenaran  atas
beberapa  bukti  surat  dan  dokumen-dokumen  lainnya.  Karenanya  perbuatan pemalsuan  dapat  merupakan  ancaman  bagi  kelangsungan  hidup  dari  masyarakat
tersebut. Masalah  pemalsuan  surat  perkawinan  disebabkan  oleh  beberapa  faktor
yaitu  faktor  disiplin  dan  mental  serta  faktor  sosial.
37
Faktor  penyebab  terjadinya kejahatan pemalsuan identitas dalam perkawinan ini adalah faktor disiplin hukum.
Dalam  hal  pemalsuan  identitas  dalm  perkawinan  ini,  di  mana  sesorang  yang mempunyai  tujuan tertentu yang  secara illegal akan  menggunakan  segala  macam
cara atau membuat identitas palsu atau tidak ada rasa tanggung jawab tugas yang diberikan kepadanya.
Salah  satu  alasan  seorang  laki-laki  memalsukan  identitas  adalah  untuk dapat  melakukan  perkawinan  dengan  perempuan  lain  tanpa  predikat  yang  buruk
dari  masyarakat.  Hal  ini  disebabkan  oleh  adanya  pandangan  masyarakat  yang negatif terhadap perkawinan poligami.
Berbagai  persyaratan  yang  rumit  beserta  peraturan  pelaksanaan  yang mengatur  syarat  yang  cukup  ketat  bagi  seseorang  atau  Pegawai  Negeri
Sipil  PNS  yang  akan  melangsungkan  pernikahan  untuk  kali  kedua  dan seterusnya, atau yang akan  melakukan perceraian. Syarat  yang ketat, bagi
sebagian  orang  dianggap  sebagai  peluang  bisnis  ang  cukup  menjanjikan yaitu  dengan  menawarkan  berbagai  kemudahan  dan  fasilitas,  dari  hanya
menikahkan  secara  siri  bawah  tangan  sampai  membuatkan  akta  nikah asli tapi palsu aspal. Bagi masyarakat yang berkeinginan untuk memadu
memiliki  istri  lebih  dari  satu,  hal  itu  dianggap  sebagai  jalan  pintas  atau alternatif  yang  tepat.  Terlebih,  di  tengah  kesadaran  hukum  dan  tingkat
pengetahuan rata-rata masyarakat yang relatif rendah. Tidak dipersoalkan,
37
Rahmat  Hakim,
Hukum  Perkawinan  Islam
,  Pustaka  Setia,  Bandung.  2000,  halaman 187.
Universitas Sumatera Utara
apakah  akta  nikah  atau  tata  cara  perkawinan  itu  sah  menurut  hukum  atau tidak,  yang  penting  ada  bukti  tertulis  yang  menyatakan  perkawinan
tersebut sah.
38
Faktor-faktor  yang  menyebabkan  individu  memalsukan  syarat-syarat perkawinan antara lain karena :
1. Surat-surat tidak lengkap.
Prosedur  pernikahan  merupakan  salah  satu  kebutuhan  hidup  yang paling  utama  dalam  kehidupan  masyarakat  yang  sempurna.  Namun
perkawinan  juga  merupakan  suatu  hal  yang  mempunyai  dasar-dasar hukum. Jadi perkawinan bukan sesuatu permainan, karena perkawinan
mempunyai  kedudukan  hukum,  baik  hukum  menurut  syariat  Islam maupun  hukum  menurut  Undang-Undang.  Pendaftaran  pernikahan
sesuai ketentuan  yang berlaku adalah  setiap  pasangan  mempelai yang akan  melangsungkan  pernikahannya  harus  mendaftarkan  dirinya
kepada  kantor  Desa  setempat.  Langkah  ini  harus  ditempuh  setiap pasangan  untuk  memperolah  surat  pengantar.  Jika  tidak  ada  surat
pengantar  dari  Desa  atau  Kelurahan,  setiap  pasangan  tidak  dapat melakukan pernikahan.
2. Calon mempelai masih di bawah umur.
Adanya  pembatasan  usia  kawin  yakni  calon  mempelai  pria  19  tahun dan calon mempelai wanita 16 tahun terkandung maksud, bahwa calon
suami  istri  itu  harus  masak  jiwa  raganya  untuk  dapat  melangsungkan perkawinan,  agar  dapat  mewujudkan  tujuan  perkawinan  secara  baik,
tanpa berakhir pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan  sehat.  Untuk itu, harus  di  cegah adanya  perkawinan antara  suami
istri yang masih di bawah umur.
3. Salah  satu  calon  masih  terikat  perkawinan  dengan  pihak  lain
Pengisian  Lembaran  N2  sangat  rentan  dengan  pemalsuan.  Misalnya  : pada  Lembaran  N2,  status  calon  suami  sebenarnya  adalah  seseorang
yang  masih  memiliki  status  sah  sebagai  suami  dalam  perkawinan pertama,  akan  tetapi  pada  saat  pengajuan  perkawinan  kedua  calon
suami  tersebut  mampu  menunjukkan  bukti  KTP  dan  KK  yang menunjukkan  dirinya  masih  berstatus  perjaka  dan  belum  terikat
perkawinan.  Hal  tersebut  sangat  mungkin  terjadi  karena  praktek- praktek  pembuatan  KTP  maupun  KK  asli  tapi  palsu  aspal  masih
marak
dan berani
secara terbuka
menawarkan jasanya.
Sebenarnya  hal  tersebut  tidak  perlu  terjadi,  artinya  seorang  calon suami  tidak  harus  menyembunyikan  identitas  aslinya  selama  calon
suami  tersebut  mendapatkan  tanda  tangan  atau  persetujuan  dari  istri sah  pertamanya  bahwa  calon  suami  tersebut  diijinkan  untuk  menikah
lagi.  Hal  inilah  yang  dihindari  karena  pada  umumnya,  terjadinya
38
Firman Aditya,
Op.it.
Universitas Sumatera Utara
perkawinan  kedua  atau  lebih  justru  disembunyikan  dari  pengetahuan istri pertama.
4. Mengubah identitas.
Pemalsuan  syarat-syarat  perkawinan  kemungkinan  juga  dapat digunakan  sebagai  upaya  alternatif  untuk  mengubah  identitas
seseorang.
39
Ditinjau  dari  segi  yuridis  pemalsuan  surat  perkawinan  mempunyai  dua
kemungkinan  yaitu  perkawinan  yang  dilaksanakan berdasarkan  surat  palsu dapat dimintakan  pembatalannya  dan  apabila  tidak  dimintakan  pembatalannya  maka
status  perkawinan  tetap  sah.  Dengan  demikian  dapat  diketahui  konsekuensi pemalsuan  surat  perkawinan  itu  adalah  kejahatan  yang  terjadi  dalam  lapangan
hukum  perdata  yang  diakhiri  dengan  hukum  pidana  yaitu  melanggar  ketentuan Pasal-Pasal  dalam  KUH.  Pidana  sebagaimana  tercantum  dalam  Pasal  253,  264,
266,  267,  268,  269,  270,  271,  274,  275  dan  ditambah  dengan  Pasal  242  tentang sumpah palsu dan keterangan palsu.
Pasal  9  UU  No.1  tahun  1974  menyatakan  bahwa  seseorang  yang  telah terikat perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi kecuali mendapat izin
dari  pengadilan.  Dengan  demikian  poligami  yang  akan  dilakukan  tanpa  izin  dari pengadilan,  apabila  ditambah  dengan  penggunaan  identitas  palsu  dan  adanya
unsur  penipuan,  merupakan  perbuatan  melanggar  hukum  dan  dapat  melanggar hukum  dan  dapat  merugikan  salah  satu  pihak  dan  dapat  merusak  keharmonisan
keluarga,  di  samping  itu  tujuan  diadakannya  perkawinan  tidak  terpenuhi.  Salah satu pihak merasa ditipu oleh pihak yang lain karena ia tidak memperoleh hak-hak
yang  telah  ditentukan  syara’  sebagai  seorang  istri.  Akibatnya  salah  satu  pihak tidak  sanggup  melanjutkan  perkawinannya  atau  kalaupun  dilanjutkan  akan
39
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan  kehidupan  rumah  tangganya  memburuk  dan  Allah  tidak menghendaki yang demikian.
40
Pemalsuan  identitas  tidak  akan  terjadi  apabila  perkawinan  dilaksanakan dengan  mengikuti  prosedur  yang  berlaku.  Perkawinan  yang  baik  adalah
perkawinan yang dilakukan antara pria dan wanita yang sama akidah, akhlak dan tujuannya, disamping cinta dan ketulusan hati. Di bawah naungan keterpaduan itu,
kehidupan suami istri akan tentram,  penuh  cinta dan kasih  sayang, keluarga akan bahagia  dan  anak-anak  akan  sejahtera.  Dalam  pandangan  Islam,  kehidupan
keluarga  seperti  itu tidak akan terwujud  secara  sempurna kecuali jika suami istri berpegang teguh melaksanakan ajaran Islam. Jika agama keduanya berbeda, maka
akan  timbul  berbagai  kesulitan  dalam  keluarga  dan  dalam  proses  perizinan pernikahannya  akan  dipersulit.  Selain  itu  pula  akan  menemukan  kesulitan  dalam
pelaksanaan  ibadah,  pendidikan  anak,  pembinaan  tradisi  keagamaan,  dan  lain- lain.
41
40
Kamal Mukhtar,
Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan
, Bulan Bintang Jakarta, 2007,  halaman 212
41
Ahmad Sukardja,
Op.Cit
,  halaman 10.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB III TINJAUAN TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN